Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIODIVERSITAS

STRATEGI KONSERVASI: MEMELIHARA DIVERSITAS EKOSISTEM


PENDUKUNG KEHIDUPAN, MELESTARIKAN DIVERSITAS GENETIK,
MENJAMIN PEMANFAATAN BIODIVERSITAS SECARA
BERKELANJUTAN SECARA IN SITU DAN EX SITU

Dosen Pengampu :
Dra. Sri Puryaningsih, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok : 6 (Enam)
Nama Anggota : Lia Novsika Saragih ACD 117 031
Lizha Setia Rahma ACD 117 032
Vivin Alvianita ACD 117 065
Sugeng Mashabhi ACD 118 037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Strategi Konservasi: Memelihara Diversitas Ekosistem Pendukung Kehidupan, Melestarikan
Diversitas Genetik, Menjamin Pemanfaatan Biodiversitas Secara Berkelanjutan Secara In Situ
Dan Ex Situ”.
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Palangka Raya, Oktober 2020

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2


Daftar Isi ........................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 5
Bab II Pembahasan .......................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Strategi Konservasi ........................................................................ 6
2.2 Memelihara Diversitas Ekosistem Pendukung Kehidupan .............................. 6
2.3 Melestarikan Diversitas Genetik ...................................................................... 9
2.4 Menjamin Pemanfaatan Biodiversitas Secara Berkelanjutan Secara In Situ
dan Ex Situ ....................................................................................................... 12
Bab III Penutup ................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................ 13
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mencegah kepunahan adalah tujuan utama dari konservasi keanekaragaman hayati.
Walaupun pencegahan kepunahan bertumpu pada konservasi di tingkat spesies, konservasi
keanekaragaman hayati harus dilaksanakan di tiga tingkat keanekaragamannya, yaitu
ekosistem, spesies dan genetik.
Strategi konservasi adalah pendekatan yang fokus pada konservasi sumber daya
mahluk hidup dan memberikan panduan kebijakan tentang bagaimana hal ini dapat
dilakukan. Secara khusus, strategi mengidentifikasi tindakan yang diperlukan baik untuk
meningkatkan efisiensi dan konservasi untuk mengintegrasikan konservasi dan
pembangunan. Strategi konservasi penting untuk mencapai tiga tujuan utama konservasi
yaitu: 1. menjaga proses ekologi dan sistem pendukung kehidupan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan perkembangan manusia, 2. melestarikan keragaman genetik untuk
mempertahankan fungsi banyak proses dan sistem pendukung kehidupan yang
menggunakan sumber daya hidup; dan 3. memastikan pemanfaatan berkelanjutan spesies
dan ekosistem yang mendukung manusia serta industri.
Strategi konservasi bagi spesies hewan yang bersifat makro (kasat mata) dapat
dilakukan langsung terhadap spesies tersebut, sedangkan untuk spesies tumbuhan dan
spesies yang berukuran kecil (mikro), diperlukan pendekatan ekosistem yang lebih holistik.
Kebijakan umum bagi konservasi spesies Indonesia dirumuskan dalam berbagai tujuan yaitu
menentukan spesies prioritas, merumuskan kebijakan konservasi, memberikan status
perlindungan, memanfaatkan secara lestari, pengamanan hayati/lingkungan, melaksanakan
kegiatan konservasi in situ, melakukan kegiatan konservasi ex situ, meningkatkan
konservasi spesies berbasis ekosistem, merumuskan peran pemeritah, melakukan pengaturan
penangkaran dan budidaya, kajian peraturan perudangan, riset, partisipasi masyarakat,
ketersediaan dana.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Strategi Konservasi?
2. Bagaimana upaya memelihara diversitas ekosistem pendukung kehidupan?
3. Bagaimana upaya melestarikan diversitas genetik?
4. Bagaimana jaminan pemanfaatan biodiversitas secara berkelanjutan secara in situ dan
ex situ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian strategi konservasi
2. Mengetahui upaya memelihara diversitas ekosistem pendukung kehidupan
3. Mengetahui upaya melestarikan diversitas genetik
4. Mengetahui jaminan pemanfaatan biodiversitas secara berkelanjutan secara in situ dan
ex situ.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Strategi Konservasi


Strategi konservasi adalah pendekatan yang fokus pada konservasi sumber daya
mahluk hidup dan memberikan panduan kebijakan tentang bagaimana hal ini dapat
dilakukan. Secara khusus, strategi mengidentifikasi tindakan yang diperlukan baik untuk
meningkatkan efisiensi dan konservasi untuk mengintegrasikan konservasi dan
pembangunan. Strategi konservasi penting untuk mencapai tiga tujuan utama konservasi
yaitu menjaga proses ekologi dan sistem pendukung kehidupan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan perkembangan manusia, melestarikan keragaman genetik untuk
mempertahankan fungsi banyak proses dan sistem pendukung kehidupan yang
menggunakan sumber daya hidup dan memastikan pemanfaatan berkelanjutan spesies dan
ekosistem yang mendukung manusia serta industri.

2.2 Memelihara Diversitas Ekosistem Pendukung Kehidupan


Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia disebabkan letaknya pada
persilangan pengaruh antara benua Asia dan Australia. Sebelah barat wilayah Indonesia
(Sumatra, Kalimantan dan Jawa) dipengaruhi oleh sifat-sifat tumbuhan dan hewan Oriental.
Sementara, seluruh pulau Papua, Australia dan Tasmania masuk dalam kawasan yang
dipengaruhi oleh biogeografi Australia. Sedangkan Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku
merupakan peralihan antara keduanya, sehingga bersifat unik dengan tumbuhan dan hewan
yang sama sekali berbeda dengan Oriental maupun Australia.33 34 Bappenas pada tahun
1993 mengidentifikasi sedikitnya 47 jenis ekosistem alam khas di Indonesia, yang masih
dapat terbagi lagi ke dalam lebih dari 90 tipe ekosistem yang lebih spesifik. Ekosistem yang
paling kaya keragaman hayatinya adalah hutan hujan tropis yang walaupun hanya meliputi
7% permukaan bumi, namun mengandung paling sedikit 50% s.d. 90% dari semua spesies
tumbuhan dan satwa yang ada di dunia.
Perlindungan setiap tipe ekosistem di sebanyak-banyaknya lokasi dapat melindungi
lebih banyak lagi keanekaragaman spesies dan genetik. Tidak ada teori yang dapat
menjelaskan berapa luasan atau proporsi ideal kawasan konservasi dalam suatu wilayah atau

6
negara. Konvensi Keanekaragaman Hayati (“CBD”) mendesak negara anggota untuk paling
tidak mencadangkan 10% dari wilayah daratannya menjadi kawasan dilindungi, dimana
secara global saat ini telah ada sekitar 10-15% kawasan konservasi.
Perlindungan ekosistem saat ini banyak berbenturan dengan kebutuhan lahan bagi
pembangunan ekonomi, sehingga kita tidak dapat melindungi semua tipe ekosistem
sebanyak-banyaknya di dalam jejaring kawasan yang dilindungi (kawasan konservasi).
Dalam kondisi banyak ekosistem penting yang tidak dapat atau sulit dimasukkan ke dalam
sistem atau jaringan kawasan konservasi, diperlukan sistem pengelolaan yang dapat
melindungi ekosistem penting tersebut dan keanekaragaman hayatinya tanpa mengorbankan
tujuan pemanfaatan lahan. Pelindungan ekosistem tersebut bertujuan untuk melindungi
keterwakilan, memelihara keseimbangan, ketersambungan dan kemantapan ekosistem di
dalam suatu jejaring kawasan konservasi yang mempunyai batas-batas jelas, yang ditetapkan
dan secara hukum mengikat untuk melindungi keanekaragaman hayati beserta jasa
ekosistem dan nilai-nilai budaya.

a) Ekosistem Hutan
Hutan adalah rumah bagi berbagai macam jenis hewan maupun tumbuhan. Selain
itu, di dalam hutan sendiri masih memiliki beberapa ekosistem lagi. Seperti ekosistem
sungai, ekosistem rawa, maupun ekosistem danau. Setiap ekosistem, memiliki hewan dan
tumbuhan masing- masing. Hutan tidak hanya berfungsi bagi rumah bagi banyak
tumbuhan dan hewan. Hutan juga sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan dengan
tumbuhannya adalah pencipta oksigen bagi bumi. Selain itu, hutan juga sebagai salah satu
penghasil bakteri yang dapat menjadi antibiotik baru bagi penyakit di bumi. Hanya saja,
akibat ulah manusia, banyak ekosistem hutan yang mengalami kehancuran.
Hutan hujan di kalimantan yang hampir habis akibat pembakaran, perkebunan
kelapa sawit, dan pertambangan batubara. Rusaknya ekosistem hutan, berdampak pada
keberlangsungan hewan yang ada di dalamnya. Seperti orang hutan, badak bercula satu,
serta harimau sumatra yang terancam punah. Akan tetapi, bumi memiliki kemampuan
untuk meregenerasi diri jika manusia berhenti mengeksploitasi hutan. Cara menjaga
keseimbangan ekosistem hutan adalah:

7
1. Dengan melakukan reboisasi yaitu penanaman kembali. Hutan yang telah di tebang,
ditanam kembali dengan benih- benih pohon yang baru.
2. Dengan melakukan tebang pilih. Tebang pilih adalah, dengan tidak menebang pohon
yang masih berusia muda dan produktif. Dan hanya memilih pohon yang berusia tua
dan tidak produktif lagi.
3. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Caranya
dengan memakai sumber energi alternatif seperti sinar matahari atau angin untuk
mengganti batu bara. Serta mengurangi pemakaian kendaraan bermotor.
4. Menjadi konsumen yang bijak, dengan mengurangi produk yang memakai minyak
kelapa sawit. Saat ini banyak produk- produk alternatif yang tidak memakai minyak
kelapa sawit, seperti minyak jagung sebagai pengganti minyak sawit untuk memasak.
5. Mengurangi pemakaian kertas dan tisu yang berasal dari pohon. Serta melakukan daur
ulang pada sampah kertas, sehingga dapat dipakai lagi.
6. Menjaga kelestarian hutan. Saat ini banyak organisasi non pemerintah yang berdiri
melindungi hutan seperti Greenpeace dan WWF. Selain itu ada Ivory Wars. Sebuah
tayangan mengenai orang- orang yang menjaga serta menangkap pemburu gading
gajah di Afrika.
7. Memberikan sangsi tegas kepada pelaku pembabatan liar serta pembakaran hutan.

b) Ekosistem Laut
Laut memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda dengan ekosistem hutan.
Selain itu, berbeda dengan ekosistem hutan yang didalamnya masih ada ekosistem-
ekosistem lain. Ekosistem laut hanya dibagi berdasarkan tingkat kedalamannya. Jenis
hewan dan tumbuhan akan berbeda- beda tergantung dari kedalamannya. Bumi adalah
planet dengan 70% diisi oleh lautan, sehingga laut memiliki peranan penting bagi
manusia. Lautan berperan sebagai pengontrol iklim. Karena laut memindahkan uap panas
dari daerah khatulistiwa ke daerah kutup. Selain itu, laut mampu menyerap CO2 yang ada
di udara melalui hutan bakau dan terumbu karang yang ada di dalam laut. Laut juga
sebagai salah satu sumber protein bagi manusia.
Akan tetapi, ekosistem laut kini mulai terancam akibat ulah manusia. Pemakaian
bom serta pukat harimau, menyebabkan hancurnya terumbu karang, serta terancamnya

8
populasi ikan. Hutan bakau yang berfungsi sebagai pencegah abrasi serta penyerap CO2
juga mengalami kerusakan. Selain itu, penambangan minyak lepas pantai juga
menyebabkan pencemaran air laut, yang mematikan ekosistem laut di sekitarnya.
Perburuan liar mamalia laut oleh manusia juga merusak ekosistem laut. Untuk dapat
menyeimbangkan kembali ekosistem laut, dapat dilakukan dengan berbagai Cara
Menjaga Keseimbangan, antara lain:
1. Tidak membuang sampah di sungai maupun laut. Akhir dari perjalanan sungai adalah
menuju ke laut. Jika sungai tercemar, maka laut pun ikut tercemar.
2. Tidak memakai bom atau pukat harimau dalam menangkap ikan. Serta memberikan
sangsi tegas kepada pelakunya.
3. Menanam hutan bakau di sepanjang bibir pantai.
4. Mejaga kelestarian terumbu karang dengan tidak merusaknya. Bahkan bagi para
penyelam, menyentuh terumbu karang sangat tidak dianjurkan, karena dapat merusak
terumbu karang itu sendiri, kecuali saat terkena arus laut yang kencang.
5. Melakukan penanaman terumbu karang.
6. Menjaga kebersihan pantai, dengan tidak membuang sampah di pantai. Terutama
gabus yang dapat menjadi racun bagi ekosistem laut.
7. Menjaga kelestarian laut. Banyak organisasi dunia yang peduli terhadap
permasalahan ekosistem di laut. Selain Greenpeace dan WWF, juga ada organisasi
Sea Shepherd yang fokus menjaga kelangsungan hidup paus di samudra
antartika dari tangan pemburu.

2.3 Melestarikan Diversitas Genetik


Dalam kerangka perlindungan sumber daya genetik untuk menghindari “pencurian”
atau yang sering disebut sebagai biopiracy, sumber daya genetik yang dapat berupa materi
genetik, termasuk informasi yang terkandung di dalamnya dan asal-usulnya (origin) – yang
berupa tumbuhan, hewan, mikroba dan turunannya yang diperoleh dari kondisi in-situ dan
ex-situ. Definisi ini menjadi penting bagi Indonesia sebagai negara yang kaya akan
keanekaragaman hayati namun yang masih relatif tertinggal dari segi bioteknologi.
Indonesia perlu melindungi kekayaan hayatinya agar tidak hanya menjadi “pasar” bagi

9
teknologi berbasis keanekaragaman hayati yang justru bersumber dari negara seperti
Indonesia.
Masa depan umat manusia akan sangat bergantung pada sumber daya genetik.
Perubahan iklim global dapat dipastikan mengubah pola suplai pangan dan kesehatan
dunia.51 Tanaman pangan dan hewan ternak yang ada saat ini mungkin tidak dapat bertahan
dengan kondisi iklim yang berubah. Penemuan varitas-varitas baru tanaman pangan dan
ternak akan sangat bergantung pada keanekaragaman genetik tumbuhan dan hewan. Varitas-
varitas tanaman pangan dan hewan bermutu tinggi yang ada saat ini merupakan hasil dari
konservasi genetik yang efektif. Oleh sebab itu, konservasi keanekaragaman genetik menjadi
sangat penting dan menjadi keniscayaan untuk masa depan umat manusia. Riset dan
pengembangan teknologi ke arah itu sedang mengalami eskalasi yang tajam.
Dalam konteks sumber daya genetik, konservasi diarahkan pada pengembangan
strategi perlindungan genetik pada spesies-spesies yang akan menjadi target, yaitu spesies
yang karena kondisinya dapat menyebabkan keanekaragaman genetiknya terancam menurun
atau hilang. Selain itu, pengaturan pemanfaatan sumber daya genetik diarahkan pada
pengaturan akses terhadap sumber daya genetik serta pembagian yang adil dan setara atas
pemanfaatan sumber daya genetik. Kegiatan konservasi genetik bertujuan untuk tetap
mempertahankan keragaman genetik, yaitu variasi gen dan tipe gen antar dan dalam suatu
spesies, sehingga dapat beradaptasi pada lingkungannya. Kekuatan-kekuatan evolusi yang
mempengaruhi perubahan keanekaragaman genetik antara lain seleksi alam, pergeseran
genetik (genetic drift), mengalirnya gen (gene flow) dan mutasi. Oleh karenanya,
perlindungan sumberdaya genetik baik di habitatnya (in situ) maupun di luar habitatnya (ex
situ) ditujukan untuk menjaga keanekaragaman (keragaman) genetik suatu spesies.
Konservasi sumber daya genetik termasuk juga pengaturan pada pengetahuan
tradisional (traditional knowledge) yang merupakan informasi atau praktek dari masyarakat
tradisional atau masyarakat lokal yang terkait dengan sumberdaya genetik.
Manfaat atau keuntungan yang didapatkan dari pengembangan dan komersialisasi
sumber daya genetik harus dibagikan kepada pemilik sumber daya genetik. Prinsip dasar
inilah yang melahirkan perjanjian internasional yang pertama-tama diadopsi dalam kerangka
CBD. Tujuan ketiga dari CBD diperkuat dengan disepakatinya Protokol Nagoya, yang
memberikan landasan yang kuat bagi kepastian dan transparansi secara hukum untuk

10
penyedia dan pengguna sumberdaya genetik. Protokol Nagoya juga secara spesifik
menyediakan petunjuk mengenai legislasi nasional yang harus dikembangkan oleh negara
penyedia sumberdaya genetik seperti perjanjian kontrak dan perijinan.
a) Plot Areal Sumber Daya Genetik (ASDG)
Upaya pelestarian sumberdaya genetik melalui pembangunan plot areal sumber daya
genetik (ASDG) sudah dilakukan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta sejak tahun 2000. Pembangunan plot tersebut
melalui serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan materi genetik dari sebaran
alaminya, pembibitan di persemaian, penanaman di lapangan, dan karakterisasi untuk
pemanfaatan sumber daya genetik dimasa mendatang.
Tujuan pembangunan ASDG yaitu;
1. menyelamatkan jenis-jenis bernilai ekonomi tinggi tapi mulai langka dan terancam
punah seperti ulin (Eusidexylon zwageri) dan eboni (Diospyros celebica), jenis
tanaman hutan berkualitas tinggi namun mempunyai pertumbuhan yang sangat
lambat, dan
2. menyediakan populasi dasar untuk mendukung program pemuliaan.
Program pemuliaan tanaman saat ini banyak melakukan seleksi berdasarkan
karakter kayu yang lurus, tinggi dan cepat tumbuh namun ASDG tidak hanya berfungsi
menyediakan materi dasar untuk program pemuliaan untuk karakter-karakter yang
diperlukan untuk saat ini saja, tetapi juga menyediakan materi seleksi untuk karakter
yang belum dimanfaatkan saat ini tetapi berpotensi mempunyai nilai ekonomi tinggi
dimasa yang akan datang seperti penghasil zat bioaktif untuk pangan, energi, obat-obatan
dan yang lainnya.

b) Center for Biologicaldiversity and Biotechnology (ICBB)


Di Indonesia upaya inventarisasi untuk bioprospeksi ini dilakukan misalnya, oleh
Indonesian Center for Biologicaldiversity and Biotechnology (ICBB), yang bermarkas di
Bogor. Lembaga ini telah mendata lebih dari 10.000 isolat (kultur mikro organisme) yang
sebagian besar diisolasi dari Indonesia. Makhluk hidup yang berupa jasad renik itu telah
didepositkan pada Culture Collection ICBB. Sebagian besar isolat-isolat tersebut,
menurut pihak ICBB, belum pernah dikaji atau diidentifikasi. Strain yang ada dalam

11
Culture Collection ICBB tersedia untuk masyarakat ilmiah pada level nasional maupun
internasional, baik di lembaga akademik maupun industri.
ICBB juga telah menginventarisasi keanekaragaman hayati tumbuhan dan binatang
tingkat tinggi Ekologi Air Hitam (EAH), yang terdapat di pedalaman Kalimantan
Tengah. EAH merupakan habitat berbagai tumbuhan yang secara ekonomis penting,
misalnya lebih dari 100 spesies pohon kayu hutan, lebih dari 40 spesies rumput-
rumputan, anggrek, rotan, jamur, dan buah-buahan hutan. Beberapa tergolong spesies
langka misalnya: gembor (Alseodaphne umbeliflora), jelutung (Dyera costulaca), kapur
naga (Callophilium soulatri), kempas (Koompassia malcencis), ketiau (Ganua
motleyana), mentibu (Dactyloclades stenostachys), nyatoh (Palaquium scholaris),
rambutan hutan (Nephelium sp.) dan ramin (Gonysstylus bancanus). Gembor, biasanya
hanya diambil kulitnya, untuk dijadikan bahan baku obat nyamuk bakar. Sedangkan
jelutung disadap lateksnya untuk bahan baku industri.
Selain itu Tim Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), 1998, telah pula
mengidentifikasi lebih dari 40 spesies tumbuhan obat yang hidup di ekosisten air hitam.
Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Watusipat dan Playen, Gunung Kidul
dan Sumber Waringin Bondowoso, Jawa Timur. Beberapa plot juga merupakan hasil
kerjasama dengan Perum Perhutani, Tahura Dinas Kehutanan Jawa Tengah, BLH
Wonogiri, Jawa Tengah dan Dinas Kehutanan Propinsi DI Yogyakarta.

2.4 Menjamin Pemanfaatan Biodiversitas Secara Berkelanjutan Secara In Situ dan Ex Situ
Pengertian In situ adalah usaha pelestarian alam yang dilakukan dalam habitat
aslinya. Sedangkan Pengertian Ex situ adalah usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar
habitat aslinya. Dalam usaha pelestarian keanekaragaman hayati maka dilakukan konservasi
Insitu dan Eksitu.
Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia telah diatur dalam UU No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, berdasarkan atas tiga asa yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan
bermanfaat.

12
a. Konservasi In situ
Konservasi insitu merupakan konservasi tempat atau konservasi sumber daya
genetik dalam populasi alami tumbuhan atau satwa, misalnya sumber daya genetik hutan
dalam populasi alami spesies pohon. Hal ini merupakan proses dalam melindungi spesies
tanaman atau hewan yang terancam punah di habitat aslinya, atau predator. Cara
konservasi In situ adalah dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, dan suaka
marga satwa.
Artinya melakukan perlindungan dan pemeliha raan hewan dan tumbuhan di
habitat aslinya, contoh:
• Pelestarian komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo
• Pelestarian badak Jawa (Rhynoceros sundaicus) di ujung Kulon
• Pelestarian bunga bangkai (Rafflesia arnoldi) di Bengkulu

b. Konservasi Ex situ
Konservasi Eksitu merupakan konservasi ynag melindungi spesies tumbuhan dan
hewan langka dengan mengambil dari habitat yang tidak aman atau terancam dengan
ditempatkan ke perlindungan manusia. Cara konservasi Eksitu adalah dengan mendirikan
taman safari, kebun binatang, kebun raya, dan kebun koleksi.
Atinya melakukan perlindungan dan pemeliharaan hewan dan tumbuhan di luar
habitat aslinya, contoh:
• Kebun botani, yaitu kebun yang mengoleksi berbagai jenis tumbuhan yang
hidup,seperti Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi Jawa Timur.
• Kebun Plasma Nutfah, mirip kebun koleksi tetapi tidak hanya mengembangkan
plasma nutfah yang unggul,termasuk mencakup bibit tradisional serta kerabat
liarnya.
• Kebun Koleksi, kebun yang berisi berbagai jenis nutfah tanaman yang akan
dipertahankan dan dikembangkan dalam bentuk hidup.Misalnya koleksi kelapa di
Bone-Bone.
• Penangkaran Hewan, mengambil dan menetaskan telur hewan hewan tertentu
yang pada saat tertentu akan dilepaskan , misalnya penangkaran Penyu.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi konservasi adalah pendekatan yang fokus pada konservasi sumber daya
mahluk hidup dan memberikan panduan kebijakan tentang bagaimana hal ini dapat
dilakukan. Secara khusus, strategi mengidentifikasi tindakan yang diperlukan baik untuk
meningkatkan efisiensi dan konservasi untuk mengintegrasikan konservasi dan
pembangunan.
Strategi konservasi penting untuk mencapai tiga tujuan utama konservasi yaitu
menjaga proses ekologi dan sistem pendukung kehidupan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan perkembangan manusia, melestarikan keragaman genetik untuk
mempertahankan fungsi banyak proses dan sistem pendukung kehidupan yang
menggunakan sumber daya hidup dan memastikan pemanfaatan berkelanjutan spesies dan
ekosistem yang mendukung manusia serta industri.

3.2 Saran
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Strategi Konservasi Di Dunia.


https://oceanlittlestory.wordpress.com/2013/12/12/strategi-konservasi-di-dunia/.
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 20.14 WIB

Mangunjaya, Fachruddin. 2009. Bioteknologi Berbasis Kekayaan Hayati.


http://www.conservation.or.id/site/opini.php?texti. Diakses pada tanggal 18 Oktober
2020 pukul 20.00 WIB

Samedi. 2015. Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan


Undang-Undang Konservasi. Jurnal Hukum Lingkungan Vol. 2 Issue 2, Desember
2015

15

Anda mungkin juga menyukai