SEPTEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
SKABIES
Oleh :
AFFANDI HAFID
105505400419
Pembimbing :
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan kelamin)
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
judul “Skabies” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing Dr. dr. Hj. Sitti
Musafirah, Sp.KK, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang
kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis
Demikian, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara umum
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II
A. DEFINISI ......................................................................................................3
B. EPIDEMIOLOGI ..........................................................................................3
C. ETIOLOGI ....................................................................................................4
D. PATOGENESIS ............................................................................................5
F. DIAGNOSIS ...............................................................................................12
G. DIAGNOSIS BANDING............................................................................18
H. PENATALAKSANAAN ............................................................................20
I. EDUKASI ...................................................................................................24
J. KOMPLIKASI ............................................................................................25
K. PROGNOSIS ..............................................................................................25
BAB III
iv
LAPORAN KASUS...............................................................................................26
A. IDENTITAS ................................................................................................26
B. ANAMNESIS .............................................................................................26
C. RESUME ....................................................................................................28
BAB IV
PEMBAHASAN ....................................................................................................29
BAB V
KESIMPULAN ......................................................................................................31
v
BAB I
PENDAHULUAN
etiologinya oleh Benomo pada tahun 1687. Skabies dari bahasa latin scabere, yang
artinya to scratch, yang dulu dikenal sebagai gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit
menular yang menyerang manusia dan binatang. Skabies merupakan penyakit kulit
yang endemis diwilayah beriklim tropis dan dan subtropis, merupakan penyakit
kulit menular. Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis, orang jawa
menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda menyebutnya budug. Penyakit ini juga
sering disebut dengan kutu badan, budukan, gatas agogo, yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan
gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak
Penyebabnya adalah Sarcoptes Scabiei, yaitu kutu parasit yang mampu menggali
Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dengan kontak langsung
dan sangat gatal terutama pada malam hari. Tempet predileksi dari scabies adalah
daerah yang memiliki stratum korneum yang tipis biasanya ialah sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian
langsung, tetapi dapat juga secara tidak langsung. Masa inkubasi 4-6 minggu. Jenis yang
1
berat adalah skabies berkrusta (crusted scabies), dulu disebut Norwegia scabies,
Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-
yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup berkelompok, tinggal di
asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan dan pesantren maupun panti asuhan
serta tempat-tempat yang lembab dan kurang mendapat sinar matahari. Selain itu
terdapat faktor yang berperan dalam penyakit kulit adalah sosial ekonomi yang
rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang kumuh dan perilaku yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
tropis dan dan subtropis yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Ditandai gatal malam hari,
mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis,
hangat dan lembab. Gejala klinis dapat telihat polimorf tersebar diseluruh
badan.1,3
juga sering disebut dengan kutu badan, budukan, gatas agogo, yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan
keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung
B. EPIDEMIOLOGI
maju. Di Inggris pada tahun 1997-2005, skabies terjadi pada 3 orang per 1.000
penduduk. Di Spanyol pada tahun 2012, prevalensi skabies pada imigran adalah
4,1%. Prevalensi skabies di daerah endemis di India adalah 13% dan di daerah
kumuh Bangladesh prevalensi pada anak berusia 6 tahun adalah 29%. Pada
3
prevalensi skabies sekitar 1-5%. Di Timor Leste, survei skabies di empat
adalah 5,6-12,9% dan merupakan penyakit kulit terbanyak ketiga. Pada tahun
keterbatasan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku kebersihan yang buruk.
Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat
pengungsian.1,2,3
C. ETIOLOGI
4
Secara morfologik tungau ini berukuran kecil, berbentuk oval,
berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron
depan yang berakhir dengan penghisap kecil di bagian ujungnya sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut
(satae), sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
D. PATOGENESIS
5
mengapa penyakit ini sering menular ke seluruh anggota keluarga. Penularan
maupun tempat tidur. Bahkan dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual
antar penderita dengan orang sakit.1 Yang menjadi penyebab utama gejala-gejala
pada skabies ini ialah Sarcoptes scabiei betina. Tungau betina yang mengandung
dalamnya.3 Setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan pendek yang digalinya (moulting pouches),
tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12
hari.1
IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu.
Skabies sangat menular, transmisi kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak
6
handuk dsb). Skabies tungau dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36
kondom, karena kontak melalui kulit di luar kondom. Kelainan kulit tidak dapat
hanya disebabkan oleh skabies tungau, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat
garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan
eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada
saat itu, kelainan kulit kasus dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder.1
7
E. MANIFESTASI KLINIS
klinis berupa keluhan subjektif dan objektif yang spesifik. Diagnosis dapat
1. Pruritus nokturnal
Pruritus nokturnal adalah rasa gatal terasa lebih hebat pada malam
hari karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab
dan panas.1 Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskret dan
gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.
Pada infeksi inisial, gatal timbul setelah 4 sampai 6 minggu, pada infestasi
2. Sekelompok orang
individu lain.1
8
3. Adanya terowongan (kunikulus)
korneum. Oleh karena itu, tungau ini sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis, seperti sela-
sela jari tangan, telapak tangan bagian lateral, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
tungau. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
menggaruk dan timbul luka lecet yang diikuti dengan infeksi sekunder oleh
Gambar 3. Lesi Skabies di Jari Tangan dan Sela Jari Tangan Berupa
Papul, Vesikel Ekskoriasi dan Skuama Kolaret, Multipel, Diskret.2
9
Gambar 4. Lesi Skabies di Perut Berupa Papul Eritematosa, Ekskoriasi
dan Krusta Merah Kehitaman, Multipel, Diskret.2
10
Gambar 6. Lesi Skabies di Penis dan Skrotum Berupa Papul Eritematosa,
Multipel, Diskret.2
seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1-10 mm, berwarna putih abu-
abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan
terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan tangan, dan daerah siku.
11
Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang
diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain
F. DIAGNOSIS
namun jika gejala klinisnya tidak khas, maka diagnosis skabies menjadi sulit
ditegakkan. Gejala klinis yang khas adalah keluhan gatal hebat pada malam
hari (pruritus nokturna) atau saat udara panas dan penderita berkeringat.
Erupsi kulit yang khas berupa terowongan, papul, vesikel, dan pustul di
berobat ketika sudah dalam stadium lanjut dan tidak memiliki gejala klinis
khas lagi karena telah timbul ekskoriasi, infeksi sekunder oleh bakteri dan
likenifikasi.2
dapat menyerupai gejala penyakit kulit lain atau tertutup oleh penyakit lain
kurang dari 50% karena sulit membedakan infestasi aktif, reaksi kulit residual,
atau reinfestasi. Deteksi terowongan dengan tinta India sudah lama dilakukan,
12
diagnosis mengakibatkan salah pengobatan dan menyebabkan penderita tidak
900 penderita skabies rata-rata hanya ditemukan 11 tungau per penderita dan
pada sebagian besar penderita hanya ditemukan 1-5 tungau per penderita.
tungau mungkin berada di suatu lokasi yang tidak terjangkau pada saat
dan apabila diagnosis klinis telah ditegakkan maka dapat diberikan terapi
skabies belum dapat menyingkirkan penyakit kulit lain yang bukan skabies
13
ditetapkan apabila pada penderita terdapat dua dari empat tanda kardinal
skabies yaitu:1,2
Pruritus nokturna
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak
eksterna (lakilaki), dan perut bagian bawah. Perlu diingat bahwa Pada
bayi, skabies dapat menginfestasi telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh badan.
2) Pemeriksaan penunjang
antara lain:2
1. Kerokan kulit
baru dibentuk dan utuh. Selanjutnya papul atau terowongan ditetesi minyak
mineral lalu dikerok dengan skalpel steril yang tajam untuk mengangkat
bagian atas papul atau terowongan. Hasil kerokan diletakkan di kaca objek,
14
ditetesi KOH, ditutup dengan kaca penutup kemudian diperiksa dengan
mikroskop.2
ditusukkan ke dalam terowongan yang utuh (pada titik yang gelap, kecuali
pada orang kulit hitam pada titik yang putih), digerakkan secara tangensial
jarum dan dapat diangkat keluar. Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
dan jari telunjuk, dengan menjepit lesi menggunakan ibu jari dan telunjuk,
puncak lesi diiris dengan scalpel steril nomor 15 dilakukan sejajar dengan
perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek
15
lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop. Dapat pula
b
a
selama 20-30 menit kemudian dihapus dengan alkohol. Burrow ink test
membentuk gambaran khas berupa garis zig zag. Burrow ink test adalah
5. Apusan kulit
atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan
16
6. Dermoskopi
terowongan.
pesawat jet, layang-layang atau spermatozoid. Area akral seperti sela sela
jari tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat yang paling baik
diperiksa.
dapat menjadi salah satu metode deteksi S.scabiei. Dengan teknik PCR
enzimatik fragmen gen dari material parasit yang sedikit. PCR merupakan
17
gen yang terekspresi, mendeteksi resistensi obat, perkembangan
cara yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling
dan letak tungau sulit diketahui. Apusan kulit mudah dilakukan tetapi
memerlukan waktu lama karena dari satu lesi harus dilakukan 6 kali
penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder
sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta
atau salep.2
G. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator
kulit dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati
ekstremitas.
18
Gambar 10. Prurigo nodularis6
19
Gambar 12. Dermatitis Kontak Alergi7
H. Tata Laksana
1. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum meliputi edukasi kepada pasien sebagai berikut:8
d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur
dan bila perlu direndam dengan air panas. Tungau akan mati pada suhu
130o.
serumah.
20
2. Penatalaksanaan Khusus
efektivitas mencapai 90% dan profil keamanan yang baik. Agen ini
konsentrasi rendah pada darah dan otak sehingga aman untuk dipakai pada
selanjutnya terjadi paralisis serta kematian tungau.9 Oleh karena itu, obat
ini merupakan terapi pilihan lini pertama rekomendasi CDC untuk terapi
tubuh dari leher ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan,
tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi,
21
melalui urin dan feses.8 Lindane memiliki angka penyembuhan hingga
dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion,
Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan ibu hamil karen
c. Presipitat Sulfur
Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%). Sulfur
setelah mandi atau malam hari ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama
obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya
22
d. Benzil benzoate
kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat
dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek samping
dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah dan
alergi. Kontraindikasi obat ini yaitu wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam
krim 10% atau lotion merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai
antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata mulut dan uretra.1
f. Ivermectin
23
aktif melawan ekto dan endo parasit. Diberikan secara oral, dosis tunggal,
24
menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang
J. KOMPLIKASI
bakteri atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada.
Erosi merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi
sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi dan ulkus. Selain itu
dapat muncul eritema, skuama dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem
sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada
daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis dan axilla. Infeksi
biasanya mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotik oral,
K. PROGNOSIS
serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka
25
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Alamat : Makassar
B. Anamnesis
2. Anamnesis terpimpin
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan gatal pada hampir
membuat pasien susah tidur, riwayat keluhan yang sama dalam keluarga
(+), cucunya yang berusia 7 tahun dan 8 tahun. Pasien sudah minum CTM
Dua orang cucu pasien usia 7 tahun dan 8 tahun mengalami keluhan yang
sama
26
5. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis :
Lokasi : Gneralisata
dan eksoriasi.
7. Diagnosis
Skabies
8. Diagnosis Banding
a. Prurigo
b. Pedikulosis Corporis
9. Penatalaksanaan
Faramkologi
27
Permetrin 5% digunakan 8-14 jam
permetrin
Non-farmakologi
C. Resume
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan gatal pada hampir
membuat pasien susah tidur, riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+),
cucunya yang berusia 7 tahun dan 8 tahun. Pasien sudah minum CTM tapi
tidak ada perubahan. Dari skenario didapatkan 3 dari 4 cardinal sign yang
8-14 jam, Terapi semua keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
tempat tidur, menghindari pemakaian pakaian, handuk, dan tempat tidur yang
sama.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
kardinal kriteria diagnosis pada skabies, antara lain pruritus nokturna, community
scabiei. Pasien ini sudah dapat didiagnosis dengan skabies karena memenuhi tiga
kriteria, yaitu pruritus nokturna dimana pasien mengeluh kesulitan untuk tidur,
community infection karena dua orang cucu pasien memiliki gejala yang sama dan
Pruritus nokturna diketahui dari keluhan pasien yang kesulitan untuk tidur
dikarenakan gatalnya oleh aktifnya Sarcoptes scabiei pada malam hari. Gatal yang
muncul pada penderita ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas tungau akibat
suhu yang lebih lembab dan panas. Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap
ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkan pada waktu membuat terowongan.
kontak langsung ataupun kontak tidak langsung maka apabila ada seseorang yang
disekitarnya. Setelah dievaluasi didapatkan ada dua orang keluarga yang keluhan
29
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi didaerah
trunkus dimana predileksinya jarang tetapi bisa saja diakibatkan oleh infeksi
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang – orang
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Upaya preventif lain yang
dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan individu dan lingkungan. Edukasi serta
anjuran yang dapat diberikan pada pasien ini seperti, menjaga kebersihan diri
disekitar tempat tinggal pasie, jangan menggunakan bersama pakaiaan, handuk dan
tempat tidur dengan pasien lain, jika ada keluarga terkena Skabies maka harus
mencuci semua pakaian dan seprei dan merendam dengan air mendidih kemudian
dijemur diterik sinar matahari, jangan mencampur pakaian ataupun bahan lain yang
hendak dicuci dengan pasien lain, segera periksakan apabila terdapat keluhan yang
sama disekitar tempat tinggal, berikan perhatian dan dukungan yang lebih terhadap
pasien.
30
BAB V
KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terowongan (kanalikuli) dan menemukan tungau Sarcoptes scabiei. Pasien ini sudah
dapat didiagnosis dengan skabies karena memenuhi tiga kriteria, yaitu pruritus
satu faktor pendukung terjadinya penyakit skabies adalah sanitasi yang buruk dan
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang –orang
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Upaya preventif lain yang
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi, Sri Linuwih SW et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
3. Mading M. Sopi IIPB. Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia. Loka
5. Burkhart CG, Burkhart CN. Scabies, Other Mites and Pediculosis. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed).
6. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis
Of Clinical Dermatology. 7th Ed. Newyork. : Mcgraw Hill Medical. 2013. p 41,
706-7, 710-6.
7. Tardan MPC, Zug KA. Allergic Contact Dermatitis In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed). Fitzpatrick’s dermatology
in general medicine, 8th ed, New York: Mc Graw Hill. 2012: p 152-5
32
9. Elvina PA. Skabies Krutosa Pada Penderita HIV. FK UNUD : Denpasar. 2016.
Hal 21-23
10. Fox GN. Usatine RP. Itching Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal
11. McCarthy JS. Kemp DJ. Walton SF, Currie BJ. Review Scabies: More Than
33