OLEH :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak yang
Mrngalami Demam Typoid dengan Hipertermi di Wilayah Desa Sukodono Rt 32
Kecamatan Dampit”
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir pada diploma III keperawatan
STIKes Kepanjen serta sebagai pengantar agar pada saat melakukan studi kasus
penulis memiliki dasar teori yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dikemudiam hari.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak arahan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Riza Fikriana, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kepanjen yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan di STIKes Kepanjen.
2. Galuh kumalasari, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Program Diploma III yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Faizatur Rohmi, S.Kep Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktuya untuk memberikan perbaikan dan penyempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Frastiqa F, S.Kep,Ns.M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta motivasi hingga terselesainya Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf STIKes Kepanjen yang telah memberikan
pengajaran diwaktu perkuliahan dengan baik.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.4 Tujuan................................................................................................................4
1.5 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
2.1 Konsep Demam Typhoid.................................................................................6
2.1.1 Pengertian Demam Typhoid.......................................................................6
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................6
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................7
2.1.4 Pathway......................................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang............................................................................10
2.2 Konsep Hipertermi.........................................................................................12
2.2.1 Pengertian Hipertermi..............................................................................12
2.2.2 Etiologi Hipertermi...................................................................................12
2.2.3 Faktor Penyebab.......................................................................................13
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................................14
2.2.5 Klasifikasi................................................................................................15
2.2.6 Tanda dan Gejala......................................................................................15
2.2.7 Tipe dan Jenis Demam.............................................................................15
2.2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi..........................................................16
2.2.9 Penatalaksanaan........................................................................................16
ii
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Tifoid dengan Masalah
Hipertermia................................................................................................................18
2.3.1 Pengkajian................................................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................23
2.3.3 Intervensi..................................................................................................23
2.3.4 Implementasi............................................................................................24
2.3.5 Evaluasi....................................................................................................25
Daftar Pustaka.................................................................................................................26
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Demam thypoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri
golongansalmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan makanan,minuman,maupun buah-buahan segar.saat kuman
masuk kedalam saluran pencernaan manusia,sebagian kuman mati oleh asam
lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah
kuman beraksi sehingga menjebol usus halus. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus, melekat pada sel mukosa kemudian menginvasi dan
menembus dinding usus tepatnya di ileum dan yeyunum. sel epitel yang
merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella Typhi. 2,17
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa
usus.Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.Kemudian
mengikuti aliran ke kelenjar limfe bahkan ada yang melewati sirkulasi
sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di organ hati
dan limpa.Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari habitatnya
melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa,
sumsum tulang, kandung empedu dan dari ileum terminal.Ekskresi bakteri di
empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui
feses.Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid
intestinal dan untuk melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan
nekrosis ataupun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis pada
demam tifoid. Cara penyebarannya melalui muntahan,urin,dan kotoran dari
penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat. Sekali bakteri
salmonella thypi masuk kedalam saluran darah dan tubuh akan merespon
dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Demam yang tidak
segera di atasi akan menyebabkan kejang dan dehidrasi. (Dewi, 2017)
Fenomena yang di dapatkan penelitian di desa Sukodono Rt 32
Kecamatan Dampit Terdapat 2 klien anak umur 5 dan 8 tahun yang didiagnosa
demam tifoid dengan keluhan panas naik pada sore hari turun pagi hari, sakit
kepala, tidak nafsu makan, lemas, anoreksia dan mempunyai riwayat demam
yang lebih dari 1 minggu. Saat dilakukan pengkajian, di dapatkan data klien 1
mengalami peningkatan suhu yaitu 38,5ºC yang diukur melalui aksila, dan
2
suhu naik turun pada waktu pagi dan sore hari. Sedangkan saat dilakukan
pengkajian, di dapatkan data klien 2 juga mengalami peningkatan suhu yaitu
38,5ºC yang diukur melalui aksila, dan suhu naik turun pada waktu pagi dan
sore hari. Berdasarkan fenomena yang ditemukan, diagnosa keperawatan yang
muncul adalah hipertermia (Dewi, 2017)
Solusi mengatasi masalah klien dengan hipertermia adalah dengan cara
menggunakan kompres hangat. Kompres hangat adalah bahan yang dipakai
untuk mengompres biasanya kain yang dapat menyerap air dengan baik,
seperti kain handuk. Kain kompres ini dicelupkan ke dalam air hangat.
