Madzhab-Madzhab Ilmu Pengetahuan Hukum
Madzhab-Madzhab Ilmu Pengetahuan Hukum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum mengatur proses interelasi dan interaksi antara manusia. Hukum itu pula
kekuatan yang mengikat, dari mana hukum tersebut berasal dan sebagainya, para
Kartini Kartono, teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk
untuk dapat merangkum serta memahami masalah yang sedang dibicarakan secara
lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri dapat
disatukan dan dikaitkan satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian
masalah yang dibicarakan. Teori dapat disebut sebagai kelanjutan dari usaha
` Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 192
1
2
mempelajari hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah dapat
baik secara sadar maupun tidak sadar, pada umumnya karena bermacam-macam
atas dari mana hukum tersebut berasal, mengapa manusia harus mentaati hukum
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan
hukum
2
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 253
3
BAB II
PEMBAHASAN
Persoalan terhadap hukum banyak menimbulkan berbagai teori dan aliran atau
kurun waktu abad yang tidak sama selalu harus berada dalam suasana harmoni.
Pertentangan-pertentangan yang ada bukan merupakan suatu hal yang mustahil. Teori
pemikiran dalam hukum timbul karena adanya perbedaan sudut pandang dalam
mengkaji ilmu hukum. Berikut ini akan dibahas mengenai aliran-aliran atau madzhab-
Teori tentang hukum alam telah ada sejak zaman dahulu. Madzhab hukum
alam merupakan suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak pada
keadilan yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak dapat diganggu. Apabila
keadilan tersebut terganggu, maka akan menimbulkan reaksi manusia yang akan
berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula yaitu situasi yang adil
menurut pandangan orang yang berpikir sehat. Jadi hukum alam adalah yang tidak
bergantung pada pandangan manusia, berlaku kapan saja, dimana saja, bagi siapa
saja, dan jelas bagi semua manusia. 3 Hukum alam yang antara lain dikemukakan
Macam hukum yang kedua merupakan hukum alam, yaitu hukum yang
tidak tergantung dari pandangan manusia, akan tetapi berlaku untuk semua
manusia kapan saja dan dimanapun berada. Menurut Aristoteles, keadilan tidak
sama, sehingga seakan-akan tidak ada hukum alam yang asli, namun harus
diakui terdapat hukum yang bersifat mutlak. Oleh karena itu, bukanlah syarat
mutlak bahwa hukum alam berlaku di zaman apa saja dan dimana saja,
melainkan lazimnya yaitu dalam keadaan biasa, hukum alam tersebut memang
didapati dimana saja dan di zaman apa saja. Jadi, hukum alam itu ialah hukum
yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat
alam.5
Thomas van Aquino berpendapat bahwa hukum kodrat itu ada, yaitu
dalam hukum abadi yang merupakan ratio ke-Tuhanan (lex aeterna) yang
menguasai seluruh dunia sebagai dasar atau landasan bagi timbulnya segala
4
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1986, hlm. 59
5
Ibid, hlm. 68
6
Soeroso, Op.Cit, hlm. 69
5
peraturan yang berasal dari undang-undang abadi tersebut dan oleh Thomas van
Aquino dinamakan hukum alam (lex naturalis). Hukum alam tersebut hanyalah
Hukum alam abadi (lex aeterna) itu sendiri pada dasarnya terdiri atas
hukum positif Tuhan (lex divina) dan hukum alam (lex naturalis). Hukum
positif Tuhan (lex devina) bersumber pada kemauan Tuhan, sedangkan hukum
alam (lex naturalis) bersumber pada ratio ke-Tuhanan. Disamping itu, dalam
secara fundamental, universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala
7
C.S.T Kansil, Op.Cit. hlm. 60
6
hukum alam modern, yaitu Hugo de Groot yang menjadikan akal sebagai
barang yang sama sekali berdiri sendiri, dasar baru untuk pandangannya tentang
negara dan hukum.9 Hugo de Groot berpendapat bahwa sumber hukum alam
ialah pikiran atau akal manusia. Menurutnya hukum alam adalah pembawaan
dari setiap manusia dan merupakan hasil pertimbangan dari akal manusia yang
menunjukkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Manusia harus
akal maka manusia harus hidup menurut kehendak akalnya. Hukum alam
8
Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hlm. 122-123
9
Ishaq, Op.Cit, hlm. 200
7
persoalan apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia dan karena itu
pada keadaan, waktu dan tempat. Ia tidak sependapat dengan ajaran hukum
alam yang yang mengatakan bahwa hukum alam berlaku dimana saja, kapan
saja, dan bagi siapa saja. Pendirian Rudolf Stammler tersebut didasari suatu
masyarakat yang tidak sama satu sama lain. Maka, hukum yang berlaku di
masyarakat yang satu dan lainnya berbeda karena hukum diperlukan untuk
tempat, semua waktu dan semua orang. Ukuran hukum yang sesuai menurut
demikian olehnya dinamakan sebagai suatu social ideal, yaitu masyarakat yang
kewajiban masing-masing
10
C.S.T Kansil, Op.Cit., hlm. 59-60
11
Soeroso, Op.Cit., hlm. 70-71
8
b) Ada asas turut ambil bagian (principle of participation) yang berarti setiap
B. Madzhab Sejarah
Reaksi terhadap para pengikut hukum alam, timbul suatu aliran baru di
Eropa yang dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Lahirnya madzhab ini
hubungan antara jiwa suatu bangsa dengan hukum dan pengaruh paham
nasionalisme yang mulai timbul di awal abad ke-19. Von Savigny berpendapat
bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa dan rohani
bangsa, selalu ada hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu
bangsa. Hukum bukanlah disusun atau diciptakan oleh orang, tetapi tiap-tiap
pandangannya pada jiwa atau semangat suatu bangsa (volksgeist) yang pada suatu
saat juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya. Maka
kesatuan dan tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa dan karena itu hukum
terhadap dua kekuatan yang sangat dominan pada masa itu, yakni:
12
Daliyo,dkk, Op.Cit., hlm. 124-125
13
C.S.T Kansil, Op.Cit, hlm. 60-61
9
sosial
kekuasaan dan tradisi, keyakinannya terhadap rasio dan daya kekuatan tekad
sejarah, hukum bersumber pada perasaan keadilan naluriah yang dimiliki setiap
bangsa. Karena yang dapat mewujudkan hukum itu adalah jiwa bangsa yang sama-
sama hidup dan berada dalam setiap individu dan menimbulkan hukum positif.
Timbulnya hukum positif tidak terjadi oleh akal manusia yang secara sadar
kesadaran bangsa secara organik. Jadi tumbuh dan berkembangnya hukum tersebut
15
bersama-sama dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa. Ius constitutum atau
hukum positif menurut W.L.G Lemaire ialah hukum yang berlaku di daerah
C. Teori Teokrasi
14
Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 19
15
Daliyo, dkk, Log.Cit, hlm. 125
16
C.S.T Kansil, Op.Cit, hlm. 61
10
Teori tentang hukum alam merupakan bagian dari filsafat hukum yang
bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan dari manakah asal hukum dan
mengapa manusia harus tunduk pada hukum. Pada masa lampau di Eropa, para
filosof menganggap dan mengajarkan bahwa hukum berasal dari Tuhan dan oleh
karena itu maka manusia diperintahkan Tuhan harus tunduk pada hukum.
Perintah-perintah yang datang dari Tuhan dituliskan dalam kitab suci. Tinjauan
mengenai hukum yang dikaitkan dengan kepercayaan, agama dan ajaran tentang
teokrasi bahwa pemimpin negara mendapat kuasa dari Tuhan seolah-olah mereka
adalah wakil Tuhan.17 Oleh karena itu, pelanggaran terhadap kekuasaan pemimpin
hukum ialah akal atau rasio manusia. Menurut aliran rasionalisme ini, raja atau
dari rakyatnya. Pada abad pertengahan diajarkan bahwa kekuasaan raja berasal
17
Log.Cit ,hlm. 61-62
11
dari suatu perjanjian antara raja dan rakyatnya. Pada abad ke-18, Jean Jacques
perjanjian masyarakat (contrac social) yang diadakan oleh dan antara anggota
Teori Rousseau yang menjadi dasar dari teori kedaulatan rakyat mengajarkan
bahwa negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua
menaati hukum karena sudah berjanji menaati hukum. Pada buku karangannya le
Menurut aliran ini, hukum merupakan kemauan semua orang yang telah
mereka serahkan kepada suatu organisasi (negara) yang telah terlebih dahulu
mereka bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat.20
Pada abad ke-19 teori perjanjian masyarakat ditentang oleh teori yang
18
Soeroso, Op.Cit, hlm. 72-73
19
Ishaq, Op.Cit, hlm 204
20
C.S.T. Kansil, Op.Cit, hlm. 62
12
bersama seluruh anggota masyarakat. Adapun pencetus teori ini adalah Han
1. Hukum ialah kehendak negara (eille des staates). Hukum bukan kemauan
Pada abad ke-20, teori kedaulatan negara ditentang oleh Cruot, Duguit, dan
teori kedaulatan negara yang menyatakan bahwa kedudukan hukum lebih rendah
dari pada kedudukan negara. Akan tetapi menurut teori kedaulatan hukum yang
2. Hukum hanya apa yang memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak
3. Hukum yang tidak sesuai dengan rasa keadilan orang terbanyak tidak dapat
mengikat
21
Soeroso, Op.Cit, hlm. 75
22
Iqbal, Op.Cit, hlm. 205
13
seharusnya. 23
Cardozo, Gurvitch, dll. Madzhab ini menganggap bahwa hukum yang baik ialah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Sociological
madzhab ini lahir dari anti these positivisme hukum. karena sociological
ujian akal dapat hidup terus. Unsur-unsur kekal dalam hukum itu hanyalah
pernyataan akal yang berdiri di atas pengalaman akal dan diuji oleh pengalaman.24
H. Madzhab Fungsional
hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau tertib hukum saja tetapi
23
Soeroso, Op.Cit, hlm. 76
24
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 60-61
14
menggunakan istilah social engineering sebagai analogi. Hukum dalam hal ini
sebagai alat sosial. Hukum yang berlaku mungkin sangat berbeda dengan hukum
I. Asas Keseimbangan
Krabbe bahwa kesadaran hukum orang itu menjadi sumber hukum. menurut
Kranenburg, hukum berfungsi sebagai suatu dalil yang nyata. Dalil yang menjadi
dasar fungsi kesadaran hukum yang dirumuskan oleh Kranenburg ialah bahwa tiap
telah ditetapkan atau diletakkan terlebih dahulu. Hukum atau dalil oleh
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
madzhab hukum alam, madzhab sejarah, teori teokrasi, teori kedaulatan rakyat,
25
Daliyo, dkk, Op.Cit, hlm. 130
26
C.S.T Kansil, Op.Cit, hlm. 63
15
2. Madzhab hukum alam bertitik tolak pada keadilan mutlak. Madzhab sejarah
B. Saran
madzhab dalam ilmu pengetahuan hukum sebagai salah satu komponen dalam
2. Makalah ini meskipun jauh dari kata sempurna diharapkan dapat bermanfaat
bagi mahasiswa prodi ilmu syari’ah konsentrasi hukum keluarga khususnya dan
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1986.
17
Purnadi Purbacaraka dan A. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Alumni, Bandung, 1986.