Anda di halaman 1dari 8

DILEMATISME PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Karya ini disusun untuk mengikuti lomba menulis esai

FESRTIVAL BULAN BAHASA TAHUN 2020

Disusun Oleh :

SYADID JIDDAN. ALHARUN

0042218002

SMA NEGERI 2 BENGKULU

KOTA BENGKULU

TAHUN 2020
I. PENDAHULUAN

Sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini, penyebaran penyakit corona virus
2019 (covid-19) masih menjadi masalah kesehatan global, hampir diseluruh dunia.
Setelah dinyatakan sebagai pandemi pada awal tahun 2020, organisasi kesehatan
dunia (WHO) bersama dengan bagian parlemen kesehatan dimasing-masing negara
didunia memberi anjuran kepada seluruh masyarakat untuk menerapkan jarak sosial
(social distancing antar manusia). Serta selalu menjaga kebersihan, rajin mencuci
tangan, memakai masker, dan menjaga daya tahan tubuh dengan giat berolahraga
dan mengkonsumsi makanan-makanan atau asupan yang sehat.

Namun sejak awal adanya virus ini masih banyak masyarakat yang
menganggap remeh atas dampak besar yang akan terjadi, akibatnya jumlah kasus
semakin bertambah hingga menyentuh angka ratusan ribu. Pemerintah pun segera
mengambil tindakan dengan memberlakukan penguncian wilayah (lockdown)
disejumlah daerah. Seluruh aktifitas sosial dihentikan, masyarakat dilarang keluar
rumah jika tidak terlalu penting. Kondisi ekonomi jatuh dititik terendah, pasar mall
dan supermarket ditutup. Bahkan sektor pendidikan juga terkena dampaknya,
seluruh sekolah dan perguruan tinggi yang berada dizona merah, oranye, dan kuning
ditutup. Dari semua pola dan aktifitas sosial yang berubah, pendidikan di Indonesia
pun saat ini, menyentuh sistem baru, dari face to face menjadi screen to screen.
Namun yang menjadi persoalan adalah sistem pendidikan berubah tapi
metodologisnya masih sama.

Menteri Pendidikan melalui surat edraan (SE) Mendikbud No. 4 tahun 2020
tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19,
memberikan himbuaan agar peserta didik bisa mendapatkn layanan pendidikan yang
optimal melalui pembelajaran jarak jauh (daring atau dalam jaringan). Dengan
adanya surat edaran tersebut, seluruh pihak skolah dan perguruan tinggi yang berada
dizona merah, oranye, dan kuning langsung menerapkan pembalajaram sistem
daring atau dalam jaringan. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, media yang
digunakan pun sangat beragam, contohnya seperti google classroom, zoom cloud
meeting, whatsapp, google meet, quizzizschology, telegram, dan lain sebagainya.
Jika kita telaah lebih jauh, sebenarnya pembelajaran daring atau online
bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sistem ini, sudah
berkembang jauh sebelum adanya pandemi, terbukti dengan adanya aplikasi, bimbel
online yang umum digunakan oleh para pelajar seperti aplikasi ruang guru, quipper,
zenius, pahamify, dan lain-lain.

Akan tetapi, penerapan sistem pembelajaran daring atau online pada lembaga
pendidikan formal di tengah pandemi, terkesan sangat mendadak dan kurang
persiapan. Belum ada pengenalan dan pembekalan kepada siswa terhadap sistem ini.
Peserta didik di Indonesia belum sepenuhnya paham tentang sistematika
pembelajaran daring, sehingga hambatan, masalah, dan tantangan pun serigkali
terjadi. Ada sebagian dimana siswa atau orangtua tidak memiliki gawai atau telepon
layar sentuh atau biasa disingkat dengan HP, atau media pemanfaatan lainnya untuk
menunjang pelaksanaan pembelajaran daring. Masalah umum lainya adalah sinyal
dan jaringan internet yang tidak pernah tidak mengalami gangguan, atau bahkan
mereka berada didaerah yang belum sama sekali tersentuh jaringan seluler maupun
internet.

Berdasarkan data badan aksesisibilitas telekomunikasi dan infrmatika


(BAKTI) tahun 2020, masih ada 11% wilayah Indonesia yang belum terhubung
jaringan seluler dan internet. 11 % wilayah tersebut terdiri dari 5300 desa dimana
3500 desanya berada di Papua. Ditambah dengan data dari badan pusat statistik
(BPS) tahun 2019 mengenai tingkat penetrasi internet didaerah pedesaan memiliki
rata-rata mencapai 51,91%. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak masyarakat
maupun peserta didik di Indonesia yng kesulitan untuk mengikuti sistem
pembelajaran daring karena masalah jaringan internet. Perlu diketahui, kualitas
jaringan internet yng rendah akan berdampak pada proses belaja rmengajar yang
kurang optimal.

Selain itu, proses pembelajaran daring juga dirasa kurang adil bagi sebagian
siswa dan guru. Dari segi penilaian misalnya, guru tidak bisa untuk benar benar tahu
apakah tugas yang dikerjakan oleh siswa adalah murni dari kemampuan siswa
tersebut atau hanya sekedar mengandalkan teknologi dengan menyalin jawaban dari
google ataupun dari tugas siswa lain. Jadi bisa dikatakan, semenjak berlakunya
sistem ini, banyak terjadi persamaan bahkan kesenjangan nilai diantara siswa. Hal
ini banyak menimbulkan rasa curiga dari siswa maupun guru, dimana siswa yang
pada pembelajaran offline kemampuan belajar dan nilainya biasa biasa saja, menjadi
lebih tinggi pada pembelajaran daring atau online maupun sebaliknya.

Akan tetapi, hakikatnya sebuah sistem atau kebijakan pasti memiliki


kelebihan dan kekurangan masing masing. Sadar atau tidak penerapan sistem
pembelajaran daring ditengah pandemi, sudah menjadi sebuah pilihan yang paling
mungkin untuk diterapkan pada sektor pendidikan. Hal ini harus dilakukan demi
untuk menghindari anak-anak dan pelajar serta mahasiswa terinfeksi Covid-19. Lalu
bagaimana menyiasati dilematisme pembelajaran daring dengan sarana minim dan
seadanya?

II. URAIAN

Merunut pada pernyataan diatas, terdapat tiga persoalan dilematisme


pembelajaran jarak jauh, yaitu sebagai berikut:

1. Tidak adanya media penunjang pelaksanaan pembelajaran daring


Karena pengaruh pandemi , penghasilan ekonomi masyarakat
jadi menurun. Seperti Bapak Ason Sopian misalnya, beliau merupakan
pekerja serabutan disebuah bengkel dikota Batam. Karenakesulitan
mencari uang ditengah pandemi, beliau nekat berkeliling menjual hp
rusak miliknya dengan harga 10 ribu demi memberi makan istri dan lima
oramg anaknya (tribunnews.com). Dari kisah bapak Sopian bisa kita
bayangkan bahwa ditengah pandemi untuk memenuhi makan sehari-hari
saja sudah sangat sulit, apalagi untuk membayar biaya sekolah, membeli
hp serta paket data anaknya untuk belajar daring. Sistem pembelajaran
daring yang diterapkan membuat siswa merasa harus memiliki hp untuk
bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar secara daring. Namun, tidak
semua siswa memiliki handphone atau hp. Azzara misalnya, siswa SMA
dikabupaten Gunung Kidul, terpaksa meminjam hp tetangganya untuk
bisa mengikuti pembelajaran daring (okezonenews.com). Ada pula kisah
dimana seorang kakek nekat membeli hp untuk cucunya menggunakan
uang receh agar cucunya bisa mengikuti pembelajaran daring
(kumparan.com). Dari contoh tersebut dapat kita ketahui bahwa sistem
ini masih memberi kesulitan bagi ssiwa yang berasal dari keluarga tidak
mampu.
2. Sulitnya mendapat sinyal dan jaringan internet
Luasnya wilayah geografis dan kondisi daerah yang berbeda
beda, sehingga sulit untuk melakukan pemerataan jaringan internet
diseluruh wilayah Indonesia. Menteri Komuniksi dan Informatia
mengatakan bahwa kecepatan internet di Indonesia rata- rata nyaris
terendah, dibandingakn lebih dari 40 negara didunia, yaitu hanya sebesar
20,1 mbps atau jauh dibawah rata- rata dunia yang mencapai 73,6
mbps. Daerah Aceh Tengah contohnya, para siswa harus menaiki bukit
terlebih dahulu agar mendapat sinyal untuk mengikuti pembelajaran
daring (kompas.com). Karena kualitas sinyal dan jaringan yang rendah,
membuat keoptimalan dan produktifitas belajar siswa menjadi
berkurang.
3. Kesenjangan penilaian dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
Menanggapi persoalan pandemi, yang menyebabkan berlakunya
sistem pembelajaran baru di Indonesia, mengharuskan guru dan juga
siswa untuk paham teknologi. Disini diperlukan fleksbilitas dalam
menentukan dan merancang sistem penilaian saat lingkungan
pembelajaran berubah. Ada beberapa instrumen yang bisa dilakukan
seperti pemberian tugas, ujian, entry jurnal, dan forum diskusi. Hanya
saja terjadi kesenjangan penilaian dianatar sesama pelajar karena disini
guru tidak bisa membedakan mana yang siswa aktif dan mana yang
cuma mengandalkan copy dan paste. Namun, sejatinya teknologi pasti
memiliki sisi positif dan juga negatif. Memudahkan namun juga
manipulatif . Bagai dua sisi mata uang, sama sama bernilai.
III. PENUTUP

Dari uraian diatas, jelas terlihat bahwa pembelajaran daring yang merupakan
satu-satunya opsi terbaik buat siswa dan pelajar serta mahasiswa dimasa pandemi
seperti sekarang ini demi menghindari dan menekan angka pasien terinfeksi covid-
19 masih menjadi dilema baik dan buruknya. Faktor ekonomi, jaringan internet,
serta kesenjangan penilaian yang terkesan tidak obyektif menjadi sebab tingginya
dilematisme pembelajaran daring atau online. Tentu hal ini terjadi bahkan bukan
tanpa alasan. Menurut analisis yang penulis lakukan, hal tersebut karena kurangnya
akses dan interaksi antara guru dan siswa saat pembelajaran, jauhnya rentang dan
sedikitnya waktu , kualitas sinyal dan jaringan internet saat daring dengan berbagai
aplikasi, maka banyak siswa yang tidak bisa memahami secara penuh atas materi
yang diberikan, sehingga menyebabkan kemampuan individu siswa dalam
mengerjakan tugas maupun soal-soal menjadi berkurang, sehingga bisa disimpulkan
bahwa sistem pembelajaran daring ini belum efektif untuk diterapkan disebagian
atau seluruh wilayah Indonesia.
Referensi

https://m.tribunnews.com/amp/regional/2020/04/16/viral”seorang-ayah-jual-hp-rusak-

rp-10-ribu-untuk-beli-beras|ternyata-anak-anaknya-belum-makan.

https://news.okezone.com/read/2020/08/21/510/2265532/ekonomi-keluarga-pas-pasan-

pelajar-ini-pinjam-hp-tetangga-untuk -belajar-online.

https://m.kumparan.com/amp/karjaid/viral-kakek-di-samarinda-belikan-hp-untuk-cucu-

dengan-uang-koin.

https://amp.kumparan.com/regional/read/2020/06/26/16430211/murid-di-pedalaman-

aceh-harus-naik-ke-bukit-untuk-belajar-online/

http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/surat-edaran-mendikbud-nomor-4-tahun-

2020.

https://kominfo.go.id/content/detail/13604/11-persen-wilayah-indonesua-belum-

terjangkau-sinyal-seluler/0/sorotan_media.

https://bisnis.tempo.co/1352697/kominfo-sebut-12-548-desa-belum-terjangkau-sinyal-

internet.

https://bisnis.tempo.co/amp/1338150/kecepatan-internet-ri-nyaris-terendah-

menkominfo-sebut-6-sebab.

Anda mungkin juga menyukai