Anda di halaman 1dari 18

  

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH


            Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.Yang dimaksud

dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah

sekitar Laut Tengah.Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA

yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925.Beliau menjumpai anak-anak yang menderita

anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan

anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan

nama penemunya.

            Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang telah agak besar
menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus
bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas
mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.
            Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi juga di Asia
Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO, 1983) sebelum pertama sekali
ditemui pada tahun 1925 (Lihat Gambar 2).Di Indonesia banyak dijumpai kasus thalassemia, hal
ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk dan percampuran penduduk.Menurut hipotesis,
migrasi penduduk tersebut diperkirakan berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan dalam
dua periode. Kelompok migrasi pertama diduga memasuki Indonesia sekitar 3.500 tahun yang
lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi kedua diduga 2.000 tahun yang lalu
disebut Deutromelayu (Melayu akhir) dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan
populasi ini menjadi menjadi Hunian kepulauan Indonesia tersebar di Kalimantan, Sulawesi,
pulau Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores.

B.     RUMUSAN MASALAH


-      Apa pengertian dari thalasemia?
-      Apa penyebab dan bagaimana proses terjadinya tanda dan gejala klinis pada penderita
thalasemia?
-      Apakah penyebab utama pada manifestasi klinis penderita thalasemia tersebut disebabkan
oleh adanya kelainan dalam produksi hemoglobin?
-      Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium pada penderita thalasemia?
-      Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan pada penderita thalasemia?

C.    TUJUAN PENULISAN


-      Dapat mengetahui patofisiologi tanda dan gejala klinis thalasemia.
-      Dapat menetapkan penyebab utama manifestasi klinis thalasemia yang disebabkan oleh adanya
kelainan produksi hemoglobin.
-      Mampu melakukan penetapan diagnosis atau diagnosis banding pada penderita thalasemia.
-      Mampu memberikan terapi atau penatalaksanaan dan pencegahan pada penderita thalasemia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI THALASEMIA


Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.Yang dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah
sekitar Laut Tengah.Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA
yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925.Beliau menjumpai anak-anak yang menderita
anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan
anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan
nama penemunya.
Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin (komponen darah).
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah
mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari).Akibatnya penderita
thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas,
sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalasemia, menurut pakar hematologi dari Rumah Sakit Leukas Stauros, Yunani, dr
Vasili Berdoukas, merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan DNA dan penyakit
turunan. Penyakit ini muncul karena darah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin
sehingga tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah secara normal.

Patofisiologi :
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe). Kerusakan
sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam
tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk membentuk
sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu
menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang menumpuk
dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ tubuh.Penumpukan zat besi
terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai darah merah dari transfusi darah.
Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat
merusak jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada
kematian.

B.     MACAM-MACAM THALASEMIA


Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
1.      Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
      Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa
1 gen)
      Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh delesi pada gen α globin pada kromosom 16
(terdapat 2 gen α globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada
penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi normal.
      Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
         Delesi pada satu rantai α (Silent Carrier/ α-Thalassemia Trait 2)
Gangguan pada satu rantai globin α sedangkan tiga lokus globin yang ada masih bisa
menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat gejala-gejala bila ia terkena thalassemia.
         Delesi pada dua rantai α (α-Thalassemia Trait 1)
Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH dan terjadi
manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis yang ringan dengan eritrosit hipokromik
mikrositer dan MCV 60-75 fl.
         Delesi pada tiga rantai α (HbH disease)
Delesi pada tiga rantai α ini disebut juga sebagai HbH disease (β4) yang disertai anemia
hipokromik mikrositer, basophylic stippling, heinz bodies, dan retikulositosis.
HbH terbentuk dalam jumlah banyak karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai β tidak
memiliki pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai β sendiri (β4).Dengan banyak
terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah
eritrosit dapat dihancurkan.
Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV 60-70
fl.
         Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)
Delesi pada empat rantai α ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb
Barts (γ4) yang disebabkan juga karena tidak terbentuknya rantai α sehingga rantai γ membentuk
tetramer sendiri menjadi γ4.
Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan janin yang sangat anemis.Kadar
Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan
tidak dijumpai HbA atau HbF.
Biasanya bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.

