Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Status Gizi

1. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah tingkat keseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhan

gizi. Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor, yaitu fisiologi,

psikososial, perkembangan, budaya dan ekonomi ( Jarvis, 2004 dalam Patimah,

2017).

Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedaakan menjadi 3,

yaitu gizi lebih, gizi baik, dan gizi kurang (Mardalena, 2017).

2. Penilaian Status Gizi

Menurut Gibson, 2005 dalam Patimah, 2017, ada 5 metode penilaian status

gizi, yaitu:

a. Dietary method, untuk menilai tahap awal kekurangan zat gizi. Terdapat dua

metode yang digunakan untuk mengukur konsumsi makanan individu. Pertama,

dikenal sebagai quantitative daily consumption method terdiri atas desain recall

atau record untuk mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi individu lebih

dari 1 hari periode. Kedua, untuk memperoleh informasi retrospektif terhadap

pola penggunaan pangan dalam waktu yang panjang dapat menggunakan dietary

history, food frequency, questioner atau semi quantitative food frequency

questioner .

6
7

b. Laboratory method, terdiri atas tes biokimia statik dan tes fungsional. Hal ini

digunakan untuk mengidentifikasi tahap kedua dan ketiga kekurangan zat gizi.

c. Clinical method, terdiri atas riwayat medis dan pemeriksaan fisik untuk

mendeteksi tanda dan gejala yang berhubungan dengan malnutrisi. Tanda dan

gejala sering tidak spesifik dan hanya dikembangkan selama tahap lanjut dari

kekurangan gizi.

d. Anthropometric method, digunakan untuk memperoleh informai riwayat gizi

pada masa lampau, dapat diukur dengan menggunakan dimensi fisik tubuh dan

komposisi tubuh. Interpretasi dari ukuran antropometrik ditentukan dengan

menggabungkan dengan indikator lain (usia, berat badan) yang dibuat dalam

sebuah indeks. Ada 3 cara pemaparan indicator antropometrik, yaitu presentase,

persentil, dan z-skor atau simpangan baku.

e. Ecological factor, untuk memperoleh informasi berbagai factor lain yang

mempengaruhi status gizi individu atau populasi diantaranya data sosial ekonomi

dan demografi, akses terhadap sanitasi, layanan kesehatan, dan lain-lain.

Antopometri merupakan metode yang lazim digunakan dalam penilaian status

gizi (Malina 2007, dalam Patimah, 2017). Indikator status gizi yang digunakan untuk

kelompok umur remaja didasarkan pada pengukuran antropometri berat badan (BB)

dan tinggi badan (TB),yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur

(TB/U) dan Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U). Indeks masa tubuh dapat

dihitung dengan rumus berikut:

BB(kg)
IMT=
TB ¿ ¿
8

Kemudian kategori IMT dapat dilihat dalam tabel berikut (WHO, 2013):

Status Gizi IMT


Malnutrisi <16 - 18,5
Normal ≥18,5 - <25
Gemuk ≥25 - <30
Obesitas ≥30
Tabel 2.1 kategori IMT

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi (Suhardjo, 2009)

a. Faktor Langsung

1) Infeksi: hubungan infeksi dengan satatus gizi saling timbal balik. Infeksi

memperburuk taraf gizi walaupun mendapat makanan yang baik. Sebaliknya

gangguan gizi memperburuk kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit

infeksi sehingga mudah terserang penyakit.

2) Pendapatan keluarga: penghasilan merupakan factor penting bagi kuantitas dan

kualitas konsumsi makanan. Jika pendapatan naik maka jumlah dan jenis

makanan cenderung ikut membaik juga. Dengan perbaikan taraf ekonomi maka

tingkat gizi pendukung juga akan meningkat.

3) Tingkat pengetahuan: pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang

mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak

pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan

jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.

4) Tingkat pendidikan: tingkat pendidikan turut pula menentukan mudak tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.


9

5) Tingkat konsumsi energi dan protein: keadaan status gizi tergantung dari tingkat

konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Konsumsi yang baik

kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi yang optimal.

b. Faktor Tidak Langsung

1) Besarnya keluarga: hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi

sangat nyata pada masing-masing keluarga. Pembagian pangan yang tepat kepada

setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik.

2) Status pekerjaan orang tua: orang tua yang sudah memiliki pekerjaan penuh tidak

lagi dapat memberikan perhatian penuh terhadap anaknya, apalagi untuk

mengurusnya. Sehingga asupan nutrisi yang dikonsumsi anak menjadi tidak

optimal.

3) Pantangan makanan: pantang terhadap satu atau lebih jenis makanan tidak

menutup kemungkinan masalah gizi atau kekurangan gizi akan timbul.

4) Akses kesehatan: dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal, kebutuhan

kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi.

5) Status kesehatan: gizi kurang dapat menghambat reaksi imunologis dan

berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Secata

umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan dari defisiensi sistem

kekebalan.

4. Masalah Gizi dan Kesehatan Pada Remaja

Menurut Pakar Gizi Indonesia, 2017, masalah gizi dan kesehatan pada remaja

ada 3, yaitu:

a. Gangguan makan
10

Terdapat dua macam gangguan makan, yaitu anoreksia dan bulimia nervosa.

Kedua gangguan ini biasanya terjadi akibat timbulnya obsesi untuk membentuk tubuh

langsing dengan cara menguruskan badan.

b. Obesitas

Pada masa ini, resiko obesitas meningkat karena penurunan aktivitas fisik dan

peningkatan konsumsi tinggi lemak dan karbohidrat, tetapi memiliki kandungan gizi

rendah.

c. Anemia

Remaja perempuan beresiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan

remaja laki-laki karena perempuan mengalami menstruasi setiap bulan sehingga

banyak kehilangan zat besi.

B. Konsep Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat

kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya (Haryono, 2016).

Menstruasi merupakan salah satu ciri kedewasaan perempuan, sesuatu yang normal,

yang apabila tidak terjadi maka akan menjadi masalah kesehatan yang serius bagi

perempuan (Anurogo dan Wulandari, 2011).

2. Hormon-hormon yang Mempengaruhi Menstruasi

a. Esterogen

Hormon esterogen berperan penting dalam pembentukan fisik dan organ

reproduksi wanita, misalnya dalam pertumbuhan payudara, rambut di sekitar organ


11

intim, memproduksi sel telur di dalam ovarium, serta mengatur siklus menstruasi.

Estrogen akan meningkat pada fase ovulasi dan menurun pada fase luteal.

b. Progesterone

Salah satu fungsi hormon progesteron adalah merangsang lapisan dinding

rahim untuk menebal dan menerima sel telur yang siap dibuahi. Kadar hormon ini

sangat rendah pada fase folikular dan akan mengalami peningkatan pada fase luteal.

Hormon ini diproduksi setelah melewati fase ovulasi.

c. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotrophin-releasing hormone/GnRh)

Hormon ini diproduksi di dalam otak dan berfungsi merangsang tubuh untuk

menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein

d. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone/FSH)

Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus menstruasi, kadar

hormon ini akan meningkat sebelum fase ovulasi.

e. Hormon pelutein (luteinizing hormone/LH)

Hormon ini berfungsi merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur selama

ovulasi. Jika sel telur bertemu sperma dan dibuahi, hormon ini akan merangsang

korpus luteum untuk memproduksi progesteron.

3. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid yang baru. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama siklus.

(Haryono, 2016). Cara menghitung siklus menstruasi sangatlah mudah. Hanya


12

dengan bantuan kalender, seorang remaja sudah bisa menghitung siklus menstruasi

tersebut dengan cara menandai hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai hari

pertama haid berikutnya (Laila, 2011).

Menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus tidak kurang dari 24 hari

dan tidak melebihi 35 hari. Normalnya, lama menstruasi adalah 3-10 hari. Untuk

menilai keteraturan siklus menstruasi yang terjadi, dapat dilakukan dengan pencatatan

hari pertama menstruasi selama 6 bulan berturut-turut (Prawirohardjo, 2011). Siklus

menstruasi dikatakan teratur apabila berjalan minimal 3 kali siklus dengan lama

siklus yang sama. Ketidakteraturan siklus menstruasi adalah kondisi dimana siklus

menstruasi bervariasi dari bulan ke bulan (Tarigan, 2010 dalam Kurniawati, 2012).

Menurut Anurogo dan Wulandari, 2011, siklus menstruasi dibagi menjadi 3

fase, yaitu:

a. Fase folikuler

Fase ini dimulai dari hari ke-1 hingga sesaat sebelum kadar LH, hormone

gonadotropik yang disekresi oleh kelenjar pituitary anterior serta berfungsi

merangsang pelepasan sel telur dan membantu pematangan serta perkembangan sel

telur; meningkat dan terjadi pelepasan sel telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikuler

karena pada masa ini terjadi pertumbuhan folikel didalam ovarium.

Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH meningkat sehingga

merangsang pertumbuhan folikel sebanyak 3-30 folikel yang masing-masing

mengandung satu sel telur. Hanya satu folikel yang terus tumbuh dan yang lainnya

akan hancur. FSH adalah hormone gonadotropin yang merangsang (menstimulasi)

sel telur untuk memproduksi folikel dominan yang akan matang dan melepaskan telur
13

yang dibuahi saat ovulasi, dan berperan untuk menstr=imulasi folikel ovarium untuk

memproduksi hormone estrogen.

Pada satu siklus, sebagian indung telur dilepaskan sebagai respon terhadap

penurunan kadar hormon estrogen dan hormone progesteron.

b. Fase ovulatoir

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel telur

dilepaskan. Pada umumnya sel telur dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya

peningkatan kadar LH.

Folikel yang matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur

sehingga akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel

telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri hebat pada perut bagian bawah.

Nyeri ini akan terjadi selama beberapa menit hingga beberapa jam, mengikuti proses

pelepasan sel telur.

c. Fase luteal

Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14 hari.

Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan

membentuk corpus liteum (disebut juga yellow body, struktur anatomis yang kecil

dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa subur atau reproduksi

wanita, corpus liteum dibentuk setelah setiap ovulasi atau pelepasan sel telur) yang

menghasilkan progesterone dalam jumlah cukup besar. Hormone progesterone ini

akan menyebabkan suhu tubuh meningkat. Ini terjadi pada masa luteal dan akan terus

tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu badan ini dapat digunakan

sebagai perkiraan terjadinya ovulasi.


14

Setelah 14 hari, corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan

dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam masa aktif reproduksi,

kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan. Jika telur dibuahi maka

corpus luteum akan menghasilkan HCG (Human Chorionic Gonadotropine) yang

memelihara progesterone hingga dapat menghasilkan hormon sendiri.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Menstruasi disebut tidak teratur hanya bila tidak mengikuti pola normal siklus

seseorang. Anovulasi (tidak melepaskan telur) adalah penyebab utama keterlambatan

menstruasi pada banyak wanita(Haryono, 2017).

Karena beberapa penyebab, menstruasi mengalami penyimpangan. Akibat

penyimpangan ini perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Sebagian

perempuan mengalami menstruasi yang tidak normal, gangguan ini tidak boleh

didiamkan karena dapat berdampak serius. Menstruasi yang tidak teratur dapat

menjadi pertanda bahwa seorang perempuan kurang subur atau infertil. Menstruasi

tidak teratur disebabkan oleh hal-hal yang terkait dengan gaya hidup atau masalah

kesehatan seperti (Haryono, 2017):

a. Peningkatan stress

Ini adalah penyebab yang paling umum. Ketika seseorang stress. Kelenjar

adrenal mengeluarkan hormon kortisol yang berdampak langsung pada beberapa

hormone yang terlibat dalam menstruasi seperti estrogen dan progesterone.

b. Status Gizi
15

Berat badan rendah dan obesitas dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur.

Dalam situasi ini, otak tidak dapat memicu hormon-hormon yang tepat untuk

perkembangan folikel, yang diperlukan untuk membuat estrogen.

c. Kehamilan

Alasan paling umum dari siklus menstruasi yang tidak teratur dalam

kelompok usia reproduksi biasanya berhubungan dengan kehamilan. Jika periode

haid terlewati, tes kehamilan menjadi sebuah keharusan.

d. Menyusui

Siklus yang tidak teratur juga merupakan tanda umum yang sering terjadi

pasca kehamilan. Banyak ibu mengalami ketidakteraturan menstruasi sampai selesai

menyusui. Hal ini normal dan tidak menjadi masalah.

e. Kontrasepsi

Pemberian suntikan untuk kontrasepsi pasca melahirkan juga dapat

menyebabkan menstruasi tidak teratur.

f. Periode perimenopause

Ketidakterauran ini disebabkan oleh ketidakseimbangan progesterone,

hormone yang mengatur jumlah dan lama pendarahan. Fluktuasi progesterone

membuat menstruasi berlangsung lebih lama atau lebih pedek.

g. Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)

SOPK terjadi ketika beberapa kista yang sangat kecil berkembang didalam

ovarium. Ovarium menghasilkan folikel yang memproduksi tingkat estrogen yang


16

tinggi tetapi tidak pernah melepaskan sel telur, mengakibatkan menstruasi tidak

teratur.

h. Ketidakseimbangan hormon androgen

Beberapa wanita mengalami menstruasi yang tidak teratur karena memiliki

terlalu banyak androgen. Hormone laki-laki yang normalnya sedikit di tubuh wanita

ini dapat menyebabkan pertumbuhan rambut pada wajah, dagu, dada, dan perut, dan

kadang-kadang dikaitkan dengan berat badan yang berlebihan.

i. Gangguan tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormone yang menjaga metabolism tubuh.

Hormone tiroid yang tidak seimbang seperti pada hipotiroidisme dapat

mengakibatkan berbagai gejala seperti menstruasi yang tidak teratur, kelelahan,

penambahan berat badan, dan depresi.

j. Kegagalan ovarium premature

Kondisi ini adalah ketika seseorang berhenti menstruasi sebelum usia 40

tahun. Bedah, kemoterapi, dan terapi radiasi, perut atau panggul dapat menyebabkan

kegagalan ovarium premature.

5. Gangguan Menstruasi dan Siklus Menstruasi

Terjadinya menstruasi merupakan perpaduan antara kesehatan alat genetalia dan

rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata rantai aksis

hipotalamus-hipofisis-ovarium. Oleh karena itu, gangguan menstruasi dan gangguan

siklus menstruasi dapat terjadi dari kelainan kedua factor tersebut. Beberapa bentuk

kelainan menstruasi dan siklus menstruasi masa reproduksi aktif adalah sebagai

berikut (Hatmanti, 2015):


17

a. Kelainan tentang banyak dan lama pendarahan

1) Hipermenorea (menoragia)

Jadwal siklus menstruasi tetap, tetapi kelainan terletak pada jumlah

perdarahan lebih banyak dan dapat disertai gumpalan darah dan lamanya perdarahan

lebih dari 8 hari. Terjadinya hipermenorea berkainan dengan kelainan pada Rahim,

yaitu mioma uteri, polip endometrium, dan gangguan pelepasan endometrium.

2) Hipomenorea

Siklus menstruasi tetap, tetapi lama pendarahanmemendek kurang dari 3 hari.

Hipomenorea dapat disebabkan kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi

penderita yang rendah, penyakit menahun dan gangguan hormonal.

b. Kelainan siklus menstruasi

1) Polimenorea

Terdapat siklus menstruasi yang memendek dari biasa yaitu kurang dari 21

hari, sedangkan jumlah pendarahan relative tetap. Polimenorea merupakan gangguan

hormonal. Dengan umur korpus luteum memendek, sehingga siklus menstruasipun

menjadi lebih pendek.

2) Oligomenorea

Siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah

perdarahan tetap sama. Oligomenorea disebabkan oleh gangguan hormonal. Bila

oligomenorea berkelanjutan selama tiga bulan berturut-turut disebut amenorea.

3) Amenorea

Adalah keadaan tidak datangnya menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.

Terdapat dua bentuk amenorea, yaitu: amenorea primer (bila tidak menstruasi sampai
18

umur 18 tahun atau lebih karena kelainan reproduksi) dan amenorea sekunder

(pernah mendapatkan menstruasi tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan).

4) Keterlambatan menstruasi 1-5 hari merupakan hal yang wajar, biasanya

dipengaruhi oleh factor stress, kelelahan, diet yang terlalu ketat, kurang gizi, dsb.

Tetapi bila keterlambatan menstruasi lebih dari 5 hari biasanya disebabkan karena

gangguan hormonal dan sebaiknya berobat ke dokter.

c. Perdarahan diluar menstruasi (metroragia)

Merupakan perdarahan yang terjadi diluar menstruasi dengan penyebab

kelainan genitalia.

d. Keadaan lain berkaitan dengan menstruasi

1) Ketegangan pra-menstruasi

Keluhan pre-menstruasi terjadi sekitar beberapa hari sebelum bahkan sampai

saat menstruasi berlangung. Gejala ini dijumpai pada wanita sekitar umur 30-45

tahun.

2) Mistodinia/mastalgia

Rasa tegang dan nyeri pada payudara menjelang menstruasi. Disebabkan oleh

dominasi hormone estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam disertai hyperemia

didaerah payudara.

3) Perdarahan ovulasi (mittelschmer)

Rasa nyeri saat ovulasi (pelepasan ovum) yang dapat berlangsung beberapa

jam sampai beberapa hari, pada pertengahan siklus menstruasi.

4) Dismenorea
19

Merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-

hari. Terdapat dua bentuk dismenorea, yaitu: dismenorea primer (tidak terdapat

kelainan organ dimana Rahim dalam batas normal) dan dismenorea sekunder (bila

terdapat kelainan organik seperti mioma, polip endometrial, dan endometriosis).

C. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa

ini merupakan masa perubahan dan peralihan dari masa kanan-kanak ke masa dewasa

merupakan perubahan biologis, perubahan psikologis, dan di perubahan sosial.

Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai usia

10-13 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun (Notoadmojo, 2007 dalam Winarti 2017).

Remaja atau ”Adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin “Adolescare”

yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan

hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis

(Widiastuti, 2009 dalam Winarti 2017).

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Dengan demikian pola pikir dan tingkah lakunya merupakan

peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008 dalam Winarti

2017).

2. Batasan Usia Remaja


20

Definisi yang digunakan oleh departemen kesehatan adalah mereka yang

berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (direktorat

remaja dan perlindungan hak reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun

(BKKBN, 2006 dalam Winarti 2017).

Menurut Kumalasari (2012) tiga hal yang menadi masa remaja penting sekali

bagi kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

a. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting

karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering

disebut masa pubertas.

b. Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara cepat dan tidak

seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). Perubahan yang besar

ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu

pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya agar mereka

dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat, baik

jasmani, mental, maupun psikososial.

c. Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap

remaja laki-laki dan wanita. Bagi laki-laki masa remaja merupakan saat

diperolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan saat

dimulainya segala bentuk pembatasan (pada zaman dulu gadis mulai dipingit

ketika mereka mulai menstruasi).

Walaupun dewasa ini praktik seperti itu telah jarang dilakukan, namun

perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan wanita ini dapat menempatkan

remaja wanita dalam posisi yang dirugikan. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja
21

laki-laki dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi

remaja agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas.

3. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Menurut Sarwono, 2010 dalam Winarti, 2017, dalam proses penyesuaian diri

menuju ke dewasa, ada 2 tahap perkembangan remaja:

a. Remaja Awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran akan perubahan yang terjadi

pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang

secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja pada lawan jenis ia sudah berfantasi

erotic. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan. Ia senang kalau banyak

teman yang mengakuinya, ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman yang sama dengan dirinya, setelah itu, ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana atau tidak peduli, ramai

atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau matrealis dan sebagainya. Remaja pria

harus membebaskan diri dari Oedius complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada

masa anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan.

c. Remaja Akhir (late adolescent)


22

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian lima hal yaitu:

1) Minta semakin mantap dengan fungsi intelek

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam

pengalaman baru

3) Terbentuknya idealis seksual yang tidak akan berubah lagi

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (prevate self) dan masalah

umum.

4. Perkembangan remaja dan tugasnya

Manusia dalam menjalani serangkaian proses kehidupannya mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan yang erat kaitannya dengan

peningkatan kuantitas pada fisik manusia terjadi sejak masa konsepsi dan berhenti

setelah mencapai maturasi (kematangan) yang terjadi pada masa remaja atau masa

dewasa awal seperti dinyatakan oleh Tanner (1984) “the final part of the pattern is

the leveling of at the beginning pf adulthood, wick remarks the end of growth as we

usually thing of it”.

Menurut Peterson, 1996 dalam Winarti, 2017,menyatakan bahwa perubahan

yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi 4 kriteria yaitu:

a. Permanent: perubahan yang terjadi bersifat permanen.

b. Qualitative: perubahan yang terjadi menunjukkan perubahan total dari seseorang

c. Progressive: perubahan yang terjadi merupakan perwujudan aktualisasi seseorang


23

d. Universal: perubahan yang terjadi bersifat umum dan dialami oleh individu-

individu yang lain pada tahapan usia yang hamper sama.

Adapun tugas perkembangan remaja menurut Hurlock, 1991 dalam Winarti,

2017, adalah sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian ekonomi

e. Mencapai kemandirian emosional

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasi nilai orang dewasa dan orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan memahami dam

mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

5. Tumbuh Kembang Remaja

Menurut Kumalasari (2012), pengertian tumbuh kembang adalah

pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh

kembang remaja merupakan proses atau tahap perubahan antara transisi dari masa

kanak-kanak menjadi masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan,

diantaranya adalah sebagai berikut:


24

a. Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat badaniyah, baik yang bisa

dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat

b. Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku

c. Perkembangan kepribadian, dimana masa ini tidak hanya dipengaruhi oleh orang

tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar sekolah

6. Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Menurut Dep Kes (2012) Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami

perubahan struktur tubuh dari anak menjadi dewasa (pubertas). Pada masa ini terjadi

suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk ini didalamnya

pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang

ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang

terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda sebagai berikut:

a. Tanda seks primer

Tanda seks primer yang dimasud adalah yang berhubungan langsung dengan

organ seks. Dalam modul kesehatan reproduksi (Dep Kes, 2012) disebutkan bahwa

ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut:

1) Remaja laki

Remaja laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami

mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki usia antara 10-15 tahun.

Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki ejakulasi. Ejakulasi
25

terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini adalah

pengalaman yang normal bagi semua remaja laki.

2) Remaja wanita

Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah

ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Mentruasi adalah proses

peluruhan lapisan dalam endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah

dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa

menopouse yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun.

b. Tanda seks sekunder

Menurut Kusmiran (2011) dalam Kumalasari (2012), ciri seks sekunder pada

masa remaja adalah sebagai berikut:

1) Remaja laki-laki

a) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.

b) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul

menyempit.

c) Bertumbuh rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki.

d) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi.

e) Tumbuh jakun, suara menjadi besar

f) Penis dan buah zakar membesar

g) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak

h) Rambut menjadi lebih berminyak

i) Produksi keringat menjadi lebih banyak

2) Remaja perempuan
26

a) Lengan dan tungkai kai bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.

b) Pinggul lebar, bulat dan membesar

c) Tumbuh bulu halus disekitar ketiak dan vagina

d) Tulang wajah mulai memanjang dan membesar

e) Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu

berkembang, payudara menjadi lebih besar dan bulat.

f) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori bertambah besar,

kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

g) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang

akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.

h) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

7. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Menurut Widyastuti (2009) Perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada

remaja adalah:

a. Perubahan emosi

Perubahan tersebut berupa kondisi:

1) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya

bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri,

terutama sebelum menstruasi.

2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang

mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari

perhatian dan perhatian dan bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu.


27

3) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama

dengan temannya daripada tinggal dirumah

b. Perkembangan intelegensia

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:

1) Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik.

2) Cenderung ingin mengetahui hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba.

3) Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih

lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

8. Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Remaja

Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara

keseluruhan, karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula

pada sistem reproduksi. Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk

terhadap kesehatan remaja termasukkesehatan reproduksinya menurun (WHO, 2008

dalam Winarti, 2017).

a. Masalah gizi buruk

1) Anemia dan kurang energi kronik (KEK)

2) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan

panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

dikemudian hari

b. Masalah pendidikan
28

1) Butu huruf, yang menyebabkan remaja tidak mempunyai akses informasi yang

dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil keputusanyang terbaik untuk

kesehatan dirinya

2) Pendidikan rendah mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan

fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap

derajat kesehatan diri dan keluarga

c. Masalah lingkungan dan pekerjaan

1) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja

yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja

2) Lingkungan sosial yang kurang sehat dan dapat menghambat, bakan merusak

kesehatan fisik, mental dan emosional remaja

d. Masalah seks dan seksualitas

1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas

misalnya mitos yang tidak benar

2) Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan

kesehatan seksualitas

3) Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang mengarah kepada penularan

HIV/AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks yang dewasa ini semakin

menghawatirkan

4) Penyalahgunaan seksual

5) Kehamilan remaja

6) Kehamilan pranikah//diluar ikatan pernikahan

e. Masalah perkawinan dan kehamilan dini


29

1) Ketidakmatangan fisik secara fisik dan mental

2) Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar

3) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri

4) Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman

D. Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi

Menurut Marmi (2013), status gizi memiliki peranan penting dalam siklus

menstruasi. Asupan zat gizi dan status gizi yang baik sangat diperlukan agar siklus

ovulasi dapat terpelihara dengan normal. Status gizi pada perempuan baik

kekurangan maupun kelebihan akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus

yang tidak memberikan rangsangan kepada hipofisis anterior untuk menghasilkan

FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Leuteinizing Hormone). Hubungan

status gizi dengan menstruasi yaitu jumlah perempuan anovulasi akan meningkat

apabila berat badannya mengalami perubahan (meningkat atau menurun). Pada

remaja perempuan dengan gizi lebih, jumlah hormon estrogen dalam darah

meningkat akibat meningkatnya jumlah lemak tubuh. Kadar hormon estrogen yang

tinggi memberi dampak negatif terhadap sekresi hormon GnRH yang dapat

menghambat hipofisis anterior untuk mensekresikan hormon FSH. Adanya hambatan

pada sekresi hormon FSH menyebabkan terganggunya pertumbuhan folikel sehingga

tidak terbentuk folikel yang matang. Hal inilah yang menjadi dasar mekanisme

panjangnya siklus menstruasi atau keterlambatan menstruasi. Pada remaja perempuan

yang mempunyai status gizi kurang juga akan mengalami hambatan dengan

menstruasinya. Kehilangan berat badan secara besar-besaran dapat menyebabkan

penurunan hormon gonadotropin untuk pengeluaran LH dan FSH yang


30

mengakibatkan kadar estrogen akan turun sehingga berdampak negatif pada siklus

menstruasi dan ovulasi.

Penelitian yang dilakukan Nana Aldriana pada 2018 yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada mahasiswi di Universitas Pasir

Pengaraian” didapatkan hasil bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

siklus menstruasi adalah status gizi. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yuli Trisnawati dan Tri Anasari pada 2017 yang berjudul “Korelasi Indeks Masa

Tubuh Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Ylpp

Purwokerto” didapatkan hasil sebagian besar responden dengan IMT berlebih

(66,7%) memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur, sedangkan responden dengan

IMT normal sebagian besar (63,6%) memiliki sikus menstruasi yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai