Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA


SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI
DENGGUNG SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
LAILI SOLEKHA
070201023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA
SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI
DENGGUNG SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
LAILI SOLEKHA
070201023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN
MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD
NEGERI DENGGUNG SLEMAN YOGYAKARTA1

Laili Solekha2, Shanti Wardaningsih3

INTISARI

Latar belakang: Reaksi anak dalam menghadapi menarche dan pemahamannya


tentang haid sangatlah bermacam-macam. Hal ini sangatlah tergantung dari faktor-
faktor yang mempengaruhi, yaitu : lingkungan keluarga terutama peran orang tua,
tingkat pengetahuan, umur, pendidikan, keadaan fisik dan keadaan sosial ekonomi.
Reaksi anak yang negatif sering muncul ketika anak menghadapi menarche sehingga
dapat menimbulkan kecemasan. Peran oran tua adalah salah satu sumber koping
yang dapat mengurangi kecemasan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran orang tua
dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas V Dan VI Di SD
Negeri Denggung Sleman Yogyakarta.
Metode Penelitian: Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2011, dengan
desain penelitian deskriptif korelasi dan pendekatan waktu cross sectional. Sampel
diambil dengan teknik purposive sampling sejumlah 32 responden. Teknik analisis
data menggunakan analisis korelasi kendall tau.
Hasil: Analisa hubungan peran orang tua dengan tingkat kecemasan menghadapi
menarche pada siswi kelas V Dan VI Di SD Negeri Denggung Sleman Yogyakarta,
sebagian besar 24 responden (75,0%) dalam (kategori kurang baik) . Sedangkan 12
responden (37,5%) mengalami kecemasan sedang. Hasil korelasi antar variabel yaitu
r = -0,215 dengan taraf signifikan 0,193 (>0,05).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan
tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas V dan VI di SD Negeri
Denggung Sleman Yogyakarta. Disarankan bagi Siswa agar ada keterbukaan dalam
berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi dengan orangtuanya dan lebih
mempersiapkan diri dalam mengahadi perubahan-perubahan yang akan terjadi pada
dirinya dan tidak perlu cemas dalam menghadapi menarche

Kata Kunci : Peran orang tua, Tingkat kecemasan, siswa


Daftar Pustaka : 28 Buku (2000-2010), 3 website

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PPN-STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Pembimbing Skripsi Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN PARENT’S ROLE AND THE LEVEL OF
ANXIETY OF THE STUDENTS OF GRADES V AND VI OF DENGGUNG
STATE ELEMENTARY SCHOOL IN YOGYAKARTA IN FACING
MENARCHE¹
Laili Solekha², Shanti Wardaningsih³

ABSTRACT
Background to the research: Children vary in their facing and understanding
menarche. Those depend on the influencing factors, i. e., the role of family especially
of the parents, knowledge level, age, education, physical condition, and social
economy condition. Negative reactions often appear when a child faces menarche
that results in anxiety. Parents’ role is one of the coping sources which can decrease
anxiety.
Purpose of the research: The aims of this study was finding the correlation between
parent’s role and the level of anxiety of the students of grades V and VI of Denggung
State Elementary School in Yogyakarta in facing menarche.
Methodology of the research: The data collection was conducted in February 2011
using descriptive correlation research design and cross sectional time approach. The
samples were chosen using purposive sampling technique as many as 32
respondents. Data analysis technique used was Kendall Tau correlation analysis.
Result of the research: The result of this study is the correlation between parents’
role and the level of anxiety of the students of grades V and VI of Denggung State
Elementary School in Yogyakarta in facing menarche showed that 24 respondents
(75.0%) were in a poor category and 12 respondents (37.5%) were in moderate
anxiety. The result of the correlation between variables is r = -0.215 with 0.193
(>0.05) of significance rate.
Conclusion: There is no significant correlation between parents’ role and the level of
anxiety of the students of grades V and VI of Denggung State Elementary School in
Yogyakarta in facing menarche. It suggested that the students be more open to
communicate about reproduction health with their parents and prepare more to face
the changes that will happen to them, and not to be anxious in facing menarche.

Key Words: Parents’ role, students’ level of anxiety


References: 28 books (2000-2010); 3 websites

____________
1
Title of the Paper
²Student of School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
³Lecturer in School of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakara
PENDAHULUAN wanita, status nutrisi,emosi dan berat
tubuh relatif terhadap tinggi tubuh
Masa reproduksi adalah masa (Kasdu, 2005).
yang penting bagi seluruh organisme di Sebelum menstruasi yang
permukaan bumi ini untuk meneruskan pertama itu tiba, reaksi anak
keturunannya. Seperti halnya makhluk menghadapi menarche sangatlah
lain, manusia juga menjalankan bermacam-macam. Biasanya anak
perannya dalam meneruskan yang normal sudah mempunyai
keturunan, dan wanita memiliki antisipasi (daya tangkap sebelumnya)
peranan yang cukup besar. Sebelum yang berbeda-beda terhadap menarche.
seorang wanita siap menjalani masa Periode antisipasi yang disebut juga
reproduksi, terdapat masa peralihan masa penantian ini segera diakhiri
dari masa kanak-kanak, masa pubertas dengan tibanya menarche. Antisipasi
menuju masa kedewasaan yang lebih ini tergantung pada informasi yang
dikenal dengan masa pubertas. diperoleh sebelum anak mengalami
Terjadinya pertumbuhan fisik menarche (Kartono,2006).
yang cepat pada masa pubertas, Peristiwa perdarahan yang
termasuk pertumbuhan organ-organ tidak disertai dengan informasi-
reproduksi (organ seksual) untuk informasi yang jelas, benar dan
mencapai kematangan, sehingga memberikan rasa tenang dapat
mampu melangsungkan fungsi menyebabkan timbulnya gejala-gejala
reproduksi. Perubahan itu ditandai patologis seperti rasa takut, konflik
dengan munculnya tanda-tanda sebagai batin, gangguan kesehatan dan
berikut: tanda-tanda seks primer, yaitu kecemasan (Wiknijosastro et al, 2009).
yang berhubungan langsung dengan Kecemasan merupakan salah satu
organ seks yaitu terjadinya haid pada emosi yang paling menimbulkan stress
remaja puteri (menarche) dan yang dirasakan oleh banyak orang.
terjadinya mimpi basah pada remaja Kadang-kadang kecemasan juga
laki-laki (Depkes RI, 2001). disebut dengan ketakutan atau perasaan
Menarche didefinisikan sebagai gugup. Setiap orang pasti pernah
pertama kali menstruasi, yaitu mengalami kecemasan pada saat-saat
keluarnya cairan darah dari alat tertentu, dan dengan tingkat yang
kelamin wanita berupa luruhnya berbeda-beda. Hal tersebut mungkin
lapisan dinding dalam rahim yang saja terjadi karena individu merasa
banyak mengandung pembuluh darah. tidak memiliki kemampuan untuk
Yang secara normal menstruasi awal menghadapi hal yang mungkin
terjadi pada usia 11 – 16 tahun menimpanya dikemudian hari
(Depkes RI, 2001). Lebih lanjut (Kartono, 2000). Akibat kecemasan
dijelaskan menarche ialah haid yang pada anak biasanya anak sulit berfikir
pertama terjadi yang merupakan ciri abstrak, mencoba banyak keputusan
khas kedewasaan seorang wanita yang dan berubah-ubah mood
sehat dan tidak hamil ( Erna, 2005). (Wiknjosastro., et al, 2009)
Gejala menstruasi atau haid Berbagai kejadian di
merupakan peristiwa yang paling masyarakat memperlihatkan bahwa
penting pada masa pubertas sebagai kecemasan yang dialami oleh remaja
tanda biologis dari kematangan seksual putri yang akan mengalami pertama
pada anak gadis (Kartono, 2006). menstruasi (menarche) masih tinggi
Menstruasi biasanya dimulai antara sehubungan dengan ketakutan melihat
umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada darah yang keluar dari vaginanya dan
berbagai faktor, termasuk kesehatan anak yang mengalami menstruasi
pertama biasanya mudah peran ibu dalam memberikan informasi
sensitif,emosional dan gugup mengenai menarche. Sehingga anak
(Wiknijosastro., et al, 2009). Untuk tidak akan mengalami kejadian-
mengurangi kecemasan menghadapi kejadian yang mengejutkan
menarche anak sangat membutuhkan sehubungan dengan dirinya.
informasi yang benar dari orang-orang
terdekat. Pemberian informasi yang METODE PENELITIAN
terencana sejak dini, dan adanya
dukungan / motivasi dari orang tua Jenis Penelitian ini adalah
akan membuat anak merasa siap, aman kuantitatif dengan menggunakan metode
dan terlindungi, anak juga tidak akan deskriptif korelasi, dan pengambilan data
mengalami kejutan-kejutan yang berdasarkan pendekatan waktu dengan
berhubungan dengan dirinya (Kasdu, metode cross sectional yaitu metode
2002). Lebih lanjut di jelaskan bahwa pengambilan data yang dilakukan pada
orang tua seharusnya merupaka pihak waktu yang sama satu kali pengumpulan
