Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH CURRENT ISSUE DI BIDANG K3

PERTEMUAN KE-5

DosenPembimbing:

Drs. WIDODO PRAYITNO

ADISSA ORCHIDA YULIANTI

R0217001

KELAS A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2020

1
Penanganan pandemi Covid-19 ini dari segi SDM, baik petugas kesehatan, petugas
pemerintahan, petugas pengamanan dan masyarakat penderita atau korban atau
masyarakat umum. Analisis yang perlu anda lakukan berdasarakan referensi adalah :

1. Ketidaktahuan dan ketidaksiapan pemerintahan dalam menghadapi bencana dan


keterlambatan mengambil langkah-langkah penanggulangannya. Menurut anda
bagaimana menyusun aturan larangan berkumpul acara keagamaan seperti Ijtima Asia
Gowa di Sulawesi Selatan dan pertemuan Tarekat tertentu oleh penduduk RI di India
berakhir fatal?
2. Dasar undang-undang untuk menerapkan peraturan. Banyak protes di AS kepada
presiden bahwa lockdown melawan azas kebebasan rakyat. Jika di Indonesia menurut
anda bagaimana?
3. Tingkat kecerdasan masyarakat dalam menghadapi bencana. Orang-orang di AS dan
Inggris menciptakan SOP pencegahan penularan dan penemuan obat untuk
menyembuhkan corona, sementara di Indonesia rakyat ribut menolak penguburan
jenzah korban Covid-19. Menurut anda bagaimana cara menyadarkan masyarakat?
4. Tuliskan pendapat anda apakah menurut anda larangan mudik bagi karyawan terPHK
buruh-buruh Jakarta tepat keputusannya sementara mereka butuh makan.

JAWABAN
1. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Offce melaporkan kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal
7 Januari 2020, China mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya
tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal tahun 2020
NCP mulai menjadi pendemi global dan menjadi masalah kesehatan di beberapa
negara di luar RRC. Berdasarkan World Health Organization (WHO) kasus kluster
pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi
permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus berkembang
hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel
Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan
kasus-kasus baru di luar China.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi

2
menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan
Coronavirus Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV yang
termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada
tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun
angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari
5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS.
COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara
dibanding SARS. Mengingat cepatnya penyebaran virus ini, seharusnya pemerintah
sudah memikirkan penanganannya jikalau COVID-19 ini menular sampai ke
Indonesia. Pada saat virus ini masih hanya ada di lingkup China pemerintah masih
bersantai, tidak mengeluarkan kebijakan apapun dan masih tabu dengan adanya virus
ini. baiknya jika pemerintah sudah memberikan himbauan kepada masyarakatnya atau
setidaknya memberikan pengetahuan dasar tentang apa-apa saja yang harus dilakukan
di negeri ini. Misalnya, untuk sementara ini tidak berkumpul dengan jumlah yang
besar, menjaga kebersihan lingkungan dan rajin mencuci tangan.
Pada saat ini pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegahnya
penyebaran COVID-19 ini. Mulai dari perencanaan lockdown, PSBB di kota-kota
besar yang rawan penularan, kuliah daring, work from home, dan lain sebagainya.
Dengan adanya kebijakan ini seharusnya masyarakat juga mendukung dan
melaksanakan. Memang sudah banyak masyarakat yang menyikapi kenijakan ini
dengan baik, tetapi banyak masyarakat yang masih bandel atau tidak menurut denga
adanya peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Seharusnya PSBB diterapkan
pada kota yang sudah menjadi zona merah. Perkumpulan lebih dari lima orang kini
dilarang di Jakarta seperti yang diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 33
Tahun 2020 tentang Pelaksaan PPSB Dalam Penanganan Covid-19 di ibu kota.
Apabila ada perkumpulan yang melebihi itu, aparat penegak hukum akan
membubarkannya. Dilarang berkumpul lebih dari lima orang. Tujuannya bukan
jumlah limanya, tetapi mengurangi potensi interaksi. Kendaraan umum dibatasi dari
06.00 sampai 18.00. Kemudian jumlah penumpang pun harus mengangkut 50 persen
dari biasanya. Kendaraan pribadi diizinkan digunakan hanya untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Secara prinsip dilarang berpergian menggunakan kendaraan,
kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok. Untuk kendaraan pribadi, jumlah
penumpang harus dibatasi 50 persen dari biasanya. Apabila sebuah mobil hanya
mengangkut enam orang, dan juga wajib memakai masker.