kompres hangat dipakai untuk menurunkan suhu tubuh. Ada beberapa macam
kompres hangat yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh bila
seseorang mengalami hipertermia, salah satunya yaitu kompres air
hangat.Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses
evaporasi (perpindahan panas) (Pratamawati, 2019)
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) efektif karena
pada daerah tersebut banyak pembuluh darah besar dan banyak terdapat
pembuluh darah yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari dalam tubuh kekulit hingga 8x lipat lebih banyak.
Lingkungan luar yang hangat akan membuat suhu tubuh menurunkan kontrol
pengaturan suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengaturan suhu tubuh
lagi dan akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga mempermudah
pengeluaran panas dari dalam tubuh (Eny, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk penelitian
karya tulis ilmiah dengan study kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Demam Tifoid Dengan Masalah Hipertermia di Desa Sukodono Rt
32 Kecamatan Dampit. (Pratamawati, 2019)
3
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien anak yang mengalami
Thypoid dengan masalah Hipertermi di Desa Sukodono Rt 32 Kecamatan
Dampit ?
1.4 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum :
Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan
asuhan keperawatan pada klien anak demam tifoid dengan hipertermia
di Desa Sukodono Rt 32 Kecamatan Dampit.
1.1.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien anak demam tifoid dengan
masalah hipertermia.
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien anak demam tifoid
dengan masalah hipertermia.
3) Menyusun rencana keperawatan pada pasien anak demam tifoid
dengan masalah hipertermia.
4) Melaksankan tindakan keperawatan pada pasien anak demam tifoid
dengan masalah hipertermia.
5) Melaksanakan evaluasi pada pasien anak demam tifoid dengan
masalah hipertermia.
1.5 Manfaat
1) Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami penyait
tifoid dengan masalah hipertermi.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Karya tulis ini menjadi bahan masukan proses belajar mengajar dan
meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang.
4
3) Bagi Profesi Keperawatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien yang mengalami penyakit
tifoidid dengan masalah hipertermi agar derajat kesehatan pasien lebih
meningkat.
4) Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan standar pelayanan kesehatan rumah sakit dalam mengatasi
masalah keperawatan yang dapat digunakan dalam ashuan keperawatan
pada pasien anak dengan demam tifoid.
5) Bagi Pasien
Melalui penelitian ini dapat membantu klien dalam mengatasi masalah
peningkatan suhu tubuh (hipertermi) yang dialami dan mencegah agar
tidak terjadi dampak dari peningkatan suhu tubuh (hipertermi) baik secara
psikologis maupun fisik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2016) etiologi dari demam
tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. Typhi), Paratyphi A,
Paratyphi B, and Paratyphi C. Salmonella typhi merupakan basil
garam negatif, berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif
masuk ke dalam keluarga enterobacteriaceae, panjang 1-3 um dan
6
lebar 0.5-0.7 um, berbentukbatang single atauberpasangan.
Salmonella typhi hidup dengan baik pada suhu 37 oC dan dapat
hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan
debu selama berminggu- minggu, dapat hidup berbulan-bulan
dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku. Parasite hanya
pada tubuh manusia. Dapat dimatikan pada suhu 60○C selama 15
menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam
empedu. Salmonella typhimemiliki 3 macam antigen O (somatic
berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi.
dalam serum penderita demam tifoid akan berbentuk antibody
terhadap ketiga macam antigen tersebut. (Agustin, 2019)
2.1.3 Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke
usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus
kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel- sel epitel
(sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang
biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar
getah bening mesenterika
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran
darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke
seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum
tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella
thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala
7
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh
darah di sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin
basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada
minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak
peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan
ulserasi plak peyeri pada minggu ke tiga. selanjutnya, dalam
minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat) dan melalui Feses. (Handu, 2018)
8
2.1.4 Pathway
Salmonella Thyposa
Menyerang Mukosa
Tukak
Hipertermi
Nyeri
Penurunan
Dehidrasi nafsu makan
9
2) Pada minggu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam,
bradikardia, relatif, lidah thyfoid (kotor ditengah, dan ujung
bewarna merah disertai tremor). Hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan kesadaran. (Pratamawati, 2019)
10
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah
terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
e) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi
terdapat dalam serum klien dengan demam typhoid juga
terdapat pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu:
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O
(berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H
(berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen
VI (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin
tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
11
4) Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa
positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif
pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
5) Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari
ke-3 dan 4 terjadinya demam.
12
suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen
ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain. Terutama
toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
demam selama keadaan sakit. (Handu, 2018)
13
2.2.4 Patofisiologi
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal
dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan
demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen
yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen
adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme
seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin
lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis
lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen
yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen
antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen
endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit
walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi, Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel
darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen
baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel
darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen
eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang
terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini
memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara
lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter
seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut. Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase
demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan
merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa
14
kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam
merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase
ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang
ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang
berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan
berwarna kemerahan. (Dewi, 2017)
2.2.5 Klasifikasi
Menurut Tamsuri (2012) suhu tubuh dibagi :
1) Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36ᶜC
2) Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36ᶜC – 37,5ᶜC
3) Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5ᶜC – 40ᶜC
4) Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40ᶜC.
15
2) Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidakpernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yangdicatat pada demam septik.
3) Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi setiapdua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam
disebut kuartana.
4) Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebihdari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekalidisebut hiperpireksia.
5) Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hariyang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
2.2.9 Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam
typhoid yaitu:
1) Perawatan
16
a) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan
pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2) Diet
a) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim.
d) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
3) Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit
typhoid.Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu
hingga satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin,
kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan
ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam typhoid
di negara-negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
a) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena,
selama 14 hari.
b) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian
kloramfenikol, diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam3- 4 kali. Pemberian intravena
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi
dalam3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam
2-3 kali pemberian, oral, selama 14 hari.
e) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80
mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.
17
f) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan
fluoroquinolon. Bila tak terawat, demam typhoid dapat
berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian
terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus
berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi
deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang
waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah
dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
(Handu, 2018)
2.3.1 Pengkajian
1) Anamnese (Data subyektif)
a) Identitas Pasien.
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis
kelamin, usia, agama, suku bangsa, Pendidikan nomor
registrasi, dan penanggung jawab.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu
panas naik turun, yang menyebabkan klien dating untuk
mencari bantuan kesehatan. pada anak jika anak yang sadar
dapat langsung ditanyakan pada klien tetapi jika anak yang
tidak dapat berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada
orangtua klien yang sering berinteraksi dengan klien.
3) Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan klien yang mengalami
peningkatan suhu tubuh >37,5℃ selama lebih dari 1 minggu,
18
disertai menggigil. Naik turunnya panas terjadi pada waktu
pagi dan sore dan berlangsung selama lebih dari 1 minggu.
Keadaan semakin lemah ,kadang disertai dengan keluhan
pusing, akral hangat, takikardia, serta penurunan kesadaran.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau
menderita penyakit lainnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah menderitahi pertensi, diabetes
mellitus
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami
penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan
sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami diare oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak
mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu.
d) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap
keadaan penyakitnya.
e) Pola tidur dan istirahat
19
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta
tidak terdapat suatu waham pad klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien
di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas.
7) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status
kesehatan klien (inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi
adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetuk kan jari
tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi adalah jenis pemeriksaan
fisik dengan meraba klien. Auskultasi adalah dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi dinding
abdomen untuk mengetahui bisingusus). Adapun pemeriksaan
fisik pada Klien demam tifoid diperoleh hasil sebagai berikut :
a) Keadaan umum :
1. Keadaan umum: klien tampak lemas
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :Suhu tubuh tinggi >37,5°C ;Nadi dan
frekuensi nafas menjadi lebih cepat.
2. Pemeriksaan kepala
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya bentuk
kepala normal cephalik, rambut tampak kotor dan
kusam
Palpasi: Pada pasien demam tifoid dengan hipertermia
umumnya terdapat nyeri kepala.
20
3. Mata
Inspeksi: Pada klien demam tifoid dengan serangan
berulang umumnya salah satunya, besar pupil tampak
isokor, reflek pupil positif, konjungtiva anemis, adanya
kotoran atau tidak.
Palpasi: Umumnya bola mata teraba kenyal dan
melenting.
4. Hidung
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya lubang
hidung simetris, ada tidaknya produksi secret, adanya
pendarahan atau tidak, ada tidaknya gangguan
penciuman.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri pada saat sinus di tekan.
5. Telinga
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya simetrsis,
ada tidaknya serumen.
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya tidak
terdapat nyeri tekan pada daerah tragus.
6. Mulut
Inspeksi: Lihat kebersihan mulut dan gigi, pada klien
demam tifoid umumnya mulut tampak kotor, mukosa
bibir kering.
7. Kulit dan Kuku
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya muka
tampak pucat, Kulit kemerahan, kulit kering, turgor
kullit menurun.
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya turgor
kulit kembali <2 detik karena kekurangan cairan dan
Capillary Refill Time (CRT) kembali <2 detik.
21
8. Leher
Inspeksi: Pada klien demam tifoid umumnya kaku
kuduk jarang terjadi, lihat kebersihan kulit sekitar
leher.
Palpasi: Ada tidaknya bendungan vena jugularis, ada
tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, ada tidaknya
deviasi trakea.
9. Thorax (dada) Paruparu
Inspeksi : Tampak penggunaan otot bantu nafas
diafragma, tampak Retraksi interkosta, peningkatan
frekuensi pernapasan, sesak nafas
Perkusi :Terdengar suara sonor pada ICS 1-5 dextra
dan ICS 1-2 sinistra
Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri,
taktil fremitus teraba lemah
Auskultasi : Pemeriksaan bisa tidak ada kelainan dan
bisa juga terdapat bunyi nafas tambahan seperti ronchi
pada pasien dengan peningkatan produksi secret,
kemampuan batuk yang menurun pada klien yang
mengalami penurunan kesadaran.
10. Abdomen
Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, terdapat
distensi perut atau tidak, pada klien demam tifoid
umumnya tidak terdapat distensi perut kecuali ada
komplikasi lain.
Palpasi : Ada/tidaknya asites, pada klien demam tifoid
umumnya terdapat nyeri tekan pada epigastrium,
pembesaran hati (hepatomegali) dan limfe
Perkusi : Untuk mengetahui suara yang dihasilkan dari
rongga abdomen, apakah timpani atau dullness yang
mana timpani adalah suara normal dan dullness
menunjukan adanya obstruksi.
22
Auskultasi : Pada klien demam tifoid umumnya, suara
bising usus normal >15x/menit.
11. Musculoskeletal
Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya, dapat
menggerakkan ekstremitas secara penuh.
Palpasi : Periksa adanya edema atau tidak pada
ekstremitas atas dan bawah. Pada klien demam tifoid
umumnya, akral teraba hangat, nyeri otot dan sendi
serta tulang.
12. Genetalia dan Anus
Inspeksi :Bersih atau kotor, adanya hemoroid atau
tidak, terdapat perdarahan atau tidak, terdapat massa
atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya tidak
terdapat hemoroid atau peradangan pada genetalia
kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain
Palpasi : Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien
demam tifoid umumnya, tidak terdapat nyeri kecuali
klien yang mengalami komplikasi penyakit lain.
(Handu, 2018)
2.3.3 Intervensi
1. Observasi
o Identifikasi penyebab hipertermi
o Monitor suhu tubuh
o Monitor kadar elektrolit
o Monitor haluaran urine
23
2. Terapeutik
o Sediakan lingkungan yang dingin
o Longgarkan atau lepaskan pakaian
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
o Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
o Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
o Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
o Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
o Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah proses membantu pasien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah
rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan
yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawtan.
Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan
kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi
koping klien.
Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada
anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan
keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal,
mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam
memberikan asupan kepada klien. (Handu, 2018)
24
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakajn hubungan dengan klien, macam-macam evaluasi :
1) Evaluasi formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan
keperawatan, dan ditulis pada catatan perawatan.
2) Evaluasi sumatif SOAP Kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan
perkembangan.
25
Daftar pustaka
26
27