2.      Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)


Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
Thalassemia-β disebabkan oleh mutasi pada gen β globin pada sisi pendek kromosom 11.
a.       Thalassemia βo
Pada thalassemia βo, tidak ada mRNA yang mengkode rantai β sehingga tidak dihasilkan rantai β
yang berfungsi dalam pembentukan HbA.
Bayi baru lahir dengan thalasemia β mayor tidak anemis.
Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama
kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir. Bila penyakit
ini tidak segera ditangani dengan baik, tumbuh kembang anak akan terhambat.
Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan demam berulang akibat infeksi.
(Kapita selekta kedokteran)

b.      Thalassemia β+
Pada thalassemia β+, masih terdapat mRNA yang normal dan fungsional namun hanya sedikit
sehingga rantai β dapat dihasilkan dan HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit.

Secara klinis, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :


1.      Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.
Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin
dalam darah.
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia.Dampak lebih
lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang
bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir,namun di usia 3-18 bulan akan mulai
terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak
lebih kencang dan facies cooley.
Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang
pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada
umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur
hidup.Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan
sekitar 1-8 bulan.Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari
berat ringannya penyakit.Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita
harus menjalani transfusi darah.
2.      Thalasemia Minor, individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup
normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah,
namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25%
anak mereka menderita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul
penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan.Seperti anak menjadi anemia, lemas,
loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap
ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang
hidupnya.

C.    PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS


            Patogenesis thalassemia secara umum dimulai dengan adanya mutasi yang menyebabkan
HbF tidak dapat berubah menjadi HbA, adanya ineffective eritropoiesis, dan anemia hemolitik.
            Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas O2 yang tinggi tidak dapat melepaskan O2
ke dalam jaringan, sehingga jaringan mengalami hipoksia.
            Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai tersebut membentuk suatu
himpunan yang tak larut dan mengendap di dalam eritrosit. Hal tersebut merusak selaput sel,
mengurangi kelenturannya, dan menyebabkan sel darah merah yang peka terhadap fagositosis
melalui system fagosit mononuclear.
            Tidak hanya eritrosit, tetapi juga sebagian besar eritroblas dalam sumsum dirusak, akibat
terdapatnya inklusi (eritropioesis tak efektif).Eritropoiesis tak efektif dapat menyebabkan adanya
hepatospleinomegali, karena eritrosit pecah dalam waktu yang sangat singkat dan harus
digantikan oleh eritrosit yang baru (dimana waktunya lebih lama), sehingga tempat pembentukan
eritrosit (pada tulang-tulang pipa, hati dan limfe) harus bekerja lebih keras.Hal tersebut
menyebabkan adanya pembengkakan pada tulang (dapat menimbulkan kerapuhan), hati, dan
limfe.
1.      Thalasemia-α
            Pada homozigot thalassemia α yaitu hydrop fetalis, rantai α sama sekali tidak diproduksi
sehingga terjadi peningkatan Hb Bart’s dan Hb embrionik. Meskipun kadar Hb-nya cukup,
karena hampir semua merupakan Hb Bart’s, fetus tersebut sangat hipoksik.
            Sebagian besar pasien lahir mati dengan tanda-tanda hipoksia intrauterin.
Sedangkan pada thalassemia heterozigot yaitu αo dan α+ menghasilkan ketidakseimbangan
jumlah rantai tetapi pasiennya mampu bertahan dengan penyakit HbH. Kelainan ini ditandai
dengan adanya anemia hemolitik karena HbH tidak bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen.

2.      Thalasemia-β
            Tidak dihasilkannya rantai β karena mutasi kedua alel β globin pada thalassemia β
menyebabkan kelebihan rantai α.
            Rantai α tersebut tidak dapat membentuk tetramer sehingga kadar HbA menjadi turun,
sedangkan produksi HbA2 dan HbF tidak terganggu karena tidak membutuhkan rantai β dan
justru sebaliknya memproduksi lebih banyak lagi sebagai usaha kompensasi.
            Kelebihan rantai α tersebut akhirnya mengendap pada prekursor eritrosit. Eritrosit yang
mencapai darah tepi memiliki inclusion bodies/heinz bodies yang menyebabkan pengrusakan di
lien dan oksidasi membran sel, akibat pelepasan heme dari denaturasi hemoglobin dan
penumpukan besi pada eritrosit. Sehingga anemia pada thalassemia β disebabkan oleh
berkurangnya produksi dan pemendekan umur eritrosit.
            Pada hapusan darah, eritrosit terlihat hipokromik, mikrositik, anisositosis, RBC
terfragmentasi, polikromasia, RBC bernukleus, dan kadang-kadang leukosit imatur.

D.    PATOFISIOLOGI GEJALA KLINIS THALASEMIA


            Gejala yang didapat pada pasien berupa gejala umum anemia yaitu: anemis, pucat, mudah
capek, dan adanya penurunan kadar hemoglobin.
            Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsional hemoglobin dalam menyuplai atau
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh yang digunakan untuk oksidasi sel. Sehingga
oksigenasi ke jaringan berkurang. Selain sebagai pembawa oksigen, hemoglobin juga sebagai
pigmen merah eritrosit sehingga apabila terjadi penurunan kadar hemoglobin ke jaringan maka
jaringan tersebut menjadi pucat.
            Penurunan fungsional hemoglobin tersebut dapat disebabkan oleh adanya kelainan
pembentukan hemoglobin, penurunan besi sebagai pengikat oksigen dalam hemoglobin.
            Kompensasi tubuh agar suplai oksigen ke jaringan tetap terjaga maka jantung sebagai
pemompa darah berdenyut lebih keras dan sering yang disebut sebagai takikardia di mana hal ini
juga terjadi pada anak (denyut nadi 120 kali/menit, normal 60-100 kali.menit).Tetapi frekuensi
respirasi pasien dalam tahap normal 24 kali/menit (normal 16-24 kali/menit).
            Lemas dan mudah capek disebabkan oleh karena suplai oksigen ke jaringan untuk
oksidasi sel sebagai proses penghasil energi berkurang. Pasien mengalami penurunan kadar
hemoglobin (4,8 g/dl) di mana nilai rujukan normal untuk anak-anak sebesar 10-16 g/dl (Sutedjo,
2007).
            Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan produksi/pembentukan hemoglobin
berupa kelainan susunan asam amino dan kelainan kecepatan sintesis hemoglobin.Kelainan dua
hal tersebut dapat dikategorikan adanya hemoglobinopati. Kelainan pembentukan hemoglobin
tersebut dapat mengakibatkan adanya morfologi eritrosit abnormal (mikrositik, Heinz bodies, sel
target) sehingga dengan cepat akan didestruksi oleh limpa dan hati. Peristiwa destruksi eritrosit
secara cepat kurang dari masa hidupnya (120 hari) disebut sebagai hemolisis.
            Adanya hepatomegali dan splenomegali merupakan salah satu tanda dari anemia
hemolitik di mana disertai adanya penurunan kadar hemoglobin. Pada pasien ditemukan
splenomegali sebesar 1 shuffner (satuan splenomegali yang diukur dengan membuat garis
diagonal antara arcus costarum dengan crista illiaca melewati umbulicus, lalu dari garis tersebut
dibagi menjadi delapan bagian.Satu bagian dinamakan satu shuffner).
            Splen atau limpa secara normal bertugas menghancurkan eritrosit tua maupun abnormal
sehingga dapat melepaskan hemoglobin yang akan dimetabolisme menjadi biliribun di
hati/hepar, menjadi reservoir cadangan eritrosit, sintesis limfosit dan sel plasma dalam system
imun, dan membentuk eritrosit baru saat masa janin dan bayi baru lahir.
            Adanya hemolisis menyebabkan proses perombakan eritrosit secara cepat. Eritrosit
abnormal cepat dihancurkan oleh limpa dan hati dengan bantuan makrofag sehingga semakin
banyak eritrosit abnormal maka kerja limpa akan semakin berat. Hal inilah yang menyebabkan
adanya splenomegali.
            Selain destruksi eritrosit di limpa juga terdapat di hati. Selain itu sebagai kompensasi atau
umpan balik dari penurunan kadar hemoglobin akibat oksigenasi ke jaringan kurang merangsang
terjadinya eritropoesis 6-8 kali lipat oleh sumsum tulang. Untuk menunjang dan membantu kerja
sumsum tulang dalam eritropoesis sehingga terbentuk eritropoesis ekstramedular pada limpa dan
hati sehingga merupakan salah satu penyebab hepatosplenomegali.
            Pada pasien hemoglobinopati anemia sel sabit tidak ditemukan hepatomegali di mana
limpa mengecil dikarenakan terjadinya infark.Selain itu makrofag di limpa lebih aktif
dibandingkan makrofag pada hati.
            Penyebab lain hepatomegali pada pasien disebabkan oleh pemberian obat penambah
darah dan penyerapan besi meningkat akibat peningkatan eritropoesis di mana mengandung
preparat besi (sulfas ferrosus) sehingga terjadi penimbunan cadangan besi berlebih. Padahal hati
secara normal berfungsi sebagai sintesis ferritin (simpanan besi) dan transferin (protein pengikat
besi) dan sebagai tempat penyimpanan terbesar cadangan besi dalam bentuk ferritin dan
hemosiderin.
            Adanya hepatomegali dan splenomegali pada pasien dapat mengakibatkan penurunan
imunitas tubuh sehingga tubuh rentan terhadap infeksi mikroorganisme.Limpa sebagai tempat
sintesis limfosit dan sel plasma (bahan antibodi) merupakan salah satu pertahanan imunitas
tubuh. Hati sebagai tempat yang sering dilalui mikroorganisme patogenik yang akan dihancurkan
sebelum memasuki saluran gastrointestinal.             Kemungkinan pasien mengalami infeksi
dimana terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien, yaitu : suhu (38,00C), panas, tonsil membesar
dan kemerahan, dan faring kemerahan. Infeksi ini bisa didapatkan dari mikroorganisme seperti:
malaria, hepatitis, haemophilus, streptococcus, pneumococcus, dll.
            Suhu tubuh meningkat dikarenakan adanya metabolisme organ yang berlebihan terhadap
infeksi. Tonsil merupakan salah satu jaringan limfoid yang memproduksi limfosit untuk
pertahanan imunitas tubuh dan akan membesar apabila bekerja berlebihan terhadap suatu infeksi
atau penurunan imunitas lainnya. Infeksi mikroorganisme menyerang saluran pencernaan salah
satu faring sehingga membuat organ tersebut mengalami kemerahan.Gejala infeksi lainnya pada
pasien yaitu batuk pilek.

-      Gejala klinis thalasemia mayor :


1.      Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen tidak terpenuhi yang
disebabkan hemoglobin pada thalasemia (HbF) memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen
2.      Facies thalasemia yang disebabkan pembesaran tulang karena hiperplasia sumsum hebat
3.      Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah merah berlebihan, hemopoesis
ekstramedular, dan kelebihan beban besi.
4.      Pemeriksaan radiologis tulang memperlihatkan medula yang lebar, korteks tipis, dan trabekula
kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak besar kadang-kandang terlihat
brush appereance.
5.      Hemosiderosis yang terjadi pada kelenjar endokrin menyebabkan keterlambatan menarse dan
gangguan perkembangan sifat seks sekunder. Selain itu juga menyebabkan diabetes, sirosis hati,
aritmia jantung, gagal
jatung, dan perikarditis.
6.      Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang telah agak besar
menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus
bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas
mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi

-      Gejala klinis Thalasemia minor


            Penderita yang menderita thalasemia minor, hanya sebagai carrier dan hanya
menunjukkan gejala-gejala yang ringan.
            Orang dengan anemia talasemia minor (paling banyak) ringan (dengan sedikit
menurunkan tingkat hemoglobin dalam darah).
             Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan anemia kekurangan zat besi ringan.
Namun, orang dengan talasemia minor memiliki tingkat besi darah normal (kecuali mereka
miliki adalah kekurangan zat besi karena alasan lain). Tidak ada perawatan yang diperlukan
untuk thalassemia minor.Secara khusus, besi tidak perlu dan tidak disarankan.

E.     PENYEBAB THALASEMIA


1.      Gangguan genetik
Orangtua memiliki sifat carier (heterozygote) penyakit thalasemia sehingga klien memiliki gen
resesif homozygote.

2.      Kelainan struktur hemoglobin


-      Kelainan struktur globin di dalam fraksi hemoglobin. Sebagai contoh, Hb A (adult, yang normal),
berbeda dengan Hb S (Hb dengan gangguan thalasemia) dimana, valin di Hb A digantikan oeh
asam glutamate di Hb S.

-      Menurut kelainan pada rantai Hb juga, thalasemia dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
thalasemia alfa (penurunan sintesis rantai alfa) dan beta (penurunan sintesis rantai beta).
3.      Produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu
Defesiensi produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai a dan b.

4.      Terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek (kurang dari 100
hari)
Struktur morfologi sel sabit (thalasemia) jauh lebih rentan untuk rapuh bila dibandingkan sel
darah merah biasa.Hal ini dikarenakan berulangnya pembentukan sel sabit yang kemudian
kembali ke bentuk normal sehingga menyebabkan sel menjadi rapuh dan lisis.

5.      Deoksigenasi (penurunan tekanan O2)


Eritrosit yang mengandung Hb S melewati sirkulasi lebih lambat apabila dibandingkan dengan
eritrosit normal.Hal ini menyebabkan deoksigenasi (penurunan tekanan O2) lebih lambat yang
akhirnya menyebabkan peningkatan produksi sel sabit.

F.     MUTASI GENETIK

            Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan.
Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya.
Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

a.       Beta thalasemia


Nama Deskripsi Alel

β talasemia Jika hanya satu β globin beruang alel mutasi. Ini adalah β+/β
minor ringan anemia mikrositik . Deteksi biasanya melibatkan atau β
o
(kadang- mengukur nilai MCV (ukuran sel darah merah) dan melihat /β
kadang rata-rata volume menurun sedikit dari biasanya. Pasien akan
disebut sifat memiliki fraksi peningkatan Hemoglobin A2 (> 3,5%) dan
talasemia β) sebagian kecil penurunan Hemoglobin A (<97,5%).
Thalassemia Kondisi penengah antara bentuk utama dan minor. individu β+/+
intermedia yang terkena sering dapat mengatur kehidupan normal, tetapi atau β
o
mungkin perlu sesekali transfusi misalnya pada saat sakit atau β/β
+
kehamilan, tergantung tingkat keparahan anemia mereka.
β talasemia Jika kedua alel memiliki mutasi talasemia. Ini adalah β+/β
o
atau Cooley's mikrositik parah, hipokrom anemia . Tidak diobati, hal itu atau
anemia utama menyebabkan anemia , splenomegali , dan kelainan bentuk βo/β
o
tulang parah. Hal ini berlangsung sampai mati sebelum usia atau
dua puluh. Pengobatan terdiri dari periodik transfusi darah ; β+/β
+
splenektomi jika splenomegali hadir, dan perawatan transfusi
kelebihan zat besi disebabkan. Cure ini dimungkinkan dengan
transplantasi sumsum tulang . Cooley's anemia ini dinamai
Thomas Cooley Benton . [2]
            Perhatikan bahwa β 0 / β dapat dikaitkan dengan β talasemia β thalassemia intermedia
atau minor, dan β + / β + dengan besar atau thalassemia intermedia.
            Mutasi genetik hadir dalam thalassemia β sangat beragam, dan sejumlah mutasi yang
berbeda dapat menyebabkan berkurang atau tidak ada sintesis globin β.
Dua kelompok utama dari mutasi dapat dibedakan:
-      Bentuk Nondeletion   :cacat ini umumnya melibatkan substitusi basa tunggal                                                
atau penghapusan kecil atau sisipan di dekat atau hulu dari                                      gen globin β.
Umumnya, mutasi terjadi di daerah                                                              promotor sebelum gen
beta-globin. Kurang sering, varian                                            sambatan abnormal dipercaya
untuk berkontribusi pada                                            penyakit.

-      Penghapusan Bentuk  :Penghapusan dengan ukuran yang berbeda yang                                                       
melibatkan gen globin β menghasilkan sindrom yang                                                berbeda
o)
seperti (β atau ketekunan turun-temurun dari                                               hemoglobin janin
sindrom.

b.      Alpha Thalasemia

Alel Deskripsi Genotip


terpengaru
h
Salah satu Ada efek minimal. Tiga α-globin alel cukup untuk memungkinkan -/Αα/
produksi hemoglobin yang normal, dan tidak ada gejala klinis. α
Mereka telah disebut pembawa diam. Mereka mungkin memiliki
sedikit berkurang nilai MCV dan MCH .
Dua Kondisi ini disebut sifat thalassemia alpha. Dua alel α izin -/-Α/
mendekati normal eritropoiesis , tetapi ada ringan α atau
mikrositikhipokromanemia . Penyakit dalam bentuk ini bisa keliru -/Α-/
untuk anemia kekurangan zat besi dan diperlakukan tidak tepat α
dengan besi.
sifat Thalassemia Alpha bisa eksis dalam dua bentuk:

 alpha-thal-1 (- / - α / α), terkait dengan Asia, melibatkan


penghapusan cis alpha kedua alel pada kromosom yang
sama;
 alpha-thal-2 (- / α - / α), terkait dengan Afrika-Amerika ,
melibatkan penghapusan trans dari alel alfa pada berbeda
(homolog) kromosom.

Tiga Kondisi ini disebut penyakit hemoglobin H. Dua hemoglobin tidak -/--/
stabil yang hadir dalam darah: Hemoglobin Barts (tetrameric rantai Α
γ ) dan Hemoglobin H (tetrameric rantai β ). Kedua hemoglobin
tidak stabil memiliki afinitas yang lebih tinggi untuk oksigen dari
hemoglobin normal, sehingga dalam pengiriman oksigen miskin
untuk jaringan. Ada mikrositikhipokromanemia dengan sel target
dan badan Heinz (diendapkan HBH) pada apusan darah tepi , serta
splenomegali . Penyakit ini pertama mungkin melihat di masa kecil
atau dalam kehidupan dewasa awal, ketika anemia dan
splenomegali dicatat.
Empat Para janin tidak bisa hidup sekali di luar rahim dan tidak dapat -/--/-
bertahan hidup kehamilan: kebanyakan bayi tersebut meninggal saat
lahir dengan fetalis hidrops , dan mereka yang lahir hidup mati
segera setelah lahir. Mereka adalah pembengkakan dan memiliki
sedikit beredar hemoglobin, dan hemoglobin yang hadir adalah
semua γ tetrameric rantai (Barts hemoglobin).

G.    DIAGNOSIS THALASEMIA

1.      Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan
perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul
pada usia 6 bulan
2.      Pemeriksaan fisis
-      Pucat

-      Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)


-      Dapat ditemukan ikterus
-      Gangguan pertumbuhan
-      Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi :
-      Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
-      Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,
poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
-      Retikulosit meningkat.
b.      Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)
-      Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
-      Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
c.       Pemeriksaan khusus :
-      Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
-      Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
-      Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan
Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4.      Pemeriksaan lain :
-      Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula
tegak lurus pada korteks.
-      Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak
jelas.
5.      Diagnosis banding
Thalasemia minor :
-      Anemia kurang besi
-      Anemia karena infeksi menahun
-      Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
-      Anemia sideroblastik
           
           

H.    Pengobatan dan pencegahan


            Pada thalassemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan
asam folat.
            Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat
yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan
keracunan.
            Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang.Terapi
genetik masih dalam tahap penelitian.Thalasemia menurut para ahli belum ada obatnya, tapi
pengobatan alami dengan menggunakan cyano spirulina dan jelly gamat akan membantu
mengurangi frekwensi transfusi darahnya .
            Alasanya : kandungan Cyano Spirulina terdapat 5 zat gizi utama, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan 4 pigmen alami yaitu betakaroten, klorofil, xantofil, dan
Fikosianin.
            Pigmen adalah zat warna alami yang ada pada tumbuhan. pigmen pada cyano Spirulina
berfungsiebagai detoksifikasi (pembersih racun), perlindungan tubuh terhadap radikal bebas,
antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri ”baik” di usus,
meningkatkan haemoglobin (Hb), dan sebagai antikanker.
            Selain itu, cyano Spirulina mengandung klorofil, Vitamin B 12, Asam folat dan zat besi
yang duperlukan untuk pembentukan darah merah. Konsumsi cyano Spirulina secara teratur akan
mencegah terjadinya anemia ( kurang darah)
            Pada keluarga dengan riwayat thalassemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalassemia.

I.       Faktor resiko penderita thalasemia


-      Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
-      Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama
-      Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia, Ketimuran
Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.
-      Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atau orang
Philipina.

J.       Penatalaksanaan dan Pencegahan Pada Penderita Thalasemia


            Pada penatalaksanan pada pasien harus melakukan pertimbangan aspek ekonomi, sosial,
dan budaya pasien.Untuk memberikan terapi senantiasa meminta persetujuan dari pasien.
Pada pasien anak dapat diberikan terapi:
-      Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl. Sebelum melakukannya perlu
dilakukan pemeriksaan genotif pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit. Transfusi PRC
(packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
-      Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk menentukan jenis antibiotic
yang digunakan perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut pada pasien.
-      Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat transfusi. Khelasi besi dapat
berupa: desferoksamin diberikan injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin (oral),
Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll.
-      Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas fungsional eritropoesis.
-      Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi
besi
-      Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit.Dosis 200-400 IU setiap hari.
-      Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme.
-      Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien hal ini
sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak terjadi penurunan
drastis imunitas tubuh akibat splenektomi.

            Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan dengan konsultasi pra
nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada pembawa gen thalassemia (trait),
amniosentris melihat komposisi kromosom atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada
rantai globin.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

            Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit thalassemia meliputi suatu
keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut
thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat
(bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah
satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan
oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.
            Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi penyakit
tersebut menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Public Health). Pada umumnya anak
dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai usia produktif bahkan mati di dalam
kandungan atau mati setelah lahir seperti pada thalassemia-α Hb bart’s hydrop fetalis. Keadaan
ini sangat memperihatinkan jika anak-anak yang lahir tidak akan mencapai usia dewasa, maka
generasi berikutnya akan semakin berkurang bahkan akan lenyap setelah beribu-ribu tahun.

B.     SARAN
-      Sebaiknya orang tua senantiasa memperhatikan kesehatan anaknya
-      Perlu dilakukannya penelusuran pedigree/garis keturunan untuk mengetahui adanya sifat
pembawa thalassemia pada keluarga penderita thalasemia.
-      Sebaiknya calon pasutri sebelum menikah melakukan konsultasi untuk menghindari adanya
penyakit keturunan, seperti pada thalassemia.
-      Perlu dilakukannya upaya promotif dan preventif terhadap thalassemia kepada masyarakat luas
yang dilakukan oleh pelayan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

-      Ganie RA. Thalassemia : permasalahan dan penanganannya . dalam Pidato Pengukuhan Jabatan

Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada Fakultas Kedokteran, Diucapkan di hadapan

Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara .2005

-      Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin.In: Hoffbrand AV and

Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby

-      Weatherall D.J. (1965). Historical Introduction. In: Weatherall DJ (ed). The Thalassaemia

Syndromes.Blackwell Scientific Publ. Oxford. 1: 1-5.

-      Permono B, Ugrasena IDG , A Mia. Talasemia.Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran UNAIR Surabaya

-      www.Pediatrik.com [diakses 23 April 2011 ]

-      Mansjoer A, Triyanti K,Savitri R, Wahyu IW dan setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid

2 Edisi 3, Jakarta: Media aesculapius, 2001. 497-498


-      Darling D. THALASSEMIA. . United states of america

-      www.daviddarling.info( akses 22 April 2011 )

-      Hemoglobin: Structure & Function.2007.http–www_med-ed_virginia_edu-courses-path-innes-

images-nhgifs-hemoglobin1_gif.htm ( akses 20 April 2011 )

-      About thalassemia. Sarawak Thalassaemia Society. 2000. www.thalassaemia.cdc.net.

-      Ananta Yovita. Terapi Kelasi Pada Thalassemia .Sari Pustaka. 2000

Anda mungkin juga menyukai