Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELP KOMUNITAS

Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Remaja

Pengaruh keluarga yang bisa menyebabkan kenakalan remaja adalah :

1. Keluarga yang Broken Home

Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia
akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa
peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang
serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan
bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau
keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi
pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-
sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang
kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh
konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan
kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah
keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang
utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan
diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.

Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:

a. Orang tua yang bercerai

Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi
dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah
goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin
renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga
komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan
keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada
pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa
kebertautan yang intim lagi.

b. Kebudayaan bisu dalam keluarga

Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota
keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam
komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan
bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal
dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa
dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa
anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam
arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau
penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan
membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan
mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai
peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog
dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri
sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak
menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua
dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.
Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus.
Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

c. Perang dingin dalam keluarga

Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab
dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan
dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena
suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya
mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri.

Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang
merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi
kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:

1. Sikap atau cara yang bersifat preventif

Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si
anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat
sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan
tindakan sebagai berikut :

a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.

b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.

c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.

d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan
keluarga.

Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula:

a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif.

c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.

d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.

1. Sikap atau cara yang bersifat represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang
bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan
kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah
kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan
dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :

a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga


menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.

b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang


menimpa anaknya.

c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi
perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.

d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.

Abstrak

Penelitian ini berangkat dari fenomena yang terjadi di lapangan bahwa motivasi belajar
siswa memberi pengaruh pada prestasi belajamya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan keluarga yang merupakan tempat pertama dan utama anak tumbuh dan
berkembang, bersosialisasi bahkan mengenal dirinya sendiri.

Fenomena di atas mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai ” Dampak
Keluarga Broken Home terhadap Motivasi Belajar Siswa ”

Keluarga broken home yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidakutuhan
keluarga , baik secara stniktural maupun secara fungsional.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapat gambaran motivasi belajar siswa
yang berasal dari keluarga broken home.

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas dua di SMP Negeri Baleendah 2 Kabupaten
Bandung dengan sampel sebanyak 48 orang siswa. Pengambilan data dilakukan dengan
studi dokumentasi terhadap buku pribadi siswa dan penyebaran angket untuk
mengungkap motivasi belajar siswa.
Pengolahan data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyeleksian data, penyekoran serta
analisis dengan cara mengelompokkan data dan menggunakan teknik uji t perbedaan dua
rata-rata yang menghasilkan kesimpulan bahwa :

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home
dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.

2. Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi
belajar siswa dari keluarga utuh

3. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap
motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menghasilkan rekomendasi yang ditujukan pada peneliti selanjutnya untuk
meneliti variabel yang sama dengan jumlah sampel yang relatif lebih besar sehingga hasil
penelitian lebih representatif.

BH”. Jika kita mendengar kata itu, pikiran kita tertuju pada pakaian dalam perempuan.
Tetapi untuk “BH” yang satu ini mempunyai arti yang lain. Broken Home (BH). Yah
itulah artinya.

“BH” atau dengan arti kata lain perpecahan dalam keluarga merupakan salah satu
masalah yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Apalagi di era digital yang
seakan serba mudah dan bebas. Perkawinan dan perceraian sudah merupakan hal yang
biasa dan sudah dianggap tidak tabu lagi. Itu sudah menjadi masalah tiap komunitas
keluarga di muka bumi ini.

Di dalam konflik rumah tangga terutama konflik antara suami– istri kadang menimbulkan
ha-hal yang berdampak negative. Salah satu dampak negatif dari konflik yang terjadi
dalam rumah tangga yang paling dominan adalah dampak terhadap perkembangan anak.
Aktor utama “BH” (suami istri) kadang jarang memikirkan dampak apakah yang akan
terjadi pada anak-anaknya apabila terjadi perpecahan atau perpisahan rumah tangga.
Di artikel sederhana ini saya ingin memberikan gambaran-gambaran singkat, padat dan
mudah-mudahan jelas kepada para orang tua. Tentunya mengenai dampak apa yang akan
terjadi pada anak — yang nantinya menjadi korban konflik orang tua—apabila terjadi
konflik dalam rumah tangga dan harus berakhir dengan “BH”.

Kejiwaan
Seorang anak korban “BH” akan mengalami tekanan mental yang berat. Di
lingkungannya. Misalnya, dia akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya
karena kondisi orang tuanya yang sedang dalam keadaan “BH”. Di sekolah, disamping
menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya
tidak terkonsentrasi ke pelajaran. Anak itu akan menjadi pendiam dan cenderung menjadi
anak yang menyendiri serta suka melamun.
Pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan negatif seperti menyalahkan takdir yang seolah
membuat keluarganya seperti itu. Seakan sudah tidak ada rasa percaya terhadap
kehidupan religi yang sudah mendarah daging sejak dia lahir dan lainnya. Tekanan
mental itu mempengaruhi kejiwaannya sehingga dapat mengakibatkan stress dan frustrasi
bahkan seorang anak bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Hal seperti itu bisa
saja terjadi, apabila …?

Pelampiasan Diri

Kemungkinan terjemus dalam pengaruh negatif bagi orang tua (dewasa) dalam konteks
BH ini sangat kecil. Orang tua dapat mencari solusi untuk menenangkan pikirannya.
Namun berbeda dengan seorang anak yang sedang menghadapi situasi BH. Anak-anak
dapat saja terjerumus dalam hal-hal negatif, apalagi dengan media informasi dan
komunikasi yang menawarkan banyak hal. Contoh konkritnya, merokok, minuman keras
(alkohol), obat-obat terlarang (narkoba) bahkan pergaulan bebas yang menyesatkan.

Refleksi
Mungkin mudah bagi orang tua untuk memvonis keputusan tentang perpisahan atau
perpecahan dalam rumah tangga, tapi apakah mudah bagi anak-anak mereka untuk dapat
menerima hal itu? Entalah! Itu merupakan pertanyaan reflektif bagi orang tua!

Perpecahan dalam rumah tangga memang merupakan masalah yang tidak mudah untuk
dilepaskan dari kehidupan dalam rumah tangga. Memang jika kita mengkaji lebih jauh
kita akan dapat memahami sebagai suatu persoalan yang wajar-wajar saja. Tetapi, apakah
hal itu dapat dikendalikanya? Memang sulit untuk menjawabnya dan jawabanya kembali
kepada orang tua (ayah-ibu) atau pelaku dalam konflik rumah tangga itu sendiri.

Kita sering melihat kasus-kasus perceraian artis dan perebutan hak asuh anak sampai
menyewa pengacara di layar televisi. Perceraian bagi para artis seakan meningkatkan
posisi tawar (popularitas) sehingga harus menggunakan pengacara yang terkenal. Mereka
tidak pernah berpikir siapa yang akan dirugikan dalam permasalahan mereka. Mereka
hanya memikirkan popularitas dan diri sendiri dan menganggap semuanya dapat dibeli
dengan uang. Namun, kenyataananya apa yang mereka lakukan itu merupakan kekalahan
bagi anak-anak mereka dan jelas hal itu akan menjadi trauma yang berkepanjangan pada
psikis anak mereka.

Orang tua harus mampu mengendalikan diri dalam menyikapi masalah ini, jangan sampai
permasalahan mereka secara tidak langsung menjadi doktrin boomerang negatif yang
akan berkembang dalam psikis anak. Orang tua sebagai panutan sekaligus guru yang
menjadi contoh bagi anak dalam belajar untuk hidup melalui berbagai proses yang
semuanya tak lepas dari tanggung jawab mereka. Anak akan tumbuh dan berkembang
dengan baik bila orang tua juga mampu untuk mengontrol dan mengatasi persoalan
mereka sendiri tanpa harus mensosialisasikan perbedaan pendapat yang mengarah ke
konflik keluarga kepada anak.

Apakah sebagai orang tua senang jika anaknya menjadi hancur dalam kehidupanya di
saat mereka ingin tumbuh dan berkembang dengan cinta kasih orang tuanya? Tentu saja
jawabnya pasti “tidak” dan orang tua paling tolol yang hanya diam dan tak berpendapat.
Oleh sebab itu sebagai orang tua berusahalah untuk mengendalikan hidup dalam situasi
apapun demi anak-anak kalian, jangan sampai BH menjadi budaya penghancur
kehidupan anak yang notabene adalah buah hati kalian sendiri dan titipan TUHAN.

Bersandar pada Diri

Memasuki masa remaja di mana anak-anak Anda mulai memasuki jenjang perkuliahan
keinginan untuk diberikan kebebasan. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah besar
(dewasa) sekarang. Secara keuangan mereka masih sangat bergantung kepada Anda
sebagai orang tuanya.

Di saat mereka menyelesaikan kuliahnya, secara umum, kebanyakan dari mereka masih
bergantung kepada orang tuanya. Ada juga yang bekeinginan untuk dapat memulai
kemandirian akan tetapi kebanyakan dari mereka mengabaikan kontrol keuangannya.
Masyarakat Indonesia akan tinggal lebih lama di rumah orang tuanya dibandingkan
dengan kebiasaan di luar negeri.

Sebelum mereka menikah maka secara umum mereka akan tinggal bersama orang tuanya.
Memang tidak ada salahnya dalam hal ini, tetapi berdampak terhadap diri Anda sendiri
sebagai orang tua dan prilaku keuangan anak Anda sendiri.

Bila mana Anda dalam usia 20-an tahun dan masih bergantung pada orang tua Anda
maka perlu memiliki rasa tanggung jawab terhadap keadaaan keuangan Anda sendiri.
Memang banyak hal yang menyebabkan Anda sampai terkadang memasuki usia 30-an
tahun masih bergantung kepada orang tua Anda. Apapun sebabnya yang perlu Anda
lakukan adalah memiliki kontrol dan rasa tanggung jawab terhadap perubahan keadaaan
keuangan Anda.

Orang tua Anda harus menyiapkan keuangannya bila mereka memasuki masa-masa
pensiun dan Anda sebagai anak memerlukan dukungan keuangan untuk dapat hidup
dengan gaya hidup yang diinginkan serta memulai untuk menyiapkan dan merencanakan
investasi untuk masa depan.

Keterbukaan dan komunikasi permasalahan keuangan antara anak dan orang tua menjadi
kunci dalam hal keuangan. Kebiasaan masyarakat kita di mana sebelum anak menikah
maka mereka akan tinggal di rumah orang tuanya. Apa lagi bagi yang merantau ke luar
daerah, bekerja dan memulai kemandiriannya. Hal ini memberikan banyak pelajaran bagi
mereka untuk dapat mengatur keuangannya. Karena tentunya mereka mempunyai
keinginan yang segara harus dipenuhi tapi mereka juga ingin memiliki tujuan keuangan
di masa datang.
Isu lain yang harus Anda kembangkan di usia 20-an tahun adalah kebiasaaan untuk
menabung. Menabung menjadi sangat penting bukan hanya bagi mereka yang masih
remaja, tetapi juga mereka yang sudah dewasa dan memasuki masa-masa tua. Kebiasaan
untuk menyisihkan uang untuk masa depan, menunda konsumsi masa sekarang, menjadi
sangat penting dan harus sudah dimulai di masa di mana Anda masih bergantung pada
orang tua Anda.

Memang, memasuki masa bekerja di mana Anda memiliki penghasilan terbatas akan
tetapi pengeluaran yang besar, tetap saja perihal menabung harus Anda kembangkan yang
nantinya menjadi kebiasaan prilaku Anda terhadap uang. Memulai menabung lebih awal
akan memberikan keuntungan dari segi waktu, uang yang harus dikeluarkan serta bunga
berbunga.

Mungkin permasalah keuangan yang kompleks berkenaan antara orang tua dan Anda
sendiri adalah di fase dewasa. Di masa ini biasanya Anda sudah memasuki jenjang
berkelaurga sebagai anak. Di mana Anda sudah memiliki keluarga sendiri. Tapi
terkadang Anda masih sangat bergantung dengan kedua orang tua Anda untuk
permasalahan keuangan. Dan lagi permasalahan mungkin timbul karena kurangnya
komunikasi dan keterbukaan dalam membicarakan permasalah keuangan.

Keterlibatan orang tua Anda dalam keluarga Anda sekarang sering kali menyebabkan
permasalahan. Oleh karena itu permasalahan di fase ini sangat membutuhkan penanganan
yang cermat dan tepat.

Dalam fase ini Anda sebagai anak sudah memiliki keluarga sendiri. Walau Anda sudah
memiliki pekerjaan dan karier, akan sangat mudah bagi Anda untuk tetap berpaling dan
bertumpu kepada orang tua Anda. Hal ini bukanlah hal yang salah. Kebiasaan orang tua
Indonesia akan tetap membantu anaknya walau mereka sudah memiliki karier. Akan
tetapi berpangku tangan atau bersandar kepada orang tua Anda untuk dapat memenuhi
semua keinginan gaya hidup yang Anda pilih bukanlah solusi yang baik.

Bila Anda terbiasa dengan prilaku meminta bantuan kepada orang tua Anda, dengan
melakukan hal ini akan menghambat kemandirian Anda dan akan mempersulit Anda
dalam mengatur dan mengontrol permasalahn keuangan keluarga Anda sendiri.

Diskusi Terbuka

Selanjutnya kita masuk dalam pembahasan keuangan lain, yaitu pentingnya pembahasan
terbuka berkenaan dengan hubungan anak (apalagi anak yang sudah dewasa) dan orang
tua dalam hal keuangan.

Dalam banyak keluarga, keuangan atau uang merupakan subjek yang seluruh keluarga
mengetahuinya akan tetapi tidak satu orang pun dalam keluarga yang secara terbuka
membahasnya. Banyak orang tua yang merasa bahwa keuangan keluarganya bukan
merupakan subjek yang harus diketahui oleh anak-anaknya, dan banyak yang merasa
ragu-ragu dalam membicarakan dengan anak mereka berkenaan dengan masalah
keuangan keluarga anaknya.

Hal ini bisa karena takut menyinggung perasaan anak Anda. Anak-anak yang telah
dewasa pun merasa enggan dan canggung untuk membicarakan permasalah keuangan,
baik keuangan keluarga mereka maupun orang tua mereka. Akibatnya kedua belah pihak
hanya mengetahui sebagian permasalah keuangan masing-masing dan menetapkan
asumsi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan keuangan. Ketidak
terbukaan dalam pembahasan keuangan dapat mengakibatkan terjadinya salah pengertian
atau pemahaman yang dapat berakibat fatal di kemudian hari.

Contoh salah pengertian yang bisa terjadi dalam hal ini adalah, pembicaraan ayah
terhadap anaknya: “Kita membiayai anak kita sampai menyelesaikan kuliahnya dan
sekarang sudah bekerja dengan penghasilan Rp 36 juta/tahun, tapi tetap saja ia masih
membutuhkan bantuan keuangan dari kita. Ke mana uang yang ia hasilkan setiap bulan?
”

Atau mungkin inilah pembicaraan anak mengenai orang tuanya: “Dengan penghasilan
mereka yang hampir Rp 200 juta/tahun, sedangkan pengeluaran mereka rata-rata berkisar
Rp 100 juta/tahun. Tapi di saat saya membutuhkan hanya Rp 50 juta sebagai pinjaman
untuk pembayaran uang muka rumah, sulit sekali mendapatkannya, mengapa?”

Illustrasi seperti di atas bisa sangat tak terbatas bentuknya. Setiap generasi memiliki cara
pandang yang berbeda-beda terhadap perihal keuangan. Yang dibutuhkan adalah saling
tau informasi sehingga tidak terjadi salah pengertian dalam hal keuangan. Mungkin saja
orang tua Anda tidak mengetahui bagaimana sulitnya mengatur gaji yang hanya Rp 36
juta sekarang, dengan gaya hidup masa kini.

Mereka terkadang membandingkan dengan keadaan mereka dulu. Dan Anda sebagai
seorang anak, terkadang juga tidak melihat kebutuhan lain dari orang tua Anda, seperti
masa pensiun nanti serta biaya pengobatan yang kemungkinan besar akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia.

Tanpa adanya cara pandang yang sama perihal keuangan masing-masing, sangat mudah
mengakibatkan pengambilan kesimpulan atau keputusan yang sangat tidak relevan atau
benar.
Menurut hemat kami ada beberapa hal yang dapat membantu Anda dalam berkomunikasi
dengan orang tua Anda berkenaan dengan keuangan:

 Bahas dengan orang tua Anda perihal keuangan Anda dan kedua orang tua Anda.
Sebab, dengan hanya berdiam dapat mengakibatkan ketidak pastian dan salah
persepsi.
 Cobalah untuk berbagi informasi yang akan membangun kebiasaan keterbukaan
dalam membicarakn masalah keuangan.
 Tetaplah memiliki pikiran terbuka dalam membicarakan permasalah keuangan,
baik itu keuangan Anda sendiri maupun keuangan orang tua Anda.
Anak, Uang dan Orang Tua

Hal penting lain yang berkaitan dengan keuangan adalah hubungan antara anak, uang dan
orang tua. Sebagai orang tua Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda berbagai
pengetahuan berkaitan dengan keuangan personal (seperti yang telah kita bahas minggu
lalu). Dan orang tua Anda sebagai kakek dan nenek dari anak-anak Anda juga bisa
mempengaruhi prilaku sosial mereka dan memiliki pemahaman mengenai keuangan dan
bagaimana uang itu mempengaruhi kehidupan mereka.

Pengaruh itu bisa positif tapi juga bisa berdampak negatif. Sehingga sangatlah penting
dalam menentukan dasar keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini
dimiliki oleh orang tua Anda.

Perencanaan keuangan keluarga sangat berpengaruh tehadap prilaku anak-anak Anda


terhadap uang. Ada orang tua yang dengan mudahnya memberikan apa yang diinginkan
oleh anaknya. Tapi banyak juga yang mengharuskan anak-anak mereka memprioritaskan
apa yang diinginkan dan mencoba untuk memperolehnya dengan uang mereka sendiri.
Banyak orang tua yang merasa bahwa kakek-nenek anak-anak mereka memanjakan cucu-
cucunya.

Di lain pihak, kakek, nenek juga merasa bahwa anak mereka terlalu ketat berkenaan
dengan keuangan. Sehingga dibutuhkan saling keterbukaan dalam membahas semua
permasalahan keuangan yang tentunya berdampak terhadap perkembangan anak atau
cucu mereka.

Dalam kehidupan di Indonesia, bila Anda memiliki orang tua yang sudah lanjut usia dan
sulit bagi mereka untuk dapat hidup mandiri dibutuhkan bantuan Anda sebagai anak.

Tidak lazim dalam kebiasaan ketimuran membiarkan orang tua Anda hidup di panti
jompo atau sendiri. Biasanya ada anak yang akan menampung orang tuanya untuk hidup
bersama dalam satu rumah. Hal ini harus Anda bicarakan jangan sampai dalam
perjalanannya nanti malah menjadi bumerang yang akan menyerang Anda sendiri.

Kebutuhan akan biaya pengobatan juga akan semakin meningkat di kala usia sudah mulai
senja, sehingga dibutuhkan perencanaan berkenaan dengan medicare atau asuransi
kesehatan yang sebaiknya Anda miliki. Semakin hari, biaya pengobatan semakin
meningkat. Dengan asuransi kesehatan Anda memiliki anggaran yang dibutuhkan untuk
segala sesuatu yang tidak diinginkan.

Dengan melihat berbagai kemungkinan dalam siklus kehidupan maka dibutuhkan sebuah
perencanaan keuangan yang tepat dan tentunya dibutuhkan saling keterbukaan antara
Anda sebagai anak maupun sebagai seoarang kakek atau nenek. Independensi menjadi
sangat dibutuhkan di saat anak Anda mulai bekerja.
Memang sebagai orang tua akan sangat sulit untuk tidak menolong anaknya bila dalam
kesulitan keuangan, yang terpenting adalah tanamkan kepada anak Anda rasa tanggung
jawab.

Keterbukaan akan permasalahan keuangan Anda dan orang tua Anda juga menjadi sangat
penting. Satu hal lain adalah hubungan antara, orang tua, anak dan cucu-cucu mereka.

Demikianlah, semoga hal ini cukup memberikan wacana bagi pembaca dalam hal
keuangan keluarga. (*)

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN.
Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy
Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.

Bersandar pada Diri

Memasuki masa remaja di mana anak-anak Anda mulai memasuki jenjang perkuliahan
keinginan untuk diberikan kebebasan. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah besar
(dewasa) sekarang. Secara keuangan mereka masih sangat bergantung kepada Anda
sebagai orang tuanya.

Di saat mereka menyelesaikan kuliahnya, secara umum, kebanyakan dari mereka masih
bergantung kepada orang tuanya. Ada juga yang bekeinginan untuk dapat memulai
kemandirian akan tetapi kebanyakan dari mereka mengabaikan kontrol keuangannya.
Masyarakat Indonesia akan tinggal lebih lama di rumah orang tuanya dibandingkan
dengan kebiasaan di luar negeri.

Sebelum mereka menikah maka secara umum mereka akan tinggal bersama orang tuanya.
Memang tidak ada salahnya dalam hal ini, tetapi berdampak terhadap diri Anda sendiri
sebagai orang tua dan prilaku keuangan anak Anda sendiri.

Bila mana Anda dalam usia 20-an tahun dan masih bergantung pada orang tua Anda
maka perlu memiliki rasa tanggung jawab terhadap keadaaan keuangan Anda sendiri.
Memang banyak hal yang menyebabkan Anda sampai terkadang memasuki usia 30-an
tahun masih bergantung kepada orang tua Anda. Apapun sebabnya yang perlu Anda
lakukan adalah memiliki kontrol dan rasa tanggung jawab terhadap perubahan keadaaan
keuangan Anda.

Orang tua Anda harus menyiapkan keuangannya bila mereka memasuki masa-masa
pensiun dan Anda sebagai anak memerlukan dukungan keuangan untuk dapat hidup
dengan gaya hidup yang diinginkan serta memulai untuk menyiapkan dan merencanakan
investasi untuk masa depan.

Keterbukaan dan komunikasi permasalahan keuangan antara anak dan orang tua menjadi
kunci dalam hal keuangan. Kebiasaan masyarakat kita di mana sebelum anak menikah
maka mereka akan tinggal di rumah orang tuanya. Apa lagi bagi yang merantau ke luar
daerah, bekerja dan memulai kemandiriannya. Hal ini memberikan banyak pelajaran bagi
mereka untuk dapat mengatur keuangannya. Karena tentunya mereka mempunyai
keinginan yang segara harus dipenuhi tapi mereka juga ingin memiliki tujuan keuangan
di masa datang.

Isu lain yang harus Anda kembangkan di usia 20-an tahun adalah kebiasaaan untuk
menabung. Menabung menjadi sangat penting bukan hanya bagi mereka yang masih
remaja, tetapi juga mereka yang sudah dewasa dan memasuki masa-masa tua. Kebiasaan
untuk menyisihkan uang untuk masa depan, menunda konsumsi masa sekarang, menjadi
sangat penting dan harus sudah dimulai di masa di mana Anda masih bergantung pada
orang tua Anda.

Memang, memasuki masa bekerja di mana Anda memiliki penghasilan terbatas akan
tetapi pengeluaran yang besar, tetap saja perihal menabung harus Anda kembangkan yang
nantinya menjadi kebiasaan prilaku Anda terhadap uang. Memulai menabung lebih awal
akan memberikan keuntungan dari segi waktu, uang yang harus dikeluarkan serta bunga
berbunga.

Mungkin permasalah keuangan yang kompleks berkenaan antara orang tua dan Anda
sendiri adalah di fase dewasa. Di masa ini biasanya Anda sudah memasuki jenjang
berkelaurga sebagai anak. Di mana Anda sudah memiliki keluarga sendiri. Tapi
terkadang Anda masih sangat bergantung dengan kedua orang tua Anda untuk
permasalahan keuangan. Dan lagi permasalahan mungkin timbul karena kurangnya
komunikasi dan keterbukaan dalam membicarakan permasalah keuangan.

Keterlibatan orang tua Anda dalam keluarga Anda sekarang sering kali menyebabkan
permasalahan. Oleh karena itu permasalahan di fase ini sangat membutuhkan penanganan
yang cermat dan tepat.

Dalam fase ini Anda sebagai anak sudah memiliki keluarga sendiri. Walau Anda sudah
memiliki pekerjaan dan karier, akan sangat mudah bagi Anda untuk tetap berpaling dan
bertumpu kepada orang tua Anda. Hal ini bukanlah hal yang salah. Kebiasaan orang tua
Indonesia akan tetap membantu anaknya walau mereka sudah memiliki karier. Akan
tetapi berpangku tangan atau bersandar kepada orang tua Anda untuk dapat memenuhi
semua keinginan gaya hidup yang Anda pilih bukanlah solusi yang baik.

Bila Anda terbiasa dengan prilaku meminta bantuan kepada orang tua Anda, dengan
melakukan hal ini akan menghambat kemandirian Anda dan akan mempersulit Anda
dalam mengatur dan mengontrol permasalahn keuangan keluarga Anda sendiri.

Diskusi Terbuka

Selanjutnya kita masuk dalam pembahasan keuangan lain, yaitu pentingnya pembahasan
terbuka berkenaan dengan hubungan anak (apalagi anak yang sudah dewasa) dan orang
tua dalam hal keuangan.
Dalam banyak keluarga, keuangan atau uang merupakan subjek yang seluruh keluarga
mengetahuinya akan tetapi tidak satu orang pun dalam keluarga yang secara terbuka
membahasnya. Banyak orang tua yang merasa bahwa keuangan keluarganya bukan
merupakan subjek yang harus diketahui oleh anak-anaknya, dan banyak yang merasa
ragu-ragu dalam membicarakan dengan anak mereka berkenaan dengan masalah
keuangan keluarga anaknya.

Hal ini bisa karena takut menyinggung perasaan anak Anda. Anak-anak yang telah
dewasa pun merasa enggan dan canggung untuk membicarakan permasalah keuangan,
baik keuangan keluarga mereka maupun orang tua mereka. Akibatnya kedua belah pihak
hanya mengetahui sebagian permasalah keuangan masing-masing dan menetapkan
asumsi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan keuangan. Ketidak
terbukaan dalam pembahasan keuangan dapat mengakibatkan terjadinya salah pengertian
atau pemahaman yang dapat berakibat fatal di kemudian hari.

Contoh salah pengertian yang bisa terjadi dalam hal ini adalah, pembicaraan ayah
terhadap anaknya: “Kita membiayai anak kita sampai menyelesaikan kuliahnya dan
sekarang sudah bekerja dengan penghasilan Rp 36 juta/tahun, tapi tetap saja ia masih
membutuhkan bantuan keuangan dari kita. Ke mana uang yang ia hasilkan setiap bulan?
”

Atau mungkin inilah pembicaraan anak mengenai orang tuanya: “Dengan penghasilan
mereka yang hampir Rp 200 juta/tahun, sedangkan pengeluaran mereka rata-rata berkisar
Rp 100 juta/tahun. Tapi di saat saya membutuhkan hanya Rp 50 juta sebagai pinjaman
untuk pembayaran uang muka rumah, sulit sekali mendapatkannya, mengapa?”

Illustrasi seperti di atas bisa sangat tak terbatas bentuknya. Setiap generasi memiliki cara
pandang yang berbeda-beda terhadap perihal keuangan. Yang dibutuhkan adalah saling
tau informasi sehingga tidak terjadi salah pengertian dalam hal keuangan. Mungkin saja
orang tua Anda tidak mengetahui bagaimana sulitnya mengatur gaji yang hanya Rp 36
juta sekarang, dengan gaya hidup masa kini.

Mereka terkadang membandingkan dengan keadaan mereka dulu. Dan Anda sebagai
seorang anak, terkadang juga tidak melihat kebutuhan lain dari orang tua Anda, seperti
masa pensiun nanti serta biaya pengobatan yang kemungkinan besar akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia.

Tanpa adanya cara pandang yang sama perihal keuangan masing-masing, sangat mudah
mengakibatkan pengambilan kesimpulan atau keputusan yang sangat tidak relevan atau
benar.
Menurut hemat kami ada beberapa hal yang dapat membantu Anda dalam berkomunikasi
dengan orang tua Anda berkenaan dengan keuangan:

 Bahas dengan orang tua Anda perihal keuangan Anda dan kedua orang tua Anda.
Sebab, dengan hanya berdiam dapat mengakibatkan ketidak pastian dan salah
persepsi.
 Cobalah untuk berbagi informasi yang akan membangun kebiasaan keterbukaan
dalam membicarakn masalah keuangan.
 Tetaplah memiliki pikiran terbuka dalam membicarakan permasalah keuangan,
baik itu keuangan Anda sendiri maupun keuangan orang tua Anda.

Anak, Uang dan Orang Tua

Hal penting lain yang berkaitan dengan keuangan adalah hubungan antara anak, uang dan
orang tua. Sebagai orang tua Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda berbagai
pengetahuan berkaitan dengan keuangan personal (seperti yang telah kita bahas minggu
lalu). Dan orang tua Anda sebagai kakek dan nenek dari anak-anak Anda juga bisa
mempengaruhi prilaku sosial mereka dan memiliki pemahaman mengenai keuangan dan
bagaimana uang itu mempengaruhi kehidupan mereka.

Pengaruh itu bisa positif tapi juga bisa berdampak negatif. Sehingga sangatlah penting
dalam menentukan dasar keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini
dimiliki oleh orang tua Anda.

Perencanaan keuangan keluarga sangat berpengaruh tehadap prilaku anak-anak Anda


terhadap uang. Ada orang tua yang dengan mudahnya memberikan apa yang diinginkan
oleh anaknya. Tapi banyak juga yang mengharuskan anak-anak mereka memprioritaskan
apa yang diinginkan dan mencoba untuk memperolehnya dengan uang mereka sendiri.
Banyak orang tua yang merasa bahwa kakek-nenek anak-anak mereka memanjakan cucu-
cucunya.

Di lain pihak, kakek, nenek juga merasa bahwa anak mereka terlalu ketat berkenaan
dengan keuangan. Sehingga dibutuhkan saling keterbukaan dalam membahas semua
permasalahan keuangan yang tentunya berdampak terhadap perkembangan anak atau
cucu mereka.

Dalam kehidupan di Indonesia, bila Anda memiliki orang tua yang sudah lanjut usia dan
sulit bagi mereka untuk dapat hidup mandiri dibutuhkan bantuan Anda sebagai anak.

Tidak lazim dalam kebiasaan ketimuran membiarkan orang tua Anda hidup di panti
jompo atau sendiri. Biasanya ada anak yang akan menampung orang tuanya untuk hidup
bersama dalam satu rumah. Hal ini harus Anda bicarakan jangan sampai dalam
perjalanannya nanti malah menjadi bumerang yang akan menyerang Anda sendiri.

Kebutuhan akan biaya pengobatan juga akan semakin meningkat di kala usia sudah mulai
senja, sehingga dibutuhkan perencanaan berkenaan dengan medicare atau asuransi
kesehatan yang sebaiknya Anda miliki. Semakin hari, biaya pengobatan semakin
meningkat. Dengan asuransi kesehatan Anda memiliki anggaran yang dibutuhkan untuk
segala sesuatu yang tidak diinginkan.

Dengan melihat berbagai kemungkinan dalam siklus kehidupan maka dibutuhkan sebuah
perencanaan keuangan yang tepat dan tentunya dibutuhkan saling keterbukaan antara
Anda sebagai anak maupun sebagai seoarang kakek atau nenek. Independensi menjadi
sangat dibutuhkan di saat anak Anda mulai bekerja.

Memang sebagai orang tua akan sangat sulit untuk tidak menolong anaknya bila dalam
kesulitan keuangan, yang terpenting adalah tanamkan kepada anak Anda rasa tanggung
jawab.

Keterbukaan akan permasalahan keuangan Anda dan orang tua Anda juga menjadi sangat
penting. Satu hal lain adalah hubungan antara, orang tua, anak dan cucu-cucu mereka.

Demikianlah, semoga hal ini cukup memberikan wacana bagi pembaca dalam hal
keuangan keluarga. (*)

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN.
Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy
Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.

AAASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS

PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA DAN REMAJA


Pendidikan seks terbaik berawal dari
keluarga.

Kini kecepatan kedewasaan para remaja


lebih awal dibandingkan dengan dulu,
sedangkan lingkungan dan media dibanjiri
dengan banyak hal yang menggoda, dalam
menghadapi penyimpangan akan kesadaran
terhadap seks, masalah pendidikan seks
para remaja telah mempengaruhi setiap
keluarga, lebih - lebih merupakan masalah
penting yang harus dihadapi oleh para
orang tua.

Nilai atau inti dari pada pendidikan seks sebenarnya adalah : cinta kasih, menghormati,
urusan pribadi yang dirahasiakan, tanggung jawab dan lain-lain, dan tidak hanya terbatas
pada memberi bimbingan mengenai "pengetahuan tentang seks" semata.

Sisi negatif dari pendidikan seks adalah menghindari terjadinya masalah dan korban, dan
sisi positifnya adalah memberi bimbingan kepada anak agar bisa memiliki kemampuan
berpikir dan kemampuan bercinta kasih. Sejak dari lahir seorang anak sudah memiliki
hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan dari "rumah". Ia tumbuh dan besar di rumah,
maka hakiki dari rumah adalah cinta, begitu juga hakiki dari pendidikan seks juga
bertolak dari cinta, maka dari itu pendidikan seks dalam keluarga memiliki peran yang
amat sangat penting.

Ketika orang tua anak menghadapi masalah dan tidak tahu harus bagaimana membuka
mulut untuk memulai pembicaraan, sering kali mereka mengambil tindakan yang pasif,
atau mengira diserahkan kepada guru di sekolah untuk mengajar mereka dengan lebih
layak.

Sebenarnya nilai pandang dan sikap orang tua itu sendiri terhadap seks merupakan siklus
belajar bagi anak - anak mereka. Jika menerima penyampaian seks yang menyimpang
(dari media) atau menerima informasi tentang seks yang salah, ayah dan ibu mempunyai
kewajiban untuk segera memberikan bimbingan yang tepat dan mengklarifikasi
permasalahan, juga harus mencegah agar informasi dari media yang tidak sehat tidak
menyerang masuk ke dalam keluarga. Sebenarnya keluarga merupakan siklus yang paling
penting dalam melaksanakan pendidikan seks.

Di bawah ini adalah beberapa prinsip penting di dalam pendidikan seks keluarga, kami
berikan kepada para orang tua sebagai bahan referensi:

1. Siap memberikan pendidikan seks setiap saat

Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu
terhadap seks yang kemungkinan bisa muncul sewaktu - waktu, sebagai orang tua kita
harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan
untuk memberikan bimbingan.

Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun
pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota
tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu
konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.

2. Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan

Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para
orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak - anak mereka, menjadi bahan
perbandingan, bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua
mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor,
tabu dan berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak -
anak.

3. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat

Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks
yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif
di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak, serta memberi jawaban
yang sederhana dan tepat.

Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus
menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan istilah 'burung'
atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini.
Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar,
jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.

4. Penekanan untuk menghormati dan privasi

Menghormati dan privasi adalah konsep penting di dalam pendidikan seks, biarkan anak
dalam penjelajahan rasa ingin tahunya tentang seks, mereka juga belajar menghormati
orang lain. Memberi bimbingan jangan sembarangan menjamah bagian tubuh yang bisa
membuat orang lain tidak nyaman, misalnya bagian dada dan lain-lain.

Pendidikan seks bila dilakukan oleh orang tua sebagai orang yang paling dekat bagi si
anak akan dapat membuat anak merasa aman selama dalam proses penjelajahan terhadap
masalah seks. Dan dengan peran orang tua untuk berkomunikasi dalam keluarga secara
positif dapat membuat anak mengerti bagaimana mencegah berperilaku negatif.
Penyampaian pengetahuan seks secara benar, akan menentukan nilai pandang dan sikap
mereka terhadap seks, dan hal ini juga sangat menentukan keharmonisan keluarga anak di
kemudian hari. (Cai Chunmei/Kepala Bidan Rumah Sakit Kristen Jiayi/Epochtimes/lin)

Anda mungkin juga menyukai