3
2. Dalam upaya memerangi pandemi Corona, berbagai negara di dunia telah mengambil
serangkaian kebijakan guna melindungi negaranya. Sejauh ini, kebijakan paling
ekstrem yang diambil adalah lockdown. Kebijakan lockdown berarti mengunci semua
akses keluar masuk di negara atau kawasan tersebut guna mencegah penyebaran
COVID-19. Masyarakat pun diatur sedemikian rupa agar tidak berkeliaran dan
berkerumun di tempat umum. Beberapa negara yang telah menerapkan
kebijakan lockdown adalah China, Italia, Prancis, dan Malaysia. Penerapan kebijakan
ini tentu memiliki dampak dan resikonya masing-masing. Dan resiko serta dampak
tersebut tidaklah kecil. Banyak sektor dalam kehidupan masyarakat berhenti
beroperasi. Suasana kota menjadi sepi. Kendaraan tidak banyak lagi yang hilir mudik
di jalan. Para warga pun terkunci di dalam rumah, dalam upaya mereka mematuhi
perintah social distancing dan karantina mandiri.
Namun hingga saat ini, presiden Indonesia Joko Widodo belum memerintahkan untuk
menerapkan kebijakan lockdown. Hal ini berkaitan dengan dampak lockdown yang
akan muncul. Presiden Jokowi sejauh ini baru menerapkan kebijakan social
distancing dan work from home (bagi sebagian perusahaan) guna merespon
persebaran virus Corona yang kian meluas di Indonesia. Meski wacana
mengenai lockdown sudah banyak disarankan, namun Jokowi berpendapat hal itu
belum perlu. Hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah dengan mengurangi
mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Masyarakat diimbau agar tidak
berada dalam kerumunan.
Alasan utama belum diterapkannya lockdown di Indonesia tentu adalah
ekonomi. Lockdown berarti menutup total akses dari segala penjuru, di seluruh
lapisan masyarakat. Aktivitas ekonomi akan lumpuh. Dan ini adalah
dampak lockdown terburuk bagi Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM
menyebutkan, pada 2019, entitas produksi Indonesia didominasi UMKM, yaitu 99,99
persen dari total jumlah unit usaha yang ada. Sementara itu, dari sisi nilai tambah,
UMKM menyumbang sekitar 63 persen dari produk domestik bruto (PDB). Dari segi
ukuran jumlah pekerja dan omzet, yang terkecil adalah usaha mikro dengan kontribusi
nilai tambah sekitar 34 persen PDB. Sementara secara entitas berjumlah sekitar 98
persen dari 63 juta jumlah total unit usaha yang ada, termasuk perusahaan besar.
3. Wabah virus corona masih menjadi perhatian besar dunia. Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) menilai masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang komprehensif dan benar
mengenai virus corona atau Covid-19, terutama terkait kasus yang terjadi dan cara
4
penanganan. Ketua Umum IDI Daeng M. Faqih mengatakan terdapat beberapa hal
yang perlu diketahui terkait kasus virus corona baru ini. Salah satunya adalah Covid-
19 memiliki persentase keganasan yang rendah apabila dibandingkan dengan virus
corona terdahulu, seperti SARS dan MERS. Dengan demikian, tingkat keganasan
virus ini berkisar pada angka 2 persen, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
MERS yang memiliki tingkat kematian 30 persen. Selain itu, kasus kematian yang
terjadi terkait Covid-19 juga tak serta merta diakibatkan oleh infeksi virus melainkan
ada penyakit penyerta yang dimiliki oleh pasien. Kendati begitu, kabar tidak baiknya
ialah virus corona baru tersebut dilaporkan memiliki kecepatan menyebar yang tinggi.
Masyarakat tidak boleh panik dan cemas, karena keganasannya ini rendah dan
kematian yang terjadi tidak murni karena virus. Khawatir tidak apa-apa, tetapi jangan
berlebihan dan harus diiringi upaya pencegahan.  edukasi kepada masyarakat juga
harus memasukkan konten tentang bagaimana mereka bisa melakukan pencegahan
mandiri. Terkait ini, dia mengungkapkan IDI telah membentuk satuan tugas (satgas)
siap siaga. Satgas ini mempunyai empat tugas pokok, salah satunya yang paling
strategis adalah memberikan edukasi kepada masyarakat di seluruh Indonesia.
IMBAS meluasnya wabah virus korona baru (covid-19) membuat sebagian
masyarakat berubah menjadi soliter, bahkan paranoid. Ketika jumlah pasien yang
meninggal akibat covid-19 terus bertambah, alih-alih bersimpati, di berbagai daerah
justru muncul kasus penolakan sebagian warga terhadap pemakaman jenazah pasien
covid-19. Dengan dalih tidak mau berisiko tertular covid-19, sebagian warga memilih
menutup rapat-rapat terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan virus korona. Di
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dan di Kecamatan Manggala, Kota Makassar,
misalnya, dilaporkan sejumlah warga di sekitar lokasi pemakaman menolak jenazah
tersebut untuk dimakamkan setelah mengetahui riwayat kematiannya. Tidak hanya
menolak, ambulans yang membawa jenazah korban covid-19 juga diusir secara paksa
oleh warga setempat. Di Bandar Lampung, dilaporkan juga terjadi kasus yang sama.
Lokasi pemakaman pasien positif covid-19 di Bandar Lampung terpaksa di pindah di
lahan Pemerintah Provinsi Lampung karena warga di sekitar TPU Batu Putuk, Teluk
Betung Barat, menolak jenazah tersebut untuk dimakamkan. Di Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur, pemakaman jenazah pasien covid-19 dilaporkan sempat tertunda sebab
para penggali kubur menolak melakukan pemakaman karena takut tertular virus
korona. Setelah Bupati Sidoarjo turun tangan dan berhasil meyakinkan para penggali
kubur, akhirnya jenazah bisa dimakamkan. Kasus penolakan pemakaman jenazah

5
pasien covid-19 di Tanah Air bisa terus bertambah. Di berbagai daerah, fenomena
penolakan jenazah korban covid-19 bermunculan diduga karena kurangnya edukasi
dan pemahaman warga terhadap protokol pemakaman jenazah pasien covid-19.
Sebagian masyarakat yang sudah telanjur ketakutan, akhirnya memilih jalan
pragmatis: menolak pemakaman jenazah korban covid-19 dengan alasan khawatir
tertular.
Menurut saya, Jika pemerintah dan para pihak telah menetapkan kuburan bagi jenazah
COVID-19 sesuai protokol, maka tidak sebaiknya warga masyarakat menolak
penguburan. Apalagi sampai meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar
kembali dan dipindahkan. Yang memiliki risiko tinggi untuk dapat tertular virus
COVID-19 adalah tenaga medis karena bersinggungan langsung dengan jenazah
COVID-19 saat pemulasaraan jenazah tersebut, oleh karenanya ada protokol yang
mengatur cara pemulasaraan jenazah pasien COVID-19. Virus akan tetap ada melalui
cairan tubuh jenazah, dan protokol khusus menjadi sangat penting dalam penanganan
jenazah pasien COVID-19. Dimulai dari tenaga medis yang sudah terlatih
sebelumnya, menggunakan APD yang lengkap, hingga proses pemulasaraan jenazah
untuk menghambat serta mencegah penyebaran virus. Jenazah COVID-19 ketika
dikuburkan virusnya akan mati karena di tubuhnya sudah tidak lagi mengandung
banyak oksigen dan tidak mengandung bahan-bahan yang membuat virus ini hidup
lama lagi. Untuk itu, dr. Agus menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir
dan tidak menolak jenazah yang akan dikuburkan. Karena pada dasarnya jenazah
betul-betul sudah dipersiapkan sebaik mungkin untuk tidak menulari orang yang
bersentuhan secara langsung, dan juga tidak menulari orang-orang yang berada di
sekitarnya. Masyarakat harus paham bahwa adanya protokol yang kurang manusiawi
ini menjadikan keluarga korban tidak dapat melihat langsung selama proses
pemulasaraan jenazah, karena untuk keselamatan orang yang masih hidup agar tidak
tertular COVID-19. Oleh karena itu mengapa jenazah diperlakukan sesuai dengan
protokol khusus, dan pemakamannya pun dilakukan secara khusus. Hal ini dalam
rangka jangan sampai virus ini menyebar kepada orang yang masih hidup. Oleh
karena itu mari hargai protokol yang sudah dibuat oleh para ahli agar virus tidak
menyebar. Selain itu, yang menjadi berbahaya adalah jika adanya perkumpulan
banyak orang untuk penolakan jenazah, bisa jadi antar mereka dapat memiliki resiko
penularan terkena COVID-19. Oleh karena itu, lebih berberbahaya jika masyarakat
yang memiliki resiko penularan ikut dalam perkumpulan banyak orang.

6
4. Jumlah pekerja yang telah dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK)
akibat terdampak covid-19 sudah menembus 2 juta orang. Berdasarkan data Kemenaker
per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan
kena PHK akibat terimbas pandemi corona ini. Adapun rinciannya, sektor formal
1.304.777 pekerja dirumahkan dari 43.690 perusahaan. Sementara yang terkena PHK
mencapai 241.431 orang dari 41.236 perusahaan. Sektor informal juga terkena dampak
covid-19 karena kehilangan 538.385 pekerja yang terdampak dari 31.444 perusahaan atau
UMKM.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan sebagai bagian dari Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengumumkan bahwa larangan sementara
penggunaan transportasi umum, kendaraan pribadi, dan sepeda motor untuk mudik pada
Idul Fitri 1441 H akan efektif diberlakukan pada Jumat (24/4) pukul 00.00 WIB. Juru
Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan larangan itu tidak berlaku
bagi pengangkutan logistik, obat, petugas, pemadam kebakaran, ambulans, dan mobil
jenazah. Adapun larangan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
tentang Pengendalian Transportasi Semasa Mudik Idul Fitri 1441 H yang merupakan
tindaklanjut rapat terbatas kabinet pada Selasa (21/4).
Dalam peraturan itu disebutkan bahwa larangan diberlakukan untuk penggunaan
kendaraan umum, kendaraan pribadi, dan sepeda motor dengan tujuan memasuki dan
keluar dari wilayah dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), zona
merah, serta Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pelarangan tersebut berlaku
hingga 31 Mei 2020 untuk angkutan darat, 15 Juni 2020 untuk angkutan kereta api, 8 Juni
2020 untuk angkutan laut, dan 1 Juni 2020 untuk angkutan udara. Oleh sebab itu,
Pemerintah meminta masyarakat untuk mempersiapkan diri dan mematuhi peraturan
larangan penggunaan kendaraan umum, kendaraan pribadi dan sepeda motor untuk mudik
tersebut.
Dengan adanya larangan mudik untuk kota zona merah maka banyak karyawan yang
terPHK tidak bisa pulang kampung untuk mencegah peyebaran Covid19 ini. akan tetapi,
bagaimana dengan karyawan yang terPHK yang tidak bisa mudik? Mereka akan makan
apa bila tidak bisa pulang kampung?. Nah, sebaiknya disini peran pemerintah untuk
membantu karyawan yang terPHK dan tidak bisa mudik sangatlah penting. Pemerintah
bisa menyusun kebijakan-kebijakan yang tidak merugikan karyawan tersebut juga.
Misakan dengan melakukan pemberian sembako, pengumpulan dana bagi mereka yang
terPHK, dan yang lain sebagainya.

7
DAFTAR PUSTAKA

covid19.go.id

katadata.co.id

www.kemendagri.go.id

Anda mungkin juga menyukai