Anda di halaman 1dari 22

ERLI FHARIDA (140208132),

Mahasiswi Pendidikan Kimia, UIN Ar-raniry

PERCOBAAN 4
I. JUDUL PERCOBAAN : IDENTIFIKASI
SENYAWA CURCUMIN
II. TANGGAL PERCOBAAN
: 21 Nopember 2016

1. Latar Belakang :
1.1. Definisi Senyawa Curcumin dan
Kromatologi Lapis Tipis
1.1.1. Definisi senyawa Curcumin
Indonesia merupaka negara yang paling bnyak
ditumbuhi dengan rempah-rempah, salah atunya adala
tumbuhan kunyit. Menurut Yana (2013 : 42), Rimpang
kunyit (Curcuma longa) telah dimanfaatkan
masyarakat Indonesia karena termasuk dalam rempah-
rempah yang dapat sebagai penambah warna alami,
obat-obatan dan jenis minuman. Selama ini
kemampuan sebagai pewama makanan dari rimpang
kunyit diperoleh karena kandungan senyawa
kurkumin, suatu kelompok diarilheptanoid yang
sekarang sedang diteliti lanjut karena kemampuan
aktvitas biologik.
Selain kurkumin tersebut diduga pula masih
adanya kandungan senyawa lain yang mempunyai
kemampuan kimiawi yang dapat dimanfaatkan.
Menurut Henry cahyana (2004 : 43), menyatakan
bahwa kondisi aerobik dari kunyit dapat
menyebabkan mudahnya terjadi reaksi oksidasi

1
khususnya terhadap bahan makanan yang kaya lipid
dan dapat menurunkan kualitas bahkan dapat
menimbulkan keracunan. Untuk mencegah hal itu
terjadi maka perlu dilakukkan identifikasi atau
dipelajari lebih lanjut senyawa-senyawa apa yang
terdapat dalam tumbuhan kuniyit. Dari penelitian
sebelumnya dilaporkan (Herry, 2004 : 126) bahwa
hasil ekstraksi rimpang kunyit menggunakan n-heksan
mempunyai aktivitas antioksidan yaitu mampu
bertindak sebagai radical.
Senyawa curcumin adalah suatu senyawa yang
terdapat dalam semua spesies kunyit (Curcuma sp)
termasuk kunyit putih (Curcuma mangga val).
Menurut Fauziah (1999 : 12-14), Tanaman kunyit
putih (Curcuma mangga Val) merupakan salah satu
dari sekian banyak tanaman obat tradisional di
Indonesia. Rimpang kunyit putih dapat digunakan
sebagai obat penambah nafsu makan, menguatkan
syahwat, penangkal racun, penurun panas tubuh
karena demam, pencahar, mengobati gatal-gatal,
bronkhitis, asma, hingga radang yang disebabkan oleh
luka. Di India, rimpang kunyit putih digunakan untuk
obat masuk angin atau kembung, penguat lambung,
pembangkit nafsu makan, memperbaiki pencernaan,
dan penurun panas tubuh yang disebabkan oleh
demam. Selain itu, rimpang kunyit putih juga
digunakan untuk mengobati penyakit kulit, berupa
bintik-bintik merah yang sangat gatal, dengan cara
dibalurkan pada bagian kulit yang gatal tersebut.
Berdasarkan defenisi diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa senyawa Curcumin adalah suatu

2
senyawa aromatik yang terdapat dalam kunyit yang
dapat dimamfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Mengapa Perlu dilakukanya Pemisahan


dengan Kromatografi Lapis Tipis
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam
dibidang analisis karena kebanyakan sampel yang
akan dianalisis berupa campuran. Untuk memperoleh
senyawa murni dari suatu campuran, harus dilakukan
proses pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat
diterapkan untuk memisahkan campuran diantaranya
ekstraksi, destilasi, kristalisasi dan kromatografi.
Metode pemisahan pada kromatografi sangat
tergantung dari jenis fase diam yang digunakan. Jenis
fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang
terjadi antara analit dengan fase dia dan fase gerak.
Metode pemisahan pada kromatografi terbagi
Pemisahan berdasarkan polaritas. Metode pemisahan
berdasarkan polaritas, senyawa senyawa terpisah
karena perbedaan polaritas. Afinitas analit tehadap
fase diam dan fase gerak tergantung kedekatan
polaritas analit terhadap fase diam dan fase gerak (like
dissolve like). Jadi, pemisahan kurkumin pada bubuk
kunyit berdasarkan perbedaan polaritas dari senyawa
tersebut.

3
1.3. Penelitian Terdahulu Tentang
Kromatografi Lapis Tipis
Penelitian tentang senyawa kurkumin dalam
ekstrak kunyit juga pernah dilakukan oleh Kusmiyati,
dkk. (2011 : 3-4) dalam penelitian tentang Identifikasi
zat aktif dalam ekstrasi methanol rimpang kunyit putih
(Curcuma mangga Val) menyatakan bahwa, pertama
perlakuan Sampel sebanyak 1000 g dimaserasi dengan
metanol, pada suhu kamar selama 24 jam sebanyak 7
kali pengulangan kemudian disaring dengan kertas
saring. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan menjadi
satu dan diuapkan dengan evaporator sampai pekat,
kemudian difraksinasi dengan etil asetat. Fraksinasi ini
dilakukan dengan menggunakan corong pisah dengan
volume ekstrak metanol : etil asetat = 1:1 dan
dipisahkan antara fraksi metanol dan fraksi etil asetat.
Fraksinasi ini dilakukan dengan 3x pengulangan, total
fraksi etil asetat diuapkan dengan evaporator.
Optimasi fase gerak dilakukan dengan menggunakan
KLT dengan berbagai perbandingan antara kloroform
dan heksana. Berdasarkan hasil dari perbandingan
volume yang dipakai dalam kromatografi lapis tipis
maka dipilih eluen dengan perbandingan volume
kloroform: heksana = 4:6. Perbandingan ini dipilih
karena harga Rf yang diberikan = 0,2. Setelah eluen
naik sampai batas atas (0,5 cm dari ujung atas plat
silika gel), plat silika gel diambil dari bejana dan
dikeringkan di udara. Selanjutnya dideteksi dengan
lampu UV pada 254 nm.
Ekstraksi senyawa kurkuminoid dari kunyit juga
pernah dilakukan oleh Sukmayati Alegantina, dkk.
(2013 : 3-5), penelitian ini adalah tentang simplisia

4
herba Artemisiu annua L. yang sudah siap untuk
dipanen dan baku kumarin sebagai pembanding.
Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah
metanol teknis, diklormethan teknis dan diklormetan
p.a. Untuk identifikasi dan penetapan kadar kumarin
digunakan plat silica gel 60 GF254 E Merck dengan
eluen n-hexana p.a, etil asetat p.a. Ekstrak difraksinasi
dengan pelarut diklormetan kemudian dikocok sampai
meinbentuk 2 fraksi yaitu fraksi atas metanol-air dan
fraksi bawah diklormetan, endapan ekstrak. Larutan
yang mengandung fraksi diklormetan dipekatkan
menggunakan rotavapor dari fraksi sebanyak 500 ml
menjadi 100 ml.

Siapkan peralatan untuk kromatografi lapis tipis


(KLT) yaitu chamber, fase diam plat silica gel GF254
dan fase gerak mengunakan campuran nhexana dengan
etil asetat secara gradien, sebelum digunakan fase
diam plat silica gel GF254 di oven dahulu selama 30
menit dan fase gerak dijenuhkan kira-kira selama 1
jam sebelum dilakukan proses KLT Masing-masing
fraksi dilakukan KLT dengan cara menginjeksikan
sampel menggunakan syringe 5-50 uL pada fase diam
plat silica gel GF254, lalu plat dimasukan kedalam
chamber yang telah diisi fase gerak n Hexana : etil
asetat, kemudian ditutup rapat ditunggu sampai elusi
selesai, proses elusidasi fase gerak dilakukan berkali-
kali (1 :I), (1 :2), (2: l), (2:2), (3:1), (4:1), (7:2), (7:3),
(8:2), (8:2).

5
Penelitian tentang Pengembangan dan Validasi
Metode Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri untuk
Analisis Pewarna Merah Sintentikpada Beberapa
Merek Saus Sambal Sachet, oleh Fithriani Armin, dkk.
(2015:61), Beberapa hasil penelitian menggunakan
metode kromatografi lapis tipis dalam analisis
kualitatif pewarna pada beberapa kudapan,
komatografi kertas-densitometri dengan fasa gerak
etanol : butanol : air (20:25:25)dalam menganalisis
pewarna sintetik pada makanan, HPLC-PDA dalam
analisis berbagai macam pewarna makanan,
spektrofotometri derivative dan HPLC menganalisis
pewarna dalam minuman.
Hasil dentifikasi zat warna merah pada larutan
sampel dengan mengamati bercak larutan sampel dan
baku pembanding yang telah dikembangkan pada pelat
KLT menunjukkan bahwa bercak larutan sampel B
memiliki tinggi bercak dan nilai Rf yang sama dengan
zat warna merah sintetik ponceau 4R. (tabel 1).
Validasi Metode: Perolehan kembali ponceau 4R
setelah ditambahkan baku sebanyak 40, 80, dan 120%
adalah 110,54%, 106,54%, dan 107,42%.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh
kurkumin dari kunyit (Curcuma longa L)
menggunakan kromatografi lapis tipis.

3. Tinjauan Pustaka
Menurut Day & Underwood (1997:143)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara
pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa

6
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,baik
penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida–lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh
dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan
lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang
tidak bereaksi dengan pereaksi–pereaksi yang lebih
reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari
KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar.

Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan


dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah
campuran dari beberapa zat pewarna. Contoh
pelaksanaan kromatografi lapis tipis: Sebuah garis
menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah
lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna
ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada
garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal
dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatografi dibentuk. Ketika bercak dari campuran

7
itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah
gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas
pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak
berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah
untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan
kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan
beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut.
Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut.Karena pelarut bergerak
lambat pada lempengan, komponen-komponen yang
berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai
sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-
komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu
dari pelarut dan fase diam. Perhitungan nilai Rf.
Menurut penelitian identifikasi kimiawi 1 senyawa
bioaktif radical scavenger fraksi non-polar rimpang
kunyit (curcuma longa) oleh A. Herry Cahyan,
Riswiyanto, Suhanah (2004:45) Dari analisis
identifikasi komponen kimiawi menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) silika-gel diperoleh
informasi adanya 8 noktah. Pemurnian lanjut
menggunakan kolom kromatografi didapatkan satu
isolat murni yang ditunjukkan hanya ada satu noktah
dalam analisis KLT nya dan disebut senyawa 1, yang
berupa padatan kekuningan. Telah dilaporkan
sebelumnya (Herry, 2004) bahwa dari hasil uji
aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode

8
DPPH terhadap senyawa 1 diperoleh data bahwa
senyawa 1 mempunyai kemampuan sebagai radical
scavenger dengan niiai penghambatan IC50 sebesar
264,4 mg/mL. terlihat pada serapan 900 - 1000 cnr1
Serapan pada 1400 - 1530 crrr1 menunjukkan adanya
cincin benzena, diperkuat dengan adanya serapan
pada 721,8 cm1 karena adanya disubstitusi.
Rimpang kunyit (Curcuma longa) mempunyai
fraksi non-polar yang berupa padatan amorp
kekuningan dan mempunyai aktivitas biologi sebagai
radical scavenger. Fraksi non-polar selanjutnya ini
dapat dimanfaatkan dalam aplikasinya karena
beberapa keunggulan yaitu berupa komponen dengan
berat molekul rendah sehingga lebih luas aplikasinya,
sebagai salah satu contoh dapat dimanfaatkan sebagai
antioksidan dengan basis produk berupa lipid karena
bersifat antioksidan dan, serta tidak mengganggu
aspek warna bila dimanfaatkan untuk produk yang
menghendaki kejernihan bila dibandingkan dengan
komponen kurkumin yang berwarna kekuningan, dan
tidak adanya aroma khas yang dimilikinya sehingga
lebih luas aplikasinya. Dari hasil telaah ini, maka
rimpang kunyit (Curcuma longa) dapat berperan
sebagai sumber komponen kimiawi berkhasiat
danndalam penelitian lanjut diharapkan dapat
memanfaatkan struktur kimia yang diketahui ini untuk
dimodifikasi dalam rangkaian peningkatan dan
diversifikasi aktivitas biologi yang lainnya.

4. Alat dan Bahan

9
1.1. Alat
No Nama Alat Ukur Jumlah Gambar
. an
1. Gelas kimia 100 1
ml

2. Gelas ukur 100 1


ml

3. Pipa kapiler - 1

4. Plat KLT - 1

10
5. Pinset - 1

6. Kertas saring - 2

7. Corong - 1

11
8. Hot plate - 1

9. Erlenmeyer 250 1
ml

1.2. Bahan
No Nama Bahan Ukur Jumlah Gambar
. an
1. Bubuk kunyit 10 -
gram

12
2. Etanol 50 ml -

3. n-heksana 20 ml -

4. Klorofrom 20 ml -

13
2. Prosedur Kerja dan Pengamatan
N Prosedur Kerja Hasil Reaksi
o. Pengamata Perhitu
n ngan
1. 10 gram bubuk -
kunyit kering
direndam dalam
50 ml alkohol,
diaduk dan
panaskan
(diuapkan).
Kemudian larutan
tersebut disaring
sehingga
diperoleh larutan
berwarna kuning.
Selanjutnya
dicampurkan
larutan dengan 20
ml n-heksana,
dipanaskan
kembali dalam
penangas air dan
diaduk lalu

14
ditambahkan
eluen CHCl3 :
etanol (37:3),
Setelah itu maka
terbentuklah 2
lapisan, lapisan
atas adalah
ekstrak kloroform
dan lapisan bawah
adalah residunya,
maka yang
diambil adalah
lapisan atasnya
saja.
5. Dibuat garis pada -
plat KLT 1,5 cm
dari atas dan 1,5
cm dari atas dan
dibuat 3 titik pada
plat dengan pensil
dan diberi tanda
A,B dan C untuk
posisi sampel
yang akan
ditotolkan.
Kemudian
ditotolkan sampel
pada titik-titik
tersebut.

6. Setelah noda -

15
tersebut kering,
dimasukkan plat
ke dalam wadah
tertutup yang
berisi eluen
kloroform.
Dibiarkan pelarut
menaiki plat
perlahan-lahan.

7. Dikeluarkan plat, -
dan dibiarkan
pelarut mengering
di udara. Dan
hasilnya
menunjukkan
terbentuknya 3
komponen lalu
dioleskan zat
pewarna agar
sampel yang
menyebar terlihat
jelas.

8. Untuk melihat -

16
dengan jelas noda
yang terbentuk
dan jarak yang
ditempuh pelarut
adan noda maka
dilakukan dengan
cara menyinari
plat tersebut
dengan sinar ultra
violet.

3. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
mengenai kromatografi lapis tipis atau KLT dengan
menggunakan sampel kunyit bertujuan untuk
mengisolasi komponen kurkumin dari kunyit
(Curcuma longa L). Pada kromatografi lapis tipis
digunakan fasa diam dengan plat sillika gel karena plat
yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan
struktur yang lebih teratur. Silika gel memadat dalam
bentuk tetrahedral raksasa, sehingga ikatannya kuat
dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel
mampu menghasilkan proses pemisahan yang lebih
optimal.
Hal pertama yang dilakukan yaitu merendam kunyit
yang telah dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 20
gram kedalam gelas kimia 250 mL lalu ditambahkan
alkohol sebanyak 50 mL kemudian aduk sehingga

17
menghasilkan warna kuning kemerahan selama 5
menit, merendam kunyit dilakukan untuk menarik
senyawa dalam sampel, perbandingannya 37:3.
Setelah itu campuran tersebut di saring
menggunakan kertas saring kedalam cawan penguap
sampai selesai. kemudian diuapkan menggunakan
penangas, dimasukkan kapas pada cawan yang
ditambahkan 20 mL n-heksana dan diaduk merata,
guna kapas pada percobaan ini agar sampel tersebut
terpisah dari pelarutnya. Proses penguapan tersebut
dilakukan sampai sampel pada cawan benar-benar
kering dan menghasilkan padatan.
Padatan yang dihasilkan kemudian ditotolkan 1 cm
dari bawah dan minimum 1,5 cm dari sisi pelat,
sedemikian rupa sehingga larutan zat uji yang
digunakan juga sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pada percobaan ini penotol yang digunakan adalah
pipa kapiler. Dilakukan penotolan pada plat KLT yang
diberi tanda A dan air sirup yang ditotol juga diberi
tanda B sebagai pembanding. Setelah noda pada plat
KLT kering, lalu dimasukkan plat dalam erlenmeyer
yang berisi pelarut yang sesuai dan ditutup. Dapat
diamati bahwa plat KLT menyerap uap dari pelarut
yang membawa noda keatas sehingga dihasilkan 3
bercak pada A, berarti ada tiga senyawa yang terdapat
pada kunyit. Kemudian diamati dengan menggunakan
UV-Vis dan terlihat ada tiga bercak yang dihasilkan.
Setelah daerah noda yang terpisah telah dideteksi,
maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari
senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah
adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif
terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga R f

18
atau disebut juga waktu retensi. Harga Rf merupakan
parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga
ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Hasil dari pengukuran jarak yang ditempuh noda
adalah tidak dapat dilihat karna percobaan gagal tetapi
berdasarkan standar curcumin yang pernah diteliti
adalah 0,467 cm, jadi pada :
1. Spot 1 : 0,074 cm
2. Spot 2 : 0,224 cm
3. Spot 3 : 0,448 cm
Jarak tempuh pelarut adalah 6 cm dengan demikian
didapatkan hasil perhitungan waktu retensi rata-rata
adalah 0,448 pada spot 3.
Penelitian yang juga meneliti tentang kromatogafi
lapis tipis dengan sampel kunyit oleh Kusmiyati
( 2011 : Vol. 1, No. 2), dimana dihasilkan satu bercak
pada plat KLT dari hasil optimasi fase gerak yang
memberikan nilai Rf = 0.2. hasil KLT belum
mendapatkan senyawa murni berdasarkan hasil uji
murninya. Dari hasil KLT ini dapat diketahui eluen
yang memberikan pemisahan yang baik yaitu
kloroform dan heksana dengan perbandingan 4:6.
Penelitian lain ynag juga meneliti hal yang sama
tetapi sampel yang berbeda oleh M. Agung Pratama
Suharto (2011 : Vol. 5, No. 1 ), setelah proses isolasi
dengan KLT untuk memperoleh isolat, eluen yang
digunakan yaitu campuran pelarut kloroform : metanol
: air dengan perbandingan 13:7:2 lapisan bawah. Hasil
dari KLT menunjukan bercak dan dilihat dari
pangamatan lampu UV 254 menunjukan bercak yang

19
gelap seperti pada KLT analitik. Untuk memperjelas
bercak senyawa saponin hasil pemisahan, pada bagian
tepi kiri dan kanan lempeng sekitar 1 cm dari tepi
disemprotkan pereaksiLB kemudian dipanaskan
dengan hair dryer untuk menimbulakn bercak.

4. Penutup
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum kromatografi lapis tipis
dapat disimpulkan :
1. Eluen metanol dan n-heksana adalah 37: 3
2. Jarak tempuh pelarut adalah 6 cm dengan
demikian didapatkan hasil perhitungan waktu
retensi rata-rata adalah 0,448 pada spot 3

4.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, kegiatan
praktikum, harus diperiksa alat dan bahan praktikum
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Kebersihan ruangan juga harus dijaga sehingga
kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik.
Praktikan harus menggunakan alat keselamatan
seperti masker dan sarung tangan saat melakukan
praktikum. Volume larutan yang ditambahkan harus
sesuai dengan prosedur agar proses destilasi dapat
berhasil.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, chairil, dkk. 2010 Pengantar praktikum kimia


organik. Yogyakarta

Day & Underwood 1997. Analisa kimia


Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta

Fachry, A.R, Busni Ferila, M. Farhan, 2014. ekstraksi


senyawa kurkuminoid dari kunyit (curcuma longa
linn) sebagai zat pewarna kuning pada proses
pembuatan cat. Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol.
20, diakses 26 Nopember 2016.

Fauziah Muhlisah.(1999). Temu-temuan dan Empon-


emponan. Budidaya dan Manfaatnya. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.

Fithriani Armin, Bita Revira, & Adek Zamrud Adnan,


2015. Pengembangan dan Validasi Metode
Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri untuk
Analisis Pewarna Merah Sintentikpada Beberapa
Merek Saus Sambal Sachet, Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, No. 1, Vol.20, diakses 26 Nopember
2016

Handayani,Sri Sunarto, dan Susila Kristianingrum, 2005.


kromatografi lapis tipis untuk penentuan kadar hesperidin dalam kulit buah
jeruk. Jurnal Penelitian Saintek.No. 1, Vol. 10, diakses 26 Nopember 2016

21
Herry, A. Cahyan, Riswiyanto, Suhanah, 2004. identifikasi kimiawi senyawa
bioaktif radical scavenger fraksi non-polar rimpang kunyit (curcuma
longa). Jurnal llmu dan Teknologi Pangan,No. 2, Vol. 2, diakses 26
Nopember 2016.

Keenan. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Kusmiyati, Nurfina Aznam, Sri Handayani, 2011. isolasi dan identifikasi zat aktif
ekstrak metanol rimpang kunyit putih (curcuma mangga val) fraksi etil
asetat. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2. diakses 26 Nopember
2016.

Sudjadi, 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Jember : Taman Kampus
Presindo.

22

Anda mungkin juga menyukai