Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

DI SUSUN :

A.ALIFA NOVITA SARI

N10119009

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pernapasan atau respirasi adalah proses pengambilan oksigen (O2) dari
udara bebas saat menarik napas. O 2 tersebut kemudian melewati saluran napas
(bronkus) dan sampai ke dinding alveoli (kantong udara). Sesampainya di kantong
udara, O2 akan ditransfer ke pembuluh darah yang didalamnya mengalir sel-sel darah
merah untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energy dalam
proses metabolisme. Setelah metabolisme, sisa-sisa metabolisme, terutama
karb1ondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara bebas
melalui paru-paru pada saat membuang napas (Saminan. 2016).
Pernapasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme)
dengan lingkungan. Pernapasan adalah suatu proses dimana kita menghirup
oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air). Respirasi
adalah proses pembakaran (oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel
tubuh dengan bantuan oksigen dan enzim (Putra.A.S.H. 2017).
Paru-paru menempati sebagian besar ruangan rongga dada. Di dalam paru-
paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang semakin kecil
ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada setiap bronkiolus
terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur, berdinding tipis yang disebut
alveolus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi di antara alveolus
dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh (Putra.A.S.H. 2017).
Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen (O2) antara
atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2) antara darah dan atmosfer
(Molenaar.R.E.2017).
Secara garis besar pernafasan dibagi menjadi 2 yaitu pernafasan dalam
(internal) dan pernafasan luar (elsternal). Sedangkan saluran pernafasan dibedakan
menjadi dua berdasartkan letaknya yaitu saluran pernafasan bagian atas (upper
Respiratory Airway) dan saluran pernafasan bagian bawah (Lower Airway). Dalam
proses bernapasan udara melewati beberapa organ pernapasan, mulai dari hidung,
faring, laring yang termasuk bagian saluran pernapasan bagian atas, kemudian trakea,
bronkus dan menuju paru-paru termasuk bagian saluran pernapasan bagian bawah
(Rahayu.A.E.R.2016).
Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer
sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan
sel jaringan. Respirasi internal (pernapasan selular) berlangsung diseluruh sistem
tubuh.Yang termasuk struktur utama system pernapasan adalah saluran udara
pernapasan, terdiri dari saluran napas atas dan saluran napas bawah, serta paru
(parenkim paru) (Molenaar.R.E.2017).
Yang disebut sebagai saluran napas atas adalah (1) nares, hidung bagian luar
(external nose), (2) hidung bagian dalam (internal nose), (3) sinus paranasal, (4)
faring, (5) laring.Saluran napas bawah adalah (1) trakea, (2) bronki dan bronkioli
(Molenaar.R.E.2017).
Tekanan darah yang tinggi (>140/90 mmhg) akan menyebabkan menurunnya
perfusi jaringan uteroplasenta, pertukaran gas terganggu, vasospasme dan kerusakan
sel endotel pembuluh darah plasenta (Ulfah.M.2016).
Sistem pernaafasan memiliki peran sangat penting mempengaruhi aktivitas dan
kehidupan. Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara mengandung karbondioksida
sebagai sisa dari oksidasi ke luar tubuh. Fungsi utama dari pernafasan adalah
menjamin ketersediaan oksigen bagi kelangsungan metabolism sel-sel tubuh serta
mengeluarkan karbondioksida hasil metabolism sel (Rahayu.A.E.R.2016).

BAB II
PEMBAHASAN
Respirasi atau pernapasan merupakan suatu mekanisme pertukaran gas oksigen
(O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO²)
yang dihasilkan dari metabolisme. Sistem respirasi terdiri dari dua bagian yaitu
1) saluran nafas bagian atas, udara yang masuk pada bagian ini dihangatkan,
disaring dan dilembabkan,
2) saluran nafas bagian bawah (paru), merupakan tempat pertukaran gas.
Pertukaran gas terjadi di paru. Alveoli merupakan tempat terjadinya pertukaran gas
antara O2 dan CO2 di paru. Pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas
dalam proses respirasi terdapat pada rongga pleura dan dinding dada. Rongga pleura
terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam rongga dada yang
disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
(Wahyuningsih.H.P.2017).

Saluran pernapasan bagian atas


terdiri dari mulut (rongga mulut),
hidung (rongga hidung), faring
dan laring (Peate.I. 2018)

Saluran pernapasan bagian atas memiliki beberapa fungsi yaitu, memungkinkan bau
dan bicara, serta memastikan udara yang masuk saluran pernapasan bagian bawah
hangat, lembab dan bersih. Lubang hidung dilapisi rambut kasar yang menyaring
udara masuk; ini memastikan bahwa partikel debu besar tidak memasuki saluran
udara (Peate.I. 2018)

Trakea, primer kanan dan kiri bronkus


dan semua paru-paru terdiri dari
saluran pernapasan bawah
(Peate.I. 2018).

Fungsi utama paru adalah sebagai tempat pertukaran udara di mana peristiwa
ventilasi dan perfusi aliran darah dapat terjadi. Selain pertukaran udara tersebut, paru
juga memiliki fungsi yang lain yaitu tempat metabolism beberapa bahan, menyaring
material yang tidak diinginkan dari sirkulasi dan sebagai tempat penampung darah.1
Anatomi jalan napas dan alveolar paru terdiri dari beberapa lumen bercabang yang
semakin dalam akan semakin sempit, pendek dan bertingkat, yang saling
berhubungan. Fungsinya adalah untuk mengarahkan udara inhalasi menuju area
pertukaran gas Akan tetapi jalan napas tersebut tidak mengandung alveoli, sehingga
daerah tersebut tidak memiliki peran dalam pertukaran gas dan disebut sebagai dead
space (Laitupa.A.A.2016).
Jalanya Nafas (Laitupa.A.A.2016).

Dalam tubuh manusia terjadi beberapa macam pernapasan antara lain pernapasan
paru dan pernapasan sel. Marilah kita pelajari mengenai kedua pernapasan tersebut
(Wahyuningsih.H.P.2017).

(Wahyuningsih.H.P.2017).
a. Pernapaan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi
pada paruparu. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas,
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen kemudian menembus
membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Karbondioksida merupakan hasil buangan di dalam
paru yang menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui
pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Pernapasan pulmoner (paru)
terdiri atas empat proses yaitu:
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat,
yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen.
(Wahyuningsih.H.P.2017).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasinya
dalam darah merangsang pusat pernapasan pada otak, untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran
CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen
dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk
dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna
(Wahyuningsih.H.P.2017).

b. Pernapasan sel
Transpor gas paru-paru dan jaringan. Pergerakan gas O2 mengalir dari alveoli
masuk ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke
alveoli. Jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara
keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan
protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke
dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang
mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar
CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Pearce, 2007; Silverthon, 2001;Syaifuddin,
2006). Pengangkutan oksigen ke jaringan. Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh
terdiri dari paru-paru dan sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan
bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang
cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2
dalam darah. Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan
curah jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut,
hemoglobin, dan afinitas (daya tarik) hemoglobin. Transpor oksigen melalui lima
tahap sebagai berikut:
1) Tahap I: oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita menarik
napas, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli
komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer, tekanan parsial O2
dalam alveoli 105 mmHg.
2) Tahap II: darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk mengambil
oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat oksigen dengan
tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila
sampai pada pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli
maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam
pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi tekanan parsial oksigen dalam
pembuluh menjadi 100 mmHg.
3) Tahap III: oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan
keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen yaitu oksigen yang
larut dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan
hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah
O2 yang diangkut ke jaringan bergantung pada jumlah hemoglobin dalam
darah.
4) Tahap IV: sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa
melalui cairan interstisial dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri
(100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial (20
mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh
kapiler ke dalam cairan interstisial.
5) Tahap V: tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg.
Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel oksigen
ini digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi oksidasi senyawa yang
berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O,
CO2 dan energy.
(Wahyuningsih.H.P.2017).
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir
Dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan meliputi:
1. Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2. Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3. Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
(Sulistyowati.A. 2016).

Struktur dan Fungsi Dasar Ventilasi, Perfusi dan Pertukaran Gas


Untuk mengaktifkan pertukaran gas, alveoli disuplai dengan udara melalui
saluran udara dan darah vena melalui jantung kanan. Posisi gas dan darah harus
berada dalam kondisi berdekatan satu sama lain untuk menjamin
terjadinya pertukaran gas, walaupun secara fisik benarbenar terpisah. Pemisahan ini
dilakukan melalui barrier pemisah darah dan gas berupa sel pemisah tipis (sekitar 0,3
μm) dan matriks pendukung. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi
sepanjang barier dengan cara difusi yang memanfaatkan gradien tekanan parsial
antara gas alveolar dan kapiler darah (Laitupa.A.A.2016).
Ventilasi merupakan langkah pertama dalam peran paru sebagai organ penukar
gas dan penyuplai kebutuhan jaringan tubuh. Ventilasi adalah suatu proses berurutan
inhalasi dan menghembuskan napas. Dalam kondisi tenang, paru menyerap sejumlah
oksigen per menit yang sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung metabolisme
jaringan dalam jumlah yang cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Proses ini juga
bertujuan untuk menghilangkan karbon dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme.
Selama inspirasi, oksigen yang dihirup dari udara berada pada konsentrasi sekitar
21% (atau tekanan parsial PO2 sekitar 150 mmHg). Inhalasi dilakukan dengan
menurunkan tekanan gas alveolar di bawah tekanan atmosfer diikuti kontraksi
diafragma dan otot-otot dinding dada, yang memperluas rongga dada, sehingga akan
mengurangi tekanan intratoraks. Ketika tekanan intratoraks turun demikian juga
tekanan alveolar. Ketika tekanan alveolar turun di bawah tekanan atmosfer, maka
udara akan mengalir dari luar melalui sepanjang saluran udara untuk mencapai
alveoli, yang akan bercampur dengan gas alveolar yang tersisa dari napas
sebelumnya. Tingkat oksigen alveolar dari napas sebelumnya jauh lebih rendah dari
inspirasi karena telah berkurang pada proses difusi sebelumnya. Sehingga oksigen
yang baru dihirup akan langsung menaikkan kadar oksigen alveolar, mengganti
molekul oksigen yang telah pindah ke dalam darah. Proses ini berfungsi untuk
menstabilkan konsentrasi oksigen alveolar dari waktu ke waktu pada level sekitar
14%, atau sekitar 100 mmHg (Laitupa.A.A.2016).
Oksigen secara berkelanjutan akan berpindah dari alveoli ke dalam darah di
paru dan oksigen yang baru akan dihirup masuk ke dalam alveoli. Semakin cepat
oksigen yang berpindah, makin rendah konsentrasi oksigen tersebut di dalam alveoli.
Sebaliknya, semakin cepat oksigen dimasukkan ke dalam alveoli dari atmosfer,
makin tinggi pula konsentrasi oksigen di dalam alveoli. Oleh karena itu, konsentrasi
oksigen pada alveoli dan tekanan parsialnya dikontrol oleh
1. kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah,
2. kecepatan masuknya oksigen baru ke dalam paru melalui proses ventilasi.
Prinsip Ventilasi, Difusi dan pertukaran darah (Laitupa.A.A.2016).

Permukaan dinding alveolar yang sangat besar (80 m2) sebagai tempat
berdifusi dengan jarak yang sangat pendek membuat rangkaian proses ini sangat
efektif. Setelah oksigen berpindah melintasi barier darah dan gas ke dalam kapiler
darah paru, terjadi proses difusi pasif, di mana hampir semua (> 98%) terikat ke
hemoglobin dalam sel darah merah. Sisanya secara fisik larut dalam plasma dan sel
darah merah. Tingkat di mana oksigen diambil oleh eritrosit dalam kapiler paru
disebut lung diffusing capacity (kapasitas difusi paru). Waktu yang dibutuhkan oleh
paru normal pada saat istirahat untuk sepenuhnya memuat oksigen ke hemoglobin
hanya sekitar 0,25 detik, jumlah waktu yang cukup karena dibutuhkan waktu sekitar
0,75 detik di mikrosirkulasi paru untuk mengambil molekul oksigen dan dengan
demikian masih ada kecukupan kapasitas cadangan dalam “kapasitas difusi oksigen”
paru. Periode waktu ini didukung oleh tingginya laju aliran darah melalui penampang
vaskular paru (sekitar 6 L/min) dengan volume sekitar 75 mL.8 Keseimbangan difusi
dikatakan lengkap ketika PO2 di darah yang keluar dari jaringan kapiler paru hampir
sama dengan gas alveolar (100 mmHg) untuk paru normal pada saat istirahat. Karena
bentuk disosiasi kurva oksigen-hemoglobin, maka pada tekanan 100 mmHg saturasi
oksigen darah ketika meninggalkan paru adalah 98% (Laitupa.A.A.2016).
Darah yang teroksigenasi kemudian dikumpulkan di pembuluh darah paru,
yang kemudian dibawa ke jantung kiri untuk didistribusikan ke jaringan. Difusi pasif
memungkinkan terjadi untuk mampu mentransfer oksigen dari gas alveolar ke dalam
darah karena PO2 alveolar jauh lebih tinggi (100 mmHg) dibandingkan dengan PO2
darah yang kembali dari jaringan (biasanya sekitar 40 mmHg). Penurunan PO 2 dari
100 mmHg (arteri) ke 40 mmHg (vena) yang sesuai dengan saturasi oksigen
hemoglobin (sekitar 75%) mencerminkan ekstraksi oksigen oleh masing-masing
jaringan untuk mendukung kebutuhan metabolik. Jadi hanya sekitar 25% dari oksigen
dalam setiap sel darah merah ditransfer ke jaringan untuk mendukung metabolisme.
Proses ventilasi inspirasi dan ekspirasi terjadi secara sekuensial yang melalui sistem
saluran udara yang sama, didukung oleh aliran darah searah yang melalui pembuluh
darah paru. Sehingga darah dari ventrikel kanan yang berisi darah dari berbagai
jaringan tubuh melalui arteri paru dapat dilakukan reoksigenasi. Diperlukan upaya
kontraktil jantung yang cukup untuk mengalirkan proses ini dengan baik
(Laitupa.A.A.2016).

PROSES PERNAPASAN (INSPIRASI DAN EKSPIRASI)


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghirupan udara ini
disebut inspirasi dan penghembusannya disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang masuk kedalam darah dan CO2dikeluarkan
dari darah secara osmosis. CO2dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan
pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis
kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian
ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).
Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah
vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan
(ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2
ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya
akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Wahyuningsih.H.P.2017).
Pernapasan terdiri dari 2 mekanisme yaitu inspirasi (menarik napas) dan
ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi
secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak
refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini
berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan
dalam darah. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan
dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya
miring, setelah mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta)
menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra
semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang
menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah
udara dari luar (Wahyuningsih.H.P.2017).
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada
menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru. Pada pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada
terbesar bergerak. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang orang
muda dan pada perempuan. Pada pernapasan perut, jika pada waktu bernapas
diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan
pernapasan perut terdapat pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu
lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di
dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki (Wahyuningsih.H.P.2017).

Volume paru-paru
(Patwa.A.2015).
Persyaratan normal tubuh dapat dengan mudah dipenuhi oleh ventilasi pasut
normal yang kira-kira 4-8 ml / kg. Tubuh telah menjaga mekanisme untuk
menyediakan ventilasi ekstra dalam bentuk volume cadangan inspirasi dan volume
cadangan ekspirasi kapan pun diperlukan (mis., Olahraga). Ketika seorang individu,
setelah berakhirnya pasang surut, mengambil napas inspirasi penuh diikuti oleh
ekspirasi untuk volume cadangan, itu disebut sebagai napas kapasitas vital dan 4-5 L
dalam rata-rata 70 kg individu. Selalu ada sejumlah udara yang tersisa di alveoli yang
mencegahnya agar tidak roboh. Volume yang tersisa di paru-paru setelah napas
kapasitas vital disebut sebagai volume residual (Patwa.A.2015).
Volume residu dengan volume cadangan ekspirasi disebut sebagai fungsional
residual capacity (FRC). FRC pada dasarnya adalah jumlah udara di paru-paru setelah
ekspirasi normal. Gas yang tersisa di paru-paru pada akhir ekspirasi tidak hanya
mencegah kolapsnya alveolar, tetapi juga terus mengoksigenasi darah paru yang
mengalir melalui kapiler selama waktu ini (Patwa.A.2015).

Faktor yang mempengaruhi pernafasan:


1. Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalamanuntuk memenuhi kebutuhan
tubuh untuk menambah oksigen.
2. Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat
stimulasi saraf simpatik.
3. Anemia. Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam
darah. Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
4. Posisi tubuh. Postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru.
Posisi yang bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
5. Medikasi (analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR).
6. Cedera batang otak mengganggu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi
dan irama pernapasan.
(Sulistyowati.A. 2016).

Mekanisme pernapasan
1. Inhalasi
Normalnya terjadi proses berikut; diafragma berkontraksi (mengempis), tulang iga
bergerak ke atas dan keluar, dan sternum bergerak keluar sehingga memperbesar
ukuran toraks dan memungkinkan pengembangan paru.
2. Ekshalasi
Selama ekshalasi, diafragma relaksasi, tulang iga bergerak ke bawah dan ke dalam,
dan strenum bergerak ke dalam sehingga memperkecil ukuran toraks saat paru-
paru terkompresi. Normalnya proses bernapas terjadi secara normal dan tanpa
usaha. Proses inspirasi pada orang dewasa normal berlangsung selama 1-1,5 detik
dan proses ekspirasi berlangsung selama 2-3 detik.
(Sulistyowati.A. 2016).

BAB III
PENUTUP
Sistem Pernafasan Manusia (Kuntoadi.G.B. 2019).

a. Sistem Pernapasan / Sistem Respirasi / Respiratory system


Sebuah sistem tubuh manusia yang berfungsi memberikan pasokan oksigen
(O2) bagi tubuh dan membuang limbah metabolisme karbondioksida (CO2) dari
dalam tubuh, terdiri atas organ hidung, saluran pernafasan dan paru-paru.
b. Fungsi Sistem
Fungsi sistem pernapasan manusia adalah untuk mengangkut udara ke dalam
paru-paru dan untuk memfasilitasi terjadinya proses difusi oksigen (O2) ke
dalam aliran darah dan juga menerima limbah karbondioksida (CO2) dari darah
dan kemudian membuangnya.
c. Klasifikasi Sistem
Sistem Pernafasan dibagi menjadi dua wilayah sistem, yaitu:
1. Sistem Pernafasan Atas Biasa disebut sebagai Saluran Pernafasan Atas (S.P.A)
yang terdiri atas organ rongga hidung, faring dan laring.
2. Sistem Pernafasan Bawah Biasa disebut sebagai Saluran Pernafasan Bawah
(S.P.B) yang terdiri atas organ trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli.
d. Sistem Pernafasan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan zona fungsinya, yaitu:
1. Zona Konduksi Terdiri dari rangkaian interkoneksi rongga dan tabung baik di
luar ataupun di dalam paru-paru, yaitu rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminal, fungsi zona konduksi ini adalah
menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara dan menghubungkannya
ke dalam paru-paru.
2. Zona Respiratori Terdiri dari jaringan di dalam paru-paru di mana terjadi
proses pertukaran gas, yaitu organb ronkiolus respiratori, duktus alveolar,
kantung alveolar, dan alveoli . Fungsinya merupakan tempat utama pertukaran
gas antara udara dengan darah.
(Kuntoadi.G.B. 2019).

DAFTAR PUSTAKA
Kuntoadi.G.B. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi. Jakarta : Pantera Publishing

Laitupa.A.A., Amin.M. 2016. Ventilasi dan Perfusi, serta Hubungan antara Ventilasi
dan Perfusi. Jurnal respirasi. Volume 2 (1). Viewed On 12/07/2020. From
: https://e-journal.unair.ac.id

Molenaar.R.E., Rampengan.J.J.V., Marunduh.S.R. 2017. Forced Expiratory Volume


In One Second (FEV-1) Pada Penduduk Yang Tinggal Di Dataran
Tinggi. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 3. Viewed On
12/07/2020. From : https://jurnal.uns.ac.id

Patwa.A., Shah.A. 2015. Anatomy and Physiology Of Respiratory System Relevan To


Anaesthesis. Indian journal of anaesthesia. Volume 59 (9). Viewed On
12/07/2020. From : http://www.ijaweb.org

Peate.I. 2018. Anatomy and Physiology, 10. The Respiratory System. British Journal
of Healthcare Assistants. Vol 12 No 4. Viewed On 12/07/2020. From :
https://www.magonlinelibrary.com

Putra.A.S.H., Suharto., Fatahillah.A. 2017. Analisis Sirkulasi Udara Pada Sistem


Pernafasan Manusia Menggunakan Metode Volume Hingga. Kadikma,
Vol. 8 (2), hal. 95. Viewed On 12/07/2020. From : https://jurnal.unej.ac.id

Rahayu.A.E.R., Muniggar.J., Ayub.M.R.S.S.N. 2016. Menentukan karakteristik


dinamika fluida pada laju aliran pernapasan upper respiratory airway
para perokok aktif. Prosiding SNFA. Viewed On 12/07/2020. From :
https://jurnal.uns.ac.id

Saminan. 2016. Efek Obstruksi Pada Saluran Pernafasan Terhadap Daya Kembang
Paru. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Volume 16 Nomor 1. Viewed On
12/07/2020. From : e-repository.unsyiah.ac.id
Sulistyowati.A. 2016. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital. Sidoarjo : Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Ulfah.M.2016. Hubungan Tekanan Darah Dengan Pernafasan Bayi Baru Lahir.


Viva medika. VOLUME 09/NOMOR 17. Viewed On 12/07/2020. From :
ejournal.uhb.ac.id

Wahyuningsih.H.P., Kusmiyati.Y. 2017. Anatomi Fisiologi Bahan Ajar Kebidanan.


Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai