Anda di halaman 1dari 25

BAB 5

ARUS INFORMASI DAN PERAN LEMBAGA PENGAWAS


ARUS BERITA INTERNASIONAL

Aspek penting dari arus informasi adalah berfungsinya lebih dari 180 kantor berita
nasional, regional, dan internasional. Di antara sekian kantor berita internasional, ada lima
lembaga yang menguasai aliran utama, yaitu Reuters (inggris), Associated Press (AP-
Amerika Serikat), United Press Interational (UPI-Amerika Serikat), Agence France Press
(AFP-Perancis), dan TASS (Rusia) yang menguasai jaringan global.Mereka memiliki peran
khusus dalam arus berita internasional. AP, UPI, AFP, dan Reuters menjadi sumber menjadi
sumber dominan berita luar negeri bagi kebanyakan negara di Amerika Utara, Eropa Barat,
Asia, dan Arika serta sebagian amerika latin, sedangkan TASS menjadi sumber dominan bagi
negara-negara sosialis Eropa Timur dan sisi belahan dunia lainya. Di luar lima organisasi
berita barat tersebut, kantor berita di dua kekuatan ekonomi dunia-DeutschePresse Agentur di
jerman dan Kyodo News Agencies di Jepang-kini sedang mendekatkan status sebagai agen
berita kelas dunia. Walau telah diakua ikut mendominasi jalur berita dunia, mereka belum
bisa disejajarkan dengan AP, UPI, AFP, Reuters, yang didukung perusahaan multinasional
rekasa, seperti Exxon atau ITT. Perusahaan multinasional kerap menjadi penyandang dana,
terutama bagi kepentingan kampanye propagandistik internasional.

Menurut anggapan umum, membesarnya kekuatan agen-agen berita itu bisa diukur
dari besarnya volume dan pengaruh yang disebarkan. Namun, hingga saat ini pengaruh terus
menerus AFP dari prancis dan Reuters dari inggris dalam berita dunia lebih mirip dengan
bentuk penjejahan seperti pada masa lalu, sesuai dengan skenario geopolitik mereka pada
masa sekarang. Politik redakional mereka tak selamnya menguntungkan. Meski mereka
cukup berhasil di berberapa kawasan tertentu di Asia dan Afrika, tak jarang mereka gagal
untuk memperoleh sumber yang dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan lebih
banyak diwarnai oleh pendapat kerespondenanya sendiri.

Peran AP dalam penyebaran informasi cukup menyakinkan. Dari perhitungan agen,


lebih dari satu miliar penduduk dunia memperoleh akases informasi dari berita-berita yang
disiarkan AP. Seperti agen berita dunia lainnya , AP menggunakan jaringan kerja yang luas
dengan memanfaatkan teknologi satelit, saluran kabel bawa laut, serta transmis radio untuk
memasok surat kabar dan perusahaan siaran dengan informasi terbaru mengenai
perkembangan dunia selama 24 jam sehari. Akibatnya, surat kabar dengan perusahaan di
singapura, Buenos Aires, Johannesburg, dan New Delhi dapat menerbitak surak kabar
secara serempat tentang peristiwa yang sama .Karena tidak independen dan merupakan
bagian integral dari sturuk pemeritahan Rusia, TASS menjadi kasus tersendiri diantara agen-
agen berita dunia.

Akibat terjadinya ketimpangan dan tidak keseimbangan dalam arus berita negara-
negara berkembang menggalan kerja sama ragional dan internasional antar kantor berita dan
persetujuan pertukaran berita diantara mereka . ini merupakan perkembangan penting dalam
konteks perimbangan dan pertukaran berita internasional.

Kerja sama profesional dalam peningkatan kemampuan teknis di antara kantor berita
negara berkembang di Asia dan Afrika serta Amerika latin ini telah melahirkan Pool Kantor
Berita Negara Berkembang, di samping lahir pula kantor-kantor berita ragional baru lainnya
yang lebig mengutamakan agenda setting-nya sendiri. Kendati demikian, kerja sama ini
belum mampu bersaing dengan lima lembaga siarang milik negara-negara besar kapitalis.

Ada perbedaan besar antara kualitas serta profesionalisme agen-agen berita negara
berkembang dan negar maju. Kebanyakan agen berita negara berkembang adalah kantor
berita milik pemerintah, dan sebagai berbentuk kerja sama dengan satu atau lebih lima agen
berita barat yang menjadi penghubung di negara mereka untuk menerima berita dari agen
berita barat tersebut. Pada gilirannya agen barat ini dapat mendistribusikan berita ke kantor
berita diseluruh kawasan dunia secra lebih lancar. sementara itu, kantor berita nasional yang
kecil hanya bisa membantu memperuas jangkauan penyiaran pada sistem berita dunia.

Dengan dukungan teknologi sateli, berita sangat muda bergerak, dan ketika daya
tariknya sangat kuat, berita bergerak dengan kecepatan luar biasa. Apalagi pada era internet
sekarang ini, kecepatan transmisi informasi hanya dala hitunga detik meluas keseluruh dunia
tanpa hambatan yang bersifat politis, ideologis, maupun teknologi pada sistem pengirim dan
penerima. satelit komunikasi mampu menyiarkan peristiwa internasional secara real time,
namun, banyak khalayak internasional tidak mengetahui bahawa berita asing ditunjang oleh
tiga agen berita yang didominasi Amerika Serikat, Prancis, dan inggris. Sistem berita
internasional yang melebarluas ke seluruh dunia merupakan bentuk perkembangan media
Barat yang dominatif. berita internasional merupakan kebutuhan besar setiap warga negara.
Selain mereka bekerja sama, pada waktu yang sama mereka juga bersaing untuk memuaskan
khalayak. Redaksi dan koresponden yang bekerja pada organisasi agen berita
mengembangkan tradisi dan pola penyediaan berita dunia secara nyaris serempak sehingga
semua orang di mana pun terinformasi dan dapat menyambungsiarkan melalui berbagai
saluran yang dimiliki.

ARUS PROGRAM TELEVISI INTERNASIONAL

Lalu lintas pengaruh komuniaksi lintas budaya terjadi melalui berbagai media, salah
satunya adalah melalu siarang televisi dalam sebuah laporan survai yang dibuat oleh badan
indepen Word Radio and TV, di tunjukan bahwa arus siaran televisi mengalami pertumbuhan
yang terus menanjak priode demi priode. Menurut hasil survai tersebut pertukaran program
internasional siaran televisi dari sumber program asing dinegara-negara diberbagai kawasan
mengalami peningkatan yang cukup singnifikan.

Penelitian arus inetnasional program televisi secara tradisional mengukur presentase


program impor dan seluruh program impor dari seluruh yang disiarkan. Amerika Serikat,
Misalnya, secra absolut merupakan salah satu importir terbesar program televisi. Tetapi,
dibandingkan dengan jumlah program televisi dinegara itu, Amerika Serikat menjadi negara
pengimpor program televisi terkecil. Kekurangan dalam penelitian arus televisi ini tidak
menunjukkan jumlah dan seberapa khalayak penonton jenis program tertentu, baik program
impor maupun program lokal, yang banyak di nonton di kota-kota besar tertentu. Akibatnya
penelitian seperti itu mengalami kesulitan unruk menghasilkan temuan data kuantitatif
mengenai khalayak sehingga hasilnya hedeknya dilihat sebagai lebih bersifat indikatif
ketimbang bersifat definitif.

Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga independen untuk badan PBB, United
Nations education and culture Organization (UNESCO), menemukan dua kecenduruang
pokok dalam arus internasional program dan berita televisi, yaitu (1) terjadi lalu lintas yang
bersifat searah dari negara pengekspor ke negara lain, dan (2) arus ini kebanyakan
mengalirkan materi hiburan. Dibandingkan dengan temuan dekade sebelumnya, telah terjadi
pergeseran kecendurungan. Survei sebelumnya menunjukkan tidak terjadinya perubahan
besar, tetapi mencatat adanya kecendurungan peningkatan pertukanran program di tib=ngkat
regional tertentu.

Beberapa negara amerika latin muncul sebagai pengeskpor program televisi


internasional yang penting, terutama telenovela. Secra tradisional tadinya kawasan ini
merupakan pengimpot program yang peresntasinya cukup tinggi ( sekitar 50%) yang
kebanyakan merupakan program buatan amerika serikat. kemudian terjadi kenaikan
pertukarang program yang berlangsung di antara negara-negara Amerika latin dengan
khalayak yang berbahasa Spanyol di Amerika Serikat, terutama dalam bentuk opera sabun
(soap opera). Bersama dengan itu terjadi pula peningktan ekspor drama televisi ke kawasab-
kawasan lain di dunia. Eksporir dari kawasan ini adalah Brasil dan Meksiko yang diikuti
berturut-turut oleh Vanezuale,Peu, dan Kolumbia.

Konglomerasi media televisi Meksiko, Televisa, merupakan program televisi terbesar


di kawasan amereika latin dan telah menghasilkan kurang lebih 7.000 jam program setiap
tahunya guna memenuhi kebutuhan kempat saluran televisi dalam kelompok perusahaan
miliknya. Selain memenuhi kebutuhan sendiri, sekitar 70% program produksinya
dimaksudkan untuk dijual di pasar regional dan internasional. Televiasa memiliki program
televisin sepajang 40.000 jam dan menngorganisasikan program televisi sebanyak 20.000 jam
pertahun. Di brasil, p[ada 2006 perusahaan televisi Globo mencatat hasil penjualan program
di luar negri mencapai lebih dari 100 juta dollar AS.

Sekitar 85% dari program yang diekspornya berupa opera sabun,sedangkan sisanya
berupa film seri, mini seri, berita, laporan olahraga, musik, dan program khusus. Ekspor
program Globo di arahkan ke pasar yang terpisah di Erop Barat, Amerika Utara, dan Amerika
Latin serta negara-negara yang berbahasa Portugis Di Venezuela, RCTI termasuk pengekspor
besar program televisi di Amerika Latin. Penjualan programnya di luar negri pada 2006
menyukai pendapatan Global, Selain ekspor program, pertukaran program televisi ini
dimungkinkan dengan adanya televisi sistem kabel yang dihubungkan dengan antene
parabola yang dikelola swasta, yang menangkap siaran televisi negara tertangga, terutama
dari seluruh Amerika Latin dan Karibia. Sistem ini, di Bolivia misalnya, telah terpasang sejak
1984.

Terjadinya peningkatan yang cukup singnifikan dalam pertukaran program


internasional dari sumber program asing di negar-negara diberbagai kawasan akhir-akhir ini
sekaligus juga mengambarkan keseluruhan lalu lintas pertelevisian internasional. Tabel satu
berikut ini menunjukan pertumbuhan siarang televisi internasional.

TABEL 1
PERTUMBUHAN SIARAN TELEVISI INTERNASIONAL
(JUMLAH DINAS SIARAN LUAR NEGERI PER KAWASAN)
Kawasan 1960 1970 1980 1986 2005 2012
Eropa 19 28 27 26 34 41
Afrika 3 5 18 17 20 22
Timur Tengah 7 9 12 12 15 23
Asia 13 16 20 21 29 39
Amerika latin 5 6 6 10 15 20
Sumber: unesco statistical yearbook, 1988: word
radio and Tv Handook, 2013.
Distribusi Televisi
Terapan atau aspek khalayak arus televisi merupakan dimensi penting dalam menuntukan
pola-pola pertukaran televisi yang benar-benar signifikan. Sayangnya, data mengenai
pemakaian televisi hanya bisa diperoleh secara terbatas di beberapa negara. Informasi
khalayak yang menonton program impor juga sangat terbatas. Tabel 2 dibawa ini meringkas
pertumbuhan ketersediaan jumlah pesawat televisi dan memberikan kesan umum mengenai
evolusi distribusi.

TABEL 2
JUMLAH PESAWAT PENERIMA SIARAN TELEVISI 1986-2012
Pesawat penerima Pesawat penerima per 1.000
(jutaan) penduduk
1986 2005 2012 1986 2005 2012
Dunia 710 1164 1517 511 912 953
Afrika 15 35 48 25 38 44
Amerika 268 346 466 397 431 442
Asia 138 258 339 46 79 93
Eropa ( termasuk rusia) 280 389 497 362 406 420
Osiania 9 17 25 360 381 288
Negara maju 564 873 1134 472 837 859
Negara berkembang 146 211 279 39 74 82
Sumber: unesco statistical yearbook,1988: TV Gueide 2012.

Tabel 3 dibawa ini menunjukan pemakaian televisi secara aktual di negara-negara di


sejumlah kawasan dunia . Data ini menunjukan masyrakat yang menjadi khalayak sajian
siaran televisi paling banyak berasal dari Amerika utara dan Amerika latin.

TABEL 3
PEMAKAIAN TELEVISI DI SEJUMLAH KAWASAN
Jumlah Pesawat Penerima Pesawat penerima per 1.000
(jutaan) penduduk
Kawasan 1986 2005 2012 1886 2005 2015
Afrika 5,7 9,6 13,5 13 24 33
Asia 143 230 269 45 67 78
Negara arap 70 30,8 41,8 85 141 162
Amerika utara 209 297 328 378 416 435
Amerika latin dan karibia 59 99 114 145 173 96
Sumber unesco statistical yearbook,1988; TV Gueide, 2012

Dalam melihat tabel 3, disarankan untuk berhati-hati bila hendak di gunakan untuk
membandingkan waktu menonton di berbagai negara yang berbeda-beda karena pada
umumnya metodelogi yang digunakan berbeda. Ada negara yang secara tradisional mengukur
pemakaian televisi dibatasi pada lingkungan rumah tangga sehingga data yang berkaitan
dengan pemanfaatan secara individual bisa jadi kurang akurat atau kurang dipercaya.

SALURAN TELEVISI BARU

Sejak 1960 hingga dasawarsa selanjutnya, telah terjadi penambahan tajam mengenai
jumlah saluran televisi, khususnya dieropa dan diamerika utara, sebagai akibat kemajuan
teknologi baru ( satelit, kabel, dan video) serta deregulasi yang dilakukan di beberapa negara.
Karena di regulasi baru tersebut berpuasat di negara-negara industri maka informasi
menegani sifat dan isinya pun terbatas hanya pada negara-negar tersebut. Dicekung pasar
Eropa barat akhir-akhir ini telah ditawarkan sebanyak 30 saluran satelit, sekalipun
kebanyakan baru merupakan siaran percobaan. Jumlah yang sebanding telah dioperasikan
sejak beberapa tahun sebelumnya yang menawarkan program campuran olahraga, film cerita,
berita, dan hiburan lain selama 24 jam sehari. Kecendurungan baru ini telah menarik
perhatian beberapa penelitian komunikasi untuk melakukan penelitian. penelitian itu
dirancang untuk menyajikan jumlah data ilustratif-meski terbatas-yang menunjukan pola arus
televisi diseluruh kawasan dunia.

Tabel 4 memerinci tayangan program dibeberapa negara Eropa Barat.

Data ini mencakup beberapa jenis stasiun televisi dan saluran satelit utama yang menjangkau
kawasan ini. Indikasi perkembangan kontemporer dalam profil program sejalan dengan
pertambahan banyaknya saluran. Karena kebanyakan saluran satelit bergantung pada
distribusi kabel maka haklayaknya pun cukup beragam sesuai dengan penetrasi kabel disetiap
negara.

TABEL 4

JUMLAH TAYANGAN PROGRAM HIBURAN DI EROPA BARAT


(BERDASARKAN STASIUM TELEVISI)

Tipe stasiun 1985 1986 1987


Non komersial 43 36 54
Umum komersial 50 52 58
Swasta komersial 78 86 81
Saluran satelit 94 88 75
Sumber : summari report 1985-1987, horison media international, september 1988

Kedekatan geografis antarnegara di Eropa memungkinkan khalayak bisa menyaksikan


siaran televisi dari negara tetangga. kebanykan negara sosialis Eropa pun bisa menyaksikan
siaran televisi dari negeri tetangganya. Di Polandia, 15% pemirsa televisi memiliki akses
terhadap siaran dari negeri lain, sedangkan di Hunggaria hal ini mencapai 30%. Program satu
televisi Rusia bisa disaksikan di hampir seluruh wilaya dalam kawasan negri-negri sosialis
Eropa, sungguh pun jumlah khalayak sangat bergantung pada pemirsa yang memahami
bahasa Rusia. Di Hungaria, misalnya, sekitar 2% dari penduduk dewasa menyaksikan televisi
Rusia, sedangkan di Bulgaria, yang penduduknya menguasai bahasa Rusia, lebih banyak lagi
jumlah pemirsanya. Terlabih lagi di Bulgaria terdapat fasilitas stasiun relai yang ditempatkan
di sofia. sebagai negara yang wilayanya luas dan jumlah penduduknya besar, khalayak
televisi di Rusia merupakan mayoritas di antara seluruh negara sosialis. Arus televisi regional
untuk beberapa hal yang terjadi di Eropa Barat tercakup dalam Tabel 3 di atas.

Terbukanya peluang bagi khalayak untuk bisa menerima siaran langsung dari negara
tetangga, berdampak pada program impor di kawasan ini.Begitu juga yang terjadi di
Bulgaria. Oleh karena itu, fenomena ini berpengaruh terhadap impor program di antara
negara-negara di bagian timur Eropa tersebut. Penurunan porsi program impor dari Rusia
terendah dicapai Bulgaria, yakni hanya 1% saja pada 1985, dan penuruanan tertinggi terjadi
di Hungaria hingga sampai 50%. Rendahnya program impor di Bulgaria merupakan akibat
dari tingkatkannya kemampuan stasium relai di Sofia dalam hal ini,eurovision dan
intervision dari polandia memasok sekitar 70% jumlah berita dan laporan aktual yang
mendomininasi program impot untuk televisi. Sedangkan jumlah program impor di Polandia
pada 1988 mencapai 26% dari keseluruhan program televisi. Data tersebut menunjukan
perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan kebanyakan sistem sistem televisi dan
program yang ditawarkan distributor di seluruh dunia. Selain meningkatkan peluang untuk
menyaksikan program negara tetangga atau negara asing, teknologi transmisi baru di
beberapa kawasan telah meningkatkan perhatian pada kurangnya standar umum tayangan
iklan, pertukaran hakcipta, hak jawab, dan sebagainnya.
Di Eropa Barat, Dewan Eropa telah mengorganisasikan serangkaian konferensi
tingkat mantri mengenai siaran televisi lintas batas. Konferensi semacam ini telah digelar
beberapa kali di Wina pada Desember 1986: di Stockholm pada November 1988: dan di
Siprus pada 1991. Meski konvensi Eropa mengenai televisi Lintas-Batas telah di setujui pada
15 maret 1989,aturan mengenai ekonomi dan bisnis program televisi pada tahun-tahun
selanjutnya terus direvisi selara dengan perubahan situasi. Selain dengan prakarsa Dewan
Eropa, Dan Kebudayaan Eropa juga telah bekerja sama dengan Lembaga Eropa untuk Media.
Kerja sama ini berhasil menyepakati alokasi anggaran bagi pembuatan program populer
bersama dalam rangka efisiensi. Kerja sama ini juga mencakup publikasi penelitian atau
studi mengenai perkembangan pertelevisian. Di antara laporan yang telah diterbitkan adalah
laporan pada Juni 1989 mengenai arus televisi lintas-batas yang bertajuk: Europe2000: What
Kind of Television. Laporan tersebut memberikan ulasan mendalam mengenai perkembangan
yang terjadi dalam lanskap televisi Eropa dan mengusulkan pendirian Forum Televisi Eropa.

Sejak 2000 hingga sekarang, perhatian Dewan Eropa terhadap perkembangan siaran
televisi kian nyata diperlihatkan, sehingga bisa diketahui dari bayanknya keragaman objek
penelitian dan studi yang dilakukan. Studi yang dilakukan pada 2005, misalnya,
menunjukkan perhatian yang semakin spesifik pada bidang riset dan survei yang dilakukan
termasuk cakupan survei mengenai waktu utama menyaksikan siaran dan jenis-jenis program
yang paling disukai khalayak pemirsa. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa waktu utama
menyaksikan siaran adalah antara pukul 18.30-22.30 waktu setempat, sedangkan jenis
program yang didetifikasi membentang, mulai dari jenis program menghibur sampai program
serius, di samping program-program ragional, seperti olahraga dan pendidikan serta hiburan
untuk kanak-kanak. Studi ini juga mengindentifikasiprogram komersial yang mengacu pada
persoalan: apakah stasium tersebut menayangkan iklan atau tidak.

ARUS VIDIO INTENASIONAL

Pasar kaset vidio menjadi relevan secra statistik hanya pada akhir dekade 1970-an hingga
1980-an. Pada dasarnya selanjutnya, ketika terjadi perubahan teknologi perekaman, pasar
kaset vidio digantikan dengan pasa VCD-DVD yang mengalami tingkat pertumbuhan luar
biasa di beberapa kawasan pasar dunia

TABEL 5
PASAR AUDIO KASET DAN CD BARU DI AMERIKA-EROPA (1991)
Disk Analog
Negara Singles LP Kaset Compact Disc
Jepang 6.208 9.392 8.772
Amerika Serikat 2.736 2.345 2.260 2.365
Perancis 2.161 5.561 3.646 2.459
Inggris 4.140 4.915 N 1.944
Italia 949 1.928 N 2.612
Jerman 3.005 2.518 2.660 4.105
Sumber: International Phohogram and Videogram Producer Federation,1992

Dalam laporan yang disusun John Libbey (1998) dan di terbitkan oleh Unesco Press
ia menyimpulkan terjadi kecenderungan yang terus meningkatkan mengenai arus vidio.
Laporan terakhir yang dipersiapkan UNESCO bekerja sama dengan unit penelitian siaran
yang berpengalaman di London. video-world-wide, secara luas menginformasikan
berkembanganya arus video di 39 negara terpilih di seantero dunia. Sayangnya, laporan ini
tidak mengumpulkan data secara tepat yang bisa diperbandingkan antara kota per kota pada
kebanyakan wilayah.

Berdasarkan laporan tersebut, ada empat wilaya dunia yang merupakan wilaya “kaya
video”, yaitu Jepang Asia Tenggara; negara-negara Arab; Eropa Barat; dan Amerika Serikat.
Pasar video di wilaya tersebut tingkat pertumbuhanya berbeda-beda secara singnifikan’
termasuk dalam hal teknologi video yang digunakan den puncak-puncak tertingi dalam
penetrasi pasarnya. Oasar di kawasan tersebut tumbuh jauh melebihi pasar di kawasan Eropa
Timur, Afrika, dan Amerika Latin,

Sebelumnya, Asosiasi Industri Elektronika (1988) yang bermarkaas di New York


menurunkan laporan yang agak berbeda mengenai konsumen elektronika dinpasar dunia.
Laporan ini mencatat perkembangan arus video yang melambat pada dekade 1980-an,
Amerika Serikat menjadi pasar terbesar di dunia dengan perkiraan menyerap penjualan 12,5
juta video cassete recorder (VCR) DAN 290 juta kaset kosong pada 1988.

Sementara itu, pada November 1987, Screen Digest melaporkan bahwa pembajakan
perangkat lunak juga meluas di berbagai wilaya dunia.Hasil survei yang dilakukan Screen
Digest menunjukkan bahwa pembajakan perangkat lunak merupakan bagian yang sangat
signifikan dalam pasar kaset video, Pembajakan tertinggi terjadi Indonesia yang menjapai
90%-95%; di Filifina 70%- 75%; di Venezuela dan Brazil 30%-60%; di Belanda dan Italia
25%-50%.
Laporan UNESCO- BRU menemukan empat variabel pokok dalam penyebaran video,
yakni harga, pajak, dan pembatasan oleh pemerintah, distribusi pendapatan serta, isi siaran
televisi. Penelitian ini pun merumuskan tiga modus pemanpaatan utama video berdasarkab
urutan sebagai berikut: penggeseran waktu (merekam program televisi ke dalam video utama
ditonton kemudian), menyaksikan materi nonsiarannonprofesional, seperti flem keluarga,
yang merekam acara pertemuan-pertemuan keluarga atau peristiwa sejenisnya.

Modus penggeseran waktu program televisi reguler dan menonton flem cerita melalui
kaset video merupakan hal penting dalam pemakaian video karena berpengaruh terhadap
rasio komsumsi materi impor danlokal yang diyakini mencerminkan situasi umum arus
televisi dan film. Namun, karakteristik video yang penting adalah memungkinkan rumah
tangga memilih programnya sendiri untuk mndapatkan pilihan terbaik. Dalam hal materi
nonsiaran prefesional, flem jelas secara signifikan sangat mendominasi, disusul beberapa
video pop, yang sirkulasi internasionalnya cukup besar.

Hal lain yang penting dicatat adalah bahwa terdapat kecenderungan pemanfaatan
video yang berbeda di kalangan komunitas imigran. Perbedaan ini utamnya disebabkan
situasi yang berbeda. Bagi orang-orang Asia yang bekerja di Teluk Persia dan orang-orang
india yang menjadi komunitas minoritas di inggris, video merupakan cara yang dapat
membantu menjaga hubungan dengan tanah airnya. Dalam beberapa kasus, hal ini berkaitan
dengan urutan pemakaian utama video, misalnya untuk merekam acara perkawinan dan
peristiwa lain yang membutnya tetep terhubung dengan tanah air.

ARUS FILM INTERNASIONAL

Hamid Howlana (1986-76) dalam bukunya, Global Information and World Communication,
menyebutkan bahwa sesuai hasil survei yang dilakukan pada 1987 tergambar adanya arus
informasi global melalui berbagai media, tak terkecuali dalam perfilman internasional,
sebagai kecenderungan umum. Sekaligus statistik produksi film dunia tak menunjukkan data
yg lengkap, data yang diperoleh dari survei tersebut menunjukkan bahwa dua negara Asia
berada pada posisi teratasdalam produksi film panjang, yaitu Jepang dan India, yang masing-
masing memproduksi flem lebih dari 400 judul setiap tahun. Kelompok kedua diduduki
produsen film asal Italia, Amerika Serikat, dan Rusia yang masing-masing telah membuat
sebanyak 250-300 film setiap tahun. Negara-negara yang memproduksi film lebih dari 200
judul per tahun adalah Perancis, Korea Selatan, Hongkong, Yunani, dan Spanyol. Sedangkan
negara yang produksi filmnya mendekati 100 judul setisp tahun adalah Meksiko, Jerman,
Iggris, dan Pakistan.

Diperkirakan hasil produksi global film panjang menjapai 3.400-3.900 buah. Namun,
angka ini tidak menunjukkan jumlah film yang didistribusikan dan dipertunjukkan secara
internasional oleh distributor kecil. Data ini mengindikasikan bahwa tidak sedikit negsra
pembuat film mendistribusiksn filmnya secara internasional dalam jumlah yang lumayan
besar. Film produksinya terutama diperuntukkan secara nasional dan regional. Di antara
negara –negara penghasi film, Amerika Serikat memiliki peran dominan dalam
pendistribusian film Bersama produsen flem dari Perancis, Italia, inggris dan Jerman
diperkirakan telah memasok antara 80-90%dari seluruh film impor yang beredar di negara-
negara nonsosialis.

Untuk tingkat kawasan dunia, industri film Afrika usianya masi relatif muda. Di
kawasan ini, nagara yang memiliki industri filmyang paling benyak produksinya adalah
Mesir yang diperkirakan menghasilkan 50 film setia tahun. Sementara itu, negara-negara di
Selatan Sahara- bila ada-masing-masing diperkirakan telah menghasilkan satu atau dua film
setiap tahun. Film-film buatan Amerika agak kurang mendapatkan perhatian di kawasan
inibila dibandingkan dengan kawasan lain. Untuk negara-negara berbahasa Perancis,
misalnya, impor film asal Perancis melebihi jumlah film impor Amerika. Negara lain yang
menjadi sumber utama film tingkat kawasan dunia adalah India. Film-film India banyak di
impor terutama di wilaya Subsahara Afrika yang pada umumnya anti terhadap hal-hal yang
berbau Inggris.

Pada sisi lain, kebanyakan pertukaran informasi intraregional memulai film di Asia
menujukkan arti penting bagi etnik minoritas imigran yang tinggal di kawasan Asia.
Khalayak minorutas, seperti China dan Indiadi Malaysia,di laporkan merupakan 54% dan
12% dari jumlah penonton film yang di tayangkan di bioskop-bioskop Malaysia. Misalnya,
Namun, minoritas etnik di kawasan ini yang tinggal di negara lain, di luar Malaysia, memiliki
kebutuhan terhadap informasi, yang secara umum di perhitungkan menambah arus
informasidi Asia. Sumber-sumber penting arus informasi ini adalah produser yang eksportir
film terbesar secara regional. India boleh jadi negara penghasil film di dunia dengan produksi
lebih 900 film pada 1985, Jerman 319 film, dan Hongkong118 film. Film India di ekspor ke
80 negara dan menghasilkan penerimaan dari jumlah tiket sebesar 440 juta dollar AS. India
memiliki 11.682 gedung

bioskop yang dua pertiganya berada di daerah perkotaan. Fasilitas bioskop yang ada di asia
menujukkan rentang yang sangat jauh berbeda mulai dari 1 kursi per 1.000 penduduk di
Afganistan sampai 1 kursi per 40 penduduk di Israel-Plestina.

Brasil dan Meksiko merupakan pruser film terkemuka di Amerika Latin dengan
produksi lebih 80 film setiap tahun, di susul Argentina yang produksinya mencapai 15-25
film per tahun. Selain menjadi produser, ketiga negara tersebut sekaligus merupakan
eksportir utama film untuk kawasan Amerika Latin. Rata-rata antara 10-15% film yang
diprtunjukkan di Amerika Latin diimpor dari negara lain. Mayoritas film asing yang di impor
ke hampir seluruh negara di kawasan ini berasal dari Amerika Serikat, kecuail Brasil.
Selamadekade 1980-an, film Amerika berada di peringkat kedua setelah film Italia. Kawasan
ini mengungguli kawasan lain, termasuk Eropa,dalam hal kapasitas tempat duduk bioskop
perpenduduk.

Produksi film Eropa berjumlah sekitar sepertiga dari total produksi film dunia.
Perancis dan Italia merupakan dua negara terkemuka dalam industri film di Eropa, dalam
artian pruduksi dan ekspor. Kedua negara ini diikuti oleh Spanyol, Inggris dan Jerman.
Kebanyakan film impor di Eropa Barat adalah film buatan Amerika Serikat yang menguasai
pangsa pasar antara 40-70% dari keseluruhan impor film Eropa. Namun negara-negara
sosialis di Eropa mengimpor lebih dari seperempat filmnya dari Rusia dan seperempatnya
dari negara sosialis di kawasan ini.

Menurut laporan majalah Variety, 2 November 1988, pada akhir 1980-an produksi
film cerita di Amerika Serikat mebcapai sekitar 290 film setiap tahun, kurang lebih sebanyak
120 film diedarkan oleh distributor besar.Impor film di Amerika pada 1987berjumlah 157
157 film dengan perincian 28 berasal dari inggris, 23 dan Perancis 18 dari Kanada, 12 dari
Australia, 11 dari Italia, 10 dari Jepang, 9 dari Jerman,8 dari Rusia, Dan 6 dari Brasil.

Begitu juga halnya di Kanada, kebanyakan materi film yang didistribusikan berasal dari luar
negeri. Pada 1957, dari 500 film yang diedarkan, pemutaran pertamanya dilakukan di
Kanada, dan hanya 35 film yang berasal dari kanada. Dari 1.529 film impor pada 1957,
sebanyak 38,5% berasal dari Amerika Serikat dan 17% dari Perancis.

Isi Film dan Vidio


Pada umumnya , konten atau isi film dan vidio tergolong konten cerita, yang
didominasi oleh kinten yang berisat fiksi, sedangkan konten fiksi (kisah nyata) hanyasedikit,
Tema cerita ewmaja atau kawin muda, seperti kisah roman atau percintaan, merupakan tema
yang mendominasi, disusul konten action atau petualangan serta konten hiburan, terutama
music dan lagu-lagu. Sementara itu, film atau video yang diproduksi di Amerika dan Eropa
memiliki konten yang bersifat popular, baik fiksi maupun fiksi. Hanya saja secara teknis
penggarapannya terkadang disiplin dengan rekayasa teknologi di samping konten yang
melulu bersifat murni fuksi ilmu pengetahuan penyajian konten semacam ini boleh dikatakan
merupakan salah satu ciri film dan video yang dihasilkan Amerila, di samping ciri lainnya
yang lebih menenoonjol gaya hidup konsumeris-kapitalis, kemewahan, foya-foya, mabuk-
mabuk, rokok, seks, perjudian kekerasan dan kriminalitas.

