Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322696914

Pemanfaatan Limbah Spent Bleaching Earth (SBE) dari Industri Pengolahan


Minyak Kelapa Sawit pada Aplikasi Bata Beton

Conference Paper · January 2018

CITATIONS READS

0 3,289

1 author:

Agung Sumarno
Indonesian Institute of Sciences
7 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Civil Engineering Development View project

Utilization of natural pozzolan from waste materials in concrete View project

All content following this page was uploaded by Agung Sumarno on 25 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Lignoselulosa 2017
Cibinong, 12 September 2017

PEMANFAATAN LIMBAH SPENT BLEACHING EARTH (SBE) DARI INDUSTRI


PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA APLIKASI BATA BETON

Agung Sumarno1*, Eko Widodo1, Ananto Nugroho1, Triastuti1, dan Lisman Suryanegara1
1
Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong-Bogor 16911,
Indonesia

*Email korespondensi : agun010@lipi.go.id

Abstrak

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat yang terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin banyak. Dengan demikian penggunaan mortar pada
aplikasi bata beton untuk komponen rumah akan meningkat, sehingga penggunaan agregat halus
dari material pasir alam yang terus menerus akan mengakibatkan ketersediaan material tersebut
di alam semakin menipis. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan memanfaatkan
material limbah spent bleaching earth (SBE) sebagai subsitusi sebagian agregat halus untuk
menggantikan material pasir alam. Variasi subsitusi SBE yang digunakan adalah 10 %, 20 %, 30
%, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %, 80 %, 90 %, dan 100 % dari volume agregat halus. Perbandingan
komposisi mortar adalah semen : agregat halus (1 : 4) dengan ratio air semen 0,5 dan dicetak
menjadi sampel kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm. Pengujian yang dilakukan
meliputi workability, density, penyerapan air, dan kuat tekan pada umur 28 hari. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini dan mengacu pada SNI 03-0389-1989 menunjukkan bahwa
subsitusi SBE 10 % dapat digunakan untuk bata beton dengan tingkat mutu I dengan kuat tekan
rata-rata yang dihasilkan 115 kg/cm2, subsitusi SBE 20 % dapat digunakan untuk bata beton
dengan tingkat mutu II dengan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan 76 kg/cm2, subsitusi SBE
30 % dapat digunakan untuk bata beton dengan tingkat mutu III dengan kuat tekan rata-rata
yang dihasilkan 52 kg/cm2, subsitusi SBE 40 % dan 50 % dapat digunakan untuk bata beton
dengan tingkat mutu IV dengan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan 33 kg/cm2 dan 26 kg/cm2
dan pada subsitusi SBE 60 % - 100 % tidak dapat digunakan untuk bata beton.

Kata kunci : Mortar, Agregat Halus, Spent Bleaching Earth (SBE), Bata Beton

Pendahuluan

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan berdampak pula
terhadap tingginya kebutuhan tempat tinggal. Hal ini mengakibatkan tingginya pembangunan disektor
properti terutama perumahan. Sehingga penggunaan bata beton untuk komponen rumah juga akan
meningkat, yang mengakibatkan ketersediaan material pasir alam yang merupakan salah satu
penyusun bata beton akan semakin menipis. Dengan demikian sangat perlu dilakukan penelitian
terhadap material yang dapat dijadikan subsitusi pasir, sehingga dapat menahan ketersediaannya di
alam.
Pada penelitian ini dilakukan eksperimen dengan menggunakan material limbah Spent
Bleaching Earth (SBE) sebagai subsitusi sebagian agregat halus (pasir alam) dengan harapan SBE
dapat diaplikasikan sebagai material penyusun bata beton untuk kebutuhan konstruksi bangunan
khususnya tempat tinggal. SBE adalah limbah padat dari penggunaan Bleaching Earth (BE) untuk
pemurnian minyak kelapa sawit (Fattah, 2014). Dikarenakan SBE mengandung minyak dan apabila
dibuang langsung ke alam akan berdampak bagi lingkungan sehingga dikategorikan sebagai limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan PP No 85 Tahun 1999.
Untuk memisahkan antara padatan dan minyak salah satunya dengan metode ekstraksi pelarut
dengan hasil SBE mengandung rendemen minyak sebesar 15, 37 % yang diekstraksi dengan pelarut n-

40
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2017
Cibinong, 12 September 2017

heksan dan 24,14 % bila diekstraksi dengan pelarut aseton (Krisyanti, 2011). Upaya pemisahan
dengan menggunakan pelarut organik juga telah dilakukan (Al-Zahrani, 2000), namun memerlukan
proses yang sangat rumit dan mahal sehingga perlu dilakukan penelitian dengan memanfaatkan
langsung limbah SBE salah satunya adalah menjadikan material ini sebagai material bangunan.
Penelitian sebelumnya yang memanfaatkan limbah SBE secara langsung adalah dengan
menjadikan SBE sebagai material bata tanpa proses pembakaran (Wangrakdiskul, 2014). Meskipun
telah banyak penelitian tentang pemanfaatan limbah dari sektor agrikultur sebagai material bangunan
(Shafigh, 2014), namun belum banyak penelitian untuk memanfaatkan SBE sebagai material
bangunan atau sejenisnya. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak SBE
dapat digunakan sebagai material subsitusi sebagian agregat halus (pasir alam) pada aplikasi bata
beton.

Material dan Metode

Penelitian ini menggunakan semen tipe I, agregat halus pasir alam yang berasal dari daerah
Cimangkok, Jawa Barat dan Spent Bleaching Earth (SBE) dengan Specific Gravity yang disajikan
pada Tabel. 1
Tabel 1. Specific Gravity Material
Material Specific Gravity
Semen tipe I 3.15
Pasir Alam 2.35
SBE 1.30

Metode penelitian dilakukan dengan cara eksperimental dengan tahapan penelitian yang
meliputi pembuatan sampel, perawatan sampel dan pengujian kuat tekan.

Pembuatan Sampel
Sampel dibuat dengan komposisi semen : agregat halus (1:4) dari volume campuran dengan
variasi subsitusi SBE yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%,
90%, 100% dari volume agregat halus, dan faktor air semen yang digunakan adalah 0.5.
Proposi campuran disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Proporsi campuran mortar


Variasi Kode Semen (g/cm3) Agregat halus(g/cm3) SBE(g/cm3) Air(g/cm3)
Kontrol M0 0.63 1.880 0 0.315
SBE 10% M10 0.63 1.692 0.104 0.315
SBE 20% M20 0.63 1.504 0.208 0.315
SBE 30% M30 0.63 1.316 0.312 0.315
SBE 40% M40 0.63 1.128 0.416 0.315
SBE 50% M50 0.63 0.940 0.520 0.315
SBE 60% M60 0.63 0.752 0.624 0.315
SBE 70% M70 0.63 0.564 0.728 0.315
SBE 80% M80 0.63 0.376 0.832 0.315
SBE 90% M90 0.63 0.188 0.936 0.315
SBE 100% M100 0.63 0 1.040 0.315

Material dicampur dengan mortar mixer sehingga membentuk mortar segar yang kemudian
diuji leleh (slump) untuk mengetahui workability dari campuran (SNI 03-6882-2002). Setelah itu
mortar segar dituang pada cetakan dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm sebanyak 6 sampel untuk
tiap variasi dan ditunggu hingga 24 jam untuk kemudian dilakukan pembongkaran cetakan dan
perawatan.

41
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2017
Cibinong, 12 September 2017

Perawatan
Setelah dilakukan pembongkaran cetakan, masing-masing sampel diukur dimensi dan beratnya
untuk mendapatkan density dari sample, kemudian sampel direndam pada air bersih hingga waktu
pengujian yang telah ditentukan (SNI 03-6825-2002).

Pengujian Kuat Tekan


Setelah usia 28 hari mortar dikeluarkan dari perendaman dan diukur penyerapannya
kemudian diuji menggunakan mesin kompresi untuk mortar (SNI 03-6825-2002), hasil
pengujian kuat tekan mortar dikomparasi dengan persyaratan bata beton untuk pasangan dinding
(SNI 03-0349-1989).

Hasil dan Pembahasan

Workability
Indikator kemudahan pekerjaan campuran mortar adalah nilai leleh (slump) yang dihasilkan.
Pada penelitian ini beton kontrol menghasilkan nilai slump paling baik yaitu 150 mm , dan terus
menurun dengan semakin banyaknya jumlah SBE yang digunakan. Variasi subsitusi SBE maksimum
yang dapat dilakukan adalah 70 % dengan nilai slump 100 mm karena subsitusi SBE sebesar 80 %, 90
% dan 100 % mortar tidak dapat dicetak. Nilai workability disajikan pada Gambar 1.

150
Nilai Slump (mm)

100

50
M0 M10 M20 M30 M40 M50 M60 M70

Gambar 1. Nilai workability


Variasi
Gambar 1. Nilai workability
Densitas
Nilai densitas yang dihasilkan pada beton kontrol yaitu sebesar 1,93 g/cm3 , dan nilai densitas
terus menurun seiring dengan semakin banyak variasi SBE yang di subsitusikan pada campuran. Nilai
densitas terendah dihasilkan pada variasi subsitusi SBE 70 % yaitu sebesar 1,45 g/cm3 dan subsitusi
SBE sebesar 80 %, 90 % dan 100 % mortar tidak dapat dicetak. Nilai densitas disajikan pada Gambar
2.
2
Density (g/cm3)

1.5

0.5

0
M0 M10 M20 M30 M40 M50 M60 M70

Variasi

Gambar 2. Nilai densitas

42
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2017
Cibinong, 12 September 2017

Penyerapan air
Semakin banyak variasi SBE yang di subsitusikan pada campuran maka nilai penyerapan akan
meningkat hal ini terlihat bahwa beton kontrol yang semula menghasilkan penyerapan sebesar 2,02 %
meningkat seiring dengan banyaknya SBE yang di subsitusikan pada campuran dan penyerapan yang
tertinggi dihasilkan oleh variasi SBE 70 % dengan nilai penyerapan 6,56 %. subsitusi SBE sebesar 80
%, 90 % dan 100 % mortar tidak dapat dicetak. Nilai penyerapan air disajikan pada Gambar 3.

6
Penyerapan Air (%)

2
Gambar 3. Nilai penyerapan air
1

0
M0 M10 M20 M30 M40 M50 M60 M70

Variasi
Gambar 3. Nilai penyerapan air

Kuat Tekan
Hasil pengujian kuat tekan pada umur 28 hari menunjukkan bahwa subsitusi SBE 10 % dapat
digunakan untuk bata beton dengan tingkat mutu I dengan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan 115
kg/cm2, subsitusi SBE 20 % dapat digunakan untuk bata beton dengan tingkat mutu II dengan kuat
tekan rata-rata yang dihasilkan 76 kg/cm2, subsitusi SBE 30 % dapat digunakan untuk bata beton
dengan tingkat mutu III dengan kuat tekan rata-rata yang dihasilkan 52 kg/cm2, subsitusi SBE 40 %
dan 50 % dapat digunakan untuk bata beton dengan tingkat mutu IV dengan kuat tekan rata-rata yang
dihasilkan 33 kg/cm2 dan 26 kg/cm2 dan pada subsitusi SBE 60 % - 100 % tidak dapat digunakan
untuk bata beton. Nilai kuat tekan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai kuat tekan


Variasi SBE dari Kuat tekan rata-rata Tingkat mutu bata beton
volume pasir (%) umur 28 hari (SNI 03-0349-1989)
(kg/cm2)
0 150 I
10 115 I
20 76 II
30 52 III
40 33 IV
50 26 IV
60 23 Tidak lolos standard
70 20 Tidak lolos standard
80 Tidak dapat dicetak
90 Tidak dapat dicetak
100 Tidak dapat dicetak

43
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2017
Cibinong, 12 September 2017

Kesimpulan

Limbah SBE (Spent Bleaching Earth) dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pasir pada campuran
mortar pada pembuatan bata beton pembuatan untuk pasangan dinding mulai dari variasi subsitusi 10 %
hingga maksimum 50 % menggantikan agregat halus pasir alam. Semakin besar persentase penggatian
pasir dengan SBE akan menurunkan kualitas bata beton dan proses pengerjaan semakin sulit namun, dari
hasil penelitian diperoleh penggantian pasir dengan SBE sebesar 50 % masih dapat menghasilkan mutu
bata beton paling rendah yaitu mutu IV.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada seluruh member Komunitas Beton Indonesia (KOBI) yang telah memberi
suport dalam proses penelitian ini dan juga kepada seluruh teknisi di Pusat Penelitian Biomaterial yang
membantu dalam proses penelitian ini.

Daftar Pustaka
Al-Zahrani, A.A., Daous, M.A. 2000. Recycling of Spent Bleaching Clay and Oil Recovery. Trans IchemE.
78, 224-228.
Fattah, R. A., Mostafa, N. A., Mahmoud, M.S., & Abdelmoez, W. (2014). Recovery of oil and free fatty
acids from spent bleaching earth using sub-critical water technology supported with kinetic and
thermodynamic study . Advances in Bioscience and Biotechnology. 5, 261-272.
Badan Standarisasi Nasional. (1989). Bata Beton Untuk Pasangan Dinding. SNI 03-0349-1989.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk
Pekerjaan Sipil. SNI 03-6825-2002.
Badan Standarisasi Nasional. (2002). Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan. SNI 03-6882-2002.
Krisyanti, S. & Sukandar. (2011). Recovery Minyak Dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Spent Bleaching Earth dengan Metode Ekstraksi Pelarut. Jurnal Teknik Lingkungan, 17, 35-46.
Shafigh, P., Mahmud, H.B., Jumaat, M.Z., Zargar, M. 2014. Agricultural Waste as Aggregat in
Concrete Mixture-A Review. Contruction and Building Materials. 53, 110-117.
Wagrakdiskul, U.,Khonkaew, P., & Wongchareonsin,T. (2014). Use of the Spent Bleaching Earth from
Palm Oil Industry in Non Fired Wall Tiles. Proceeding International Symposium on the Fusion
Technologies, 1-10.

44
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai