AbstrAk
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang
dengan konsekuensi tulang menjadi lebih rapuh dan lebih mudah fraktur. Di seluruh dunia, 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 pria berusia di atas
50 tahun akan mengalami fraktur osteoporosis. Tujuan terapi farmakologis adalah untuk mengurangi risiko patah tulang. Obat osteoporosis
dikategorikan sebagai agen antiresorptif (misalnya bisphosphonate, estrogen, calcitonin, dan denosumab) atau agen anabolik (misalnya raloxifene
dan teriparatide). Pengobatan lini pertama untuk sebagian besar pasien osteoporosis pasca-menopause meliputi alendronate, risedronate,
zoledronic acid, dan denosumab.
AbstrAct
Osteoporosis is a systemic skeletal disease characterized by low bone mass and damage to bone microarchitecture with the consequence
of more fragile and more easily fractured bone. Worldwide, 1 in 3 women and 1 in 5 men over age 50 will experience osteoporotic fractures.
The goal of pharmacological therapy is to reduce the risk of fractures. Medications to treat osteoporosis are categorized as antiresorptive
agents (i.e., bisphosphonates, estrogen, calcitonin, and denosumab) or anabolic agents (i.e., raloxifene and teriparatide). The first-line treatment
for most postmenopause osteoporosis patients includes alendronate, risedronate, zoledronic acid, and denosumab. Esther kristiningrum.
Pharmacotherapy of Osteoporosis.
OstEOPOrOsIs cepat terjadi pada usia pubertas, tulang makin padat; puncak pembentukan tulang pada usia
PENDAHULUAN besar, makin panjang, makin tebal, dan makin sekitar 25-30 tahun. Setelah usia 30 tahun,
Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang
berarti tulang, dan “porous” yang berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi,
osteoporosis disebut juga pengeroposan
tulang, yaitu penyakit skeletal sistemik yang
ditandai dengan massa tulang rendah disertai
kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang,
sehingga tulang menjadi lebih tipis dan
rapuh, sehingga cenderung mudah fraktur.1,2
massa tulang mulai berkurang dan akan osteoporosis akibat kekurangan estrogen paratiroid (PTH), vitamin D, calcitonin, dan
terus berkurang seiring bertambahnya usia, pada perempuan pasca-menopause, dan estrogen. PTH memicu absorpsi kalsium dari
sehingga dapat mengakibatkan osteoporosis.1 akibat kekurangan testosteron pada pria ginjal, tulang, dan usus, memicu aktivitas
andropause. osteoklas, serta mengaktivasi vitamin D
Dalam bone remodelling, dua jenis sel yang Osteoporosis primer tipe 2, yaitu menjadi calcitriol yang memicu absorpsi
berperan, yaitu:3 osteoporosis akibat penuaan, disebut juga kalsium dari usus. Peran PTH dan vitamin D
Sel osteoblas, membentuk tulang baru osteoporosis senil. berlawanan dengan calcitonin, yang secara
(formasi tulang) reversibel menghambat fungsi osteoklas,
Sel osteoklas, merombak/menghancurkan 2. Osteoporosis Sekunder, yaitu osteoporosis sehingga menghambat resorpsi tulang.
tulang (resorpsi tulang) yang disebabkan oleh berbagai kondisi klinis/ Estrogen juga menghambat resorpsi tulang
penyakit, seperti infeksi tulang, tumor tulang, dengan mengikat reseptor spesifik, reseptor
Ketidakseimbangan kecepatan perombakan pemakaian obat tertentu, dan immobilitas estrogen a (Era) dan reseptor estrogen
tulang oleh osteoklas dengan pembentukan lama. b (Erb) untuk meningkatkan apoptosis
tulang baru oleh osteoblas dapat 3. Osteoporosis Idiopatik, yaitu osteoporosis osteoklas. Penurunan produksi estrogen pada
menyebabkan osteoporosis. yang tidak diketahui penyebabnya, ditemukan perempuan pasca-menopause merupakan
pada usia kanak-kanak (juvenil), usia remaja, salah satu faktor kejadian osteoporosis lebih
Epidemiologi dan pria usia pertengahan. tinggi pada populasi ini.10
Osteoporosis dipertimbangkan sebagai
masalah kesehatan publik yang serius. Saat GEJALA DAN kOMPLIkAsI Faktor lain yang berperan dalam resorpsi
ini, diperkirakan bahwa sekitar 200 juta orang Osteoporosis merupakan “silent disease” tulang adalah faktor fisik, seperti kerusakan
di dunia menderita penyakit ini.4 Prevalensi karena tidak memiliki tanda dan gejala kecuali mikro berulang mengakibatkan RANKL
osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih jika terjadi fraktur. Fraktur dapat berakibat rasa (receptor activator of nuclear factor kappa-B
tinggi dibanding pada pria.2 nyeri, deformitas tulang, kecacatan, bahkan ligand) berikatan dengan reseptornya (RANK)
kematian.2,8 yang diekspresikan pada pra-osteoklas,
Data Badan Litbang Gizi Depkes RI tahun menyebabkan aktivasi osteoklas.10 Selain itu,
2006 menunjukkan prevalensi osteoporosis stres oksidatif juga menyebabkan pelepasan
sebesar 10,3% dan prevalensi osteopenia sitokin dan prostaglandin yang dapat
sebesar 41,7%, berarti 2 dari 5 penduduk meningkatkan osteoklastogenesis melalui
Indonesia berisiko osteoporosis.5,8 Menurut upregulation RANKL dan downregulation
data “Indonesia White Paper” PEROSI, osteoprotegerin, protein yang secara normal
prevalensi osteoporosis pada tahun 2007 menghambat ikatan RANKL pada RANK.11
mencapai 28,8% untuk pria dan 32,3%
untuk perempuan.6,8 Penelitian Departemen Faktor risiko2,12
Kesehatan (Depkes) menunjukkan bahwa 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah/
prevalensi osteoporosis adalah 19,7%, Gambar 2. Komplikasi osteoporosis dimodifikasi:
sedangkan prevalensi osteopenia di Indonesia Usia lanjut
mencapai 41,7%.7,8 Fraktur osteoporosis paling sering di tulang Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan
belakang, tulang panggul, dan tulang fungsi organ tubuh termasuk penyerapan
Osteoporosis menyebabkan 8,9 juta fraktur pergelangan tangan. kalsium oleh usus; penurunan estrogen
setiap tahun (kejadian fraktur setiap 3 detik).9 atau testosteron akibat penuaan juga
Sebanyak 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 PAtOGENEsIs meningkatkan risiko osteoporosis. Selain itu,
pria osteoporosis berusia di atas 50 tahun Etiopatogenesis utama osteoporosis pada pada usia lanjut terjadi peningkatan hormon
mengalami fraktur.10 Pada perempuan usia perempuan pasca-menopause adalah paratiroid.
di atas 45 tahun, osteoporosis menyumbang defisiensi estrogen yang menyebabkan Jenis kelamin, di mana risiko pada
lebih banyak hari dirawat di rumah sakit percepatan turnover tulang, sedangkan perempuan lebih tinggi
dibanding penyakit lain termasuk diabetes, pada pria dan perempuan pre-menopause Osteoporosis lebih banyak pada perempuan
infark miokardium, dan kanker payudara.4 adalah karena insufisiensi vitamin D dan karena pengaruh penurunan estrogen yang
hiperparatiroidisme.10 sudah dimulai sejak usia 35 tahun. Perempuan
JENIs OstEOPOrOsIs hamil juga berisiko osteoporosis karena proses
Osteoporosis dibagi menjadi tiga jenis Kombinasi faktor genetik, endokrin, dan pembentukan janin yang membutuhkan
menurut penyebabnya, yaitu:2 nutrisi dapat mengubah keseimbangan banyak kalsium.
1. Osteoporosis Primer, yaitu osteoporosis antara resorpsi tulang dan deposisi tulang
Riwayat osteoporosis keluarga kandung
yang bukan disebabkan penyakit (proses melalui stimulasi aktivitas osteoklas dan
(genetik)
alamiah). Termasuk osteoporosis primer penghambatan aktivitas osteoblas dan
adalah: osteosit. Faktor endokrin utama dalam Ras
Osteoporosis primer tipe 1, yaitu terjadinya osteoporosis adalah hormon Ras Asia dan Kaukasia atau orang kulit putih
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami risiko osteoporosis. Kebanyakan fraktur terjadi pada pasien
osteoporosis, karena secara umum konsumsi Konsumsi minuman tinggi kafein dan dengan densitas mineral tulang dalam kisaran
kalsiumnya rendah, intoleransi laktosa, dan alkohol osteopenik (skor T antara -1 dan -2,5).14
menghindari produk hewan. Sedangkan Kafein dan alkohol dapat menghambat
ras kulit hitam dan Hispanik memiliki risiko proses pembentukan massa tulang dan Dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA)
mengalami osteoporosis yang lebih rendah. menyebabkan terbuangnya kalsium bersama merupakan teknik diagnostik standar emas
Penurunan hormon estrogen atau urin, sehingga menyebabkan pengeroposan untuk mengukur densitas mineral tulang
testosteron akibat penuaan tulang (BMD) karena absorpsi sinar X secara langsung
berkaitan dengan kandungan kalsium.10,15
Penggunaan obat tertentu jangka panjang
2. Faktor risiko yang dapat diubah/ Dikatakan osteoporosis jika skor T pasien
(kortikosteroid, antikejang, antikoagulan,
dimodifikasi: kurang atau sama dengan -2,5, osteopenia jika
methotrexate)
skor T pasien antara -2,5 dan -1. Keterbatasan
Berat badan yang rendah dan struktur Kortikosteroid dapat menghambat aktivitas
DEXA dilaporkan pada pasien dengan riwayat
tulang yang kecil osteoblas sehingga meningkatkan risiko
fraktur, osteoartritis, osteomalasia, dan
Kurang aktivitas fisik osteoporosis.
