Anda di halaman 1dari 5

PPh Pasal 29 dan PPh Terutang Akhir Tahun

A. PPH Pasal 29
Wajib pajak Orang Pribadi atau Badan yang melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan
dari kegiatan usaha dan tambahan penghasilan lainnya maka wajib melakukan perhitungan PPh
terutang akhir tahun dan melunasi kekurangan pembayaran pajak sesuai SPT (PPh pasal 29) sebelum
menyampaikan SPT Tahunan

Cara menghitung besar PPh pasal 29 adalah :

PPh Terutang akhir tahun Rp xxx.xxx.xxx


Dikurangi
PPh yang sudah dibayar dalam tahun pajak berjalan
a. Yang dibayar sendiri PPh pasal 25 Rpxxx
b. Yang dipotong melalui pihak ke3 PPh Pasal 21 Rpxxx
PPh pasal 22 Rpxxx
PPh pasal 23/26 Rpxxx
c. PPh yang dibayar di Luar negeri PPh pasal 24 Rpxxx
Total Kredit pajak (Rpxxx.xxx)
PPh kurang bayar (PPh pasal 29)* Rpxxx.xxx
*= Kalau PPh Terutang akhir tahun > dari Kredit Pajak

PPh pasal 29 ini ada hanya apabila PPh Terutang AKhir Tahun Lebih besar dari Kredit pajak. Ini berarti
ada yang kekuarangan pembayaran pajak. Kekurangan pembayaran pajak ini atau PPh pasal 29 harus
dilunasi paling lambat sebelum menyampaikan SPT Tahunan yaitu tanggal sebelum tanggal 31 Maret
untuk WPOP dan sebelum tanggal 30 April untuk WP Badan.

B. PPH TERUTANG AKHIR TAHUN


Wajib pajak yang menghitung PPh Terutang akhir tahun adalah wajib pajak yang memperoleh
penghasilan dari kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto usaha lebih dari 4,8 M
setahun. Perhitungan PPh Terutang akhir tahun juga harus dilakukan oleh wajib pajak karyawan yang
memperoleh penghasilan yang berasl lebih dari 1 pemberi kerja.

Cara menghitung PPh Terutang AKhir tahun diatur dalam pasal 17 UU PPh yaitu :

PPh Terutang = Tarif pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak

Tarif pasal 17 dibedakan antara wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan

Tarif pajak sesuai pasal 17 UU PPh


Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib Pajak Badan
Tarif Pajak Progresif Tarif pajak Proporsional
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai
juta rupiah) 5% (lima persen) berlaku sejak tahun pajak 2010.
di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Ketentuan pasal 31E
rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) 15% (lima
belas persen)

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak di Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran
atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima
juta rupiah) sampai dengan puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen)
25% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17)).
di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
rupiah) 30% (tiga puluh persen) bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah

Contoh Soal : Transaksi penjualan selama tahun 2019 PT Nusantara Sejati adalah sebesar
Rp10.000.000.000 dan besarnya penghasilan kena pajak tahun 2018 adalah Rp500.000.000. Hitunglah
PPh Terutang tahun 2018 PT Nusantara Sejati!

Jawaban

PT. Nusantara mendapat potongan 50% karena Peredaran Bruto Usaha 10 Milyar brarti tidak lebih dari
50M. Potongan 50% hanya diberikan dari Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari Peredaran Bruto
Usaha sampai dengan 4,8 M, Hal ini berarti tidak semua Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang sebesar Rp
500 juta dapat potongan, karena PKP tsb berasal dari Peredaran Bruto usaha 10 M, sehingga hanya
sebagian yang dapat potongan :

Yang dapat potongan = 4.800.000.000 X 500.000.000 = Rp240.000.000


10.000.000.000

Yang tidak dapat potongan = Rp500.000.000 – Rp240.000.000 = Rp260.000.000

Maka besarnya PPh Terutang PT Nusantara Sejati adalah :

50% x 25% x Rp240.000.000 = Rp30.000.000


25% x Rp 260.000.000 = Rp65.000.000
= Rp95.000.000

CONTOH PERHITUNGAN PPH TERUTANG DAN PPH PASAL 29


PT. Nusantara food Indonesia (NFI) adalah perusahaan yang bergerak di bidang industry makanan.
Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis makanan serta penyedap makanan (seasoning) seperti
kecap, sambal dan berbagai bumbu. Sebagian bahan baku berasal dari para pedagang pengumpul yang
tersebar di wilayah Indonesia, dan sebagian diimpor dari Negara tetangga. PT NFI telah memiliki API.
Berikut ini adalah transaksi yang dilakukan oleh PT Nusantara Food Indonesia selama tahun 2019:

1. Impor dan Pembelian Bahan baku


a. Impor Tepung terigu dari Negara Thailand sebagai bahan dasar pembuatan mie instant dengan nilai
CIF ₿ 500.000 (₿ = 1Thai Baht = Rp490), Bea Masuk 15% dan tidak ada pungutan pabean resmi
lainnya
b. Impor mesin untuk keperluan industry pengolah makanan dari china dengan nilai CIF Y8.000 (Y=
1China Yuan = Rp2.310), Bea Masuk 5% dan pungutan pabean resmi Rp500.000
c. Membeli bahan baku hasil pertanian sebagai bahan baku industrinya dari koperasi pertanian dan
perkebunan di wilayah Jawa tengah dan Jawa Barat yaitu :

Nilai Pembelian
Koperasi Tani Jaya Jawa Tengah Rp 400.000.000
Koperasi Usaha bersama Jawa Barat Rp600.000.000
2. Penjualan Produk NFI
Penjualan hasil produksi PT NFI adalah sebagai berikut :
a. Penjualan produk makanan ke Dinas Sosial Pemerintah Daerah Jakarta Rp7.500.000
b. Penjualan produk seasoning ke PT Garuda (BUMN) Rp149.000.000
c. Penjualan produk makanan (Anck) ke Bank Mandiri Rp 2.500.000
d. Penjualan produk makanan ke Dinas Perindustrian Rp1,000.000
e. Penjualan ke seluruh supermarket di Indonesia Rp5.000.000.000
f. Penjualan ke para distributor Rp840.000.000

3. Laporan Keuangan 2019


Laporan keuangan disusun sesuai Standar Akntnasi Keuangan dan telah disesuaikan dengan
ketentuan pajak. Laporan Keuangansecara ringkas PT NFI tahun 2019 adalah

Laporan Laba Rugi


Tahun 2019

Penjualan Rp6.000.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp1.200.000.000)
Laba Bruto Rp4.800.000.000
Biaya-biaya
Biaya Operasional (Rp1.200.000.000)
Biaya Administrasi (Rp600.000.000)
Total Biaya (Rp1.800.000.000)
Laba Bersih Usaha Rp3.000.000.000

4. Pajak Penghasilan yang telah dibayar sendiri selama tahun 2019 adalah PPh pasl 25 adalah
Rp240.000.000. PT NFI juga dipungut PPh dan memungut PPh pihak lain selama tahun 2019.
Pertanyaan :

a. HItunglah PPh pasal 22 yang dipungut terhadap PT NFI


b. Hitunglah PPh pasal 22 yang dipungut ole PT NFI
c. Hitunglah PPh Terutang PT NFI
d. Hitunglah PPh pasal 29

Jawab :

a. PPh pasal 22 yang dipungut terhadap PT NFI :


1) Impor Tepung Terigu
CIF = 500.000B x Rp490 =Rp245.000.000
Bea Masuk 15% x CIF = 15%xRp245.000.000 =Rp36.750.000
Nilai Impor =Rp281.750.000
PPh Pasal 22 = 0.5% x Nilai Impor = 0.5% x Rp281.750.000 = Rp1.408.750
2) Impor mesin
CIF = 8000Y x Rp2.310 = Rp18.480.000
Bea Masuk =5%x Rp18480.000 = Rp92.4000
Pungutan pabean resmi = Rp500.000
Nilai Impor =Rp19.072.400
PPh pasal 22 =2,5% x Rp19.072.400 =Rp476.810
3) Penjualan ke DInas SOsial =1,5% x Rp7.500.000 =Rp112.500
4) Penjualan ke Garuda =1,5% x Rp149.000.000 =Rp2.235.000

Jumlah PPh pasal 22 yang dipungut terhadap PT NFI

= Rp1.408.750+476.810+112.500+2.235.000 = 4.233.060

b. PPh pasal 22 yang dipungut oleh NFI pada saat membeli bahan baku pertanian dari pedagang
pengumpul

Nilai Pembelian PPh pasal 22


Koperasi Tani Jaya Jawa Tengah Rp 400.000.000 0.25% x Rp400.000.000 =
Rp1.000.000
Koperasi Usaha bersama Jawa Barat Rp600.000.000 0.25% x Rp600.000.000 =
1.500.000

c. Menghitung PPh Terutang PT NFI Tahun 2019


PT, NFI memliki Peredaran Bruto Usaha (PBU) Rp6.000.000.000 ( data jumlah penjualan setahun dari
Laporan Keuangan di atas), sehingga PT NFI mendapat potongan 50%. Hal ini karena PBU tidak
melebih 50M. Namun demikian dari Laba Bersih Rp3.000.000.000 tidak semuanya mendapat
potongan, yang mendapat potongan hanya laba bersih yang berasal dari PBU sampai dengan
4,8Milyar. Kita ketahui PBU PT NFI adalah 6M, maka :
1) Yang mendapat potongan adalah = 4,8 M/6M X 3.000.000.000 = 2.400.000.000
2) Yang tidak dapat potongan adalah = 3.000.000.000 – 2.400.000.000 = 600.000.000
Dengan demikian maka PPh terutang PT NFI :
50% x 25% x 2.400.000.000 = 300.000.000
25% x 600.000.000 = 150.000.000
Jumlah = 450.000.000

d. PPh pasal 29
PPh Terutang Rp450.000.000
Dikurangi
PPh yang sudah dibayar dalam tahun pajak berjalan yang dibayar sendiri
maupun dipotong pihak ke3 dan yang dibayar di luar negeri
PPh pasal 25 Rp240.000.000
PPh pasal 21 Rp 0
PPh Pasal 22 Rp4.233.060
PPh pasal 23 Rp0
PPh pasal 24 Rp0
__________________ +
Jumlah kredit pajak (Rp244.233.060)
PPh Kurang bayar atau PPh pasal 29 Rp205.766.940
Harus dibayar sebelum menyampaikan spt tahunan

Anda mungkin juga menyukai