Anda di halaman 1dari 2

Etika dalam Usaha (Bagian 1)

Oleh :
Aris Budi Setyawan
Program DIII Bisnis dan Kewirausahaan
Universitas Gunadarma

Meskipun banyak definisi tentang etika, namun secara sederhana dan singkat dapat dikatakan
bahwa etika adalah perilaku, kebiasaan, atau tindakan-tindakan yang baik, yang dilakukan oleh
sesorang atau organisasi. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan dunia usaha maka yang
dimaksud dengan etika di sini adalah perilaku dan kegiatan-kegiatan yang baik, yang dilakukan
oleh seorang pengusaha, baik terhadap para pelanggan, pemasok, maupun terhadap usahanya
sendiri (termasuk kepada karyawannya).

Dengan kata lain, pemilik usaha yang selalu membuat susah dan sakit hati pelanggan
(misalnya), berarti pemilik usaha tersebut dapat dikatakan tidak memiliki etika, dan tidak
memiliki etika berarti telah berbuat salah, dan berbuat salah pasti ada akibatnya.

Memiliki dan menjalankan usaha memang tidak mudah. Masih banyak pelaku usaha memiliki
anggapan, bahwa antara usaha dan etika tidak dapat disandingkan. Berusaha adalah mencari
keuntungan, sementara etika bicara soal berbuat baik, sehingga ketika berusaha sambil
berbuat baik maka sulit untuk mendapat keuntunga. Dengan anggapan ini, banyak pelaku
usaha yang kemmudian mengesampingkan etika demi mendapatkan keuntungan. Apa
contohnya ?

Pertama, banyak pemiliki usaha makanan/kuliner yang mendirikan tendanya di trotoar jalan,
sehingga mengganggu pejalan kaki. Apakah sudah tidak ada lahan lagi yang lebih baik untuk
berdagang tanpa merugikan orang lain ? Sepertinya masih banyak tempat yang lebih bisa
digunakan untuk berdagang. Namun kenapa harus di trotoar ? Dengan di trotoar memang
biasanya tempatnya lebih siap, biaya ‘sewa’ lebih murah, dan yang lebih penting, konsumen
bisa langsung menjangkau. Dengan kumpulan alasan tersebut, keuntungan sepertinya memang
akan lebih mudah didapat. Coba di deratan pemilik usaha yang melakukan usaha tersebut ada
satu saja yang ‘beretika’ dengan memilih usaha di tempat yang tidak mengganggu orang lain,
tentu berpotensi akan lebih sulit mendapat keuntungan.
Kedua, masih banyak pelaku usaha yang membuang sampah atau limbah usahanya tidak pada
tempatnya, dan masih banyak contoh perilaku atau tindakan-tindakan pemiliki usaha yang tidak
baik.

Seharusnya, setiap pemilik usaha, tidak terkecuali usaha dengan skala kecil dan menengah,
mulai memahami dan mempraktekkan etika dalam menjalankan usahanya. Harus mulai diyakini
bahwa untuk kepentingan jangka panjang, bisnis dan etika tidak bisa dipisahkan. Harus mulai
dipraktekkan perilaku-perilaku yang baik dalam usahanya, dimulai dari hal-hal yang sepele dan
sederhana, seperti :
 selalu berbicara dengan nada yang menyenangkan,
 menjaga emosi kepada karyawan saat ada maupun tidak ada pelanggan,
 bebenah diri (mandi, beerias) sebelum memulai usaha,
 selalu menyiapkan uang kembalian,
 mendirikan usaha di lokasi yang semestinya
 Tidak mempekerjakan pegawai di bawah umur
1
 Membayar kewajiban kepada pemasoksesuai janji
 Mengunakan bahan-bahan yang aman bagi konsumen
 Dan masih banyak contoh perilaku-perilaku baik lainnya

Pertanyaan berikutnya adalah, dalam sebuah unit usaha, kapan pemilik usaha harus
berperilaku baik (beretika) ?
Jawabnya adalah ‘Setiap saat’, selama usahanya masih berjalan. Menjalankan usaha dengan
etika tidak bisa memilih-milih waktu, tidak bisa memilih-milih pelanggan, tidak bisa memilih-milih
lokasi, karena usaha dan etika adalah melekat. Bisa jadi, meskipun hanya sekali tidak beretika,
pelanggan akan kecewa, masyarakat akan marah, karwawan akan sakit hati, pemasok akan
‘kapok’ dan pada gilirannya kepercayaan dan nama baik usaha akan rusak. Bila ini terjadi tidak
mudah untuk memperbaikinya.

“Akan butuh banyak perilaku baik (etika) yang harus dilakukan untuk membuat konsumen,
masyarakat, karyawan dan yang lainnya puas dan suka….tapi, cukup dibutuhkan satu tindakan
tak beretika untuk membuat mereka kecewa dan marah kemudia melupakan rasa puas dan
suka mereka…”

Etika dalam menjalankan usaha memang harus dibiasakan dan seringkali harus dipaksakan…
dan dalam jangka pendek sepertinya memang akan menambah beban (biaya, usaha, waktu,
dll)
Perilaku baik yang dilakukan terus-menerus dan konsisten, serta diturunkan dari generasi-ke
generasi akan membentuk perilaku yang mencerminkan seperti apa unit usaha yang sedang
dilakukan dan siapa pemiliknya, yang pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi.
Apakah budaya organisasi itu ? kita diskusikan pada tulisan berikutnya….

Anda mungkin juga menyukai