Inisiasi I Pemasaran
Inisiasi I Pemasaran
INISIASI 1
(MANAJEMEN PEMASARAN)
BAURAN PROMOSI
Tahap Perkenalan
Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang lambat. Dalam tahap
ini relatif hanya terdapat beberapa perusahaan yang menjual produk baru.
Mereka cenderung membatasi jenis produknya karena pasarnya dianggap belum
siap untuk menerima pembauran-pembauran produk. Terdapat empat strategi
pemasaran pada tahap perkenalan, yaitu (1) strategi profil tinggi, (2) strategi
penetrasi preemtif, (3) ) strategi penetrasi selektif, dan (4) strategi profil
rendah.
Jika digambarkan posisi masing-masing strategi dikaitkan dengan promosi dan
harga adalah sebagai berikut.
HARGA
TINGGI RENDAH
TINGGI
Strategi Strategi
Profil Tinggi Penetrasi
Preemtif
PROMOSI
Tahap Pertumbuhan
Strategi pemasaran yang dapat digunakan pada tahap ini adalah:
a. Meningkatkan kualitas produk
b. Mencari segmen pasar baru
c. Selalu mencari saluran distribusi yang baru
d. Mengadakan periklanan
Tahap Kedewasaan
Strategi pemasaran pada tahap ini meliputi:
a. Modifikasi pasar
b. Modifikasi produk
c. Modifikasi bauran pemasaran
Tahap Kemunduran
Strategi pemasaran yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah
a. Mencari produk yang lemah
b. Membangkitkan lagi produk tersebut
c. Meninggalkan produk tersebut.
Untuk lebih lengkapnya, Anda dapat pelajari pada modul 6 BMP Manajemen
Pemasaran.
STRATEGI DISTRIBUSI
PERANTARA PEDAGANG
Tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai
pedagang karena selain membuat barang juga memperdagangkannya.
1. Pedagang Besar
Jika produk dijual ke berbagai macam toko eceran di seluruh wilayah pasar, pedagang
besar diperlukan untuk membantu memindahkan produk dari produsen ke pengecer.
Istilah pedagang besar ini hanya digunakan pada perantara pedagang yang terikat dengan
kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada
konsumen akhir. Mereka menawarkan pelayanan kepada pengecer dalam bentuk:
a. pemilahan barang dagangan,
b. persediaan cadangan,
c. kredit,
d. pengiriman, dan
e. bantuan promosi.
Pada umumnya, pedagang besar tidak melayani konsumen akhir secara langsung.
Akan tetapi, jika hal itu dilakukan pedagang besar menerapkan persyaratan tertentu
kepada konsumen akhir agar tidak menyaingi pengecer. Persyaratan yang dimaksud dapat
berupa:
a. Konsumen akhir harus membeli sejumlah minimum sama dengan yang dikeluarkan
oleh seorang pengecer apabila melakukan kulakan pada pedagang besar.
b. Apabila konsumen akhir menghendaki jumlah pembelian yang lebih kecil, ia dikenai
tambahan pembayaran dalam persentase tertentu sehingga harga per unit barang tidak
jauh berbeda dengan harga yang ditawarkan oleh pengecer.
c. Konsumen akhir yang membeli eceran harus membayar dengan harga yang sama
dengan harga yang ditawarkan oleh pengecer.
Kondisi seperti ini sudah banyak diterapkan di negara-negara seperti Britania Raya dan
Amerika Serikat. Di Indonesia juga sudah banyak pedagang besar yang menerapkan
persyaratan tersebut, khususnya persyaratan ketiga.
2. Pengecer
Perdagangan eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung
dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi
(bukan untuk keperluan bisnis). Namun demikian tidak menutup kemungkinan adanya
penjualan secara langsung dengan para pemakai industrial karena tidak semua barang
industrial selalu dibeli dalam jumlah besar. Pelayanan yang ditawarkan oleh pengecer
meliputi:
a. kepraktisan berbelanja,
b. persediaan lokal,
c. servis pertukaran, dan
d. reparasi.
Penggunaan pengecer telah terbukti sangat efektif dan efisien baik bagi konsumen
maupun bagi produsen makanan, pakaian, ban, persewaan video, bahan bangunan dan
pertukangan, dan otomotif. Adapun definisi pengecer telah dikemukakan oleh Bennett
(1995) sebagai berikut:
Definisi tersebut sejalan dengan definisi perdagangan eceran yang dikemukakan oleh
McDaniel et al (2008, h. 402) sebagai berikut:
PERANTARA AGEN
Perantara agen (agent middleman) ini dibedakan dengan perantara pedagang karena
tidak mempunyai hak kepemilikan atas semua barang yang ditangani. Agen memperoleh
sejumlah kompensasi tertentu atas jasa yang diberikannya. Kompensasinya dapat
berbentuk komisi atau pembayaran lainnya. Dengan mendasarkan pada pendapat Walters
(1977, p. 115), agen dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pada dasarnya, perantara agen dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yakni: (1)
agen penunjang (facilitating agent) dan (2) agen pelengkap (supplemental agent).