implan logam; kerugian metode ini adalah
Kurangnya aktivitas fisik dapat menghambat kecenderungan perbedaan pengumpulan
aktivitas osteoblas sehingga densitas tulang DIAGNOsIs
dan interpretasi hasil.10,16
akan berkurang. Diagnosis osteoporosis memerlukan
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
Kurang paparan sinar matahari Computed tomography kuantitatif dapat
Penapisan awal sebaiknya dimulai pada
Kurang asupan kalsium memenuhi beberapa keterbatasan DEXA,
usia 50 tahun untuk memaksimalkan
Jika asupan kalsium kurang, tubuh akan dapat menghasilkan pengukuran densitas
manfaat pencegahan fraktur.13 Pemeriksaan
mengeluarkan hormon yang akan mengambil tulang yang benar dengan alat diagnostik
laboratorium digunakan untuk menyingkirkan
kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk tunggal. Namun, metode ini memerlukan
penyebab penyakit, seperti disfungsi tiroid
tulang. dosis radiasi lebih besar, lebih mahal, dan
dan paratiroid serta hipomagnesemia.10
Merokok kontrol kualitas karena memerlukan computed
Zat nikotin dalam rokok bisa mempercepat tomography scanner untuk kalibrasi setiap
Densitas mineral tulang dipertimbangkan
resorpsi tulang dan menurunkan kadar dan pengukuran. Kombinasi skor FRAX (Fracture
menjadi pengukuran standar untuk diagnosis
aktivitas estrogen, sehingga meningkatkan Risk Assessment Tool) dan ultrasonografi dapat
osteoporosis dan penilaian risiko fraktur.14
diadopsi untuk diagnosis osteoporosis karena
tidak memerlukan radiasi dan lebih hemat
biaya.17
PENcEGAHAN
Pencegahan osteoporosis harus dimulai sedini
mungkin, bahkan sejak di dalam rahim, untuk
mencapai massa tulang semaksimal mungkin,
serta penurunan massa tulang seminimal
mungkin. Beberapa cara yang bisa dilakukan,
yaitu:2,17
Cukupi kebutuhan nutrisi, seperti kalsium
dan vitamin D. Kebutuhan kalsium 80-
1500 mg/hari dan vitamin D 800-1000 IU/
hari.
Olahraga atau aktivitas fisik yang cukup,
skema. Algoritma penatalaksanaan osteoporosis.20
misalnya banyak berjalan kaki Pasien dengan T-score ≤ -2,5 osteoporosis seperti tidak merokok dan tidak
Hindari merokok dan minum alkohol Pasien dengan T-score antara -1 dan -2,5 minum alkohol, serta olahraga yang cukup
Kurangi konsumsi kafein dan soda jika probabilitas 10 tahun FRAX® (Fracture Risk dan menghindari risiko terjatuh atau fraktur.10
Pemeriksaan dini osteoporosis, terutama Assessment Tool) untuk fraktur panggul ≥3%
saat menopause dan osteoporotik mayor ≥20%. Bisphosphonate
Bisphosphonate oral merupakan obat yang
tAtALAksANA Berdasarkan cara kerjanya, obat osteoporosis efektif, terjangkau, dengan data keamanan
Osteoporosis tidak bisa disembuhkan, terdiri dari:17 jangka panjang untuk sebagian besar
namun perlu mendapat penatalaksanaan Antiresorptive agent senyawa. Jika tidak ada kontraindikasi spesifik,
untuk meningkatkan BMD, menghambat Merupakan obat yang menurunkan bisphosphonate oral dipertimbangkan
pengeroposan tulang, dan mencegah atau kehilangan massa tulang. sebagai terapi farmakologi lini pertama untuk
menurunkan risiko fraktur.18 Contoh: bisphosphonate, calcitonin, strontium perempuan pasca-menopause dengan
ranelate, denosumab risiko tinggi fraktur, dan telah disetujui
Meskipun telah tersedia terapi yang Anabolic agent FDA untuk osteoporosis yang disebabkan
efektif, namun osteoporosis sering kurang Merupakan obat yang meningkatkan massa oleh glucocorticoid. Bisphosphonate bekerja
terdiagnosis dan kurang mendapat terapi tulang: estrogen atau terapi sulih hormon, mempengaruhi jalur intraseluler spesifik
optimal, selain itu tingkat kepatuhan pasien selective estrogen receptor modulator (misal: pada osteoklas yang menyebabkan toksisitas
terhadap terapi dan kontrol yang masih raloxifene), teriparatide seluler. Secara spesifik, obat ini mengikat
rendah.19 hidroksiapatit dan menghambat resorpsi
Pemberian obat anti-osteoporosis sebaiknya tulang oleh osteoklas melalui beberapa cara,
Dalam algoritma penatalaksanaan tetap disertai asupan kalsium dan vitamin D yaitu sitotoksik atau injuri metabolik pada
osteoporosis pasca-menopause, penentuan yang cukup serta menghindari faktor risiko osteoklas matur, menghambat penempelan
risiko fraktur mencakup pengukuran BMD
tulang belakang lumbal dan tulang panggul, tabel 1. Obat untuk osteoporosis yang telah disetujui oleh FDA16
serta memasukkan nilai BMD panggul atau Indikasi
leher tulang paha ke dalam FRAX tool. Dengan Osteoporosis
Obat Osteoporosis Pasca-menopause Osteoporosis akibat Glucocorticoid
algoritma FRAX tersebut, risiko dikategorikan pada Pria
sebagai berikut:20 Pencegahan Pengobatan Pencegahan Pengobatan
Estrogen √
Risiko rendah, jika tidak ada fraktur tulang
Calcitonin √
panggul atau tulang belakang sebelumnya,
Raloxifene √ √
skor T BMD tulang panggul dan tulang Ibandronate √ √
belakang > -1,0, dan risiko fraktur tulang Alendronate √ √ √ √
panggul 10 tahun <3% dan risiko fraktur Risedronate √ √ √ √ √
osteoporosis utama 10 tahun <20%. Zoledronate √ √ √ √ √
Risiko sedang, jika tidak ada fraktur tulang Denosumab √ √
panggul atau tulang belakang sebelumnya, Teriparatide √ √ √
skor T BMD tulang panggul dan tulang
tabel 2. Efek penurunan kejadian yang telah terbukti16
belakang > -2,5, atau risiko fraktur tulang
panggul 10 tahun <3% atau risiko fraktur Obat Fraktur Vertebra Fraktur Non-vertebra Fraktur Panggul
osteoporosis utama 10 tahun <20%. Calcitonin √ Tidak menunjukkan efek Tidak menunjukkan efek
Risiko tinggi, jika ada fraktur tulang Raloxifene √ Tidak menunjukkan efek Tidak menunjukkan efek
panggul atau tulang belakang sebelumnya, Ibandronate √ Tidak menunjukkan efek Tidak menunjukkan efek
atau skor T BMD tulang panggul dan tulang Alendronate √ * √
Risedronate √ √ *
belakang ≤ -2,5 atau risiko fraktur tulang
Zoledronate √ √ √
panggul 10 tahun ≥3% atau risiko fraktur
Denosumab √ √ √
osteoporosis utama 10 tahun ≥20%.
Teriparatide √ √ Tidak menunjukkan efek
Risiko sangat tinggi, jika ada fraktur tulang *Terbukti memberikan efek, namun indikasinya belum disetujui FDA
belakang multipel dan T-skor BMD tulang
panggul atau tulang belakang≤ -2,5. tabel 3. Sediaan bisphosphonate16
Obat Dosis Oral Harian Dosis Oral Mingguan Dosis Oral bulanan IV
terapi Farmakologi
Alendronate 5 mg, 10 mg 35 mg, 70 mg
Terapi farmakologi sebaiknya dimulai
pada:10,14,20 Risedronate 5 mg 35 mg 150 mg
osteoklas pada tulang, menghambat Pilihan pertama terapi bisphosphonate adalah gangguan saraf seperti sakit kepala, kejang,
diferensiasi dan rekrutmen osteoklas, serta regimen oral alendronate atau risedronate dan gangguan memori.10 Karena berisiko
mempengaruhi struktur osteoklas yang diminum sekali seminggu saat perut kosong tinggi pada kardiovaskular, strontium ranelate
diperlukan untuk resorpsi tulang (komponen pada pagi hari dengan minimal 240 mL air dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua
sitoskeleton).10 untuk meningkatkan absorpsi; pasien harus untuk osteoporosis, hanya jika obat lain tidak
dalam posisi tegak dan tidak makan atau cocok dan tidak ada kontraindiaksi.26
Jenis bisphosphonate berdasarkan minum selama minimal 30 menit setelah
generasinya:21 minum obat untuk mengurangi efek samping Denosumab
1. Generasi pertama: etidronate, clodronate gastrointestinal. Jika ada kontraindikasi Denosumab merupakan fully human
2. Generasi kedua: alendronate, pamidronate atau kurang ditoleransi, dapat diberikan monoclonal antibody pertama yang secara
3. Generasi ketiga: risedronate, ibandronate, zoledronic acid atau ibandronate intravena. spesifik mengikat RANKL untuk menghambat
zoledronate, minodronate Bisphosphonate sebaiknya dimulai 4-6 minggu pembentukan dan aktivasi osteoklas, yang
setelah fraktur dan tidak dihentikan pada menghambat resorpsi tulang. Denosumab
Terdapat 2 subkelas bisphosphonate:10,22 pasien fraktur osteopatik yang mendapat telah disetujui untuk terapi osteoporosis pada
1. Nitrogen containing bisphosphonate obat kurang dari 5 tahun karena berpotensi perempuan pasca-menopause dan pria risiko
(NBP; misal: alendronate, ibandronate, memperlambat penyembuhan.10 tinggi fraktur karena memiliki efikasi tinggi
pamidronate, risedronate, zoledronate) dalam menurunkan fraktur tulang belakang
NBP menghambat enzim farnesyl Di antara bisphosphonate, potensi antiresorpsi/ dan tulang panggul.10 Pemberian denosumab
pyrophosphate synthase (FPPS) pada penghambatan PFFS clodronate < etidronate subkutan setiap 6 bulan dapat menekan
jalur metabolik mevalonic acid yang < pamidronate < alendronate < ibandronate resorpsi tulang sebesar 80-90%.27 Denosumab
terlibat dalam pembentukan dan fungsi < risedronate < zoledronate = minodronate. bisa digunakan sebagai terapi lini pertama
osteoklas, sehingga osteoklas tidak aktif Sedangkan afinitas terhadap hydroxyapatite pada pasien yang tidak toleran terhadap
dan menginduksi apoptosis osteoklas. : risedronate < minodronate < zoledronate bisphosphonate oral atau pasien gagal ginjal.
2. Non-nitrogen containing bisphosphonate < alendronate. Namun, hasil meta-analisis Denosumab ditoleransi dengan baik dan tidak
(NNBP; misal: etidronate). menunjukkan bahwa manfaat menurunkan menyebabkan osteonecrosis of the jaw dan
NNBP bekerja melalui pembentukan risiko fraktur vertebra antara alendronate, fibrilasi arteri, namun kondisi hipokalsemia
metabolit yang membentuk analog risedronate, ibandronate, dan zoledronic acid dan defisiensi vitamin D harus diatasi terlebih
ATP toksik yang menginduksi apoptosis tidak berbeda bermakna.23 dahulu sebelum mulai dan selama terapi
osteoklas. denosumab.10
Calcitonin
Bisphosphonate memiliki keterbatasan, Calcitonin menghambat resorpsi tulang Denosumab subkutan dua kali setahun
yaitu:10,16 dengan meningkatkan aktivitas osteoblas dan selama 36 bulan dikaitkan dengan penurunan
1. Dikontraindikasikan pada pasien dengan dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua risiko fraktur tulang vertebra, non-vertebra,
hipokalsemia, kelainan esofagus, atau jika obat lini pertama tidak dapat ditoleransi dan panggul pada perempuan dengan
tidak bisa bertahan dalam posisi tegak atau tidak efektif.10 Studi menunjukkan osteoporosis.28 Hasil studi DECIDE (Determining
(tidak berbaring) minimal selama 30 menit bahwa calcitonin meningkatkan BMD lumbal Efficacy: Comparison of Initiating DEnosumab
(pada pemberian oral), dan jika GFR <30- dan menurunkan petanda biologi turnover versus Alendronate) juga menunjukkan
35 mL/menit (pada pemberian intravena). tulang, namun tidak mencegah fraktur baru bahwa denosumab SC 60 mg/6 bulan lebih
2. Dapat menyebabkan efek samping tulang vertebra, non-vertebra, dan panggul.24 efektif meningkatkan BMD dibandingkan
iritasi esofagus, hipokalsemia, nyeri Calcitonin tersedia dalam bentuk injeksi dan alendronate oral 70 mg/minggu.29
muskuloskeletal, dan fraktur atipikal yang intranasal dengan dosis 100 IU subkutan 2 hari
mungkin disebabkan oversupresi turnover sekali atau 200 IU intranasal sekali sehari.10 Peralihan ke denosumab dapat ditoleransi
tulang. dengan baik dan lebih efektif meningkatkan
3. Penggunaan jangka panjang NBP Strontium Ranelate BMD dan menurunkan turnover tulang
terus-menerus dapat menyebabkan Obat ini menghambat fungsi osteoklas dan dibandingkan risedronate pada perempuan
osteonecrosis of the jaw, khususnya pada memicu diferensiasi dan proliferasi osteoblas pasca-menopause yang sebelumnya diterapi
pasien yang baru menjalani operasi melalui calcium sensing receptor (CaSR) yang alendronate dengan kepatuhan suboptimal.30
maksilofasial atau rongga mulut, sehingga menyebabkan peningkatan BMD, meskipun Denosumab sebanding dengan zoledronic
dianjurkan: tidak terkait erat dengan penurunan bermakna acid dalam efektivitas (menurunkan risiko
Pasien dengan risiko rendah fraktur, risiko fraktur.25 Obat ini telah disetujui di fraktur non-vertebra) dan keamanan (risiko
obat dihentikan (“drug holiday”) Eropa untuk terapi pada pria dan perempuan infeksi serius dan CVD) dalam 1 tahun terapi.31
setelah terapi 3-5 tahun. pasca-menopause dengan osteporosis berat
Pasien dengan risiko tinggi fraktur, yang tidak bisa mentoleransi obat lain.10 Denosumab tidak direkomendasikan untuk
terapi diteruskan selama 10 tahun, Efek samping paling sering adalah kejadian terapi preventif osteoporosis perempuan
kemudian “drug holiday” selama 1-2 kardiovaskular, tromboembolisme, infark pra-menopause dan anak-anak, dan tidak
tahun. miokardium, gangguan gastrointestinal, dan digunakan dalam kombinasi dengan obat
osteoporosis lainnya.10 Karena denosumab pada skeleton aksial, tetapi secara statistik anabolik yang menyebabkan resorpsi tulang
menghambat ikatan RANKL pada RANK, yang tidak bermakna dalam menurunkan risiko yang lebih rendah dibanding teriparatide.40-42
diekspresikan pada limfosit T, limfosit B, dan fraktur non-vertebra atau tulang panggul Studi fase 2 pada 222 perempuan pasca-
sel dendritik selain pra-osteoklas, pernah dibandingkan plasebo. Lebih lanjut, raloxifene menopause dengan osteoporosis selama 24
dilaporkan peningkatan risiko infeksi.10 juga meningkatkan porositas kortikal.35 Selain minggu menunjukkan bahwa abaloparatide
osteoporosis, SERM juga efektif mencegah 80 mcg/hari dikaitkan dengan peningkatan
Romosuzumab dan mengobati kanker payudara perempuan BMD secara bermakna pada tulang panggul
Obat ini merupakan antibodi terhadap pramenopause tetapi meningkatkan risiko total, leher tulang paha, dan tulang lumbal
sclerostin yang memperlambat pembentukan stroke, tromboembolisme, kram tungkai, dibandingkan dengan plasebo. Peningkatan
tulang baru dan telah disetujui untuk terapi dan gejala vasomotorik pada perempuan BMD pada tulang panggul total 2,6% dengan
osteoporosis pada perempuan pasca- pasca-menopause.11 Oleh karena itu, SERM abaloparatide 80 mcg/hari yang secara
menopause dengan risiko tinggi fraktur. dikontraindikasikan untuk pencegahan bermakna lebih tinggi dibanding teriparatide
Romosuzumab merupakan satu-satunya obat dan terapi osteoporosis pada perempuan (0,5%, p=0,006).42 Studi ACTIVE (Abaloparatide
yang punya efek meningkatkan pembentukan pra-menopause, namun sebagai terapi lini Comparator Trial in Vertebral Endpoints) fase
tulang dan menurunkan resorpsi tulang, pertama untuk pencegahan osteoporosis 3 selama 18 bulan menunjukkan bahwa
sehingga menurunkan risiko fraktur dengan pada perempuan pasca-menopause.10 abaloparatide meningkatkan BMD dan
cepat. Studi menunjukkan bahwa risiko menurunkan risiko fraktur vertebra dan non-
fraktur vertebra, lengan, atau tungkai lebih Teriparatide vertebra dibandingkan plasebo. Abaloparatide
rendah pada penggunaan romosuzumab Teriparatide merupakan recombinant human juga meningkatkan BMD non-vertebra dan
dibandingkan alendronate setelah 12 bulan parathyroid hormone yang disebut PTH menurunkan risiko fraktur osteoporotik mayor
terapi, dengan efek samping sebanding.32 peptide dan satu-satunya obat anabolik yang dibandingkan dengan teriparatide.40
saat ini disetujui untuk terapi osteoporosis
terapi sulih Estrogen yang menstimulasi pembentukan tulang kalsium dan Vitamin D
Reseptor estrogen α dan β berperan osteoblastik, sehingga memperbaiki kualitas Suplementasi kalsium dan vitamin D berperan
dalam apoptosis osteoklas, sehingga terapi dan massa tulang.36 Obat ini mengaktivasi penting dalam tatalaksana osteoporosis, tetapi
sulih hormon estrogen progestin dengan osteoblas dengan mengikat reseptor PTH/ tidak cukup untuk menurunkan risiko fraktur.
tibolone efektif mencegah osteoporosis PTHrP tipe 1, sehingga secara langsung Rekomendasi asupan vitamin D berdasarkan
pada perempuan pasca-menopause. menstimulasi pembentukan tulang pada manfaat kombinasi kalsium dan vitamin D
Studi menunjukkan perubahan BMD lokasi remodelling aktif dan permukaan tulang untuk kesehatan skeletal. Secara umum,
tulang lumbal, panggul, leher femur, dan yang tidak aktif sebelumnya, serta menginisiasi asupan harian yang direkomendasikan pada
menurunkan petanda turnover tulang setelah lokasi remodelling baru.10 Studi menunjukkan perempuan osteoporosis pasca-menopause
2 tahun terapi.33 Namun, karena berpotensi peningkatan petanda biokimia pembentukan adalah 1200 mg kalsium (asupan total dari
meningkatkan risiko gangguan tromboemboli, tulang yang cepat selama bulan pertama makanan dan suplemen) dan 800 IU vitamin
kanker payudara, cardiac event, stroke, dan terapi teriparatide tanpa disertai peningkatan D.10
kanker endometrium, terapi sulih estrogen resorpsi tulang.37 Teriparatide diberikan secara
tidak untuk terapi preventif osteoporosis injeksi subkutan 20 mcg/hari.10 PANDUAN tErAPI20
lini pertama, dan harus diberikan dengan Pada perempuan pasca-menopause
dosis efektif terendah dalam periode singkat, Studi menunjukkan bahwa teriparatide dengan risiko tinggi fraktur:
serta tidak dihentikan mendadak karena lebih efektif menurunkan risiko fraktur bisphosphonate (alendronate, risedronate,
meningkatkan risiko fraktur osteoporotik.10 vertebra dan meningkatkan BMD lumbal zoledronic acid, ibandronate) dan
dan columna femoris dalam jangka panjang denosumab sebagai terapi awal alternatif
sErM pada perempuan pasca-menopause dengan Pada perempuan pasca-menopause
Selective estrogen receptor modulator osteoporosis dibanding bisphosphonate.38 dengan risiko sangat tinggi fraktur (fraktur
merupakan obat sintetik non-steroidal dengan Selain itu, teriparatide juga lebih efektif vertebra berat/multipel): teriparatide atau
efek yang sama seperti estrogen pada tulang menurunkan risiko fraktur vertebra dan abaloparatide
dan kardiovaskular, tetapi tanpa efek buruk meningkatkan BMD lumbal, collumna femoris, Pada perempuan pasca-menopause
pada payudara dan endometrium.10 Obat dan panggul pasien osteoporosis akibat dengan risiko tinggi fraktur, risiko
SERM yang paling sering untuk pencegahan glukokortikoid dibanding bisphosphonate, DVT rendah dan tidak cocok dengan
osteoporosis perempuan pascamenopause namun tidak menurunkan risiko fraktur non- bisphosphonate atau denosumab, atau
adalah raloxifene, lasofoxifene, dan vertebra jika dibandingkan bisphosphonate.39 dengan risiko tinggi kanker payudara:
bazedoxifene, yang saat ini telah disetujui raloxifene atau bazedoxifene
FDA. Obat ini secara tipikal digunakan dalam Abaloparatide Pada perempuan pasca-menopause
kombinasi dengan estrogen terkonjugasi.34 Abaloparatide merupakan 34-amino acid dengan risiko tinggi fraktur dengan
SERM menurunkan fraktur vertebra peptide yang secara selektif mengikat histerektomi, usia ≤ 60 tahun, 10 tahun
pada perempuan osteoporosis dengan konformasi RG dari reseptor PTH tipe 1 dan menopause, risiko DVT rendah, tidak cocok
meningkatkan massa tulang trabekular menunjukkan efek poten pada aktivitas dengan bisphosphonate atau denosumab,
dengan gejala vasomotor/klimaterik, Kalsium 1000-1200 mg/hari dan vitamin dengan suplementasi kalsium dan vitamin
tanpa MI/stroke/kanker payudara: estrogen D 1000 IU/hari sebagai adjuvan terapi D masih merupakan pilihan pertama terapi
atau tibolone osteoporosis farmakologi osteoporosis. Teriparatide,
Pada perempuan pasca-menopause denosumab, dan SERM bisa diberikan setelah
dengan risiko tinggi fraktur, tidak bisa sIMPULAN terapi bisphosphonate atau pasien risiko tinggi
mentoleransi/tidak cocok dengan Osteoporosis ditandai dengan massa tulang fraktur. Pemilihan terapi hendaknya juga
raloxifene, bisphosphonate, estrogen, rendah dan kerusakan mikroarsitektur memperhatikan kepatuhan terapi.
tibolone, denosumab, abaloparatide, atau jaringan, sehingga tulang menjadi lebih rapuh
teriparatide: calcitonin dan lebih mudah fraktur. Bisphosphonate oral
DAFtAr PUstAkA:
1. Tandra H. Osteoporosis. Mengenal, mengatasi, dan mencegah tulang keropos. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2009.
2. Data dan kondisi penyakit osteoporosis di Indonesia. Pencegahan dan pengobatan. Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015.
3. Chen X, Wang Z, Duan N, Zhu G, Schwarz EM, Xie C. Osteoblast-osteoclast interactions. Connect Tissue Res. 2018;59(2):99-107. doi: 10.1080/03008207.2017. 1290085.
4. International Osteoporosis Foundation. Facts and statistics [Internet]. 2017 [cited 2019 May 20]. Available from: https://www.iofbonehealth.org/facts-statistics
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian osteoporosis. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1142/MENKES/SK/XII/2008.
6. Junaedi I. Osteoporosis. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2007.
7. Trihapsari E. Faktor-faktor yang berhubungan engan densitas mineral tulang perempuan ≥ 45 tahun di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Pusat Tahun 2009
[Skripsi]. Jakarta; Universitas Indonesia; 2009.
8. Hi’miyah DA, Martini S. Hubungan antara obesitas dengan osteoporosis studi di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi 2013;1(2):172-81.
9. Johnell O, Kanis JA. An estimate of the worldwide prevalence and disability associated with osteoporotic fractures. Osteoporos Int. 2006;17:1726.
10. Pavone V, Testa G, Giardina SMC, Vescio A, Restivo DA, Sessa G. Pharmacological therapy of osteoporosis: A systematic current review of literature. Frontiers in
Pharmacology 2017;8:1-7.
11. Tabatabaei-Malazy O, Salari P, Khashayar P, Larijani B. New horizons in treatment of osteoporosis. DARU Journal of Pharmaceutical Sciences 2017;25:2.
12. Osteoporosis [Internet]. 2019 [cited 2019 May 20]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/osteoporosis/symptoms-causes/syc-20351968.
13. Gillespie CW, Morin PE. Trends and disparities in osteoporosis screening among women in the United States, 2008-2014. Am J Med. 2017;130:306–16. doi: 10.1016/j.
amjmed.2016.10.018.
14. Unnanuntana A, Gladnick BP, Donnelly E, Lane JM. The assessment of fracture risk. J Bone Joint Surg Am. 2010;92(3):743-53. doi: 10.2106/JBJS.I.00919.
15. Compston J, Cooper A, Cooper C, Gittoes N, Gregson C, Harvey N, et al. UK clinical guideline for the prevention and treatment of osteoporosis.Arch. Osteoporos.
2017;12:43. doi: 10.1007/s11657-017-0324-5.
16. Watts NB. Emerging trends in postmenopausal osteoporosis [Internet]. 2019 [cited 2019 May 20]. Available from:https://www.acponline.org/system/files/
documents/about_acp/ chapters/oh/13-watts.pdf
17. American College of Rheumatology. Osteoporosis [Internet]. 2019 [cited 2019 May 20]. Available from: https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/
Diseases-Conditions/Osteoporosis
18. Wąsowski M, Proniewska-Sadowska M, Budzińska U. Bisphosphonates and denosumab-the efficacy in the fracture prevention. Post N Med. 2017;XXX(01):37-42.
19. Lewiecki EM. Managing osteoporosis: Challenges and strategies. Cleveland Clinic Journal of Medicine.2009;76(8):457-66.
20. Eastell R, Rosen CJ, Black DM, Cheung AM, Murad H, Shoback D. Pharmacological management of osteoporosis in postmenopausal women: An Endocrine Society.
Clinical Practice Guideline. J Clin Endocrinol Metab. 2019;104(5):1595–622.
21. Watts NB. Treatment of osteoporosis with bisphosphonates. Endocrinology and Metabolism Clinics of North America 1998;27(2):419-39.
22. Watts NB, Diab DL. Long-term use of bisphosphonates in osteoporosis. J Clin Endocrinol Metab. 2010;95(4):1555-65. doi: 10.1210/jc.2009-1947.
23. Crandall CJ, Newberry SJ, Diamant A, Lim YW, Gellad WF, Booth MJ, et al. Comparative effectiveness of pharmacologic treatments to prevent fractures: An updated
systematic review. Ann Intern Med. 2014;161(10):711-23. doi: 10.7326/M14-0317.
24. Henriksen K, Byrjalsen I, Andersen JR, Bihlet AR, Russo L A, Alexandersen P, et al. A randomized, double-blind, multicenter, placebo-controlled study to evaluate the
efficacy and safety of oral salmon calcitonin in the treatment of osteoporosis in postmenopausal women taking calcium and vitamin D. Bone 2016;91:122-9. doi:
10.1016/j.bone.2016.07.019.
25. Italian Society of Osteoporosis, Mineral Metabolism and Skeletal Diseases (SIOMMMS), Italian Society of Rheumatology (SIR), Varenna M, Bertoldo F, Di Monaco
M, Giusti A, et al. Safety profile of drugs used in thetreatment of osteoporosis: A systematical review of the literature. Reumatismo 2013;65:143-66. doi: 10.4081/
reumatismo.2013.143.
26. O’Donnell S, Cranney A, Wells GA, Adachi JD, Reginster JY. Strontium ranelate for preventing and treating postmenopausal osteoporosis.Cochrane Database Syst.
Rev. 2006;4:CD005326. doi: 10.1002/14651858.CD005326.pub3.
27. Suzuki T, Nakamura Y, Kato H. Changes of bone-related mineralsduring denosumab administration in post-menopausal osteoporotic patients. Nutrients 2017;9:871.
doi: 10.3390/nu9080871.
28. Cummings SR, San Martin J, McClung MR, Siris ES, Eastell R, Reid IR, et al. FREEDOM Trial. Denosumab for prevention of fractures in postmenopausal women with
osteoporosis. N Engl J Med. 2009;361(8):756-65. doi: 10.1056/NEJMoa0809493.
29. Brown JP, Prince RL, Deal C, Recker RR, Kiel DP, de Gregorio LH, et al. Comparison of the effect of denosumab and alendronate on BMD and biochemical markers of
bone turnover in postmenopausal women with low bone mass: A randomized, blinded, phase 3 trial. J Bone Miner Res. 2009;24(1):153-61. doi: 10.1359/jbmr.080901.
30. Roux C, Hofbauer LC, Ho PR, Wark JD, Zillikens MC, Fahrleitner-Pammer A, et al. Denosumab compared with risedronate in postmenopausal women suboptimally
adherent to alendronate therapy: Efficacy and safety results from a randomized open-label study. Bone 2014;58:48-54. doi: 10.1016/j.bone.2013.10.006.
31. Anastasilakis AD, Polyzos SA, Efstathiadou ZA, Savvidis M, Sakellariou GT, Papatheodorou A, et al. Denosumab in treatment-naïve and pre-treated with zoledronic
acid postmenopausal women with low bone mass: Effect on bone mineral density and bone turnover markers. Metabolism. 2015;64(10):1291-7. doi: 10.1016/j.
metabol.2015.06.018.
32. New class drug significantly reduces spine fracture risk in postmenopausal women with osteoporosis [Internet]. 2017 [cited 2019 May 20]. Available from: https://
www.sciencedaily.com/releases/2017/06/170614112901.htm
33. Cartwright B, Robinson J, Seed PT, Fogelman I, Rymer J. Hormone replacement therapy versus the combined oral contraceptive pill in premature ovarian failure: A
randomized controlled trial of the effects on bone mineral density. J Clin Endocrinol Metab. 2016;101:3497-505. doi: 10.1210/jc.2015-4063
34. Qaseem A, Forciea MA, McLean RM, Denberg TD, Clinical Guidelines Committee of the American College of Physicians. Treatment of low bone density or
osteoporosis to prevent fractures in men and women: A clinical practice guideline update from the american college of physicians. Ann Intern Med. 2017;166:818-
39. doi: 10.7326/M15-1361.
35. Börjesson AE, Farman HH, Movérare-Skrtic S, Engdahl C, Antal MC, Koskela A, et al. SERMs have substance-specific effects on bone,and these effects are mediated
via ERaAF-1 in female mice. Am J Physiol Endocrinol Metab. 2016;310:912-8. doi: 10.1152/ajpendo.00488.2015.
36. Lindsay R, Krege JH, Marin F, Jin L, Stepan JJ. Teriparatide for osteoporosis: Importance of the full course. Osteoporos Int. 2016;27:2395-410. doi: 10.1007/s00198-
016-3534-6.
37. Lindsay R, Krege JH, Marin F, Jin L, Stepan JJ. Teriparatide for osteoporosis: Importance of the full course. 2016;27:2395-410. doi: 10.1007/s00198-016-3534-6.
38. Yuan F, Peng W, Yang C, Zheng. Teriparatide versus bisphosphonates for treatment of postmenopausal osteoporosis: A meta-analysis. Int J Surg. 2019;66:1-11. doi:
10.1016/j.ijsu.2019.03.004.
39. Liu CL, Lee HC, Chen CC, Cho DY. Head-to-head comparisons of bisphosphonates and teriparatide in osteoporosis: A meta-analysis. Clin Invest Med. 2017;40(3):146-
57. doi: 10.25011/cim.v40i3.28394.
40. Miller PD, Hattersley G, Lau E, Fitzpatrick LA, Harris AG, Williams GC, et al. Bone mineral density response rates are greater in patients treated with abaloparatide
compared with those treated with placebo or teriparatide: Results from the ACTIVE phase 3 trial. Bone 2018;120:137-40.
41. Hattersley G, Dean T, Corbin BA, Bahar H, Gardella TJ. Binding selectivity of abaloparatide for pth-type-1-receptor conformations and effects on downstream
signaling. Endocrinology. 2016;157(1):141-9. doi: 10.1210/en.2015-1726.
42. Leder BZ, O’Dea LS, Zanchetta JR, Kumar P, Banks K, McKay K, et al. Effects of abaloparatide, a human parathyroid hormone-related peptide analog, on bone mineral
density in postmenopausal women with osteoporosis. J Clin Endocrinol Metab. 2015;100:697-706.