8769 19096 1 PB
8769 19096 1 PB
1
Joandri P. Dandel,
2
Ni Wayan Mariati
2
Jimmy Maryono
1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: jdandel180@gmail.com
Abstract: Tooth extraction is one of the actions that are often done in the field of dentistry.
Tooth extraction is done with an indication of severely damaged teeth and can not be manage.
Most people visit the dentist after their teeth are badly damaged, and eventually have to be
onderwent tooth extraction. That is caused by lack of public knowledge about the importance
of maintaining healthy teeth and mouth. This study aimed to obtain the students' knowledge of
tooth extraction in SMA 1 Tombolang Bolaang Mongondow. This was a descriptive study
with a cross sectional design. There were 51 samples obtained by using Slovin formula. The
results showed that most students in SMA Negeri 1 Tombolang Bolaang Mongondow had
moderate knowledge about tooth extraction.
Keywords: tooth extraction, knowledge
Abstrak: Pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan yang sering dilakukan di bidang
kedokteran gigi. Pencabutan gigi dilakukan dengan indikasi gigi yang rusak parah dan tidak
bisa dirawat. Sebagian besar masyarakat berkunjung ke dokter gigi setelah gigi rusak parah,
dan akhirnya harus dilakukan tindakan pencabutan gigi. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan pencabutan gigi siswa
SMA Negeri 1 Sang Tombolang Kabupaten Bolaang Mongondow. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 51,
diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
pengetahuan siswa tentang pencabutan gigi di SMA Negeri 1 Sang Tombolang sebagian besar
memiliki pengetahuan sedang.
Kata kunci: pencabutan gigi, pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi atau disebabkan oleh masalah gigi dan mulut.
maklumat yang diketahui dan disadari oleh Pengetahuan tentang kesehatan gigi
seseorang setelah melalui pengamatan dan mulut dapat diperoleh melalui berbagai
inderawi. Pengetahuan dapat membentuk jenis sumber informasi, salah satunya yaitu
perilaku seseorang dan diwujudkan melalui penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang
tindakan. Demikian juga dalam hal bertujuan untuk mengurangi angka
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kehilangan gigi serta penyakit gigi dan
dibutuhkan pengetahuan yang baik agar mulut lainnya.
terhindar dari berbagai jenis penyakit yang Menurut RISKESDAS tahun 2013
285
Dandel, Mariati, Maryono: Gambaran pengetahuan pencabutan...
286
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
287
Dandel, Mariati, Maryono: Gambaran pengetahuan pencabutan...
Tabel 5. Distribusi pengetahuan siswa tentang Tabel 7. Distribusi pengetahuan siswa tentang
penggunaan gigi palsu merupakan salah satu pencabutan gigi yang sudah rusak parah lebih
perawatan setelah pencabutan gigi, pertanyaan baik dari pada membiarkannya, pertanyaan
nomor 4 nomor 6
Tabel 10. Distribusi pengetahuan siswa tentang hanya 23 siswa (45%), dan yang tidak tahu
salah satu komplikasi pencabutan gigi yaitu sebanyak 28 siswa (54,9%)
pendarahan, pertanyaan nomor 9 Peneliti melihat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa masih banyak siswa
Tahu Tidak Tahu
Kelas Sampel yang belum mengetahui tentang kontra
n % n %
indikasi pada pencabutan gigi. Penulis
X 17 5 29,4 12 70,6
XI 19 8 42,1 11 57,9
berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena
XII 15 7 46,7 8 53,3 kurangnya informasi yang yang diperoleh
Jumlah 51 20 39,4 31 60,6 para siswa baik secara langsung melalui
sosialisasi-sosialisasi dari instansi
Berdasarkan pertanyaan nomor 10, kesehatan setempat mengenai kesehatan
siswa kelas X yang menjawab tahu gigi dan mulut khususnya tentang