Ciri konten film dan video semacam iitu tampaknya dipicu oleh nilai-nilai kebebasan
yang diagung-agungkan dalam budaya Amerika, khususnya kebebasan berekspresi. Selain
itu, gaya hidup konsumeris-kapitalis yang diwakili dengan sajian gaya hidup penuh
kemewahan dan foya-foya serta seks hingga perjudian, kekerasan dan criminal sebagai
cerminan dari perspektif kapitalis yang lebih menjurus pada gaya hidup hedonis.

Kuatnya penonjolan ciri-ciri tersebut, seperti disebut oleh sejumlah pengamat


kedudayaan, merupakan cerminan Amerikanisme dalam industry kebudayaan Amerika, Pada
giliran selanjutnya, konten dengan ciri seperti itu mendapatkan serapan yang kuat di tengah
pasar. Tak jarang produser film dan video dari Negara lain memproduksi film dan video
serupa Karen alas an komersial, Kecenderungan ini disebut sebagai Amerikanis industry film
dan video, sayangnya, Belum pernah ada penelitian dengan focus perhatian yang serius
terhadap ciri-ciri film dan video produksi Amerika tersebut sehingga tak bias diperoleh data
akurat mengenai kecenderungan secara kuantitatif. Kendati demikian, pengamatan secara
umum banyak mengajukan penilaian terhadap film dan video Amerika dengan ciri-ciri
tersebut.

Akan halnya konten film dan video yang diproduksi oleh Negara lain selain Amerika
Serikat sebagian lebih menonjol ciri-ciri film yang bersifat nilai-nilai budaya local
tradisional. Kendati demikian, konten yang menonjolkan gaya hidup pop juga tak
ditinggalkan. Para pakar komunikasi yang mengamati konten gaya hidup pop dan film dan
video yang diproduksi oleh Negara diluar Amerika menyebut hal itu sebagai efek halo dari
ciri budaya Amerikanisme, sedangkan pakar lain menyebutnya sebagai Amerikanisasi dalam
industry kebudayaan.

PERANG INFORMASI

Negara besar dan kuat sejak dahulu hingga kini masih terus terambisi terus beramsi
untuk mempertahankan dan memperkokoh higomoninya atas Negara-negarayang
lemah.Ambisi ini merupakan bagian dari upaya untuk melanjutkan penjajahan.Penjajahan
dengan mengandalkan kekuatan senjata seperti pada masa lalu telah berakhi.Pada era
globalisasi informasi sekarang ini penjajahan berlanjut dengan mengandalkan kekuatan
informasi.Adagium yang berlaku dalam peperangan ini.Siapa yang menguasai informasi,
dialah yang menguasai dunia.

Tak pelak lagi dalam perkembangan dunia sedemikian ini perang informasi tak
terhindarkan, Kecamuk perang informasi ini menghadap satu kubu yang menguasaiinformasi
dan kubu lain yang kurang menguasai. Perlu disadari bahwa dalam arus media massa
internasional,kunci penjaga gawang (gate keeper) berita internasional berada di tangan
Negara-negara yang menguasai teknologi dan produksi informasi, yakni di Kota New York,
London, Paris dan beberapa kota metropolitan dunia lainnya. Itu berarti Negara lain yang
kurang menguasai teknologi telekomunikasi dan transportasi musykil dapat memenangkan
informasi ini.

Ketimpang dalam penguasaan teknologi kemunikasi dan informasi semakin


menyulitkan posisi Negara-negara yang dijadikan target.Dalam perang yang ditandai dengan
gempuran informasi oleh corong-corong media Barat, tak jarang informasi direkasya dan
dimanupulasi untuk mendiskreditkan pihak lawan.Dengan mengandalkan keunggulkan
teknologi dan kecanggihan pengelolaan pesan, manipulasi informasi biasanya dilakukan
dengan mengesampingkan bukti riil dan fakta.Oleh sebagian pakar komunikasi, perilaku
seperti ini disebut sebagai teori pengeburan atau pengecohan dan sebagian pakar komunikasi
lainnya menyebutnya sebagai teori pengaburan atau pengecohan dan sebagain pakar
komunikasi lainnya menyabutannya sebagai teori pencitraan buruk atau pembunuhan
karakter. Perilaku seperti ini tidak melulu ditunjukan dalam perang psikologi (psy-war),
tetapi juga keyika pengaruh yang hendak ditanamkan tidak menemukan saluran atau
mengalami hambatan. Misalnya, Ketika Amerika Serikat menghadapi Irak di bawah Saddam
Husein, saluran komunikasi sudah tertutup, presiden Irak itu dicitrakan sebagai teoritis.
Pencitraan buruk yang dibesar-besarkan ini jelas tidak berdasarkan fakta, meskipun demikian
terus digembor-gemborkan agar kebohongan ini di terima sebagai kebenaran. Hal ini juga
terjadi pada kasus hubungan Palestina _Israel.

Para propogandis barat sependapat bahwa kebohongan yang di rencanaka secara terus
,emerus atau bertubi-tubi bias menjadi kebenaran yang tidak terbantahkan. Pendapat inilah
yang kemudian di jadikan sebagai pijakan teori atau pola dalam persng informasi.Media
Barat tidak jarang menjauhkan khalayak dari isu yang sesungguhnya dengan menyajikan
informasi yang menGndung opini tidak popular ke tengah public internasional, seperti isu
irak memiliki senjata nuklir.MEDIA Barat tidak jarang menjauhkan khalayak dari isu yang
sesungguhnya dengan menyajikan informasi yang mengandung opini tidak popular ke tengah
public internasional, seperti, Isu Irak memiliki senjata nuklir. Media Barat, khususnya media
Amerika Serikat, melalui jaringannya yang luas kerap menjejali masyarakat dunia dengan
informasi tersebut akan ditemukan bahwa informasi tersebut tidak sesuai dengan bukti dan
fakta yang sebenarnya. Mantan wartawan CBNC Asia, Jerry D. Grey (2006), dalam bukunya,
DOSA-DOSA MEDIA AMERIKA, menyatakan bahwa dalam perang informasi media Barat
berkonspirasi dengan agen setempat yang berpengaruh untuk menyebar kebohongan atau
informasi tersebut dikemas secara fantasi dan tidak mudah diverifikasi sehingga khalayak
yang tidak kritis menyangkalnya. Penerapan teori konsporasi dalam perang melibatkan peran
pemimpin pendapat avonturir yang dibayar untuk menjalankan misi pengaburan kebenaran.

Perang informasi yang paling vulgar terjadi dalam pemberitaan uang tentang konflik
Israel-Palestina. Pada November 1977, para personel dari stasiun televise Amerika Serikat
berpartisipasi dalam perestiwa yang mempromosikan perdamaian antara Mesir dan Israel
hingga melahirkan istilah media diplomacy. William Cronkite dari CBS dan Barbara Walters
dari ABC menjadi saluran komunikasi antara presiden Mesir, Anwar Sadat, dan perdana
Mentri Israel, Menachem Begin. Komunikasi ini mencapai puncaknya dengan kunjungan
Sadat ke Israel Untuk berbicara antara dua Negara yang tak memiliki hubungan diplomatic
itu, Dampak paling dramatis dicapai CBS, Cronkite merekam wawancara terpisah antara
Sadat dan Begin, serta mengatur jadwal tersendiri penyiaran dua arah ( baca; Tidak tiga arah)
via satelit. Penyiaran dua wawancara tersebut lebih dahulu di sunting kemudian disambung
sehingga memberikan kesan seolah-olah dia sedang melakukan wawancara tatap muka secara
langsung dengan kedua pemimpin tersebut, dengan Cronkite sebagai pewawancara. Dengan
demikian, jutaan pemirsamendominasi,televise di seluruh dunia mendapat kesan bahwa
Cronkite membawa serta kedua pimpinan tersebut disebuah tempat. Padahal, tidak demikian
fakta yang sebenarnya.Inilah manipulasi.
Dalam pwristiwa lain, sebagian besar public internasinal merasa senang oleh laporan
televise tentang Perang Vietnam yang selalu memberitakan kemenangan demi kemenangan
yang di capai pasukan Amerika Serikat di medan perang “ Perang Pertama Di Televisi”
membangkitkan reaksi tak terkesan. Namun, mendadak sontak public tersentak begitu
mendengar AS menderita kekalahan total dan hengkang dari Vietnam. Kekagetan ini boleh
jadi gambaran bertubi-tubi pada layar televise tentang kematian dan kehancuran serta
heorisme pasikan AS dalam perang, Sementara kehebatan pasukan Vietnam dalam bergliriya
dan melumpuhkan kekuatan militer AS pernah ditayangkan.

Contoh lainnya, para pejabat Negara zionis Israel memerintahkan tentaranya dengan
helicopter miletr dan sejenak canggih untuk menyerang pemukan Palestina dan membunuh
warga sipil hsmpir setiap guna melemahkan semangat dan pertahanan para mujahidin
Palestina. Tetapi reportase jaranng televise dan pers dunia memberikan penghargaan tinggi
kepada Israel karena telah melakukan aksi bela beladiri. Padahal Israel adalah Pihak yang
memulai melancarkan serangan. Tindakan militer Israel tersebut nyata-nyata merupakan
serangan biadap terhadap warga sipil dan dapat memicu peperangan baru serta merusak
upaya perdamaian, Namun, perang Balkan di Yugoslavia antara islam verzus Kristen dan
konflik Maluku di Indonesia antara komunitas islam versus komunitas Kristen. Tayangan
televise dan pers Barat cenderung memojjokan pihak-pihak yang tidak disukai, apalagi bila
urusan politik dilibatkan didalamnya.

Sebelumnya, berita bohong besar juga dilansir oleh televise dan pres Barat tentang
pendaratan Niel Amsrtong di bulan. Akal sehat dan ilmu pengetahuan tidak dapat menerima
hal tersebut karena Appolo itu pasti akan meledak begitu memasuki ruang angkasa yang
hampa udara. Bagaimna mungkin Appolo bias dikendalikan selama berminggu-minggu di
sana sampai mendarat dibulan dan kembali ke bumi. Meteor yang terdiri atas unsur bahan
yang sangat Padat begitu masuk ke atmosfer bumi terbakar dan hancur, mengapa Apollo
tidak? Lewat hamper setengah abad, misi pendaratan ke bulan itu tak terdengar kelanjutanya.
Di sini, masyarakat internasional kian meyakini kebohogan berita tersebut.

Berita paling mutakhir adalah peristiwa lumatnya menara kembar WTC di New York
hingga berkeping keeping dan berdebu-debu pada 11 september 2000. Bagaimana mungkin
gedung kembar sebesar dan sekekar itu bisa hancur lebur sampai lantai dasarnya hanya karna
bagian atasnya tertabrak pesawat terbang sipil? Bangkai pesawat tertinggal ditempat, tetapi
ratusan penumpangnya tak ditemukan mayatnya.
Walau tidak dinyatakan secara tegas, agen berita Amerika menganut pandangan
bahwa hak Amerika untuk mengetahui berarti juga hak dunia untuk mengetahuinya.
Sayangnya, prinsip ini tak pernah dihargai secara proporsional. Setiap berita yang masuk dan
keluar Amerika harus dipilih atau ditolak oleh gate keepers. Begitulah alurnya sehingga
kasus sandera AS di Teheran, hebonya skandal Watergatedi Amerika, pembajakan pesawat
udara di Timur Tengah, bencana nuklir di Three Mile Island, atau berita lain yang dilaporkan
media Amerika dapat dan sering harus di baca sebagai berita untuk kepentingan elite
penguasa di panggung kekuasaan Amerika dari pada untuk kepentingan public internasional.

Selain itu, peran informasi ini juga melibatkan tugas jurnalistik yang tidak asal-asalan,
dalam arti bahwa wartawan diberi kebebasan dalam menyiarkan berita dan mereka harus
mendapat kebenaran sedekat mungkin. Pernyataan ini menunjukkan sesuatu yang ideal,
namun pada praktiknya kerapkali berbeda. Idealisme sloganistik dan palsu ini tidak
mengherankan karena sebagian media transional memiliki hubungan komersial dan
kompromistis dengan elite penguasa yang memiliki perusahaan gurita multinasional kelas
dunia, dan mereka tunduk di bawah pengawasan dan kepentingan elite tersebut. Seperti
dinyatakan Martin Woolacott, pemimpin koresponden the guardin, bahwa dari semua
manipulasi ini, perusahaan pers kelas dunia seharusnya menata organisasi peliputan berita
internasional professional-idealis. Namun, hal itu terasa musykil oleh sebab adanya dominasi
atas agen berita berjaringan luas, khususnya milik Amerika dan Inggris. Sementara itu,
Perancis juga merupakan bagian dari dominisasi itu, meski tidak terlalu kuat.dibelakang
mereka masih terdapat Negara lain dari Eropa barat,termasuk Jerman dan pers asing dari
Jepang, kendati wartawanya bekerja diwilayah peripheral

Negara maju merupakan Negara kuatyang cenderung ingin mnegatur Negara lain,
sedangkan Negara berkembang dalah egara yang sedang membangun sehingga mereka kerap
mengundang peran Negara lain yang lebih kuat. Dalam era keterbukaan informasi seperti
sekarang ini, ketika setiap negaramenjadikan internet sebagai media global , agen informasi
di Negara maju kerap mealnturkan mantra tentang hiperlokal untuk memengaruhi masyarakat
Negara berkembang. Terlepas dari posisi linguistik dan subornatif kebudayaan dalam system
dan struktur media global, ereka memandang ada prospek terbuka untuk mengadakan
kolaborasi baru dalam upaya menggolkan kepentingan globalnya.

Dalam perkembangan teknologi komunikasi mutakhir sekarang ini, di internet juga


sangat banyak informasi-informasi manipulative yang bilatak di cerna secara kritis dan
menyesatkan.para pemimpin dimana pun berpendapat bahwa liputan televise global dan
tanyangan-tayangan yang di dukung teknologi informasi canggih yang dapat ditemukan di
internet kerap kali menambah dimensiyang tak diharapkan terhadap satu peristiwa atau berita.

Ditinjau dari perspektif sejarah kemanusiaan, secara budaya-politik internet


merupakan media global yang sanggup membenturkan perbedaan-perbedaan antara budaya
local dan budaya asing;dan pada sisi lain internet akan membuat banyak lembaga masyarakat
mempertahankan karakter tradisional atau memodifikasinya didunia maya yang
berkaitandengan tiga hal penting, yaitu referensi terhadap berita local dan nasional,
mendomestikkan berita tentang Negara lain, dan merelefesikan arus kesetidak imbangan
dalam komunikasi antara Negara maju dan Negara berkembang.

Meningat bahwa secara budaya media global sanggup membenturkan perbedaan


budaya dan secarapolitik mampu menggiring opini public kerah kepentingan tertentu,
masyarakat perlu bersikap kritis terhadapmelimpahnya informasi di internet. Dalam
mengikuti pemberitaan dari agen-agen berita yang kerak memihak kepada kepentingan
politik neokolianisme kapitalis barat dan menerapkan teori pengelabuan dengan menyajikan
infromasi manipulatif,sikap kritistersebut sangat diperlukan. Dalam sebah disksusi public
dijakarta, jerry pernah berpesan kepada masyarakat untuk mencerna setiap informasi daro
barat secara kritis “informasi dari barat jangan ditelan begiu saja. Perhatikanlah informasi
tersebut dengan opini-opini yang mneyertai maka anda akan menemukan benang merah yang
menunjukkan indspirasi dibalinknya” tuturnya.

LEDAKAN BUDAYA MASSA

Aspek lain dari komunikasi iternasional adalah perananya dalam penyebaran pengaruh yang
ditujukan untuk memengaruhi dan mengendalikan bagian bagian dunia lainnya. Tak ayal lagi,
kegiatan komunikasi internasional nakhir-akhir ini telah menimbulkan hallo effectberupa
ledakan budaya massa yang menerpa sebagian besar kawasan dunia. Budaya massa yang
dibawa media barat. Termasuk film, VCD-DVD, music pop, dan produk budaya sejenis, telah
merangsek ke dalam masyarakat tradisional. Kendati demikian, bidang bidang kehidupan
yang sedang menuju kea rah pembentukan masyarakat baru dunia masih menyimpan
keraguan dan bahkan resistensi. Sebagaimana tampak secara factual proses pembentukan
masyarakat baru itu tak jarang menimbulkan komplik budaya. Budaya tradisonal yang kini
masih banyak dianut masyarakat di Negara berkembang yang memiliki nasionalisme tinggi
secara terencana sedang dan akan terus dirombak oleh gangguan mendasar anasir-anasir
budaya massa barat.

Secara ekonomi, proyek penyebaran budaya massa merupakan salah satu bisnis yang
menggiurkan. Sebagai contoh, pada akhir decade 1970-an, ekspor film dan program televise
Amerika Serikat mencapai 700 juta US dolar. Sementara itu, media massa dengan beragam
konten budaya, seperti reader’s digest,secara luar biasa berhasil meningkatkan sirkulasi
hingga 12 juta eksemplar pada tahun yang sama. Lebih dari 200 surat kabar, termasuk New
York Times, Washington Post dan Los Angeles Times, memiliki pelanggan di luar Ameriks
Serikat. Tren ledakan budaya massa ini terus eningkat selama tiga dasawarsa hingga awal
decade 2010, dan memberikan keutungan besar bagi produsen produk budaya Amerika
Serikat. Namun, di balik ke untungan ini, sejumlah bangsa mengalami kerisauan akan
hilangya harmoni kehidupan sosialnya.

Terjadinya ledakan budaya massa ini secara langsung berkaitan dengan laju
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama teknologi computer dan elektronik. Meski
perkembangan ini merupakan kegiatan internasional, ‘alat alat pelontar informasi ‘ dari barat
secara sistematis telah menimbulkan dampak terkikisnya nilai nilai budaya local tradisional.

Dalam perkembangannya, proses ini berlangsung pesat sejak munculnya masyarakat


modern yang bercii technotronic, yakni masyarakat yang hidupnya bergantung pada
teknologi elektronik. Pada zaman modern ini jaringan komunikasi internasional demikian
rumit mengitari planet bumi. Jaringan ini secara luar biasa telah memengaruhi interaksi
social, budaya, ekonimo, dan politik bersamaan dengan dinamika pertukaran infromasi yang
menjadi kebutuhan utama masyarakat.pertumbuhan pesat ini disebut oleh Collin cherry
sebagai ‘ledakan komunikasi massa’ karna kerja jurnalistik ikut berperan dalam penyaluran
berita keseluruh penjuru dunia. Dalam lalu lintas pemberitaan informasi,media global pun
semakin luas membangun jaringan komunikasi pemasarannya sebagaimana dinyatakan
cherry bahwaledakan komunikasi ini memliki tiga aspek:

1. Secara geografis daerah daerah yang luas dari belahan bumi bagian selatan
( Afrika ,Asia Selatan, Amerika Lain) telah terseret ke dalam jaringan kmonukasi
dibelahan utara.
2. Tingkat lalu lintas dan informasi yang dibawa dalam sistemtersebut telah mengalami
peningkatanberlipat ganda secara geometris.
3. Kerumitan teknis dari perangkat keras baru maupun keterampila serta spesialisasi
untuk mengoperasikan danmerawat jaringan tersebut tumbuh semakin canggih.

Karena masyarakat dunia semakin terpengaruh dan begantung satu sama lain maka
produk budaya barat menyerbu Negara berkembang, dan Negara berkembang menyerapnya.
Tak pelak lagi pertumbuhan ini kemudian memunculkan dampak dari tingginya volume
peredaran film, video, televonela, dan siaran program televise dari Negara-Negara barat.
Produsen budaya, tak terkecuali media massa, di Negara-negara mau dan kuat saling
berlomba untuk mengembangkan pasar dan memperluas wilayah pengaruhnya. Majid
tehranian menyebut fenomena ini sebagai “imperealisme media” sedangkan Ali muhammadi
menyebutkan sebagai “imperealisme budaya”

LEMBAGA SENSOR DAN FUNGSI PENGAWASAN

Media-media Barat yang bergerak menentukan arus utama informasi dalam system
komunikasi internasioanal secara luas di pandang sebagai sumber dan rujukan informasi
internasional. Pengaruh media global ada yang bersifat positif da nada pula yang bersifat
negatif. Pengaruh negatif kerap ditimbulkan oleh derasnya arus informasi yang partisan dan
penuh bias. Sebagai contoh informasi yang mengenai peristiwa di Negara berkembang,
misalnya peristiwa dalam konflik Palestian-Israel atau peristiwa-peristiwa lain diTimur
Tengah atau bahkan di Negara lain seperti Indonesia. Apabila peristiwa tersebut dipandang
berpotensi mengancam kepentingan Barat maka media Barat lebih menongjolkan sudut
pandang negative daripada mengjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.

Pola transmisi informasi semacam ini sesungguhnya sudah dipratikkan sejak masa
kejayaan kolonialisme yang dulu hingga sekarang. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan untuk
mengatakan bahwa meida Barat merupakan media partisan sehingga public internasional
perlu berhati hati ketika menerima informasi dari Barat. Tegasnya, perang informasi sudah
berkecamuk sejak lama. Dalam disiplin teori dan praktik jurnalisme media massa dikenal
dengan istilah politik redaksional yang tidak lain merupakan politik media massa dalam
melontarkan informasi ke tengah public. Begitu juga halnya dalam politik peran informasi
global, Negara kuat menyusun strategi komunikasi dan informasi secara terorganisasi dan
secara sadar dilaksanakan dengan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak ternologi
canggih yang tak dimiliki Negara lawan hal ini tenu saja menuntut kewaspadaan edari
masyarakat dinegara target untuk melakukan pengawasan da pengendalian diri.
Dalam kaitanya dengan globalisasi yang lebih merupakan agenda untuk menguasai-
untuk tidak mengatakan menjajah dunia-media Barat lebih banyak memerankan diri sebagai
kepanjangan tangan elit globalis. Untuk mengamankan kepentingan para elit globalisasi di
Negara kapitalis tidak lagi menggunakan kekuatan senjata melainkan kekuatan informasi.
Dalam konteks ini, media kapitalis sudah tentun mengusung kepentingan kapitalis khususnya
untuk mengolkan legislasi baru dinegara target untuk digunakan sebagai tameng dalam
mengjalankan agenda ekonomi kapitalis. Biasanya, dalam upaya menggolkan legislasi untuk
memuluskan pencapaian tujuan ini, media barat bekerja sama dengan LSM (NGO-Non
Government Organization) di Negara target dalam rangka menagguk peran dukungan dari
masyarakat setempat.

Di bidang budaya, Negara-negara kapitalis besar di bawah pimpinan Amerika Serikat


cenderung memanfaatkan media untuk membanjiri informasi propagandisitik yang
mengesankan ke unggulan nilai-nilai budaya Barat. Kata kunci yang digunakan sebagai daya
Tarik, antara lain konsep ke bebasan dan hak-hak asasi manusia. Konsep tersebut selalu
digembar-gemborkan sehingga masyarakat dinegara target terpesona, terbius, dan bersedia
menerima konsep tersebut yang belum tentu selaras nilai budaya setempat.

Dibidang ekonomi, Negara-negara barat tersebut secara bersama sama memiliki


ratusan dan mungkin ribuan perusahaan multinasional yang selalu memaksakan aturan main
dalam industry dan perdangangan internasioanal. Pada umumnya Negara yang dijadikan
target adalah Negara-Negara yang memiliki potensi kekayaan alam dan potensi pasar yang
besar. Aturan main tersebut biasanya dikemas dalam bentuk hokum internasional untuk
kepentingan elite global yang memaksa Negara atau kawasan Negara mengjalankan
kebijakan pasar bebas, liberalisasi perdangangan, privatisasi badan usaha, mencabut
hambatan pajak, dan arus investasi. Pemerintahan Negara target tidak diperbolehkan ikut
campur dalam urusan-urusan semacam itu. Dalam agenda globalisasi berlaku prinsip satu
dunia dan satu pintu transaksi untuk mnghindarkan kecurigaan atau tuduhan praktik
pengjajahan terselubung dalam bentuk baru (neokolonialisme). Dalam politik komunikasi dan
informasi sedemikian ini tidak jelas lagi batas-batas Negara dan kepentingan nasional sebuah
bangsa. Sangat musykil media Barat berpihak kepada Negara target yang tidak memiliki
ikatan budaya, finansial, dan emosional dengannya. Karena telah terkooptasi oleh
kepentingan kapitalis dalam hal ini media barat sudah tentu membela kepentingan sepihak
elite kapitalis global yang membayar mereka.
Berdasarkan fakta mengenai adanya praktik-praktik media Barat seperti itu, Negara
berkembang perlu mengkaji ulan peran lembaga pengawas informasi atau komisi
penyiarannya. Lebih jauh lagi, peran masyarakt perlu di dorong dalam mengawasi laju arus
informasi global. Peran masyarakat perlu di dorong dalam mengawasi laju arus informasi
global. Peran lembaga dan masyarakat pengawas informasi ini perlu diarahkan untuk
mengjalankan fungsi utama dalam mengindetifikasikan peran LSM yang menjalin hubungan
kolaborasi dengan pihak barat, disamping menyaring pengaruh-pengaruh negative yang
dibawa oleh informasi dari Barat.