1. Agen Penunjang
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa
aspek pemindahan barang dan jasa, yang terbagi dalam beberapa golongan yaitu
(Swastha Dh, 1979):
a. Agen pengangkutan borongan (bulk transportation agent).
b. Agen penyimpanan (storage agent).
c. Agen pengangkutan khusus (specialty shipper).
d. Agen pembelian dan penjualan (purchase and sales agent).
2. Agen Pelengkap
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran
barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang
atau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang
dilakukannya antara lain berupa:
a. Jasa pembimbingan/konsultasi
b. Jasa finansial
c. Jasa informasi
d. Jasa khusus lainnya.
Berdasarkan macam jasa yang mereka tawarkan tersebut, agen pelengkap dapat
digolongkan ke dalam:
a. Agen yang membantu di bidang keuangan, seperti bank.
b. Agen yang membantu dalam mengambil keputusan, seperti: biro iklan, lembaga
penelitian, dokter, dan sebagainya.
c. Agen yang membantu dalam penyediaan informasi, seperti televisi, surat kabar, radio
dan sebagainya.
d. Agen khusus yang tidak termasuk dalam ketiga golongan di muka.
Kedua macam perantara (agen dan pedagang) tersebut sama-sama penting dalam
pemasaran. Perlu diketahui di sini, bahwa agen dapat menyewa agen-agen lainnya.
Sebagai contoh, sebuah biro advertensi dapat menggunakan radio dan televisi sebagai
media advertensi bagi perusahaan; begitu pula dalam hal pengangkutan, perusahaan
angkutan dapat menyewa alat-alat transpor pada perusahaan lain.
Karena karakteristik yang ada pada barang industrial berbeda dengan barang
konsumen, maka saluran distribusi yang dipakainya juga agak berbeda. Seperti halnya
pada saluran distribusi barang konsumen, saluran distribusi untuk barang industrial juga
mempunyai kemungkinan/kesempatan yang sama bagi produsen untuk menggunakan
kantor dan cabang penjualan. Kantor dan cabang penjualan ini dipakai untuk mencapai
lembaga distribusi berikutnya. Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk
mencapai pemakai industrial. Keempat macam saluran distribusi tersebut adalah:
Setelah menentukan saluran distribusi yang akan dipakai, produsen perlu menentukan
jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam hal ini
produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu: (1) distribusi intensif, (2) distribusi
selektif, dan (3) distribusi eksklusif.
1. Distribusi Intensif
Distribusi intensif ini dapat digunakan oleh produsen yang menjual barang
konvenien. Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-
banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen akhir. Semua itu dimaksudkan
untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen. Makin cepat konsumen terpenuhi
kebutuhannya, mereka makin merasakan adanya kepuasan. Sedangkan untuk barang
industrial, distribusi intensif ini biasanya terbatas untuk jenis perlengkapan operasi atau
barang standar lainnya, seperti obeng, minyak pelumas, dan sebagainya.
2. Distribusi Selektif
Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha memilih sejumlah
pedagang besar dan/atau pengecer yang terbatas dalam suatu daerah geografis tertentu.
Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping atau
barang spesial, dan barang industrial jenis peralatan asesori. Perusahaan dapat beralih ke
distribusi selektif apabila hal ini lebih menguntungkan daripada distribusi intensif,
sehingga jumlah pengecer yang digunakan akan lebih terbatas. Penggunaan saluran
distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak
menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi yang lebih
terbatas.
3. Distribusi Eksklusif
Distribusi eksklusif ini digunakan oleh perusahaan dengan hanya menggunakan satu
pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Jadi produsen hanya menjual
produknya kepada satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Dengan hanya satu
penyalur, produsen akan lebih mudah dalam mengadakan pengawasan, terutama
pengawasan pada tingkat harga eceran maupun pada usaha kerja sama dengan penyalur
dalam periklanan. Penyalur sendiri juga memiliki keuntungan karena banyak pembeli
yang membeli kepadanya. Pada umumnya, distribusi eksklusif ini banyak dipakai:
a. Untuk barang-barang spesial.
b. Apabila penyalur bersedia memelihara persediaan dalam jumlah besar sehingga
pembeli lebih leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya.
c. Apabila produk yang dijual memerlukan servis purna-jual (pemasangan, reparasi dan
sebagainya), misalnya mobil, alat pendingin udara (AC), almari es, mesin pertanian,
alat-alat konstruksi bangunan dan sebagainya.