sebanyak 10 orang (58,8%) dan tidak tahu kontraindikasi pencabutan gigi. Selain
7 orang (41,2%), siswa kelas XI yang faktor tersebut, kurangnya pemahaman
menjawab tahu sebanyak 10 orang (52,6%) siswa dapat juga disebabkan oleh beberapa
dan tidak tahu 9 orang (47,4%), siswa kelas hal, diantaranya rasa ingin tahu dari siswa
XII yang menjawab tahu sebanyak 5 orang yang masih kurang, ataupun masih
(33,3%) dan tidak tahu 10 orang (66,7%). minimnya pengetahuan yang diperoleh baik
dari lingkungan keluarga, sekolah, atau
Tabel 11. Distribusi pengetahuan siswa tentang melalui media cetak atau elektronik, serta
gigi susu yang masih bertahan dalam rongga kurangnya motivasi dari orang tua. Hal ini
mulut harus dicabut jika sudah waktunya didukung oleh pendapat dari Prayitno
tanggal, agar gigi tetap tumbuh dengan baik, dalam Riduwan (2009), yang menyatakan
pertanyaan nomor 10 bahwa motivasi belajar tidak saja
merupakan suatu energi yang
Tahu Tidak Tahu menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi
Kelas Sampel
n % n % juga sebagai sesuatu yang mengarahkan
X 17 10 58,8 7 41,2 aktivitas siswa kepada tujuan belajar. 3 Hal
XI 19 10 52,6 9 47,4
tersebut sejalan dengan penelitian yang
XII 15 5 33,3 10 66,7
Jumlah 51 25 48,3 26 51,7 dilakukan oleh Dian Anisawati di
Kabupaten Tulungagung tentang Hubungan
Kondisi dan Penggunaan Sarana dan
BAHASAN Prasarana Pendidikan dengan Keefektifan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran di SMK Negeri Se-
kelas X sebanyak 14 siswa, kelas XI Kabupaten Tulungagung. Dalam peneliti-
sebanyak 7 siswa dan kelas XII sebanyak annya disebutkan bahwa sarana dan
12 siswa yang mengetahui bahwa prasarana merupakan salah satu faktor
pencabutan gigi tidak boleh dilakukan pada kemajuan pendidikan, dan dapat dijadikan
penderita penyakit jantung. Pada tolak ukur penentu arah dan tujuan
pertanyaan pencabutan gigi yang tidak pendidikan. 4
boleh dilakukan pada penderita diabetes Dari penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa, masih terdapat pada siswa kelas X sampai XII, sebanyak
beberapa siswa dari kelas X sampai XII 27 siswa (52%) yang menjawab tahu
yang menjawab tidak tahu yaitu sebanyak tentang gigi palsu merupakan salah satu
16 siswa (31,4%). Sedangkan pada perawatan yang dilakukan setelah
pertanyaan pencabutan gigi yang tidak bisa pencabutan gigi. Hasil tersebut cukup baik
dilakukan pada penderita darah tinggi karena lebih dari setengah siswa telah
(hipertensi) juga masih kurang, yaitu siswa mengetahui tentang salah satu perawatan
kelas X sampai XII yang menjawab tahu yang dilakukan setelah pencabutan gigi.
289
Dandel, Mariati, Maryono: Gambaran pengetahuan pencabutan...
Hal ini dapat disebabkan karena adanya kurangnya kesadaran siswa tentang
informasi yang diperoleh para siswa baik pentingnya memelihara kesehatan gigi dan
dari lingkungan masyarakat tempat mereka mulut. Dapat dilihat dari data hasil SKRT
tinggal maupun melalui media-media tahun 2004, prevalensi karies gigi di
informasi lainnya, bahwa gigi yang sudah Indonesia mencapai 90,05%. Berdasarkan
dicabut dapat digantikan dengan gigi palsu. hasil dari RISKESDAS Nasional tahun
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 2007 melaporkan bahwa skor DMF-T di
Bayu pada tahun 2014 di desa Molompar Indonesia mencapai 4,85 atau masuk dalam
Utara kabupaten Minahasa Utara, kategori buruk.7 Hasil tersebut
memperoleh hasil bahwa sebagian besar menggambarkan bahwa masih kurangnya
responden (57%) mengetahui gigi palsu perhatian masyarakat, khususnya anak usia
dapat menggantikan gigi yang hilang akibat sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi
pencabutan berdasarkan informasi yang dan mulut.
mereka dapatkan melalui lingkungan Pengetahuan siswa tentang pencabutan
tempat tinggal mereka maupun media- gigi yang sudah rusak atau berlubang dapat
media informasi lainnya.5 menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam
Dalam penelitian ini diperoleh hasil penelitian ini menunjukkan hasil yaitu,
yaitu, 42 siswa (82,3%) menjawab tahu sebanyak 10 siswa (19,6%) yang menjawab
tentang pencabutan gigi dengan operasi tahu dan 40 siswa (78,4%) lainnya
dilakukan pada gigi geraham yang menjawab tidak tahu. Berdasarkan hasil
posisinya sangat miring. Hasil tersebut tersebut, dapat dilihat bahwa masih
sudah cukup baik, walaupun masih ada kurangnya pengetahuan siswa tentang
beberapa siswa yang belum mengetahui kesehatan gigi dan mulut. Hal inilah yang
tentang pencabutan gigi dengan operasi menyebabkan masih tingginya prevalensi
dilakukan pada gigi geraham. Peneliti karies gigi masyarakat di Indonesia,
berpendapat bahwa, hal ini karena pada khususnya pada anak usia sekolah karena
anak usia sekolah terutama anak SMA tidak mengetahui bahwa gigi yang sudah
biasanya gigi molar ketiga mulai tumbuh, rusak apabila dicabut, dapat menjaga
sehingga siswa cukup mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut bahkan kesehatan
penanganan gigi geraham yang harus tubuh.
dioperasi jika posisinya sangat miring. Hal Pengetahuan siswa tentang pencabutan
tersebut bisa dihubungkan dengan gigi yang tidak boleh dilakukan saat gigi
penelitian yang dilakukan oleh Hattab, dari dalam keadaan sakit atau infeksi juga
Fakultas Kedokteran Gigi di Yordania, menunjukkan hasil yang kurang, yaitu
menemukan bahwa 33,6% pada subjek hanya 16 siswa (31,8%) yang menjawab
penelitian yang berusia 18-20 tahun tahu, dan 35 siswa ( 68,6%) yang
mengalami gigi terpendam. Hasil tersebut menjawab tidak tahu. Penulis berpendapat
menunjukkan bahwa cukup banyak anak bahwa, sebagian besar siswa hanya sebatas
usia sekolah khususnya SMA, yang mengetahui bila gigi yang sudah rusak dan
mengalami kasus erupsi gigi molar ketiga terasa sakit sebaiknya segera dicabut agar
yang terpendam (impaksi) sehingga harus rasa sakit dapat segera hilang, tanpa
dilakukan tindakan operasi (odontektomi).6 mengetahui akibatnya. Salah satu akibat
Dalam penelitian ini menunjukkan yang bisa terjadi saat dilakukan pencabutan
hasil yang kurang baik tentang pengetahuan pada gigi yang sedang sakit atau infeksi
siswa mengenai mencabut gigi yang rusak yaitu perdarahan yang terus menerus.
lebih baik dari pada membiarkannya, yaitu Dalam penelitian ini, yang mengetahui
hanya 9 siswa (17,7%) dari siswa kelas X tentang perdarahan merupakan salah satu
sampai XII yang menjawab tahu. Hal komplikasi pencabutan gigi yaitu sebanyak
tersebut menunjukkan bahwa masih 20 siswa (39,2%), dan yang tidak tahu
290
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
291