Ditinjau dari sudut pandang budaya-tanpa menafikkan muatan positif, seperti


perkembangankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Barat-informasi dari
Barat perlu disaring sesuai nilai-nilai budaya dan harapan masyarakat setempat. Jika
pengewasan dan pengedalian ini tidak dilakukan maka tidaklah mustahil serangan informasi
dan kebudayaan dari Barat ini akan melumpuhkan nilai-nilai Negara local yang lebih mampu
menciptakan harmoni kehidupan masyarakat. Nilai-nilai kapitalis yang mengangung agunkan
ideology liberal dan sekulernya hanya akan menciptakan masyarakat yang edonsi yang tidak
selaras dengan martabat dan harkat kemanusiaan. Sebaliknya, bila arus informasi dari Barat
yang liberal dan sekuler tersebut dapat diawasi dan dikendalikan maka masyarakat akan bisa
dihindarkan dari pengaruh buruk yang tidak dikehendaki dari Barat. Dalam pembentukan dan
distribusi system media massa, aspek pengawasamn merupakan salah satu variable yang
apling signifikan kompleksitas dan pengukuranya. Pengawasan atau system media dapat
berubah : pengawasan terhadap struktur media massa yang ada didalam masyarkat sendiri
maupun pengawasan terhadap media dari luar. semangat yang perlu dibangun dalam
lembaga pengawasan ini adalah semangat membuka diri terhadap unsur budaya yang selaras
dan semangat melindungi diri dari serangan informasi destruktif. Sebagai contoh, peran
lemabaga pengawas yang relative ideal adalah lembaga pengawas milik Singapura. Sejak
awal, pemerintah Singapura membuka diri terhadap informasi dari luar, tetapi pada waktu
yang sama juga menutup diri terhadap informasi yang bermuatan distruktiv, seperti pornoaksi
dan pornografi. Di Singapura, masyarakt tak akan melihat informasi pornoaksi dan
pornografi, sekalipun melalui jaringan internet karna semua jaringan dunia gelap intenet itu
diblokir. Pemerintah singapura menerapkan kebijakan yang sangat tegas untuk melindungi
masyarakatnya dari kenestapaan ilusi dan nafsu rendahan. Model pengawasan semacam ini,
yakni proses pengahapusan atau pematasan isi dan distribusi informasi demi keselamatan
bangsa, ternyata dapat diterima.
Pengawasan sistem media informasi yang diberlakukan di Singapura tidak hanya
dilaksanakan dengan pembatasan yang bersifat otoriter, illegal, dan ekonimi belaka, tetapi
juga melalui proses pembangunan mental individual daninstitusional dengan aneka program
penyuluhan. Secara psikoanalisis, ide pengawasan dikembangkan untuk menumbuhkan
kesadaran dalam menimbang faktor untung rugi, baik dalam skala individual maupun
institusional , sehingga berkembang kesadaran dominan untuk membatasi penerimaan materi
tertentu yang merugikan pada perhatian yang disadari secara kolektif. Dalam perkembangan
individu , standard an nilai informasi dipelajari dari sisi budaya secara umum, dan kemudian
dikembangkan dengan mengungkapkan kasus-kasu individual yang unik, pada gilirannya,
standard an nilai yang ada dalam kesadaran tersebut akan mengarahkan individu intuk
menolak isu-isu asing yang negatif dan destruktif.

Peran lembaga pengaawasan akan berjalan lebih efektif dengan melibatkan dukungan
peran masyarakat. Pengawasan informasi oleh masyarakt biasanya lebih menitik beratkan
pada peran pencegahan, sedangkan pengawasan formal oleh lembaga atau badan Negara
lebih tertuju pada penolakan atau penghapusan informasi demi kepentingan system sosial dan
nilai-niali bangsa. Peran masyarakt lebih bersifat persuasif-tersembunyi, sedangkan peran
lembaga formal lebih bersifat persuasif-terbuka. Dalam berbagai kasus disejumlah Negara,
bentuk model pengawasan semacam ini jauh lebih efektif dari pada pengawasan formal
tunggal oleh penguasa.

Atas dasar itu, dalam membahas paradigma pengawasan informasi ini kita bedakan empat
tipe pengawasan terhadap system media :

1. Pengawasan domestik legalistik


Hal ini mencakup aspek legal, hokum dan peraturan khusus bagi lembaga siaran
didalam negri, hierarki yang di ciptakan dan dilembagakan secara formal oleh system
media dalam menangapi politik informasi, peran dunia pendidikan, khualifikasi
propesional, serta peraturan domestick lainnya yang dibutuhkan untuk memayungi
lembaga pengawasan dalam menjalankan tugasnya.
2. Pengawasan domestik aktualisti
Control social terhadap arus informasi pengaruh kelompok, penekan yang
bersebrangan, fungsi gate keeping lemabaga pengawasan informal, nilai nilai
kepatutan dalam penyerapan informasi merupakan contoh tipe pengawasan ini. Tipe
pengawasan ini memberlakukan hukum tidak tertulis yang mengatur cara bersikap
para anggotanya dalam batas batas institusional yang bias diterima dalam unit kerja
mereka. Setiap masyarakat mempunyai system budaya,kepribadian, struktur social
ekonomi, dan politik, setiap komponen system tersebut hndaknya bekerja untuk
merawat rasa memiliki dan rasa bangga atas budaya sendiri

3. Pengawasan ekternal legislatik


Sensor langsung, pemberian izin oprasioanl, dan factor –faktor eksternal lain yang
legal-profesional, yang berhubungan dengan kerja sama pertukaran informasi antar
pemerintah, atau factor-faktor external yang dilembagakan diatur secara hukum.
4. Pengawasan external aktualistik
Factor-faktor penting atau standar dalam menentukan akibat buruk dari program
produksi lain dan distribusi informasi dibatasi aturan-aturan lingkungan yang tidak
tertulis. Predisposisi terhadap aspirasi masyarakat, reaksi-reaksi terhadap pilihan
politik dan keistimewaan-keistimewaannya serta pemaksaan yang dilakukan
kelompok elite dan tekanan tekanan yang dilakukan kelompok pennekan ditentang.
Sub-sub kategori lebih jauh yang dapat diterima disini,antara lainberkaitan dengan
pembagian peran pengawasan actual kedalam bidang bidangspserti hiburan,
pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta ekonomi dan bisnis.

pengawasan menjadi masalah yang sangat krusial, terutama bila dikaitkan dengan
indeks ketergantungan media pada modal dan pendapat. Variabel ini pada umumnya
merupakan proporsi kebalikan dari ukuran media atau sistem media secara keseluruhan. Hal
ini disebabkan media lebih cenderung pada komersialisme daipada profesionalisme dan
idelisme. Lima sumber komersial dan pendapatan media, yakni penjualan,iklan (termasuk
blocking space dan blocking time), subside negara, subsidi swasta dan perizinan relai (siarang
sambung), pada umumnya digunakan sebagai sumber operasi dan sekaligus dimanfaatkan
untuk menaikkan posisi tawar (bargaining posting) atau ikut menentukan arah perkembangan
yang sesuai dengan kehendek pemodal

TUGAS KE – 5
1. Jelaskan yang dimaksud arus informasi dan peran lembaga pengawas
2. Jelaskan secara singkat arus berita internasional
3. Jelaskan yang dimaksud arus program televisi internasional
4. Jelaskan perbandingan arus berita internasional dan arus program televisi
internasional
5. Jelaskan yang dimaksud dengan distribusi Televisi
6. Jelaskan yang dimaksud arus video internasional
7. Jelaskan yang dimaksud arus film internasional
8. Jelaskan kesamaan arus vidoe internasional dan arus film internasional
9. Jelaskan peran informasi terhadap ledakan budaya massa
10. Jelaskan paradigma pengawasan informasi dibedakan menjadi 4 tipe

Anda mungkin juga menyukai