Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizal Liyan Syah

Kelas : Ik Kramat 18-3-1


Pancasila, Antara Idealitas dan Realitas
Pancasila yang sejak awal oleh para pendiri bangsa kita didesain dan dirumuskan
sebagai sebuah dasar filsafat, ideologi negara, pandangan hidup, serta kepribadian
bangsa Indonesia yang digali dari bumi Indonesia diambil dari relung jiwa bangsa
Indonesia, itu yang kemudian membuat Pancasila hingga hari ini tak lekang dimakan
waktu tak hilang tergerus zaman bahkan semakin relevan dengan kondisi kekinian,
menunjukkan Pancasila merupakan Ideologi yang tahan banting dalam ranah
konsepsinya.

Dalam dimensi idealitas, sebuah Ideologi harus mengandung nilai luhur dan cita-cita
masyarakatnya, sehingga masyarakat mengetahui tujuan mereka dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, cita-cita luhur bangsa Indonesia itu telah termuat di
dalam Pembukaan UUD 1945. Di dalam Pembukaan UUD 1945 juga terdapat nilai-
nilai Pancasila, sehingga Pancasila dalam dimensi idealitasnya telah menjadi
harapan dan optimisme bangsa Indonesia untuk terus berjuang menjadi negara
yang berdaya dan berdaulat demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Secara konsepsi, idealnya Pancasila mengarahkan kita kepada 3 relasi, yaitu relasi
hubungan kepada sang pencipta, kepada sesama manusia, dan kepada alam
semesta, dimana relasi kasih penghambaan kepada sang pencipta yang
membangun semangat ketuhanan yang lapang dan toleran sehingga bangsa
Indonesia tak bisa dihilangkan dari bangsa yang berketuhanan terdapat pada sila
pertama.
Kemudian relasi kasih dan cinta terhadap sesama dengan semangat menghargai
dalam perbedaan yang membentuk relasi kemanusian yang adil, beradab, dan
bermartabat dalam hubungan sesama manusia sehingga terjadilah kehidupan yang
harmonis di dalamnya yang terdapat dalam sila kedua.
Selanjutnya relasi kepada alam semesta yaitu bumi Indonesia, dengan semangat
persatuan di dalam perbedaan dalam membangun pergaulan hidup kebangsaan dan
relasi dengan ruang hidup (tanah air) sehingga secara idealnya tugas menjaga alam
yang indah dan kekayaan yang melimpah adalah tugas kita bersama sebagai
manusia Indonesia terdapat dalam sila ketiga.
Kristalisasi dari semangat ketiga sila itu harus termanifestasi dalam semangat
musyawarah dalam kehidupan demokrasi yang penuh kasih serta damai dan saling
menghargai yang terdapat dalam sila keempat, dan terakhir sila kelima menjadi
penutup sebagai bentuk relasi hubungan untuk menciptakan keadilan dengan
semangat persamaan, tanpa ada diskriminasi terhadap suku, agama, ras, etnis
budaya tertentu, ataupun diskriminasi terhadap kelas sosial tertentu, sehingga
menghadirkan keadilan, yang seadil-adilnya bagi seluruh elemen bangsa Indonesia.
Dalam konteks realitasnya pancasila perlu untuk dibudayakan dan dilaksanakan
oleh seluruh elemen bangsa Indonesia sebagai kewajiban kita yang merupakan
anggota keluarga besar bangsa Indonesia, sebagaimana pernyataan tokoh bangsa
Indonesia yaitu Soepomo yang mengatakan:
“Dalam sistem kekeluargaan sikap warga negara bukan sikap yang selalu bertanya:”
apakah hak-hak saya? “, akan tetapi sikap yang menanyakan:” apakah kewajiban
saya sebagai anggota keluarga besar, ialau negara Indonesia ini? “,.. Inilah pikiran
yang harus senantiasa diinsyafkan oleh kita semua.

Pandangan Soepomo dalam sidang BPUPK pada tahun 1945 ini mendahului apa
yang kemudian disampaikan oleh John F Kennedy kepada rakyat Amerika Serikat
pada tahun 1961 :

“Jangan tanyakan apa yang dapat diberikan oleh negara bagi dirimu, tanyalah apa
yang dapat diberikan oleh dirimu kepada negara”.

Hal ini menunjukkan bahwa, setiap manusia Indonesia mempunyai kewajiban untuk
membudayakan nilai-nilai idealitas Pancasila kepada realitas kehidupan berbangsa
dan bernegara masyarakat Indonesia, karena dalam ranah realitasnya kita melihat
antara konsepsi dengan aktualisasinya terjadi jurang yang begitu lebar antara
idealitas dan realitasnya.

Meskipun begitu hal ini tidak kemudian harus membuat kita menjadi khawatir
pesimis, banyak hal yang dapat kita lakukan, khususnya bagi mahasiswa yang
merupakan insan akademis, dalam setiap sistem pengkaderan perlu untuk
membangun semangat persatuan dan kesatuan diantara keberagaman yang ada,
rajin untuk mendiskusikan dan memahami nilai-nilai pancasila dengan sebaik
mungkin.

Apalagi saat ini adalah proses dimana mahasiswa baru sedang memasuki dunia
baru bagi mereka dalam mengenal dunia kampus dan perkuliahan sehingga
bimbingan, arahan dari senior mereka menjadi salah satu doktrin yang akan menjadi
pembentuk karakter dan sikap mereka selama berkuliah, hal ini yang kemudian
harus disadari bahwa senior memiliki beban moral untuk memberikan arahan dan
bimbingan yang akan membawa mereka menjadi mahasiswa toleran dan menjiwai
Pancasila.
Karena kembali lagi bahwa ini adalah tugas kita bersama, sebagaimana
disampaikan oleh N Driyakarya seorang ahli filsafat Indonesia pada tahun 1966 di
dalam sebuah simposium ia menyampaikan:

“Satu hal harus kita kemukakan, kita jangan lupa bawah Pancasila adalah soal
perjuangan. Pancasila tidak kita warisi dari nenek moyang kita menurut hukum
mendel. Pancasila adalah soal keyakinan dan pendirian asasi, Pancasila tidak akan
bisa tertanam dalam jiwa kita jika kita sendiri masing-masing tidak berjuang. Baik
untuk masyarakat dan negara maupun untuk setiap individu, usaha penanaman
Pancasila harus berjalan terus – menerus, tak ada hentinya. Tak seorang pun akan
menjadi Pancasilais kalau dia tidak membuat dirinya Pancasilais. Negara kita tidak
akan menjadi negara Pancasila jika kita tidak membuatnya terus-menerus.(*)

Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimana isi
yang terkandung di dalamnya menarik nilai-nilai kehidupan asli masyarakat
Indonesia dengan keberagamannya dipersatukan dalam suatu dasar/ideologi
Negara sehingga Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa sekaligus
menjadi dasar rumusan hokum Indonesia. Nilai-nilai luhur pancasila pada era
modern ini seharusnya mampu memotivasi warga Negara Indonesia untuk
berperilaku baik sebagaimana cita-cita bangsa dan Negara yang memiliki makna
atau nilai-nilai yang sangat bijaksana dan penuh dengan kebaikan pada setiap sila
menjadi konsep kehidupan berbangsa dan bernegara yang sempurna.

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai ketuhanan yang ada dalam pancasila membenarkan bahwa semua warga
Negara indonesia memiliki agama, dan semua agam mengajarkan tentang suatu
kebaikan. Namun pertanyaannya pada era modern ini apakah semua warga Negara
taat beragama sebagai bentuk pengakuannya akan kebesaran Tuhan? Berdasarkan
apa yang terlihat setiap hari di media-media elektronik dan cetak memberitakan
tentang pengingkaran warga Negara terhadap nilai ketuhanan yang ada pada
pancasila, seperti perilaku criminal, pelecehan seksual, korupsi dan sebagainya
menunjukkan bahwa betapa lunturnya nilai ketuhanan ini dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di indonesia. Begitulah yang terjadi, realita yang tidak bisa
tersembunyi karena kita ketahui bersama dan mengalami fenomena itu bahwa
sebagian besar warga Negara indonesia mengakui adanya Tuhan namun tidak
menunjukkan ke-Esa-an Tuhan. Seharusnya, kita sebagai warga Negara indonesia
yang secara tidak langsung telah menyepakati bahwa pancasila sebagai ideology
bangsa menunjukkan sikap dan karakter sebagaimana agama yang kita yakini
kebenarannya.

2.Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Nilai kemanusiaan dalam pancasila membawa angin segar bagi warga Negara
karena makna yang terkandung membawa kesetaraan antara sesama yaitu derajat,
hak dan kewajiban antara sesama manusia. Namun, realitanya pada era modern ini
nilai luhur tersebut hanya sebatas ungkapan tertulis diatas potongan-potongan
kertas, tidak bermakna bagi sebagian besar warga Negara dimana begitu banyak
kita temukan perilaku yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai kemanusiaan
ini. Seperti, orang kaya lebih dihormati, perilaku yang semena-mena terhadap orang
lain (penganiayaan) menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan pada hari ini sangat
menyedihkan dan menyimpang dari makna nilai yang diidamkan dalam pancasila.
Oleh karena itulah, kita sebagai warga Negara indonesia sudah seharusnya
menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi sesama manusia demi terciptanya
kehidupan yang damai sebagaimana cita-cita bangsa kita yang tertuang dalam
pancasila.

