Anda di halaman 1dari 4

KEKUATAN, KELEMAHAN, DAN SOLUSI

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Oleh:
Isna F
NIM k7514034

PENDIDIKAN EKONOMI ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat
penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan
akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi
pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan di Indonesia yang kita harapkan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan
aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur,
berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan
persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.

Kelebihan Pendidikan di Indonesia


Dimulai dari Sekolah Dasar (SD), peserta didik telah dikenalkan dengan
pengetahuan yang sangat banyak melalui mata pelajaran yang banyak pula . Selain itu,
dalam setiap sekolah terdapat muatan lokal yang biasanya diisi oleh bahasa daerah
masing-masing tempat, misalnya di Jawa terdapat muatan lokal bahasa Jawa, di Bali
terdapat muatan lokal bahasa Bali. Hal ini tentunya bertujuan untuk menggali kearifan
lokal budaya setempat.

Kelemahan Pendidikan di Indonesia


1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan


tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media
belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium
tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung
sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.

2 Rendahnya Prestasi Siswa

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik)


pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Misalnya
pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa indonesia di dunia
internasional sangat rendah. Siswa indonesia hanya berada di ranking ke-
35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari
44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di
bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang
terdekat.

3. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan.

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat


sekolah dasar. Data balitbang departemen pendidikan nasional dan
direktorat jenderal binbaga departemen agama tahun 2000 menunjukan
angka partisipasi murni (apm) untuk anak usia sd pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian apm ini termasuk kategori
tinggi. Angka partisipasi murni pendidikan di sltp masih rendah yaitu 54,
8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih
sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan
yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

4. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang


menganggur. Setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak
memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan
dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya
kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta
didik memasuki dunia kerja.

5. Belum Menghasilkan Life Skill Yang Sesuai

Dalam kaitannya dengan life skill yang dihasilkan oleh peserta


didik setelah menempuh suatu proses pendidikan, maka berdasarkan
pp no.19/2005sebagaimana dalam pasal 13 bahwa:1) kurikulum untuk
smp/mts/smplb atau bentuk lain yang sederajat, sma/ma/smalb atau bentuk
lain yang sederajat, smk/mak atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukan pendidikan kecakapan hidup. 2) pendidikan kecakapan hidup
yang dimaksud meliputi kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan
kecakapan vokasional.
Solusi Masalah Pendidikan di Indonesia
Untuk membantu mengatasi masalah pendidikan dibutuhkan adanya lembaga
yang membantu pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, menjaring
kerjasama untuk memperoleh dana pendidikan, dan menggalang dukungan untuk
pendidikan yang lebih baik. Lembaga perantara tersebut bekerjasama dengan
pemerintah, pihak swasta, dan kelompok masyarakat untuk bersama-sama memberbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia mengingat tanggung jawab pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, lembaga tersebut melakukan
pendampingan kepada guru-guru di Indonesia dan pemberian apresiasi lebih kepada
guru-guru kreatif. Pendampingan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
profesionalitas, kreatifitas, dan kompetensi guru dengan model pendampingan berupa
seminar, lokakarya, konsultasi, pelatihan dan praktek. Pendampingan dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan yang didukung oleh pemerintah dan pihak terkait.
Lembaga tersebut juga memediasi masyarakat, pendidik, dan pihak terkait
lainnya untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dalam memperbaiki
kurikulum pendidikan. Diharapkan dengan adanya lembaga ini, ide-ide kreatif untuk
memperbaiki kurikulum pendidikan dapat tertampung dan pemerintah dapat
mempertimbangkan ide masyarakat untuk kebijakan yang dibuat.
Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan guru, kepala sekolah, dan
pengelola sekolah, lembaga tersebut melakukan pendampingan guna mewujutkan
manajemen sekolah yang baik. Proses yang dilakukan berupa konsultasi, lokakarya, dan
pelatihan ditunjukan kepada guru, staf dan pimpinan sekolah. Pihak manajemen sekolah
diharapkan mampu membawa sekolah yang dipimpinnya untuk berkembang dan meraih
prestasi yang diharapkan.
Lembaga perantara tersebut juga berperan membantu manajemen sekolah untuk
mengembangkan kerjasama dengan instansi-instansi terkait guna memperoleh dana
pengembangan infrastruktur sekolah.Tidak hanya itu, lembaga tersebut juga dapat
menggalang dana dari sponsor untuk perbaikan bangunan sekolah yang hampir rusak di
wilayah terpencil.
Dukungan masyarakan, lembaga sosial, dan lembaga pers memiliki fungsi dalam
meningkatkan pemahaman pentingnya pendidikan melalui penyebaran informasi. Oleh
karena itu, lembaga tersebut mempunyai tugas untuk meningkatkan dukungan tersebut
dengan cara bekerja sama dengan pihak masyarakat, lembaga sosial, dan pers. Dengan
demikian informasi seputar perbaikan mutu pendidikan di Indonesia dapat tersalurkan
dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai