2. Esther Sibarani 3. Jesika Vanny Sitanggang 4. Koko Pribadi 5. Rinova Dongoran 6. Salsa Dila Hakim Rangkuti Jaringan adiposa (AT) adalah organ endokrin dan parakrin yang sangat penting yang mengatur jaringan dan organ lainnya. Disfungsi jaringan adiposa menyebabkan berbagai macam gangguan seperti obesitas, resistensi insulin, diabetes melitus, gangguan jantung, tumor dan lain-lain. Makrofag jaringan adiposa (ATM) adalah pemeran kunci dalam remodeling dan disfungsi jaringan adiposa. Peran mereka dalam disfungsi jaringan adiposa saat ini semakin banyak diteliti, tetapi mekanisme interaksi dan molekulernya masih belum sepenuhnya dijelaskan. Dalam bab ini, kami merangkum pengetahuan saat ini tentang peran makrofag dalam pemodelan ulang , disfungsi dan gangguan terkait jaringan adiposa dan menunjukkan arah potensial untuk penelitian di masa depan. Jaringan adiposa sebelumnya dianggap hanya sebagai depot lemak. Saat ini, diketahui bahwa jaringan adipose mengeluarkan sejumlah besar protein yang secara kolektif disebut sebagai adipokin (adiponektin, leptin, resistin, dan sitokin inflamasi TNF-α, IL6, IL8, IL1, IL10, IL18 dan TGF-β) yang bertanggung jawab untuk banyak proses yang berbeda di dalam tubuh. Jaringan adiposa sangat heterogen dan terdiri dari jenis sel yang berbeda seperti: adiposit, pra-adiposit, sel endotel, fibroblas, sel induk mesenkim dan sel imun (sel mast, limfosit dan makrofag). Makrofag jaringan adiposa (ATM) adalah sel yang bertanggung jawab untuk pembentukan ulang jaringan adiposa Ada dua jenis ATM: M1 (diaktifkan secara klasik) dan
M2 (diaktifkan secara alternatif) makrofag.
Mereka dikarakterisasi berdasarkan keadaan polarisasinya, ekspresi
dari antigen tertentu dan produk sekresi. Makrofag M1 (diaktifkan secara klasik), juga disebut makrofag pro-inflamasi, adalah jenis makrofag dominan selama AT ekspansi dan peradangan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa keseimbangan antara makrofag M1 dan M2 sangat penting untuk mempertahankan fungsi adiposit normal dan homeostasis jaringan adipose. Obesitas ialah penyakit parah yang sangat umum mengarah pada perkembangan resistansinya hormone isnulin, diabetes mellitus, gangguan jantung dan lain-lain.Obesitas dicirikan dengan produksi yang tidak seimbang dari adipokin pro dan anti-inflamasi yang berkontribusi terhadap perkembangan sindrom metabolik. Pada obesitas, keseimbangan antara makrofag M1 dan M2,terjadinya inflamasi terhadap makrofag M1. Ada dua mekanisme terjadinya ketidakseimbangan: 1. infiltrasi monosit dari sirkulasi di bawah pengaruh molekul yang disekresikan dari pertumbuhan jaringan adipose 2. "peralihan fenotipik" antara makrofag M1 dan M2 Sebuah model "peralihan fenotipik" makrofag telah dilaporkan oleh Lumeng et al. pada tahun 2007. Bahwa obesitas disertai dengan transformasi dalam keadaan terpolarisasi makrofag, dari M2 "yang diaktifkan secara alternatif" yang terutama terakumulasi selama keseimbangan energi negatif menjadi makrofag M1 yang lebih pro-inflamasi "diaktifkan secara klasik".Perubahan fenotipik dari polarisasi M2 menjadi M1 pada jaringan adiposa terjadinflamasi jaringan adipose yang menyebabkan obesitas. Makrofag yang diinfiltrasi ke jaringan adiposa dari sirkulasi merupakan sumber inflamasi penting pada jaringan adipose yang gemuk. Kemokin adalah molekul pro-inflamasi kecil yang mendorong mobilisasi makrofag dari sumsum tulang ke jaringan. Peningkatan ekspresi kemokin dalam jaringan adiposa obesitas telah terlibat dalam pengendalian perekrutan monosit ke jaringan adiposa. Hiperplasia adiposit dan hipertrofi keduanya berkontribusi pada ekspansi jaringan adiposa yang menyebabkan hipoksia, kematian sel adiposit, peningkatan sekresi kemokin dan disregulasi dalam fluks asam lemak. Makrofag berkumpul di sekitar adiposit mati yang membentuk struktur seperti mahkota (CLS) pada obesitas lanjut. Makrofag bergabung untuk membentuk sel raksasa berinti banyak dan memfagosit tetesan lemak sisa. Sun et al., 2011, menyatakan bahwa fibrosis yang diinduksi hipoksia yang mengikuti inflamasi jaringan adiposa mungkin merupakan faktor kunci yang pada akhirnya merangsang respon inflamasi lokal. Asam lemak bebas disimpan di jaringan adipose dalam bentuk trigliserida dan dapat menyebabkan efek samping lipotoksis bila jumlahnya tidak banyak dalam jaringan. Selama hipertrofi adiposit, asam lemak bebas dilepaskan melalui lipolisis dan menyebabkan respons inflamasi. Dengan meningkatkan konsentrasi lipid ekstraseluler lokal, asam lemak bebas menyebabkan akumulasi makrofag jaringan adipose. Asam lemak bebas berkontribusi pada polarisasi makrofag yang disusupi ke arah M1. Hal ini menunjukkan bahwa populasi M1 dari makrofag dominan dalam keadaan kelebihan gizi dan respon inflamasi dimediasi oleh asam lemak bebas. Makrofag berhubungan dengan tumor padat. Berbagai tumor menunjukkan bahwa makrofag terkait tumor (TAMs) memiliki banyak kemiripan dengan makrofag tipe M2 dengan ekspresiIL-10 yang tinggi dan ekspresi IL-12 yang rendah Ekspresi CD163 tinggi di TAM dan digunakan sebagai penanda yangdapat diandalkan untuk TAM TAM memiliki sifat anti-inflamasi, pro-angiogenik danmempromosikan tumor Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme molekuler dimana Makrofag jaringan adiposa berpartisipasi dalam pengembangan berbagai gangguan, yang akan membuka pintu untuk penemuan dan pengembangan terapi target molekuler baru.