3.Persatuan Indonesia
Setiap Negara menginginkan persatuan warga negaranya, karena persatuan adalah
kekuatan dasar dalam Negara itu sendiri, tanpa persatuan tidak mungkin suatu
Negara terbentuk atau berjalan dengan baik. Oleh karena itulah persatuan menjadi
salah satu nilai luhur dalam pancasila yang menjadi impian bangsa indonesia agara
masyarakat atau warga Negara indonesia bersatu demi kemajuan bangsa indonesia
tercinta. Namun, apa yang terjadi pada era modern ini membawa kita berpikir tiada
henti dan bertanya ribuan kali tentang persatuan Negara kita menunjukkan betapa
lemah dan mulai luntur nilai persatuan ini pada Negara kita. Dalam kejadian besar
kita menyaksikan setelah Aceh dapat teratasi, irian jaya berupaya ingin melepaskan
diri dari wilayah NKRI, dan dalam kejadian yang lebih kecil kisruh KPK dan Polri
merupakan bentuk lunturnya persatuan yang ingin membawa indonesia menjadi
Negara yang sejahtera dan bermartabat. Menghapus korupsi dan tindakan pidana
lainnya merupakan pekerjaan rumah kita bersama terutama mereka yang berada
pada pemerintahan seperti KPK dan Polri. Seharusnya, sebagai warga Negara yang
berlandaskan nilai-nilai pancasila kita dan mereka harus mempunyai jiwa yang
mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila.

4.Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan.
Nilai kerakyatan ini memang selalu ada dalam pemerintahan di suatu Negara, dan
indonesia menjadikan nilai ini sebagai dasar Negara dimana ketika dihadapkan
dengan suatu permasalahan apapun maka keputusan yang diambil harus selalu
mengutamakan kepentingan rakyat dan Negara, bukan kepentingan pribadi dan
harus semua itu harus melalui musyawarah bersama guna mencapai mufakat yang
bertujuan untuk kebaikan bersama. Inti dari nilai sila ke empat ini yaitu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun, apa yag terjadi pada era modern
ini tingkah laku para wakil rakyat sangat memalukan dimana mereka berada dalam
system pemerintahan hanya mementingkan pribadi tetapi menyatakan atas nama
rakyat, berdebat, musyawarah dengan beradu argument tiada henti sehingga emosi
tidak terkontrol lagi dan masalah pun terbengkalai semakin tidak jelas jauh dari
selesai. Sungguh memalukan, orang-orang yang kita percaya mampu menjadi
pemimpin/perwakilan kita sebagai rakyat berperilaku seperti tidak berwibawa dan
tidak tahu aturan. Oleh karena itulah, apa yang terjadi pada era modern ini tentang
penyimpangan nilai pancasila harus dapat kita bawa menjadi pelajaran bagi kita
para generasi untuk berperilaku dan bertindak kelak yang sesuai dengan cita-cita
pancasila.

5.Keadilan Social Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai keadilan social yang tertuang dalam pancasila mempunyai makna dan tujuan
sangat bijaksana yaitu menciptakan masyarakat indonesia yang adil, makmur dan
sejahtera baik secara lahiriah maupun batiniah. Namun, apa yang pada era modern
ini, begitu banyak kita temukan kemiskinan, anak-anak terlantar, banyak orang tidak
dapat mengenyam fasilitas kesehatan yang nyaman lantaran biaya yang tinggi dan
sebagainya merupakan penyimpangan nilai luhur sila ke lima dari pancasila.
Mengapa semua itu terjadi, tidak lain karena ketidakpandaian para wakil rakyat
mengelola alam kita yang sangat kaya ini, lucu Negara kepulauan mengimpor
garam, lucu Negara maritime mengimpor beras. Oleh karena itulah kita sebagai
rakyat yang pada hakikatnya pemegang kekuasaan tertingi di Negara ini kita harus
dapat memegang teguh dan memperjuangkan hak-hak kita dan senantiasa
mengawasi kebijakan pemerintah dan tidak segan mengkritisinya.

Anda mungkin juga menyukai