pertama yang bertanggung jawab data (Arikunto, 2006). Tekhnik sampling
memberikan informasi kesehatan yang digunakan adalah purposive
reproduksi bagi remaja hususnya sampling. Penelitian ini mengambil data
ketika anak akan menjadi dewasa awal tentang peran orang tua dengan tingkat
( Steinberg dan Duncan, 2002). kecemasan menghadapi menarche pada
Upaya pemerintah melalui UU siswi. Besar populasi dalam penelitian ini
No. 10 Tahun 1992, yaitu : menjamin sebanyak 86 siswi dan yang memenuhi
terselenggaranya hak-hak yang sama kriteria inklusi dan esklusi sejumlah 32
dalam kesehatan reproduksi. Dan siswi.
pemerintah Indonesia melalui Data subyek penelitian diperoleh
Peraturan Presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kuesioner tertutup
Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana yang dibagikan kepada responden.
Pembangunan Jangka Menengah Kuesioner terdiri dari dua kuesioner.
(RPJM) 2005-2009 menyatakan bahwa Pertama meliputi kuesioner peran orang
salah satu arah RPJM adalah tua yang terdiri dari berjumlah 21
meningkatkan kualitas kesehatan pertanyaan. Score peran orang tua
reproduksi remaja. Kondisi ini diperoleh dari jawaban atas pernyataan
memberikan kerangka legal bagi yang diajukan, nilai 3 untuk jawaban
pengakuan dan pemenuhan hak-hak selalu, nilai 2 untuk jawaban sering, nilai 1
reproduksi dan seksual remaja di untuk jawaban kadang-kadang dan nilai 0
Indonesia (kesproinfo, 2010). untuk jawaban tidak.
Disinilah peran orang tua Sebelum kuisioner dibagikan
sangat diperlukan untuk memberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas
pendidikan yang benar tentang dan reabilitas terlebih dahulu di di SD
kesehatan reproduksi terutama disaat Negeri Ngangkrik Sleman Yogyakarta,
anak akan mengalami menarche. pengambilan data dilakukan pada 12
Peristiwa perdarahan atau menstruasi februari 2011 yaitu dengan mencari
tanpa adanya informasi yang baik responden yang memiliki karakteristik
dapat menimbulkan berbagai macam yang sama dengan sampel cara purposif
perubahan psikisnya (Kartono, 2006). sampling sebanyak 24 responden. Dengan
Kira-kira 80% diantara para wanita hasil empat pertanyaan peran orang tua
mengalami gangguan saat menarche dinyatakan gugur yaitu pertanyaan no 2,
sehingga menimbulkan kecemasan 16, 17, 22 karena nilai r kurang dari r tabel
(Afandi, 2000). Oleh karena itu peran ( 0,404). Dan angka reabilitas 0,863.
orang tua sangat diperlukan terutama
Kuesioner ke dua kecemasan yang paling banyak berusia 11
menghadapi menarche yang tidak tahun yaitu 18 orang (56,0%).
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas Responden yang paling sedikit
karena alat ukur kecemasan responden berusia 13 tahun yaitu hanya
yang digunakan yaitu Analog Anxiety ada 1 orang (3,0%).
Scale (AAS) tlah diuji validitas dan b. Karakteristik responden
reliabilitas oleh Sjahriati 1990 (dalam berdasarkan riwayat penyakit
Fathaturrayyan, 2010), didapatkan korelasi Dari diagram 4.2 dapat
(r: 0,57-0,84) yang menyatakan bahwa diketahui seluruh responden
AAS cukup valid dan reliabel untuk tidak memiliki riwayat penyakit
digunakan sebagai instrumen kecemasan. kronis.
Untuk mengetahui hubungan kedua c. Karakteristik responden
variabel, menggunakan uji korelasi berdasarkan pendidikan Orang
Kendall Tau. Teknik korelasi ini tua
digunakan untuk mencari hubungan antara Berdasarkan gambar 4.3
dua variabel atau lebih bila datanya responden penelitian paling
berbentuk ordinal (Sugiono,2006). banyak ayah berpendidikan
SMA/ STM yaitu sebanyak 14
orang (44,0%). Dan responden
HASIL DAN PEMBAHASAN yang paling sedikit ayahnya
1. Deskripsi lokasi penelitian berpendidikan SMP dan
Penelitian ini dilakukan di SD Diploma yaitu tidak ada
Negeri Denggung Sleman responden (0,0%). Sedangkan
Yogyakarta. SD Negeri Denggung pada responden penelitian
Sleman Yogyakarta merupakan paling banyak ibu
salah satu SD Negeri favorit yang berpendidikan SMA yaitu
terletak ditengah kota Sleman yang sebanyak 8 orang (25,0%).
letaknya cukup stategis beralamat Sedangkan responden yang
di Jalan Merbabu No. 4 paling sedikit ibunya
Bangunrejo, Tridadi, Sleman berpendidikan SD yaitu 1 orang
Provinsi DIY. Telp (0274) 867400. (3,0%).
Kode Pos 55511. d. Karakteristik responden
Di SD Negeri Denggung ini berdasarkan pekerjaan orang
sudah terdapat guru Bk, tetapi guru tua
Bk tidak ada jadwal masuk kelas Berdasarkan gambar 4.4
seperti guru-guru mata pelajaran pekerjaan ayah, dapat diketahui
yang lain. Peran guru Bk tidak responden paling banyak
memberikan informasi masalah ayahnya bekerja di bidang
kesehatan reproduksi pada swasta/ wiraswaswa yaitu
muridnya. Hanya biasanya sebanyak 18 responden
perannya adalah menangani anak- (56,0%). Dan responden yang
anak yang bermasalah di sekolah paling sedikit ayahnya bekerja
maupun anak yang sering bolos sebagai guru yaitu ada 1
sekolah saja. responden (3,0%). Sedangkan
2. Karakteristik responden pada pekerjaan ibu, dapat
penelitian diketahui responden paling
a. Karakteristik responden banyak ibu tidak bekerja yaitu
berdasarkan usia sebanyak 15 responden
Dari gambar diagram 4.1, (47,0%). Sedangkan responden
dapat diketahui usia responden yang paling sedikit bekerja
sebagai PNS yaitu ada 1 Tabel 1. Kategori peran orang
responden (3,0%). tua siswi kelas V dan VI di SD N
e. Karakteristik responden Denggung Sleman Yogyakarta
berdasarkan penghasilan
orangtua Frekuensi
No Kategori Frekuensi
Dari gambar diagram 4.5, relatif
dapat diketahui responden yang 1. Baik 7 3,1%
paling banyak orangtua Cukup
berpenghasilan Rp. 2. 24 21,9%
baik
1.000.000,00 yaitu sebanyak 19 Kurang
responden (59,0%). Responden 3. 32 75,0%
baik
yang paling sedikit orangtua Jumlah 100,0%
berpenghasilan dari Sumber: Data Primer
Rp.1.500.000,00 yaitu 4 Berdasarkan tabel di atas
responden (13,0%). dapat diketahui sebanyak 1
responden (3,1%) mendapatkan
ANALISA DATA skor 76 – 100% (dalam
kategori baik), 7 responden
1. Analisis Univariat (21,9%) mendapatkan skor 56 –
Penelitian ini terdiri dari 2 75% (kategori cukup baik) dan
variabel, yang terdiri dari satu 24 responden (75,0%)
variabel bebas (peran orang tua) mendapatkan skor < 56%
dan satu variabel terikat (kategori kurang baik).
(kecemasan menghadapi f. Kecemasan siswi menghadapi
menarche). Kedua variabel tersebut menarche
dilambangkan dalam X untuk peran Data kecemasan
orang tua dan Y untuk kecemasan menghadapi menarche
menghadapi menarche. berdasarkan tanggapan
responden penelitian diperoleh
a. Peran orang tua pada siswi dari Analog Anxiety Scale
Data peran orang tua (AAS) yang telah
berdasarkan tanggapan dikembangkan oleh kelompok
responden penelitian diperoleh psikiatri Jakarta yang
dari kuesioner yang terdiri dari merupakan modifikasi dari
21 item pernyataan dengan Hamilton Rating Scale for
jumlah responden 32 orang. Anxiety (HRSA) dengan jumlah
Selanjutnya data responden 32 orang.
dikategorikan sesuai dengan Selanjutnya data dikategorikan
rumus yang sudah ditentukan sesuai dengan rumus yang
pada bab sebelumnya. Berikut sudah ditentukan pada bab
tabel kategori peran orang tua sebelumnya.
berdasarkan tanggapan
responden penelitian:
Tabel 2. Kategori kecemasan
menghadapi menarche siswi kelas V dan
VI di SD N Denggung Sleman
Yogyakarta Tingkat kecemasan menghadapi
Menarche
Frekuensi P
No Kategori Frekuensi Tot
relatif Cema a
Tidak Tidak Cemas Cemas s ni
1. 9 28,1%
cemas cemas ringan sedang berat k
Cemas 0 0 1 0 0
2. 7 21,9%
ringan 0
Cemas Baik ,
3. 12 37,5% 0,0% 0,0% 3,1% 0,0%
sedang 0
Cemas %
4. 4 12,5%
berat 2 0 3 2 0
5. Panik 0 0,0% 0
Peran Cukup
Jumlah 32 100.0 ,
orangtua baik 6,2% 0,0% 9,4% 6,2%
0
Dari tabel 4.2 dapat diketahui %
sebanyak 9 responden (28,1%) tidak 7 7 8 2 0
mengalami kecemasan, 7 responden 0
Kurang
(21,9%) mengalami kecemasan ringan, 12 25,0 ,
baik 21,9% 21,9% 6,2%
responden (37,5%) mengalami kecemasan % 0
sedang, 4 responden (12,5%) mengalami %
kecemasan berat dan tidak ada responden 9 7 12 4 0 32
(0,0%) yang mengalami kecemasan dalam 0,
Total
kategori panik. 28,1% 21,9% 37,5% 12,5% 0 100,
%
2. Analisis Bivariat Berdasarkan Tabel 4.3
a. Hubungan peran orang tua diketahui ada 1 responden (3,1%)
dan kecemasan menghadapi yang memiliki peran orangtua
menarche dalam kategori baik. Dari 1
Data peran orang tua dan responden tersebut, diketahui
data kecemasan menghadapi memiliki kecemasan menghadapi
menarche dapat digambarkan menarche dalam kategori
dengan Tabel 4.3 sebagai berikut kecemasan sedang.
Tabel 3 Dari tabel 4.3 dapat
Hasil analisis data berdasarkan diketahui sebanyak 7 responden
peran orang tua dan tingkat (21,9%) memiliki peran orangtua
kecemasan menghadapi dalam kategori cukup baik. Dari 7
menarche pada siswi kelas V dan responden tersebut, diketahui
VI di SDN Denggung sebanyak 2 responden (6,2%) tidak
mengalami kecemasan, 3
responden (9,4%) mengalami
kecemasan sedang dan 2 responden
(6,2%) mengalami kecemasan
berat.
Dari tabel 4.3 juga
diketahui sebanyak 24 responden
(75,0%) memiliki peran orangtua
dalam kategori kurang baik. Dari Tabel 4
24 responden tersebut diketahui Koefisien Korelasi Kendall Tau
sebanyak 7 responden (21,9%)
tidak mengalai kecemasan, 7 Hub antar Koefisien
Sig (p)
responden (21,9%) mengalami Variabel Korelasi (τ)
kecemasan ringan, 8 responden Y.X - 0,215 0, 193
(25,0%) mengalami kecemasan
sedang dan 2 responden (6,2%) Dari tabel 4.4 dapat
mengalami kecemasan berat. diketahui hasil perhitungan
Analisis data yang koefisien korelasi Kendall antara
digunakan untuk mengetahui peran orang tua dengan kecemasan
hubungan antara peran orang tua menghadapi menarche sebesar -
dengan kecemasan menghadapi 0,215 dan nilai signifikan (p) yang
menarche akan menggunakan uji diperoleh adalah 0,193.
korelasi Kendall Tau. Korelasi Berdasarkan hasil perhitungan
Kendall Tau digunakan untuk diperoleh signifikan perhitungan
mengetahui ada tidaknya hubungan yang lebih besar dari 0,05
antara variabel bebas dengan (p>0,05), maka Ho yang
variabel terikat yang berdata menyatakan tidak ada hubungan
ordinal. Variabel bebas yang peran orang tua dengan tingkat
digunakan dalam penelitian ini kecemasan menghadapi menarche
hanya satu yaitu variabel peran diterima dan Ha yang menyatakan
orang tua saja, maka dalam ada hubungan peran orang tua
penelitian ini analisis data hanya dengan tingkat kecemasan
menggunakan korelasi sederhana menghadapi menarche ditolak. Jadi
saja. Korelasi sederhana adalah dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara salah satu variabel hubungan antara peran orang tua
bebas terhadap variabel terikat dengan kecemasan menghadapi
secara apa adanya, tanpa menarche pada siswi kelas V dan
mempertimbangkan keberadaan VI di SD N Denggung Sleman
variabel bebas yang lainnya. Yogyakarta.
Dalam uji ini akan menguji
hipotesis nol (Ho) bahwa tidak ada PEMBAHASAN
hubungan antara peran orang tua
dengan kecemasan menghadapi 1. Karakteristik responden
menarche pada siswi kelas V dan penelitian
VI di SD N Denggung Sleman Berdasarkan hasil penelitian
Yogyakarta. Untuk menerima atau diketahui usia responden yang
menolak hipotesis, dengan paling banyak berusia 11 tahun.
membandingkan harga signifikan Hal ini sesuai dengan pendapat
hitung (probability) dengan 0,05. Kartono (2000) dimana rentang
Kriterianya adalah menerima Ho normal usia menarche antara umur
jika signifikan yang diperoleh lebih 9-17,7 tahun dengan rata-rata 12,8
besar dari 0,05 (p>0,05). Jika tidak tahun.
memenuhi kriteria tersebut, maka Berdasarkan hasil penelitian
Ho ditolak dan Ha yang diterima. dapat diketahui responden yang
Hasil dari perhitungan korelasi paling banyak tidak memiliki
Kendall diperoleh koefisien riwayat penyakit yaitu 32
korelasi sederhana berikut ini: responden. Menurut Wiknjosastro
(2005), anak yang mengalami
gangguan kesehatan badan yang banyak ayahnya bekerja di bidang
lemah atau penyakit yang mendera swasta/ wiraswaswa yaitu
seorang anak gadis seperti penyakit sebanyak. Sedangkan responden
kronis, terutama yang yang paling sedikit ayahnya
mempengaruhi masukkan makanan bekerja sebagai guru. Berdasarkan
dan oksigenasi jaringan dapat pekerjaan ibu, dapat diketahui
memperlambat menarche lebih responden paling banyak ibu tidak
sering mudah mengalami bekerja. Sedangkan responden
kecemasan, terhadap keadaan fisik yang paling sedikit bekerja sebagai
yang dimilikinya. PNS. Anak yang berada di
Berdasarkan penelitian lingkungan sosial ekonomi yang
paling banyak ayah berpendidikan baik, maka anak lebih mudah
SMA/ STM. Dan tidak ada satu memperoleh informasi
pun ayah yang berpendidikan SD. (Nursalam,2001). Sedangkan pada
Responden penelitian paling ibu yang tidak bekerja,
banyak ibu berpendidikan SMA. pengetahuan ibu sendiri biasanya
Sedangkan responden yang paling masih kurang sehingga berdampak
sedikit ibunya berpendidikan SD. pada proses pemberian informasi
Menurut Brower dalam Nursalam, tentang menarche kepada anak
(2001) Makin tinggi tingkat mereka.
pendidikan seseorang, makin
mudah menerima maupun 2. Tingkat peran orang tua
memberikan informasi sehingga menghadapi menarche pada siswi
makin banyak pula pengetahuan kelas V dan VI di SDN Denggung
yang dimiliki. Sebaliknya Sleman Yogyakarta
pendidikan yang kurang akan Berdasarkan tabel 4.1
menghambat perkembangan sikap diketahui siswi paling banyak
seseorang. Hal tersebut nampak memiliki peran orangtua pada
dalam penelitian bahwa rata-rata kategori kurang baik. Responden
pendidikan ayah dan ibu bukan dari yang peran orang tuanya baik
lulusan diploma maupun sarjana. hanya 1 responden. Peran orang tua
Orang tua berkewajiban untuk dikatakan baik apabila orang tua
memberikan pengetahuan tentang mampu dan mau menjelaskan
kesehatan reproduksi terutama dengan benar tentang menarche di
tentang menarche, sebagai upaya saat anak menghadapi menarche
dalam meningkatkan kesehatan sehingga anak mengerti apa itu
reproduksi anak. Orang tua juga menarche dan apa yang sebaiknya
sebaiknya memberikan informasi ia lakukan.
tentang perubahan-perubahan yang Orang tua berkewajiban
akan terjadi ketika anak memasuki untuk memberikan pengetahuan
usia dewasa. Oleh karena itu tentang kesehatan reproduksi
tingkat pendidikan orangtua juga terutama tentang menarche,
berpengaruh dalam upaya sebagai upaya dalam meningkatkan
penyampaian informasi kepada kesehatan reproduksi anak (Kasdu,
anak terkait dengan menarche dan 2002). Orang tua juga sebaiknya
persiapan – persiapan yang memberikan informasi tentang
sebaiknya dilakukan sebagai upaya perubahan-perubahan yang akan
mengahadapi menarche. terjadi ketika anak memasuki usia
Berdasarkan pekerjaan ayah, dewasa, sehingga anak akan lebih
dapat diketahui responden paling berhati-hati dan akan siap menjadi
dewasa (Steinberg dan Duncan, Kejadian yang dialami
2002). responden tersebut dapat
Pada kenyataannya, dipengaruhi oleh keadaan tegang
kesehatan reproduksi merupakan dan keletihan yang dialami oleh
materi yang paling sulit untuk siswa. Ciri-ciri kecemasan sedang
dibicarakan antara orangtua dan adalah tegang, menurunnya
anaknya. Tidak banyak orangtua konsentrasi dan persepsi, sadar tapi
yang memberikan pendidikan fokusnya sempit, gejala fisik tidak
tentang kesehatan repsoduksi berkembang seperti mudah
kepada anaknya, sehingga peran berkemih dan letih (Goodner,
orangtua dalam memberikan 2000). Hal ini nampak ketika
pendidikan seks kepada anaknya sedang dilakukan penelitian anak
tidak dapat berjalan secara baik. banyak mengatakan kelelahan, letih
Hal ini dapat dilihat dari hasil dan banyak diantara mereka yang
penelitian dimana peran orangtua minta izin ke kamar mandi.
berada pada kategori kurang baik Kecemasan pada anak ini
padahal seharuanya orangtua terjadi karena mereka belum siap
mempunyai peran yang sangat dengan keadaan yang dialaminya
penting terkait hal tersebut. dan belum mengerti akan apa yang
Orangtua sendiri kurang baik terjadi pada dirinya (Durant, 2006)
karena ketidaktahuannya maupun sehingga anak merasa teracam dan
karena sikapnya yang masih menagakibatkan anak mengalami
menganggap tabu pembicaraan dan kecemasan sedang.
pendidikan mengenai kesehatan Kecemasan menghadapi
repsoduksi dan seks dengan anak menarche adalah keadaan dimana
menciptakan kecenderungan seseorang mengalami perasaan
membuat jarak dengan anaknya gelisah dan aktifitas sistem saraf
dalam berkomunikasi dan otonom dalam merespon terhadap
memberikan pendidikan seputar ancaman yang tidak jelas, tidak
masalah kesehatan reproduksi dan spesifik akibat anak tidak
seks. Oleh karena itu orangtua memperoleh informasi yang jelas
cenderung tidak memberikan dan benar yang berhubungan
pendidikan kesehatan reproduksi dengan menstruasi (Kasdu,2006)
kepada anaknya. Berdasarkan instrumen
kecemasan menghadapi menarche
3. Tingkat kecemasan menghadapi (analog anxiety scale) yang telah
menarche pada siswi kelas V dan diisi oleh responden, dapat
VI Di SDN Denggung Sleman diketahui responden hanya
Yogyakarta. mengalami kecemasan sedang. Hal
Berdasarkan hasil penelitian ini dikarenakan responden telah
pada tabel 4.2 dapat diketahui mendapatkan informasi tentang
bahwa siswi paling banyak seks termasuk tentang menarche
kategori kecemasan sedang dan dari berbagai sumber dan media,
tidak ada satu pun responden yang baik melalui televisi, radio,
mengalami kecemasan tingkat internet, majalah, koran dan lain-
panik. Responden yang mengalami lain. Menurut Stuart (2006),
kecemasan sedang dapat kecemasan sedang memungkinkan
disebabkan karena responden seseorang untuk memusatkan pada
belum terlalu memahami tentang hal yang penting dan
menarche. mengesampingkan yang lain,
sehingga seseorang mengalami Dari hasil penelitian ini, tidak
perhatian yang selektif namun ada hubungan yang signifikan
dapat melakukan sesuatu yang antara peran orang tua dengan
lebih terarah. tingkat kecemasan menghadapi
menarche pada siswi kelas V dan
4. Hubungan antara peran orang VI di SD Negeri Denggung,
tua dengan tingkat kecemasan Sleman, Yogyakarta. Dari hasil
menghadapi menarche penelitian diketahui bahwa siswa
Dalam penelitian ini alisis mempunyai tingkat kecemasan
data yang digunakan untuk dalam kategori kecemasan sedang.
mengetahui hubungan antara peran Ada beberapa alasan yang
orang tua dengan kecemasan menyebabkan siswa mempunyai
menghadapi menarche akan tingkat kecemasan dalam kategori
menggunakan uji korelasi Kendall kecemasan sedang.
Tau. Korelasi Kendall Tau Alasan pertama yaitu
digunakan untuk mengetahui ada individu telah memiliki
tidaknya hubungan antara variabel kemampuan dalam merespon
bebas dengan variabel terikat yang terhadap kecemasan. Menurut
berdata ordinal. Variabel bebas Ma’shum (2008) Selain
yang digunakan dalam penelitian memperoleh informasi dari orang
ini hanya satu yaitu variabel peran tua mereka telah memperolah
orang tua saja, maka dalam informsi dari sumber – sumber lain
penelitian ini analisis data hanya seperti televisi, radio, internet,
menggunakan korelasi sederhana majalah, koran dan lain-lain . Hal
saja. Korelasi sederhana adalah ini memungkinkan para siswa telah
hubungan antara salah satu variabel mendapatkan informasi tentang
bebas terhadap variabel terikat menarche sehingga mereka merasa
secara apa adanya, tanpa tidak begitu panik dan hanya
mempertimbangkan keberadaan mengalami kecemasan yang sedang
variabel bebas yang lainnya. saja.
Hipotesis awal pada Alasan kedua yang
penelitian ini berbunyi ”Ada menyebabkan siswa mempunyai
hubungan antara peran orang tua tingkat kecemasan dalam kategori
dengan tingkat kecemasan kecemasan sedang yaitu siswa telah
menghadapi menarche pada siswi mendapatkan pendidikan tentang
kelas V dan VI di SD Negeri kesehatan reproduksi di sekolah.
Denggung Sleman Yogyakarta”. Dalam pendidikan di sekolah guru
Setelah dilakukan uji hipotesis telah mengajak diskusi maupun
ternyata hasilnya adalah bahwa ceramah tentang kesehatan remaja.
hubungan kedua variabel tersebut Oleh karena itu mereka telah
tidak mempunyai hubungan yang mendapat pendidikan kesehatan
signifikan. Dengan demikian dapat termasuk pendidikan tentang
ditarik kesimpulan bahwa tidak ada menarche secara langsung
hubungan yang signifikan antara sehingga mereka tidak lagi
peran orang tua dengan tingkat mengalami kecemasan dalam
kecemasan menghadapi menarche menarche dan hanya mengalami
pada siswi kelas V dan VI di SD kecemasan dalam kategori sedang
Negeri Denggung Sleman saja.
Yogyakarta.
KETERBATASAN PENELITIAN informasi/promkes tentang menarche
Pada penelitian ini didapatkan serta memberian informasi kepada
beberapa keterbatasan. Keterbatasan orang tua tentang kespro khususnya
penelitian ini antara lain: menarche.
1. Tidak dikendalikannya variabel 2. Bagi Orangtua agar memberikan
tingkat pengetahuan yang pendidikan seks kepada anaknya
diduga juga berpengaruh termasuk pendidikan tentang
terhadap hasil penelitian ini. menarche, karena orang tua sangat
2. Tidak dikendalikannya berperan dalam memberikan
informasi melalui sumber – pendidikan kesehatan reproduksi.
sumber atau media lain terkait Sehingga, diharapkan anak mereka
kesehatan reproduksi yang tidak mengalami kecemasan pada saat
diduga juga berpengaruh memasuki masa kedewasaan, termasuk
terhadap hasil penelitian ini. anak akan siap dalam menghadapi
menarche.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Bagi Siswa agar ada keterbukaan
dalam berkomunikasi tentang
Kesimpulan kesehatan reproduksi dengan
Berdasarkan hasil analisis data dan orangtuanya mengingat pentingnya
pengujian hipotesis dapat disimpulkan pendidikan terkait kesehatan
bahwa: reproduksi. Selain itu para siswi agar
1. Berdasarkan penelitian yang lebih mempersiapkan diri dalam
dilakukan, sebagian besar siswi kelas mengahadi perubahan-perubahan yang
V dan VI SD Negeri Denggung akan terjadi pada dirinya dan tidak
Sleman Yogyakarta yang belum perlu cemas dalam menghadapi
mengalami menstruasi didapatkan menarche.
peran orangtua siswa dalam kategori 4. Bagi Guru agama, guru kelas dan guru
kurang baik (75,0%) Bk agar memberikan pendidikan
2. Sedangkan sebagian siswi kelas V kesehatan reproduksi kepada siswanya
dan VI SD Negeri Denggung Sleman supaya para siswa tersebut terhindar
Yogyakarta dalam tingkat kecemasan dari informasi tentang kesehatan
menghadapi menarche dalam kategori reproduksi yang salah dan terhindar
kecemasan sedang (37,5%) dari rasa cemas dalam menghadapi
3. Tidak ada hubungan yang masa pubertas mereka.
signifikan antara peran orang tua 5. Bagi Peneliti selanjutnya agar mampu
dengan tingkat kecemasan menghadapi mengembangkan penelitian selanjutnya
menarche pada siswi kelas V dan VI di berdasarkan penelitian yang dilakukan
SD Negeri Denggung Sleman peneliti saat ini untuk meneliti variabel
Yogyakarta. Berdasarkan hasil lain dan variabel yang dikendalikan
perhitungan diperoleh koefisien yang terkait dengan peran orang tua
korelasi Kendall antara peran orang tua dan tingkat kecemasan menghadapi
dengan tingkat kecemasan menghadapi menarche atau variabel lain yang
menarche sebesar - 0,215 dan nilai belum diteliti.
signifikan (p) sebesar 0,193.
Saran
1. Bagi Tenaga kesehatan yang berada di
wilayah Sleman agar lebih
meningkatkan pelayanan dan perhatian
kesehatan reproduksi remaja
khususnya pemberian
DAFTAR PUSTAKA Reproduksi. Depkes RI.
Jakarta. 2002.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan praktik, Dorland. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta
Edisi revisi IV, Rineka Cipta : : EGC.
Jakarta.
Durand, M V, 2006. Intisari Psikologi
Anonim. Topik : Kesehatan Reproduksi Abnormal. Yogyakarta :
Remaja. Menstruasi., http :// Pustaka Pelajar
situs.kespro.info/krr/materi/m
enstruasi.htm. diakses tanggal Fathaturrayyan, Y. (2010). Pengaruh
11 Oktober 2010 Pendidikan Kesehatan tentang
Menstruasi terhadap Tingkat
Brenda, G. 2000. Panduan Tindakan Kecemasan dalam Menghadapi
Keperawatan Klinis Praktis. Menarche pada Siswi Kelas V dan
Jakarta : EGC. VI SD Negeri Rejodadi Kasihan
Bantul Yogyakarta. PSIK STIKES
BKKBN. Materi Pelatihan Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Reproduksi Remaja (KRR)
Bagi Fasilitator. Badan Hurlock, E. (2000). Psikologi
Koordinasi Keluarga Perkembangan. Arcan. Jakarta.
Berencana Nasional. Jakarta.
2000. Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Wanita
Dewasa. Jakarta : Puspa Swara.
BKKBN. Materi Pelatihan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) Kartono, K. Psikologi Wanita. Mengenal
Bagi Fasilitator. Badan Gadis Remaja dan Wanita
Koordinasi Keluarga Dewasa. Mandar Maju.
Berencana Nasional. Jakarta. Bandung. 2006.ss
2008.
Ma’shum, 2008. Informasi Kesehatan
Carpenito, L J. 2001. Diagnosa Reproduksi Masih Terbatas.
Kepeawatan. Jakarta :EGC. Available online : http//www.kompas.com,
20 Juni 2009
Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Pelatihan Kader Kesehatan Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Remaja di Sekolah Tingkat Metode Penelitian Ihnu
Lanjut. Dirjen Pembinaan Keperawatan Edisi I. Jakarta :
Kesehatan Masyarakat, Salemba Medika
Depkes RI. Jakarta. 2001.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Departemen Kesehatan RI. Materi Inti Metode Penelitian Ihnu
Kesehatan Reproduksi Keperawatan Edisi II. Jakarta
Remaja. Depkes RI. Jakarta. : Salemba Medika
2001.
Nursalam dalam Siti Pariani. 2001.
Departemen Kesehatan RI, United Nasions Pendekatan Praktis
Population Found. Yang Metodologi Riset
diketahui Petugas Kesehatan Keperawatan. Jakarta: CV.
Tentang Kesehatan Agung Seto
Saryono. 2006. Meteodologi Penelitian
Nevid., J.S., Rathus, S.A., Greene, B. Kesehatan, Penuntun Praktis bagi
2003. Psikologi abnormal, Pemula. Mitra Cendikia Press :
edisi 5, jilid 1, Erlangga : Yogyakarta
Jakarta. .
Stuart, G.W., 2006. Buku Saku
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Keperawatan Jiwa, alih bahasa:
Penelitian Kesehatan. Rineka kaproh, r.p.,yudha, E.K., Edisi 5,
Cipta. Jakarta. EGC : Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Sugiyono. 2006. Statistik Untuk


Penelitian Kesehatan. Rineka Penelitian. CV. Alfabeta :
Cipta. Jakarta. Bandung.

Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Videbeck, S. L., 2008. Buku Ajar


Reproduksi Wanita. Jakarta: Widya Keperawatan Jiwa, alih bahasa :
Medika Renata,k., Alfrina, H., Edisi 1,
EGC : Jakarta.
Sanjatmiko, P. Menarche Sebagai Tanda
Maturitas Seksual Remaja. Faktor- Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan.
faktor Lingkungan Sosial Budaya Sarwono Prawiroharjo. Ed.3.
yang Mendukung Proses Menarche Jakarta.Yayasan Bina
Remaja Wanita (Studi Kasus Pustaka.
terhadap Peer Group di Daerah
Sekitar Kota Metropolitan DKI Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B.,
Jakarta). http:// www. dunia Rachimhadhi, T. 2009.Imu Kebidanan.
remaja Sarwono
kini.net/2007/08/12/remaja-saat- Prawiroharjo Ed. 4. Cet.2. Jakarta:
ini-tragis-atau-strategis. Diakses PT. Bina Pustaka.
pada 9 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai