Anda di halaman 1dari 3

Rabu, 18 Juni 2008

Pengelompokan Sistem Koloid

Pengelompokan Sistem Koloid


Dalam sistem koloid terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. Dari ketiga fase ini
terbagi kedalam delapan sistem koloid. Adapun kedelapan sistem koloid tersebut adalah:
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
sol/gel yaitu agar-agar, pektin(selai), gelatin(jelly), cairan kanji, air sungai, tinta, cat, gel
kalsium asetat dalam alkohol, sol emas, sol Fe(OH)3, sol Al(OH)3, dan sol belerang.
2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti stainless steel (campuran
antara besi, nikel, dan kromium).
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh
aerosol padat yaitu asap.
4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh
aerosol yaitu kabut, awan, parfum, hairspray, cat semprot dan lain-lain.
5. Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)

Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh
emulsi yaitu campuran antara minyak yang bersifat nonpolar dengan air yang bersifat polar,
susu, air santan, dan krim. Dalam emulsi terdapat emulgator yaitu zat penghubung yang
menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh zat emulgator adalah sabun, detergen, lesitin dan
kasein (dalam susu).

6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)

Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
emulsi padat yaitu keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh busa
yaitu buih.
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh
busa padat yaitu karet busa dan batu apung.

Sifat Koloid
1. Gerak Brown
Apabila disperse koloid diamati dalam mikroskop ultra maka akan teramati adanya patrikel
yang bergerak dengan arah yang tidak beraturan akan tetapi memiliki jalur lintasan yang
lurus. Gerak koloid tersebut merupakan salah satu sifat dari koloid yaitu gerak Brown. Gerak
Brown adalah gerak acak, zigzag partikel koloid. Hal ini dikarenakan benturan yang tidak
teratur pada partikel koloid ketika medium pendispersi yang menabrak pertikel terdispersi
dari berbagai sisi dengan jumlah yang berbeda. Gerakan ini terus menerus terjadi, sebagai
akibat dari lebih besarnya ukuran mendium terdispersi daipada ukuran medium
pendispersinya.
Adanya gerakan Brown mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
ukurannya relatif besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak secara terus-menerus
mengakibatkan pengaruh gaya gravitasi menjadi kurang berarti.
Dalam suatu larutan sejati, gerakan partikel terdispersi tidak acak dan gerakan partikel
terdispersi disebabkan oleh molekul itu sendiri, bukan akibat tabrakan dengan medium
pendispersi. Sedangkan dalam suspensi, gerakan kebawah partikel dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
2. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Hal ini dikarenakan
partikel koloid dapat memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga
cahaya akan terlihat lebih terang. Selain koloid, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat
pula menghamburkan cahayadikarenakan partikelnya yang besar sedangkan pada larutam
sejati, tidak dapat menghamburkan cahaya. Efek Tyndall ini terlihat ketika cahaya matahari
memasuki ruangan, dan lampu kendaraan pada malam yang berkabut
3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion-ion pada permukaannya. Sifat ini
disebut dengan adsorpsi. Adsorpsi terjadi akibat dari adanya kemampuan partikel koloid
untuk menarik partikel-partikel yang lebih kecil. Kemampuan ini dikarenakan adanya
tegangan permukaan koloid yang cukup besar, sehingga apabila terdapat suatu partikel yang
menempel pada permukaan koloid akan cenderung dipertahankan.
Bila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif maka koloid tersebut menjadi
bermuatan positif, dan sebaliknya ketika permukaan koloid mengadsorpsi ion bemuatan
negatif negatif maka koloid tersebut akan bermuatan negatif. Contohnya sol Fe(OH)3 mampu
mengadsorpsi ion-ion H+ sehingga bermuatan positif, dan sol As2S3 mampu mengadsorpsi
ion S2- sehingga bermuatan negatif.
Selain mengadsorpsi ion, partikel koloid dapat menarik muatan dari listrik statis, sebagai
contoh adanyan debu yang dapat menyerap muatan negatif atau positif dati elektron yang
berada di udara atau dari arus listrik. Peristiwa ini mengakibatkan adanya elektroforesis, yaitu
proses bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Elektroforesis dimanfaatkan dalam
pemisahan potongan-potongan gen, dan penyaringan debu pada pesawat Cottrel.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid akibat kerusakan stabilitas sistem koloid atau
karena penggabungan partikel koloid yang bermuatan sehingga membentuk patikel yang
lebih besar. Koagulasi suatu koloid dapat ditinjau dari peristiwa mekanis dan peristiwa
kimiawi. Peristiwa mekanis seperti pemanasan atau pendinginan, contoh pada perebusan telur
dan agar-agar yang didinginkan. Peristiwa kimiawi yang dapat menyebabkan koagulasi
misalnya pencampuran koloid yang berbeda muatan, misalnya sol Fe(OH)3 dengan sol
As2S3, dan pencampuran koloid dengan suatu larutan elektrolit.
5. Koloid Liofil dan Liofob
Berdasarkan interaksi antara partikel terdsipersi dengan medium pendispersi, system koloid
terbagi menjadi koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil yang fase terdispersinya suka
menarik medium pendispersinya. Hal ini terjadi akibat pengikatan medium pendispersi oleh
gaya tarik-menarik (gaya elektrostatik) pada setiap ujung gugus molekul terdispersi.
Contohnya yaitu agar-agar, lem, gelatin, dan tinta. Pada sol yang berifat liofob, fase
terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Zat pendispersi tidak akan
bercampur dengan baik jika ditambahkan kembali medium pendispersinya dikarenakan akan
menjadi koloid yang tidak stabil.
Perbedaan kemampuan menarik medium pendispersinya mengakibatkan terjadinya perbedaan
sifat-sifat kolid tersebut.
6. Koloid Pelindung
Koloid pelidung adalah sistem koloid yang ditambahkan pada sistm koloid lainnya agar
stabil. Contoh yaitu gelatin pada es krim
7. Dialisis
Adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi sehingga dapat
dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan. Caraya yaitu
dengan membungkus koloid dalam selaput semipermeabel, kemudian melewatkan air
mengalir sehingga ino pengotor akan terbawa keluar melewati selaput semipermeabel.
9. Sistem Koloid dalam Pengolahan Air
Tahap-tahap yang terjadi dalam penjernihan air adalah penggumpalan pengotor (koagulasi)
dengan menggunakan tawas (KAl(SO4)2), PAC, dan Al2(SO4)3 yang akan menghasilkan
Al(OH)3, penyaringan pengotor dengan menggunakan pasir, kerikil, dan ijuk, proses adsorpsi
dengan menggunakan kaporit dan karbon aktif, dan terakhir proses desinfeksi

Anda mungkin juga menyukai