Neurologi
Neurologi
Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan penilaian status kesadaran secara kuantitatif. Skor
maksimal adalah GCS=15, skor minimal adalah GCS=3
Pediatric Coma Scale (PCS)
Klasifikasi Cedera Kepala (ANLS)
Klasifikasi GCS Gambaran Klinis CT - scan Amnesia
Normal 15 Pingsan (-) defisit Normal (-)
neurologis (-)
Ringan 13-15 Pingsan <10 menit, defisit Normal < 24 jam
neurologis (-)
Sedang 9-12 Pingsan 10 mnt – 60mnt, Abnormal > 24 jam
defisit neurologis (+)
Berat 3-8 Pingsan > 60 mnt, defisit Abnormal > 24 jam
neurologis (+)
Derajat Kesadaran Secara Kualitatif
• Di dalam neurologi, secara kualitatif kesadaran
dibagi menjadi :
– Compos mentis = sadar penuh, respon terhadap
semua jenis rangsangan (+)
– Somnolen = kondisi penurunan kesadaran dimana
pasien masih bisa merespon terhadap rangsangan
verbal dan nyeri
– Stupor = kondisi penurunan kesadaran dimana pasien
tidak merespon terhadap rangsangan verbal, namun
masih merespon terhadap rangsangan nyeri
– Coma = unarousable unresponsiveness state, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun
• Coma ≠ brain death. Pada coma, refleks batang otak masih
bisa ada.
Etiologi Gangguan Kesadaran
• Mneumonic = “SEMENITE”
– S Sirkulasi = gangguan pembuluh
darah otak (infark atau perdarahan)
– E Ensefalitis = infeksi sistem saraf
pusat oleh bakteri, virus, atau fungi
– M Metabolik = gangguan
metabolik sistemik yang menekan
kerja otak, misal : koma hipoglikemia,
koma uremikum, koma hepatikum
– E Elektrolit = gangguan
keseimbangan elektrolit (misal
hiponatremia)
– N Neoplasma = tumor primer atau
tumor sekunder
– I Intoksikasi, misal intoksikasi opiat
– T Trauma = cedera kepala
– E Epilepsi
Etiologi Gangguan Kesadaran
• Mneumonic = “SEMENITE”
– S Sirkulasi = gangguan pembuluh
darah otak (infark atau perdarahan)
– E Ensefalitis = infeksi sistem saraf
pusat oleh bakteri, virus, atau fungi
– M Metabolik = gangguan V -> Vaskular :
metabolik sistemik yang menekan
kerja otak, misal : koma hipoglikemia, I-> Infeksi
koma uremikum, koma hepatikum T-> Trauma
– E Elektrolit = gangguan
keseimbangan elektrolit (misal A-> Autoimun
hiponatremia) M-> Metabolik
– N Neoplasma = tumor primer atau
tumor sekunder I-> Iatrogenik
– I Intoksikasi, misal intoksikasi opiat N-> Neoplasma
– T Trauma = cedera kepala D -> Degeneratif
– E Epilepsi
Pendekatan diagnostik pada pasien
tidak sadar
Membedakan secara cepat faktor penyebab
apakah kerusakan stuktural (adanya lateralisasi)
atau metabolik dan penatalaksanannya.
Komponen yang harus diperiksa pada tingkat
kesadaran meliputi
Pola pernafasan
Ukuran dan reaksi pupil
Pergerakan mata dan respon okulovestibuler
Respon motorik
Additional note :
Biot's respiration breathin- g
characterized by irregular
periods of apnea alternating
with periods in which4 or
5 breaths of identical
depth are taken;
Additional note :
Biot's respiration breathin-
g characterized by irregular
periods of apnea alternating
with periods in which4 or
5 breaths of identical
depth are taken;
Epilepsy (3A)
• Bangkitan (Seizure) terjadinya tanda/gejala
yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal
yang abnormal dan berlebihan di otak
• Epilepsi penyakit otak yang ditandai dengan
kondisi/gejala berikut :
– Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2
bangkitan reflex dengan jarak waktu antar bangkitan
pertama dan kedua lebih dari 24 jam
Epilepsy
Partial Generalized
Partial Generalized
Myoclonic
Complex Partial
Secondarily
Atonic
Generalized
Tonic
Tonic-Clonic
Partial Generalized
Simple Partial
Complex Partial
Secondarily Generalized
Partial Generalized
Simple Partial
With somatosensory
or special sensory symptoms
W ith autonomic
symptoms or signs
W ith psychic or
experiential symptoms
temporal lobe
Clinical manifestations vary Partial Generalized
with site of origin and degree
of spread
• Presence and nature of aura Complex
Partial
• Automatisms
• Other motor activity
Partial Generalized
Absence
Myoclonic
Atonic
Tonic
Tonic-Clonic
Seizures
Epileptic Myoclonus
Brief, shock-like jerk of a muscle or
group of muscles
Partial Generalized
bilateral, synchronous jerks most
often affecting the neck, shoulders,
upper arms, body, and upper legs
Rithmic, altered awareness -> clonic Myoclonic
seizure
EEG: Generalized 4-6 Hz polyspike-
wave discharges
Definition
– More than 10 minutes of continuous seizure
activity
or
– Two or more sequential seizures without full
recovery between seizures
Fenitoin Mual , ruam, bicara cadel, kebingungan, insomnia, sakit kepala, penyakit
gusi, anemia defisiensi folat
Asam valproat Iritasi saluran cerna, mual, nafsu makan dan BB meningkat, tremor,
rambut rontok, bengkak, trombositopenia, gangg. Fungsi hati
STROKE (3B)
Stroke
• Stroke adalah gangguan fungsional otak
fokal
maupun global akut, lebih dari 24 jam,
berasal dari gangguan aliran darah otak
dan
bukan disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak sepintas, tumor otak, stroke
sekunder karena trauma maupun infeksi
(WHO MONICA, 1986)
Terminologi dalam Serangan Iskemik
• Transient Ischemic Attack (TIA) / mini stroke = defisit
neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran
darah otak sepintas dimana kemudian defisit neurologis
menghilang secara lengkap dalam waktu <24 jam
Stroke
Iskemik
Management
INTRACEREBRAL
HEMORRHAGE
SUBARACHNOID
HEMORRHAGE
Management of TIA
• Evaluation within hours after onset of
symptoms
• CT scan is necessary in all patients
• Antiplatelet therapy with aspirin (50-325
mg/d), consider use of clopidogrel,
ticlopidine, or aspirin-dipyridamole in patients
who are intolerant to aspirin or those who
experience TIA despite aspirin use
Manajemen Stroke Ischemik Akut
• Trombolisis r-TPA (recombinat tissue plasminogen
activator)
– Rekomendasi kuat untuk diberikan sesegera mungkin
setelah diagnosis stroke ischemik akut ditegakkan
– Trombolitik dengan t-PA intravena, bila diberikan dalam 3
jam paska onset, dapat memberikan benefit untuk stroke
ischemik ( stroke atherothombotik/atheroembolik,
cardioembolik, dan lacunar
– Dosis r-TPA- = 0,9 mg/Kg, 10% sebagai bolus inisial, 90%
dalam infus selama 60 menit
– Antikoagulan atau antiplatelet tidak boleh diberikan dalam
24 jam
Anticoagulant Therapy
• Diberikan pada penderita stroke iskemik/TIA yang memiliki atrial
fibrilation/cardioembolic stroke
Cholesterol Lowering
Cilostazol EBM
• Cilostazol (100 mg) 2 kali sehari menunjukkan efek yang
signifikan terhadap kejadian stroke berulang dibandingkan
plasebo (41,7% p= 0,0150; event rate/year cilostazol 3,37% vs
plasebo 5,78%) dan efektif untuk mencegah lakunar infark
pada differential analysis. (Japanese Guidelines, Class I, Level
of evidence A)
• Rasio terjadinya stroke serta rasio terjadinya perdarahan
pada cilostazol secara signifikan lebih rendah bila
dibandingkan aspirin. Penurunan relatif risiko terjadinya
stroke, cilostazol vs aspirin adalah 25,7% p= 0,0357 (yearly
late of cerebral infarction cilostazol 2,76% vs aspirin 3,37%).
Penurunan risiko relative terjadinya perdarahan pada
cilostazol terhadap aspirin sebesar 54,2% (p= 0,0004). Insiden
perdarahan pertahun untuk cilostazol 0,77%, sedangkan
aspirin 1,78% (Japanese Guidelines, Class I, Level of evidence
A)
HIGHER
CORTICAL
FUNCTION
OF BRAIN
(SKDI 2)
Lobus dan Area (Broadmann) Fungsi
FRONTAL
Gyrus precentralis (4) Pusat motoris primer
Area Broca (44,45) Pusat bahasa motoris
Area premotoris (6) Gerakan manipulatif
Frontal eye field (8) Scanning bola mata
Prefrontal (9-12) Kepribadian, inisiatif
PARIETAL
Gyrus postcentralis (1-3) Pusat sensoris primer
Area asosiasi somatik (5,7) Stereognosis
TEMPORAL
Korteks auditori Pusat pendengaran
primer/Heschl (41,42)
Gyrus temporalis media dan Memori dan
inferior pembelajaran
Area Wernicke (22) Pusat bahasa sensoris
OKSIPITAL
Korteks visual primer (17) Pusat penglihatan
Korteks asosiasi visual Asosiasi visual
(18,19), tinggi (39)
HOW TO DIAGNOSE APHASIA ?
(SKDI 2)
PERIPHERAL NERVOUS SYSTEM
SKDI 2
KONTROL GERAKAN BOLA MATA
• Inervasi LR6(SO4)3
Otot-otot extraocular
• SR = superior rectus
• MR = medial rectus
• LR = lateral rectus
• IR = inferior rectus
• SO = superior oblique
• IO = inferior oblique
Lesi Perifer atau Sentral?
Paresis nervus facialis dextra tipe UMN Paresis nervus facialis dextra tipe LMN
Bell’s Palsy (SKDI 4A)
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral,
perifer, dan mempengaruhi LMN. Idiopathic
facial paralysis
• Etiologi masih kontroversial. Diduga
neuritis akibat virus (reaktivasi HSV-1 &
herpes zoster), inflamasi, autoimun, iskemik.
Bell’s Palsy
• Manifestasi Klinis
– Paralisis akut motorik otot wajah pada bagian atas
dan bawah unilateral (dalam periode 48 jam)
• Hilangnya lipatan nasolabilal dan dahi pada sisi yang lumpuh
• Ketika pasien mengangkat alis, sisi yang terkenan tetap rata
• Ketika pasien tersenyum, wajah menjadi distorsi dan terjadi
lateralisasi ke sisi berlawanan terhadap sisi yang lumpuh
– Nyeri retroaurikular, otalgia, hiperakusis (N.
STAPEDIUS)
– Nyeri okular, dry eyes (akibat penurunan produksi air
mata), lagoftalmus
– Gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah
unilateral
Bell’s Palsy
• Prognosis baik
• Terapi steroid (dalam 72 jam paska onset) prednison
1 mg/kgBB/hari atau 60 mg/hari selama 5 hari diikuti
tapering off 10 mg/hari ,dengan durasi total pemberian
steroid adalah 10 hari
• Terapi antiviral e.g = asiklovir, valasiklovir, diberikan
pada kecurigaan etiologi virus.
– Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800
mg (Varicella Zoster)
– Valasiklovir 3x100 mg, selama 7 hari
– Pemberian antiviral tanpa disertai terapi steroid terbukti
tidak memberikan benefit
Uptodate.com
RAMSAY HUNT SYNDROME
(Herpes zoster oticus)
(SKDI 4A)
“polycranial neuropathy”
Reaktivasi VZV yang dormant di ganglion
geniculatum
UMN VS LMN weakness
Tanda-tanda Lesi UMN Lesi LMN
• Tatalaksana di IGD
– Stabilisasi ABCDEs
– Analgetik kuat bila perlu (e.g tramadol, morfin sulfat)
– Pemberian kortikosteroid
• Diagnosis ditegakkan < 3 jam paska trauma Metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Kemudian
berikan infus metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
• Diagnosis ditegakkan 3-8 jam paska trauma metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit. Tunggu 45 menit. Kemudian
berikan infus metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 47 jam
• Diagnosis ditegakkan > 8 jam paska trauma tidak dianjurkan
pemberian kortikosteroid
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal (PERDOSSI, 2006)
MOVEMENT DISORDER
MOVEMENT DISORDERS
Insufficient movements
• Akinesia/Bradykinesia = melambatnya gerakan volunter yang terjadi
• Hypokinesia = berkurangnya jumlah gerakan yang normalnya terjadi
• Rigiditas = tonus otot meningkat, kontraksi otot involunter yang
dipertahankan
Too much movements (Hyperkinesia, Dyskinesia)
• Jerky movements
• Myoclonus
• Chorea
• Tic
• Non-jerky movements
• Dystonia
• Tremor
Parkinson’s Disease (PD) (SKDI 3A)
Penyakit Parkinson = bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
degenerasi neuron dopaminergik pada substantia nigra pars kompakta yang disertai
adanya inklusi sitoplasma eosinofilik (Lewy Body)
Parkinsonism = suatu sindrom yang ditandai dengan resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin otak
oleh berbagai sebab
Parkinson’s Disease
• “TRAP” Tremor, Rigiditas, Akinesia / bradykinesia, dan
Postural instability
• Tremor = resting “pill-tolling” tremor, 3-5 Hertz, terlihat
saat extremitas dalam keaaan istirahat dan berkurang atau
berhenti saat extremitas digerakkan.
• Rigiditas = cogwheel rigidity (adanya interupsi tonus otot
yang terputus-putus seperti gigi roda ketika extremitas
digerakkan secara pasif.)
– Rigiditas pada gangguan ganglia basal cenderung kontinyu dan
terus ada sehingga disebut lead pipe rigidity. Cogwheel rigidity
adalah salah satu tipe dari lead pipe rigidity
– Berbeda dengan rigiditas pada gangguan corticospinal yang
disebut clasp knife rigidity Tonus resistif awalnya meningkat
ketika otot-otot extremitas digerakkan, tetapi kemudian
tonusnya berkurang
Parkinson’s Disease
• Akinesia / Bradykinesia, bermanifestasi sebagai
berkurangnya dan melambatnya gerakan spontan.
– Masked face / hypomimia ekspresi wajah yang minimal
– Micrographia tulisan menjadi kecil-kecil
– Hypophonia suara menjadi lirih, bergumam
– Aprosodia pembicaraan monoton
– Festinating gait / small shuffling gait / Parkinsonian gait
langkah berjalan yang kecil, tanpa disertai ayunan lengan normal
– En bloc turning gerakan seperti robot yang kaku pada truncus
saat pasien berbelok
• Postural Instability berkurangnya kemampuan untuk
membuat reflex postural untuk menjaga keseimbangan
• Other Features : myerson sign’s, oily face, intractable
constipastion, cognitive disturbance, hallucination
Lewy Body
Lewy bodies are
concentric,eosinophilic
cytoplasmic inclusions
(SCI) with peripheral halos
and dense cores.
Characteristic of Parkinson
Disease but not
pathognomonic
Imbalance between Dopamine and
Acetylcholine
Agents that Increase Dopamine
Functions
• Increasing the synthesis of dopamine = levodopa
• Inhibiting the catabolism of dopamine (MAO-B
inhibitor) = selegiline
• Stimulating the release of dopamine =
amphetamine
• Stimulating the receptor sites directly (Dopamine
agonist) = bromocriptine & pramipexole
• Blocking the uptake and enhancing the release of
dopamine = amantadine
Parkinson’s Disease
• “On” time
– Suatu periode dimana medikasi dengan levodopa efektif dan gejala-gejala
Parkinson tidak ada (dapat terkontrol)
• “Off” time
– Suatu periode ketika gejala-gejala Parkinson muncul kembali setelah “On” time
karena efek dari levodopa yang tidak berlangsung lama
• Wearing off phenomenon / end-of-dose akinesia
– Gejala Parkinson muncul kembali dan menyebabkan pasien menjadi sulit atau
tidak bisa bergerak (freezing) dan terjadi pada akhir waktu di antara pemberian
interval dosis
– Menyebabkan pasien ingin mengkonsumsi dosis levodopa berikutnya lebih awal
dari waktu seharusnya
• Delayed on
– Adanya jeda yang lebih lama untuk memunculkan efek terapi setelah
mengkonsumsi levodopa
• On-off phenomenon
– Perubahan gejala-gejala Parkinson secara mendadak dan tidak dapat diprediksi.
Perubahan tersebut meliputi fluktuasi gerakan-gerakan involunter (diskinesia) /
“On” phase, bergantian dengan gejala akinesia Parkinson / “Off ” phase
Ganglia Basalis Disorders (ABC) (SKDI 1)
Chorea
Striatum
Athetosis
A. Athetosis
- Lesi pada PUTAMEN
- Dyskinesia, gerakan menggeliat,
memutar, lambat
- Melibatkan otot-otot extremitas,
wajah, dan batang tubuh
B. Ballismus
- Lesi pada NUCLEUS SUBTHALAMICUS
- Biasanya unilateral = hemiballismus
- Gerakan involunter seperti memukul
/ mencambuk dengan keras.
- Melibatkan otot-otot proksimal
extremitas
C. Chorea
- Lesi pada striatum
- “Menari”
- Gerakan cepat, jerky
- Melibatkan otot extremitas, wajah,
batang tubuh, hingga otot-otot
pernapasan
Ballismus Parkinson Disease
Chorea (Striatum Lesion)
Chorea Huntington (pada Huntington Disease)
• Atrofi pada striatum
• Herediter autosomal dominan
• Chorea progresif kronik disertai gangguan kognitif hingga dementia, dan gangguan psikiatrik
• Manifestasi di umur 30-an, semakin tua semakin parah
Chorea vascular
• Berhubungan dengan lesi iskemik atau hemorrhagik pada ganglia basal atau white matter di
dekatnya. Sering bermanifestasi sebagai hemichorea
Chorea metabolik
• Disebabkan oleh berbagai faktor : hipoglikemia, hipertiroidism, gagal ginjal, diet ketogenik
Drug-induced chorea
• Disebabkan oleh levodopa (paling sering), antipsikotik, antiemetik, antiepilepsi (asam valproat,
lamotrigine, hidantoin), calcium channel blocker (flunarizine, cinnarizine)
Non-jerky Movement Disorders
Dystonia (SKDI 1)
• Kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan
gerakan berputar dan berulang atau
menyebabkan sikap/postur tubuh yang abnormal
Tremor (SKDI 1)
• Physiological Tremor
• Pathological Tremor
Movement Disorders
• Ataxia (“lack of order”) (SKDI 1)
– Kondisi tidak adanya koordinasi otot yang menyebabkan
gangguan dalam keseimbangan, postur tubuh, koordinasi
otot, kontrol bicara, dan gerakan mata
– Ataxia cerebellar karena disfungsi cerebellum.
Manifestasi klinis : hipotonia antagonis, asinergi, dismetria,
disdiakokinesia. Bisa bilateral atau unilateral
– Ataxia sensorik karena hilangnya input propriosepsi.
Manifestasi klinis : unsteady "stomping" gait with heavy
heel strikes, postural instability
– Ataxia vestibular disfungsi sistem vestibular yang mana
pada kasus akut dan unilateral terdapat vertigo, mual, dan
muntah
Tardive Dyskinesia (SKDI 1)
• Gerakan-gerakan involunter
repetitif, ritmis
• Melibatkan otot-otot lidah,
rahang, pipi, bibir, truncal,
ekstremitas atas, ekstremitas
bawah, wajah, dan sistem
respirasi
• Buccolingual-facial-mastication
syndrome merupakan
manifestasi paling umum
• Biasanya terjadi karena
penggunaan antipsikotik
Wilson Disease (SKDI 1)
• Clinical spectrum • Treatment options
– Hepatic – General chelators
– Neuropsychiatric – Metallothionein
– Other inducers
• Diagnostic tests – Liver Transplantation
– Blood tests • Follow-up
– Urine tests – Blood tests
– Liver biopsy – Urine tests
– Genetic testing
Wilson Disease
• Clinical spectrum • Treatment options
– Hepatic – General chelators
– Neuropsychiatric – Metallothionein
–Other inducers
• Diagnostic tests – Liver Transplantation
– Blood tests • Follow-up
–Urine tests – Blood tests
– Liver biopsy – Urine tests
– Genetic testing
Wilson Disease
Overview
• Autosomal recessive
• Genetic defect: ATP7B
– Encodes metal-transporting ATPase
– Reduced hepatic excretion of copper
– Copper not incorporated into ceruloplasmin
• Systemic accumulation of copper
– Liver, brain, kidneys, cornea, heart,
pancreas, and joints
Wilson Disease
Pathogenesis
test
Wilson Disease
Neuropsychiatric Manifestations
Netter’s Gastroenterology, 2nd ed., Elsevier Inc., 2010, all rights reserved
NEURO MUSCULAR DISORDER
Acute Flaccid Paralysis (AFP)
•defined as sudden onset of weakness and
floppiness in any part of the body in a child
less than 15 years of age
• Guidance of the global polio eradication
- identification of all potential cases of AFP, the
most obvious manifestation of polio infection
- laboratory evaluation of stools from these cases
to confirm poliovirus as the cause
SKDI 3B
CLINICAL SPECTRUM OF POLIOVIRUS INFECTIONS
•Inapperent(sub-clinical) Infection
This occurs approximately in 95 per cent of poliovirus
infection. There are no presenting symptoms. Recognition
only by isolation.
•Abortive Polio or Minor Illness
Occurs approximately in 4-8 per cent of the infection.
It causes only a mild or self limiting illness due to viraemia.
The patient recovers quickly.
•Non paralytic polio
Occurs approximately in one per cent of all infections.
The presenting features are stiffness and pain in neck and
back. The disease lasts for two to ten days. Recovery is
rapid.
•Paralytic polio
Occurs in less then one per cent of infections. The
virus enters the brain and causes varying degree of
disability.
Diagnosis of Polio
• Paralisis flaccid (Lower Motor
Neuron), Asimetris
• Progresi yang cepat dari paralisis
(1-2 hari)
• Tidak ada defisit sensorik atau
hilangnya sensasi propriosepsi
• Kontrol autonom dan volunter dari
bladder dan usus tidak terganggu
• Biasanya ada riwayat demam
• Hyperesthesia atau paresthesia
pada ekstremitas and nyeri otot
umum ditemukan. Terkadang ada
nyeri tekan otot
Guillain-Barre Syndrome (SKDI 3B)
Distinguishing between Polio & GBS
Myasthenia Gravis (MG)
(SKDI 3B)
Meningitis Encephalitis
•Demam •Demam
•Nyeri kepala •Penurunan
•Kaku kuduk kesadaran
•Kejang
Meningitis vs Encephalitis
• Encephalitis (SKDI 3B)
– Inflammation of brain parenchyma (white and gray matter)
– It is almost always associated with inflammation of the
meninges (meningoencephalitis) and may involve the spinal
cord (encephalomyelitis)
– Encephalitis will affect normal brain functions such as altered
mental status, motor or sensory deficits, behavior or
personality changes, speech or movement disorders.
• Meningitis (SKDI 3B)
– Inflammation of the meninges
– Cerebral functions intact no focal neurological deficits
– Can be lethargic
Seizures and postictal states can be seen with meningitis alone and should not be
construed as definitive evidence of encephalitis
Meningeal signs
• Kernig’s sign (+) bila ditemukan spasme dan
resistensi harmstring saat dilakukan ekstensi pada
sendi lutut saat panggul dan sendi lutut berada
pada posisi fleksi 90 derajat
• Brudzinki’s sign
– Brudzinki’s Neck sign (1) (+) bila ditemukan
fleksi sendi lutut saat dilakukan fleksi pasif
pada leher pasien
– Brudzinki’s contralateral leg sign (2) (+) bila
ditemukan fleksi sendi lutut kontralateral saat
dilakukan fleksi pasif sendi panggul dengan
sendi lutut berada pada posisi ekstensi
– Brudzinki’s Cheek sign (3) (+) bila
ditemukan fleksi pada sendi siku dengan
“upward jerking” pada lengan saat diberikan
penekanan pada zygoma
– Brudzinki’s Symphisis sign (4) (+) bila
ditemukan fleksi sendi lutut bilateral saat
simfisis pubis ditekan
LUMBAR PUNCTURE
• A horizontal line joining
the highest points of the
iliac crests passes
through the tip of the L4
spinous process and the
L4-L5 IV disc. This is a
useful landmark when
performing a lumbar
puncture to obtain a
sample of cerebrospinal
fluid.
Indication of Lumbal Puncture
• To verify suspected infection of the CNS
(meningitis, encephalitis)
• To determine whether there is hemorrhage
within the central nervous system, that is, for the
diagnosis of subarachnoid hemorrhage if
there is a high index of suspicion on clinical
grounds and when computed tomography
scanning is negative or unavailable
• To obtain cells for cytologic examination when
carcinomatous meningitis (seeding of the
meninges with neoplastic cells) is a diagnostic
possibility.
Contraindication of Lumbal Puncture
• In patients in whom there is increased intracranial
pressure—or when there is the possibility of an
intracranial mass, especially in the posterior fossa—
spinal puncture must be done extremely carefully or
not at all
• Infection (or suspected infection) at the site of lumbar
puncture
• Coagulation disorders in patients with
thrombocytopenia, hemophilia, vitamin K deficiency,
and so forth can be followed by subdural or epidural
bleeding at the site of lumbar puncture.
Cerebrospinal Fluid Analysis
Peningkatan protein pada CSF juga dapat dilihat dengan Nonne Test / Nonne-Apelt Test dan Pandy
Test. Kedua tes ini memiliki prinsip yang sama yaitu mendeteksi peningkatan kadar protein dalam CSF.
Nonne Test dapat mendeteksi globulin, menggunakan reagen ammonium suphate. Pandy Test dapat
mendeteksi albumin dan globulin, menggunakan carbolic acid atau phenol (Pandy reagent)
Encephalitis
• Develops as a result of infections (viruses,
bacteria, ricketsia, etc)
• Encephalitis will affect normal brain functions such as
altered mental status, motor or sensory deficits, behavior
or personality changes, speech or movement disorders
• Not usually demonstrable by CT
• Diffuse swelling of cerebral tissue (hypodense zones
poorly demarcated)
• Compression of fluid spaces
• Affected area can display contrast enhanced patches
ENCEPHALITIS
• Abortive Therapy
– Oxygen
– Triptans, Ergot alkaloids
– Narcotic not generally recommended
• Prophylactic Therapy
– Calcium channel blockers (verapamil, diltiazem)
– Lithium
– Corticosteroids
– Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
Trigeminal Neuralgia
SKDI 3A
• Paroxysmal attacks of severe,
short, sharp, stabbing pain →
affecting one or more
divisions of the trigeminal
nerve
• Precipitated by : chewing,
speaking, washing the face,
tooth-brushing, cold winds,
or touching a specific “trigger
spot” (e.g. Upper lip or gum)
• Etiology :
– Many remains unexplained
– Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
– Demyelination
Trigeminal Neuralgia
• Investigation
– CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle
lesion
• Management
– Carbamazepine (600-1600 mg/day)
– Nerve block
– Trigeminal ganglion/root injection with
alcohol/phenol
– Microvascular decompression
– Radiofrequency thermocoagulation
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
• Intracranial tumors
– Primary (astrocytoma, glioblastoma, etc)
– Metastastic (breast, lung, melanoma)
• Hematoma
• Abscess
• Aneurysms , arteriovenous malformations
(AVMs)
• Cyst - 3rd ventricle colloid cyst
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
• General Symptoms
– Headache
• A new headache with features suggestive of raised intracranial
pressure
• The classic brain tumour headache (eg, worst in the morning
and worse on bending or Valsalva manoeuvre) is not as
common as a tension-type presentation or migraine
• Chronic headache is not due to any reason for the detection and
others do not respond to simple medicines
• Headache is more common in posterior fossa tumours and rapidly
growing tumours.
– Mental status change
– Weakness and/or ataxia
– Generalized convulsion
Space Occupying Lesion / Process
(SOP)
Cluster Orbitotemporal, Nyeri hebat, tidak Malam hari, 1-2 Setiap hari untuk
headache unilateral berdenyut jam setelah beberapa minggu
/bulan, berulang
jatuh tidur
setelah beberapa
minggu/tahun
Uptodate.com
Meniere’s Disease (SKDI 3A)
Penyebab :
- hidrops
endolimfatik
Meniere’s Disease
• Terapi Non-farmakologis
– Diet rendah Natrium (≤ 1500 mg/hari)
– Diet rendah kafein, nikotin, alkohol, coklat
– Rehabilitasi vestibular
• Terapi farmakologis
– Simptomatik
• Supresan vestibular (antihistamin = dimehidrinat, difenhidramin, meklizin,
prometazin)
• Benzodiazepin (diazepam, lorazepam, clonazepam)
• Antiemetik (metoclopramide, granisetron, ondansetron)
– Diuretik, untuk mengurangi gejala vestibular
• Hidroklorotiazide, triamteren
– Steroid
• Prednison, metilpredinosolon, dexametason
• Terapi intervensi
– Terapi destruktif = gentamisin intratimpanik, labirinektomi, vestibular
neurektomi
– Terapi non-destruktif = prosedur saccus endolimfatik (dekompresi,
shunting dan sacculotomi, glukokortikoid intratimpanik
Medikamentosa Vertigo
Calcium Channel Blocker
• Mengurangi aktivitas ekstatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, meningkatkan aktivitas NMDA sepcific channel, dan
bekerja langsung sebagai depressor labirin. Bisa untuk vertigo
perifer dan sentral
Antihistamin
• Efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-monoaminergik,
dengan akibat inhibisi nervus vestibularis
Histaminik
• Inhibisi neuron polisinaptik pada nervus vestibularis
Golongan Dosis Oral Antiemetik Sedasi Mukosa Gejala
Kering Ekstrapiramida
Ca Channel Blocker
Flunarizin
(utk sentral & perifer) 5-10 mg (1x1) + + - +
Antihistamin
Difenhidramin 50 mg (3x1) + + + -
Dimenhidrinat
Antikolinergik
Atropin 0,4 mg (3x1) + - +++ -
Skopolamin 0,6 mg (3x1) + + +++ -
Monoaminergik
Afetamin 5-10mg(3x1) + - + +
Efedrin 25mg (3x1) + - + -
Histaminik
Betahistin 6mg (3x1) + + - +
Benzodiazepin
Diazepam 2-5mg (3x1) + +++ - -
Antiepileptik
Karbamazepin 200mg - + - -
Fenitoin 100mg - - - -
Low back Pain
• Definition : Low back pain is pain, muscle
tension, or stiffness localized below the costal
margin and above the inferior gluteal folds, with
or without sciatica, and is defined as chronic
when it persists for 12 weeks or more
• Classification (Macnab’s Classification):
– Viscerogenic
– Vasculogenic
– Neurogenic
– Psychogenic
– Spondylogenic
Penyebab Karakteristik
Viscerogenic adanya proses patologik di ginjal Rberhubungan dengan organ
atau visera di daerah pelvis, viscera yang terkena
serta tumor retroperitoneal
Vasculogenic Aneurisma atau penyakit Nyeri punggung bawah seperti
vaskular perifer ischialgia namun tidak berkaitan
dengan aktivitas
Neurogenic keadaan patologik pada saraf Penjalaran dan karakteristik nyeri
sesuai dengan nyeri neuropatik
Psychogenis ketegangan jiwa atau Terdapat gejala psikis selain nyei
kecemasan, dan depresi, atau punggung bawah
campuran
Spondylogenic proses patologik di kolumna Nyeri akut dan severe terlokalisir
vertebralis yang terdiri dari memburuk dengan aktivitas,
unsur tulang (osteogenik), diskus terdapat tender spot, terdapat
intervertebralis (diskogenik), dan nyeri radicuopathy
miofasial (miogenik), dan proses
patologik di artikulasio
sakroiliaka.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)(SKDI 3A)
• Herniasi matriks nukleus pulposus melalui anulus
fibrosus ke dalam kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal (IV disc L4-L5 dan L5-S1). Di
daerah cervical, paling sering di IV disc C6-C7
• Karena bentuk anatomisnya, HNP pada vertebra lumbal
akan menekan radix saraf yang keluar di bawahnya.
Contoh : L5-S1 disc herniation akan menyebabkan S1
radikulopati
• HNP pada vertebra cervical akan menekan radix saraf
pada level yang sama. Namun karena penamaan radix
nervi cervicalis berbeda dengan yang lain, maka radix
saraf yang tertekan akan sesuai dengan vertebra di
bawahnya. Contoh : C6-C7 disc herniation akan
menyebabkan C7 radikulopati
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
• HNP lumbal
– Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggun hingga ke tungkai
bawah atau kaki (ischialgia). Nyeri tungkai bawah lebih sakit
daripada nyeri punggung
– Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (Valsava
maneuver)
– Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
– Tanda-tanda tegangan radiks
• Straight leg raise (SLR = Lasegue test) (+) atau crossed SLR
menandakan keterlibatan radiks L5,S1
• Femoral strecth test menandakan keterlibatan radiks L2-L4
– Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan refleks
fisiologis patella dan Achilles
– Perubahan sensorik (baal, kesemutan, rasa panas, rasa seperti
ditusuk-tusuk) sesuai dermatom
– Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti
retensi urin
Pemeriksaan pada Low Back Pain
• Straigh leg raise test (Lasegue) test mencari ada tidaknya ischialgia.
– Positif bila terdapat nyeri radikular dan parestesia sesuai distribusi nervus
ischiadicus ketika hip joint dielevasikan pada sudut 30-60 derajat dengan lutut
ekstensi
– Bila (+) radikulopati L5, S1
– Nyeri saat elevasi <10 atau >60 derajat bukan kompresi radiks
– Bowstring sign berkurangnya nyeri radikular ketika lutut difleksikan saat
Lasegue test (+)
• Bragard test mempertajam lasegue test (Lasegue + dorsofleksi ankle)
• Crossed straight leg raise test Elevasikan tungkai yang asimptomatik
menyebabkan gejala nyeri radikular tipikal pada tungkai yang simptomatik
(spesifisitas >90% untuk kompresi radiks lumbosacral)
CT myelogram
CT SCAN MRI
Foto polos
terdapat terdapat HNP
lumbosacral
spondylolysis pada IV disc
L2-L3 L4-L5
TATALAKSANA HNP
• Konservatif
– Analgesik golongan NSAID
– Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama,
membungkuk, mengangkat barang)
– Fisioterapi, program olahraga
– Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
– Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular
yang hebat di lumbal
• Indikasi Bedah
– Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani
terapi konservatif yang adekuat selama > 3 bulan
– Hasil EMG terdapat kompresi radiks
– Defisit neurologis yang progresif
– Prosedur = discectomy anterior servikal atau laminektomi
Cauda Equina Syndrome Conus Medullaris Syndrome
(SKDI 2) (SKDI 2)
• Terganggunya fungsi dari radix- • Conus medullaris merupakan ujung
radix saraf dibawah vertebra L1-L2 inferior dari medulla spinalis,
• Gangguan motorik sedang-berat, dibentuk terutama oleh segmen
asimetris, atrofi sacral
• Gangguan sensorik saddle • Gangguan motorik ringan, simetris,
anesthesi timbul lebih lambat, tidak ada atrofi
asimetris • Gangguan sensorik saddle anesthesi
• Nyeri menonjol, hebat, timbul muncul lebih awal, bilateral
dini, radikuler, asimetris • Nyeri jarang, relatif ringan, simetris,
• Gangguan reflex bervariasi bilateral, pada perineum dan paha
• Gangguan sphincter timbul lambat, • Reflex Achiles (-), reflex patella (+)
jarang berat, disfungsi seksual • Disfungsi sphincter terjadi dini dan
jarang berat
• Reflex bulbocavernosus dan anal • Reflex bulbocavernosus dan anal (-)
jarang terganggu • Gangguan ereksi dan ejakulasi
Saddle anesthesia : sensory loss in distribution of S2-S5
Neuropathic Pain– ID Pain Score
If patients have more than one painful area, they are to consider the one area that is most
relevant to them when answering the ID Pain questions.
Scoring was from –1 to 5. If you score 2 or more, you may have neuropathic pain. Talk to
your doctor. Higher scores are more indicative of pain with a neuropathic component
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
(SKDI 3A)
Uptodate.com
Nerve Conduction Study (NCS) /
Electroneurography (ENG)
Ulnar Nerve Entrapment(SKDI 3A)
• Ulnar nerve neuropathy dapat terjadi di elbow
(UNE) dan wrist
• Ulnar neuropathy at the elbow (UNE) dapat disebabkan
karena kompresi nervus ulnaris di sekitar siku, paling
sering di dalam cubital tunnel Cubital Tunnel
Syndrome.
– Lokasi UNE lain yang lebih jarang ketika melewati
arcade of Struthers,caput medial triceps, septum
intermuscular medial, epicondylus medial
• Ulnar neuropathy at the wrist dapat disebabkan karena
kompresi nervus ulnaris di dalam Guyon tunnel
Guyon Tunnel Syndrome
Cubital Tunnel Syndrome
• Kompresi nervus ulnaris di
dalam cubital tunnel
– Cubital tunnel atap =
Osborne ligament &
aponeruosis FCU; lantai =
posterior & tranverse band of
medial collateral ligament and
elbow joint capsule
• Gerakan siku akan
menyebabkan nervus ulnaris
teregang dan bergeser di
dalam cubital tunnel. Fleksi
siku juga menyebabkan
perubahan bentuk cubital
tunnel dari oval menjadi elips
menyempitkan cubital
tunnel hingga 55 %
Cubital Tunnel Syndrome
• Gejala parestesia jari kelingking, setengah ulnar jari manis,
punggung tangan sisi ulnar.
– Diperberat oleh aktivitas yang menyebabkan fleksi siku dan pada
malam hari (siku fleksi saat tidur)
• Tanda
– Atrofi first web space (adductor pollicis) & interosseus muscles
– Clawing pada jari kelingking dan manis
– Hipestesia jari kelingking dan setengah ulnar jari manis
– Paralisis otot-otot intrinsik tangan (adductor pollicis, deep head of
flexor pollicis brevis/FPB, interossei, lumbricales 4,5) weakened
grasp, weak pinch, Froment sign, Wartenberg sign, Jeanne sign,
Masse sign
• Masse sign pendataran arcus palmaris karena kelemahan opponens
digiti minimi
– Paralisis otot-otot ekstrinsik yang diinervasi nervus ulnaris Pollock
sign tidak mampu fleksi DIP jari 4,5
– Tes provokatif Tinel sign (+) pada cubital tunnel, Elbow flexion test
(positif bila fleksi siku >60 detik memunculkan gejala cubital tunnel
syndrome)
Cubital Tunnel Syndrome
Jari kelingking berada pada posisi abduksi dan tidak dapat diadduksikan. Deformitas ini
disebabkan oleh tarikan otot ekstensor digiti minimi (EDM) yang diinervasi oleh nervus
radialis. Adduksi jari kelingking tidak bisa dilakukan karena terdapat paralisis pada
interosseus palmaris III (inervasi oleh nervus ulnaris). Tarikan ekstensor digiti minimi
menyebabkan abduksi kelingking karena otot ini memiliki insersi pada basis phalanx
proksimal aspek ulna jari 5.
Guyon Tunnel Syndrome
• Nama lain : ulnar tunnel
syndrome
• Kompresi nervus ulnaris
di pergelangan tangan
ketika melewati Guyon
tunnel
– Guyon tunnel = saluran di
antara pisiforme dan hook
of hamate dengan atap
berupa ligamentum
pisohamatum
Guyon Tunnel Syndrome
• Nyeri dan paresthesia pada jari 5
(kelingking) dan setengah medial jari 4
(manis)
– Bila nyeri dan paresthesia melebar hingga
pergelangan tangan dan setengah medial
punggunf tangan kemungkinan bukan
Guyon tunnel syndrome melainkan high
ulnar lesion (e.g : Cubital tunnel
syndrome)
• Clawing pada jari kelingking dan manis
• Paralisis otot-otot intrinsik tangan (adductor
pollicis, deep head of flexor pollicis
brevis/FPB, interossei, lumbricales 4,5)
weakened grasp, weak pinch, Froment sign,
Wartenberg sign, Jeanne sign, Masse sign