Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELAYANAN PUBLIK YANG PARTISIPATIF

DISUSUN OLEH :

Maysaroh (CA417111214)
Bagoes Alfian Novianto(CA417111667)

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN MANAJEMEN STIAMI


PRODI KEBIJAKAN DAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok makalah mata kuliah sistem infromasi manajemen
tentang PELAYANAN PUBLIK YANG PARTISIPATIF.

Dalam mengerjakan tugas ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan tugas ini.

Dalam tugas ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Dr.Ir. Ahmad Hidayat Rahadian, M.Si selaku dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan tugas, dan petunjuk kepada kami, serta terima kasih kepada narasumber
terkait sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.

Jakarta, 10 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................3

A. Latar Belakang..................................................................................3
B. Ruang Lingkup Penulis.....................................................................4
C. Tujuan Penulis..................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................7

A. Teori Pelayanan Publik.....................................................................7


B. Teori Partisipatif Pelayanan Publik...................................................10
C. Contoh Partisipatif dalam Pelayanan Publik.....................................12

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN.........................................13

A. Permasalahan..................................................................................13
B. Pembahasan ..................................................................................13

BAB IV PENUTUP.....................................................................................17

A. Kesimpulan ....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat
luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan
berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari
pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,
utlilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik (public reform) yang
dialami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh
tekanan masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintah. Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan
sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain
melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan
Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan Surat
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993
tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih mendorong
komitmen aparatur pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka
telah diterbitkan pula Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan
Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat. Pada
perkembangan terakhir telah diterbitkan pula Keputusan Menpan No.
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia pasal 1 nomor 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, pengertian pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas jasa, barang, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
B. RUANG LINGKUP PENULIS
Ruang lingkup pelayanan publik dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2009 meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan
administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 5 ayat (3)
Pelayanan barang publik meliputi:
a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi
pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah;
b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan
usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
c. pengadaan dan penyaluran barang publik yang pem-biayaannya tidak
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendirian-nya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara yang
ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.
Jasa publik meliputi :
a) Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b) Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan; dan
c)Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi Misi Negara yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pelayanan administrartif meliputi:
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur
dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan
perlindungan pribadi dan/atau keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda warga negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh
negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan erta diterapkan
berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

C. TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui pengertian partisipatif pelayanan publik
2. Untuk mengetahui tentang kebijakan pemerintah mengenai partisipatif dalam
pelayanan publik
3. Untuk mengetahui bentuk partisipatif masyarakat dalam pelayanan publik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. TEORI PELAYANAN PUBLIK


Definisi Pelayanan Publik
Menurut Wasistiono (2003) dalam Sagita (2010) pelayanan adalah
pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah
ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran
guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Pelayanan publik
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah
manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
terikat pada suatu produk secara fisik (Sinambela : 2005). Pelayanan Publik
diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik
dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Lembaga
Administrasi Negara : 1998). Pelayanan artikan sebagai suatu
kegiatan/keuntungan yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan
kepada konsumen/costumer yang bersifat tidak berwujud dan dan tidak dapat
dimiliki (Daviddow dan Uttal dalam Rustiana Harahap : 2010). Jadi,
Pelayanan publik merupakan pemberian layanan (melayani) keperluan orang
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh
organisasi pemerintah yang melayani pelayanan publik.
Secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima
yang tercermin dari :
1) Transparan, Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti.
2) Akuntabilitas, Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Kondisional, Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada
prinsip efisiensi dan efektivitas.
4) Partisipatif, Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5) Kesamaan Hak, Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat
dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status
sosial dan lain-lain.
6) Keseimbangan Hak Dan Kewajiban, Pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.

Jika dihubungkan dengan administrasi publik, pelayanan adalah kualitas


pelayanan birokrat terhadap masyarakat. Kata kualitas memiliki banyak
definisi. Adapun dalam definisi strategis dinyatakan bahwa kualitas adalah
segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan
(meeting the needs of customers). Salah satu faktor yang menentukan tingkat
keberhasilan dan kualitas perusahaan menurut adalah kemampuan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan. Salah satu pendekatan kualitas
pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah
model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry. disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL
sebagai berikut :
1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung,
gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang
dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama, untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi
yang tinggi.
3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk
membantu dan memberi pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat
kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang
jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam pelayanan.
4. Assurance, atau jaminan dan kepas tian yaitu pengetahuan,
kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.
Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi
(communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),
kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).
5. Emphaty, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupayamemahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,
memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu
pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Pelayanan publik yang berkualitas bukan hanya mengacu pada pelayanan


itu semata, juga menekankan pada proses penyelenggaraan atau
pendistribusian pelayanan itu sendiri hingga ke tangan masyarakat sebagai
konsumer. Aspek-aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan
menjadi alat untuk mengukur pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini
berarti, pemerintah melalui aparat dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat harus memperhatikan aspek kecepatan, ketepatan,
kemudahan, dan keadilan.

B. TEORI PELAYANAN PUBLIK YANG PARTISIPATIF


Kata partisipasi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Inggris yakni
participation adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith
Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasI dimana orang
diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga
ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat
kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun
bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.
Adapun dibawah ini akan disebutkan dan dijelaskan satu persatu konsep
partisipasi oleh para ahli yang diantaranya adalah sebagai berikut.

Davis (2000:142)
Didalam bukunya dijelaskan bahwa definisi partisipasi adalah keterlibatan
mental dan emosional seseorang atau individu dalam situasi kelompok yang
mendorong dia untuk berkontribusi terhadap tujuan kelompok dan
mempertanggung-jawabkan keterlibatannya.

Menurut Cohen dan Uphoff, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam


proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan,

dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi


sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus,
berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program
pembangunan.

Menurut Ach. Wazir Ws., et al. partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan
seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu.
Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan
dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi
dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan
dan tanggung jawab bersama.

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli dan pakar diatas, jelas sekali
bahwa keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pembangunan
adalah suatu langkah awal guna keberhasilan suatu pembangunan.
Memastikan semua proses pelayanan publik yang dijalankan kepala daerah
berserta aparatur pemerintahan bisa berlansung bersih dan transparan,
sesuai diharapkan, sebagai pengguna jasa layanan publik, yang melihat,
merasakan dan bersentuhan secara lansung dengan badan dan instansi
pelayanan publik, masyarakat diharapkan bisa ikut melakukan pengawasan.
Segencar apapun gerakan bersama dari sejumlah kelompok masyarakat sipil
bersama beberapa lembaga pengaduan publik dalam mendorong
terwujudnya sistem pelayanan publik yang berkulaitas, bersih dan transparan,
tanpa keterlibatan secara lansung dari masyarakat untuk berpartisipasi dan
turut serta melakukan pengawasan. Pengawasan bisa dilakukan dengan
melaporkan setiap pelanggaran, kejanggalan dan perlakuan didapatkan dari
aparatur pemerintahan selama memberikan pelayanan kepada masyarakat,
kepada lembaga pengaduan publik yang ada. Dengan demikian, proses
perbaikan bisa cepat dilakukan Kepala daerah maupun aparatur
pemerintahan yang bertugas memberikan pelayanan juga menyadari, bahwa
pelayanan publik yang baik sebagai suatu keharusan yang wajib
dilaksanakan. Partisipasi juga bisa dilakukan dengan tidak membuka ruang
bagi terciptanya praktik percaluan, melawati prosedur dan mekanisme yang
telah ditetapkan ketika hendak mengurus keperluan administrasi termasuk
keperluan lain. Saya kira semua kita bersepakat, pelayanan publik yang
berkualitastidak saja sekedar kewajiban kepala daerah beserta aparatur
pemerintahannya menjalankan Undang-Undang,tapi lebih dari itu, kedepen
seiring dengan perkembangan teknologi, kemajuan pembanguan dan
pertumbuhan ekonomi, pelayanan publik yang berkualitas, akan sangat
menentukan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. Contoh Partisipatif dalam pelayanan publik


 Partisipatif dalam perencanaan pembangunan kota:
 Perencanaan kota serta wilayah lebih dari sekedar alat teknis,
merupakan proses pengambilan keputusan yang integrative serta
partisipatif
 Membahas persaingan kepentingan serta terkait dengan visi bersama,
strategi pembangunan secara menyeluruh dan kebijakan perkotaan
nasional, regional maupun lokal.
 Perencanaan kota serta wilayah merupakan sebuah komponen inti
dari pradigma tata kelola pemerintahan kota yang baru, yakni
mempromosikan demokrasi lokal, partisipasi dan inklusi, transparasi
serta akuntabilitas dengan tujuan untuk menjamin
 Partisipasi masyarakat kerjasama antar masyarakat dengan
pemerintah, peran serta masyarakat tidak hanya terbatas ikut serta
secara fisik tetapi keterlibatan yang memungkinkan mereka
melaksanakan penilaian terhadap masalah dan potensi yang terdapat
dalam lingkungan sendiri, kemudian menentukan kegiatan yang
masyarakat butuhkan.
 keikutsertaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari
program yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN
1. Bagaimana bentuk partisipatif massyarakat dalam pelayanan publik?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengenai partisipatif pelayanan
publik ?

B. PEMBAHASAN
1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik
pemerintah, baik karena kebijakan (produk) maupun karena pelayanannya
(jasa)” (Abeng, 2006).Pemerintah bertugas menyediakan infrastruktur, seperti
jalan dan fasilitaslainnya, sarana kesehatan, pendidikan yang memadai dan
mampu mempersiapkangenerasi berikutnya untuk hidup sukses dalam
menghadapi kompetisi global.Selain itu, pemerintah juga bertugas
memproduksi dan menjalankan kebijakandemi terwujudnya kehidupan
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dantenteram. Diperlukan
upaya serius, keberanian, ketegasan, serta komitmen dankonsistensi untuk
memenuhi harapan itu. Untuk itu, individu pejabat dan PNSharus disiapkan
betul sehingga tidak terjadi misuse atau penyalahgunaan jabatan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang mengakibatkan kerugian
bagi kepentingan umum. Kemaslahatan umum menjadi tugas utama
pemerintah.Ketika infrastruktur sudah tersedia dengan baik, swasta juga
mempunyai peran besar dalam kemitraan dengan pemerintah untuk
mewujudkan good governance. Disinilah peran masyarakat dalam
memberikan perhatian terhadap penyelenggaraan pemerintahan agar tetap
berjalan sesuai pada track yang ada(Qodri, 2007).Suhirman mengatakan
bahwa masih besarnya dominasi pemerintah dalam proses-proses
pembuatan kebijakan, perencanaan pembangunan, pengganggaran,
penyelenggaraan pelayanan publik serta pengelolaan sumber daya dan aset
daerah. pejabat, dan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan keputusan dan
sumber daya lokal untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Masyarakat
hanya dilibatkan pada tahapan paling awalsebagai bentuk pencarian
legitimasi, tetapi masih sulit untuk memantau statusaspirasi mereka di tingkat
berikutnya, termasuk ketika telah menjadi dokumen peraturan daerah,
perencanaan dan anggaran untuk diimplementasikan.Lebih lanjut suhirman
(2007) mengatakan terbentang hambatan struktural bagi partisipasi
masyarakat yang murni bahkan masih ditemukan partisipasi yang bersifat
manipulatif sehingga tidak layak disebut sebagai partisipasi. Hal ini
disebabkan banyak Pemerintah Daerah masih memandang bahwa
masyarakat bukan elemen penting dalam proses pembuatan kebijakan,
perencanaan dan penganggaran karena sudah terwakili di DPRD. Klaim
inimenyebabkan tidak ada kewajiban dan keinginan yang kuat (terutama
dalam levelinstitusional dan operasional) untuk melibatkan masyarakat dan
memperhatikansecara sungguh-sungguh keingginan dan harapan
masyarakat dalam proses-proseskepemerintahan. Atas dasar temuan
tersebut, sangat dibutuhkan instrumenkebijakan yang memberikan kewajiban
kepada pemerintah daerah untuk menjamin keterlibatan masyarakat dalam
proses pembuatan kebijakan, perencanaan, penganggaran, pengelolaan aset
daerah dan pelayanan publik dengan memperhatikan secara sungguh-
sungguh kebutuhan, aspirasi dan harapan masyarakat.

2. Kebijakan pemerintah mengenai partisipatif dalam pelayanan publik


Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang
mengharuskan Penyelenggara Negara membuka diri terhadap hak
masyarakatuntuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif mengena iPenyelenggaraan Negara, maka pemerintah telah
mengeluarkan PP No. 68 Tahun1999 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara. Dalam Peraturan
Pemerintah ini diatur mengenai hak dan tanggung jawab serta kewajiban
masyarakat dan Penyelenggara negara secara berimbang. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat memperoleh perlindungan hukum dalam
menggunakan haknya untuk memperoleh dan menyampaikan informasi
tentang Penyelenggara Negara. Kebebasan menggunakan hak
tersebutharuslah disertai dengan tanggung jawab untuk mengemukakan fakta
dan kejadianyang sebenarnya dengan menaati dan menghormati aturan-
aturan moral yangdiakui umum serta hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Karakter Demokrasi
Negara Indonesia adalah negara yang berdaulat dengan kekuasaantertinggi
dipegang oleh rakyat. Oleh karenanya rakyatlah yang pada
dasarnyamenentukan arah bangsa ini melalui media-media demokratis yang
tersedia.Pemilihan langsung kepala daerah melalui tahapan pemilu, dimana
masyarakat bebas untuk menyalurkan suaranya kepada calon yang menurut
mereka telahdapat merepresentasikan harapan dan keinginan mereka atau
sama sekali tidak memberikan suaranya adalah merupakan bukti konkrit
suatu karakter demokrasiyang secara kontinyu terbangun di negara
ini.Demokrasi memerlukan prasyarat karakter atau perilaku dasar
tertentudalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang hakikatnya
adalah:menghormati sesama manusia sama dan sederajat dengan hak dan
kewajiban yangsama, memiliki keterbukaan hati dan pikiran, menyelesaikan
semua masalah bersama melalui dialog tanpa kekerasan dan menghormati
hasil yang disepakati,memiliki jiwa yang jujur dan semangat yang sportif.
Keempat karakter atau perilaku dasar tersebut di atas walaupun sederhana,
namun realisasinyamemerlukan dukungan pendidikan yang cukup tinggi,
karena memerlukanlandasan rasionalitas yang tinggi. Berdialog dan
berdiskusi secara santun dannalar hanya dapat dilakukan apabila para
pesertanya sama-sama memilikikemampuan bernalar yang baik. Tidak itu
saja, karena sebuah dialog yang terbukadan berhasil baik hanya dapat
dilakukan apabila masing masing peserta juga berjiwa yang jujur dan
bersemangat yang sportif, yaitu berani menerima kelebihanlawan dan
mengakui kekurangan sendiri (Wahyono SK, 2008).Budaya dasar Bangsa
Indonesia dicerminkan dalam kelima sila Pancasila.Oleh karena itu dalam
alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945diamanatkan agar
pemerintahan negara dibentuk berdasarkan Pancasila. Jadi dalam
menegakkan budaya dasar bangsa Indonesia yang pertama-tama
harusdiwujudkan adalah pemerintahan negara yang benar benar
melaksanakan ketentuan sila-sila Pancasila, yang secara nyata ditampakkan
dalam sistem pemerintahan negara, dalam struktur dan kulturnya, dalam
pelayanan publiknyadan dalam perilaku para pejabatnya.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini adalah bagaimana
pentingnya pelayanan publik yang partisipatif, terutama peran partisipasi
masyarakat dalam pelayanan publik. Karena pelayanan publik yang partisipatif
dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
Serta Relasi antara pemerintah dan masyarakat dalam kerangka pelayanan
publik perlu diperbarui dengan pendekatan yang memposisikan masyarakat tidak
hanya sebagai Cervice Costumer yang pasif, lemah dan termajinalisasi tetapi
masyarakat ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang di kehendaki.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto, 2006, “Mewujudkan Good Governance Melalui Reformasi Pelayanan


Publik” dalam Suparto Wijiyo (editor), Pelayanan Publik Dari Dominasi ke Partisipasi,
Surabaya: Airlangga University Press.

Putra M. Zein, 2006, “Pelayanan Publik dan Pemenuhan Hak Ekosob” dalam Hesti
Puspitosari (penyuting), Pelayanan Publik Bukan Untuk Publik, Malang: Kerjasama
Malang Corruption Watch (MCW) dan YAPPIKA.

Ratminto & Atik Septi Winarsih, 2005, Manajemen Pelayanan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

W. Riawan Tjandra, dkk, 2005, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam


Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan.

https://andi1rawan.wordpress.com/makalah-pelayanan-publik/

Anda mungkin juga menyukai