Anda di halaman 1dari 2

Saling Berbuat Baik Penjual dan Pembeli

Oleh :
Aris Budi Setyawan
Program DIII Bisnis dan Kewirausahaan
Universitas Gunadarma

Tidak ada penjual (produsen) yang tidak membutuhkan konsumen, karena konsumenlah yang
akan membuat usahnya berjalan, dan sebaliknya tidak ada konsumen yang tidak membutuhkan
penjual, karena penjuallah yang menyediakan berbagai produk yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh konsumen. Dengan demikian sudah seharusnya kedua belah pihak saling berbuat baik
dan tidak saling merugikan. Perbuatan baik penjual dapat dilakukan dalam tiga tahapan : Pada
saat sebelum terjadinya transaksi, pada saat transaksi, dan setelah terjadinya transaksi.

Pertama, pada saat sebelum transaksi pada umumnya konsumen mencari informasi mengenai
produk yang dibutuhkan atau diinginkan dan kemudian membanding-bandingkannya sebelum
kemudian memutuhkan membelinya. Pada tahap ini, perbuatan baik penjual dapat dilakukan
dengan memberikan informasi yang benar tentang produknya. Informasi yang disampaikan baik
melalui, selebaran, spanduk, hingga iklan di radio maupun televisi seharusnya : Ditulis dengan
huruf yang jelas, menggunakan bahasa yang dimengerti oleh calon pembeli, menyajikan
informasi yang lengkap, tidak melebih-lebihkan, dan seterusnya. Dengan perbuatan baik
penjual ini, konsumen akan mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang produk yang
akan dikonsumsinya.
Dalam kasus sehari-hari masih banyak dijumpai penjual yang tidak melakukan perbuatan baik
ini dan cenderung sebaliknya. Masih banyak dijumpai kemasan yang tidak dilengkapi dengan
penjelasan dengan bahasa setempat sehingga ada potensi konsumen tidak mengetahui perihal
produk yang akan dikonsumsinya. Banyak kemasan juga ditulis dengan huruf yang sangat kecil
sehingga tidak dapat dibaca oleh mata konsumen kebanyakan. Masih banyak juga dijumpai
berbagai poster yang menampilkan gamba produk yang telah diedit sedemikian rupa sehingga
tampak ‘sangat sempurna’ sehingga sanggat menggoda, namun tidak sesuai dengan kondisi
produk yang sesungguhnya.

Kedua, di saat/selama transaksi terjadi, banyak perbuatan baik penjual yang seharusnya
dilakukan, diantaranya : menyediakan tempat ruang tunggu yang nyaman, menyediakan tempat
parkir memadai, menata produk dengan baik sehingga memudahkan konsumen dalam mencari
produk yang dibbutuhkannya, menyediakan kembalian berapapun nilai kembaliannya,
memberikan tas yang layak untuk membawa produk yang telahh dibeli konsumen, memberikan
pennerangan yang cukup di tempat transaksi, member pelayanan yang baik dan ‘tidak
membeda-bedakan’, dan masih banyak perbuatan baik lainnya yang seharusnya dilakukan
penjual. Pada kenyataannya masih banyak penjual yang tidak melakukan perbuatan baik dalam
tahap ini dan malah sebaliknnya. Masih banyak dijumpai tepat usaha yang tidakmemiliki tempat
parkir, ruang tunggu, penerangan yang buruk dan seterusnya, sehingga konsumen mengalami
kesulitan selama melakukan transaksi. Masih banyak penjual yang tidak siap dengan uang
kembalian dan membebani konsumen untuk membayarnya dengan uang pas. Masih banyak
contoh-contoh lain dari kelalaian penjual untuk berbut baik kepada konsumen.

Ketiga, di saat setelah konsumen membel produk (bisa 1 hari, 2 minggu, atau 1 tahun
kemudian). Banyak perbuatan baik yang juga seharusnya dilakukan oleh penjual, seperti
membantu konsumen dalam memasang produk yang dibeli di rumah, mengantar produk bila

1
ukurannya besar, menyediakan lokasi-lokassi servis dalam jumlah yang cukup dan memadai,
melayani dengan baik bila ada keluhan, dan seterusnya. Dalam kenyataannya masih banyak
ditemukan penjual yang pelayanan purna jualnya belum/tidak baik.

Di sisi lain, karena sudah menerima kebaikan dari penjual, konsumen juga harus berbuat baik
kepada penjual. Perbuatan baik konsumen dapat berupa :
Pertama, mengembalikan uang kembalian yang ternyata berlebih, karena tidak jarang karena
kesibukan atau ketidaktelitiannya ataunpenerangan yang tidak memadai, penjual sering
memberikan kembalian yang lebih banyak dari seharusnya, dan dalam hal ini pembeli harus
mengembalikan kelebihannya bila mengetahuinya. Kedua, tidak memanfaatkan kelemahan
penjual, baik karena cacat fisiknya (buta atau cacat fisik lainnya) atau karena kebutuhan
mendesak penjual lainnya untuk menawar dengan harga yang serendah-rendahnya, dengan
kata lain pembeli harus tetap membayarnya dengan harga yang wajar. Ketiga, pembeli harus
membayar sesuai dengan jumlah produk yang diambil atau dikonsumsinya, meskipun misalnya
penjual tidak melihatnya.

Pada prinsipnya, masih banyak perbuatan-perbuatan baik yang dapat dilakukan baik oleh
penjual maupun pembeli, dan bisa dibayangkan, bila ini dilakukan maka proses transaksi akan
berlangsung lancar dan menguntungkan kedua belah pihak dan secara luas akan membentuk
perekonomian yang luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai