Disusun oleh:
Indah Mayasari (1923025003)
Dina Else Fernandu (1923025007)
Ummul Uslima (1923025013)
Rahma Abida (1923025014)
Dosen Pengampu:
Dr. Tri Jalmo, M.Si
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Reproduksi pada Manusia” dengan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat
pula bagi para pembaca, serta pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan untuk itu saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... i
PRAKATA ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................ 5
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelahan Sel ......................................................................... 6
2.2 Sistem Reproduksi Manusia .................................................... 10
2.3 Gametogenesis ........................................................................ 18
2.4 Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi ..................... 23
2.5 Pola Hidup yang Menunjang Kesehatan Reproduksi .............. 25
III. PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
5. Apa saja organ reproduksi pada pria?
6. Apa saja fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada laki-laki?
7. Apa saja organ reproduksi pada perempuan?
8. Apa saja fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada perempuan?
9. Apa yang dimaksud dengan gametogenesis?
10. Apa saja yang termasuk dalam proses gametogenenis?
11. Apa saja gangguan pada sistem reproduksi manusia ?
12. Bagaimana upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui pengertian pembelahan sel
2. Mengetahui jenis-jenis pembelahan sel
3. Mengetahui proses pembelahan sel secara mitosis
4. Mengetahui proses pembelahan sel secara meiosis
5. Mengetahui organ reproduksi pada pria?
6. Mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada laki-laki?
7. Mengetahui organ reproduksi pada perempuan?
8. Mengetahui fungsi dari masing-masing organ reproduksi pada perempuan?
9. Mengetahui pengetian gametogenesis?
10. Mengetahui proses gametogenenis?
11. Mengetahui gangguan pada sistem reproduksi manusia?
12. Mengetahui upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi?
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Proses pembelahan sel merupakan bagian integral dasi siklus sel (cell cycle)
kehidupan sel yang dimulai dari saat pertama kali ia terbentuk dari sel induk
yang membelah hinga pembelahannya sendiri menjadi dua sel. Mitosis
hanyalah salah satu bagian dari siklus sel. Fase mitotik (mitotic phase, M),
mencakup mitosis sekaligus sitokinesis, biasanya merupakan bagian terpendek
siklus sel. Pembelahan mitotik sel silih berganti dengan tahapan yang jauh
lebih panjang disebut interfase (interphase), yang biasanya mencakup 90%
siklus sel. Interfase dapat dibagi menjadi beberapa subfase yaitu: fase G1, fase
S dan fase G2. Selama ketiga subfase, sel bertumbuh dengan cara
menghasilkan protein dan organel sitoplasma seperti mitokondria dan
retikulum endoplasma. Fase G1 fase persiapan untuk sintesis DNA, pada fase
S terjadinya replikasi DNA dan pada fase G2 fase dimana persiapan untuk
6
pembelahan sel. Fase M fase dimana sel membelah. Pembelahan sel dimulai
pada fase G2, fase persiapan pembelahan sel berlangsung. Mikrotubulin
berperan dalam proses pembelahan sel yang terjadi pada fase G2-M fase
puncak pembelahan (Campbell et al., 2010).
A. Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis merupakan tipe pembelahan sel yang menghasilkan
dua sel anakan yang mempunyai karakter identik secara genetik dengan sel
induk. Artinya, kedua sel anakan yang terbentuk mempunyai susunan
genetika yang sama dengan induknya, termasuk jumlah kromosom. Jika
sel induk memiliki kromosom 2n (diploid), maka jumlah kromosom yang
7
dimiliki oleh sel anakan juga 2n (diploid). Misalnya sel induk memiliki
jumlah kromosom 23 pasangatau 46 buah, maka sel anakan juga memiliki
jumlah kromosom 23 pasang atau 46 buah. Sel diploid adalah sel-sel yang
kromosomnya dalam keadaan berpasangan. Pembelahan mitosis
merupakan proses yang berkesinambungan yang terdiri atas empat fase
pembelahan, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Setiap fase
pembelahan tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda.
Pada tahap akhir dari pembelahan mitosis yaitu fase telofase, umumnya
selalu diikuti dengan pembelahan sitoplasma yang disebut dengan
sitokinesis. Pada saat sitokinesis, terbentuk cincin pembelahan yang
berfungsi membagi sitoplasma sehingga terbentuk dua sel anakan.
B. Pembelahan Meiosis
Pembelahan meiosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan empat sel
anakan yang masing-masing sel anakan hanya memiliki separuh dari
jumlah kromosom sel induk.
8
Gambar 3. Fase-Fase Pembelahan Meiosis
Dapat dikatakan bahwa jumlah kromosom yang dimiliki oleh sel anakan
adalah n atau disebut dengan haploid. Oleh karena itu, meiosis disebut
sebagai pembelahan reduksi. Berbeda dengan mitosis, pembelahan meiosis
berlangsung dalam dua tingkat yaitu meiosis I dan meiosis II. Meskipun
demikian, fase-fase pembelahan meiosis mirip dengan fase-fase
pembelahan mitosis.
9
2.2 Sistem Reproduksi Manusia
2.2.1 Organ Reproduksi pada Pria
Organ reproduksi pria berasal dari jaringan embrional yang sama
dengan organ reproduksi wanita, perkembangan atau pertumbuhan
sel-sel mana yang akan terjadi ditentukan oleh kromosom XX dan XY
pada saat fertilisasi.
10
b. Skrotum
Skrotum adalah kantong yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot
polos yang membungkus dan menopang testis, berfungsi sebagai
tempat memproduksi sperma. Setiap skrotum berisi satu testis
tunggal, dipisahkan oleh septum internal. Skrotum terdiri dari:
- Testis, merupakan organ lunak berbentuk oval degan panjang 4-
5 cm, lebar 2,5 cm dan tebal 3 cm. Terdapat sepasang testis,
yang masing-masing memiliki berat 10-14 g. Struktur
mikroskopik testis adalah tunika albuginea (kapsul jaringan ikat
yang membungkus testis). Struktur mikroskopik testis
merupakan jaringan glanduler (kelenjar) yang terbagi menjadi
200-300 lobi. Setiap lobus berisi tubulus seminiferus yang
berkelok-kelok yang bermuara ke dalam vas deferens. Tubulus
seminiferus mulai berkembang dari sel-sel sinsitium pada saat
anak laki-laki berumur 7 tahun. Perkembangan tubulus yang
cepat terjadi sampai umur 16 tahun, saat testis telah mencapai
ukuran dewasa.
Fungsi testis adalah memproduksi sperma dan memproduksi
hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder kejantanan
(testosteron). Pada pemeriksaan mikroskopik kadang-kadang
dapat dilihat sperma togonia sebelum anak laki=laki berumur 11
tahun, tetapi produksi sperma yang mengalami maturisasi
(pematangan) sebagaian biasanya baru terjadi setelah anak
berusia 12 tahun. Produksi sperma yang matur (matang) baru
terjadi setelah anak berumur 16 tahun.
- Epididmis berupa pipa halus yang berkelok-kelok, terletak
disepanjang sisi posterior testis, dengan panjang 6 cm.
Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma,
dengan menyimpan sperma dan mempertahankan sampai 6
minggu. Selama 6 minggu ini sperma menjadi motil, matur,
sempurna dan mampu melakukan fertiliasasi
11
- Permulaan vas deferens merupakan tbung yang masing-masing
panjangnya 45 cm, mengangkut spermatozoa dari epididimis
dan uretra pars prostatik. Vas deferens ini merupakan saluran
yang dapat diikat dan dipotong pada saat vasektomi. Sperma
masih diproduksi dan memasuki vas deferens tetapi sperma
tersebut tidak dapat diejakulasikan sehingga mengalami
degenerasi.
- Duktus deferens merupakan kelanjutan dari epididimis. Duktus
ini mengalir dibalik vesika urinaria bagian bawah yang
bergabung dengan duktus ejakulatoris
c. Uretra
Uretra merupakan saluran kantung kemih yang berhubungan
dengan vasa deferensia. Sperma keluar dari penis melalui uretra
12
1mL, tetapi jumlah bergantung padatestosteron, karena hormon ini
yang merangsang sekresi tersebut. Kelenjar prostat ini merupakan
permasalahan bagi laki-laki yang berumur 40 th keatas, karena
pada umumnya terjadi pembesaran kelenjar prostat (non kanker).
d. Glandula bulbouretralis (Cowper)
Berbentuk seperti kacang kapri, berwarna kuning dibawah prostat,
slauran kelenjar ini mempunyai panjang kira-kira 3 cm dan
bermuara ke dalam uretra sebelum mencapai bagian penis. Sekresi
dari glandula bulbouretralis mengeluarkan sedikit cairan sebelum
ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi penis sehingga
mempermudah masuk ke dalam vagina. Bila sekret prostat sendiri
mempunyai pH 6,6 maka pH cairan semen secara keseluruhan
sama dengan darah yaitu 7,5
13
Gambar.5 Organ Reproduksi Wanita
Labia, merupakan salah satu organ yang terdiri atas 2 pasang lipatan
yang letaknya berada di kedua sisi pintu vagina. Kedua pasang lipatan
tersebut bernama Labia Mayora dan Labia Minora.
14
Klitoris, merupakan organ reproduksi wanita bagian luar yang
berbentuk seperti gumpalan kecil yang mana letaknya ada di bagian atas
labia minora. Organ ini termasuk kedalam bagian yang paling sensitif
saat melakukan hubungan seksual.
Uterus, merupakan sebuah rongga yang tersusun atas lapisan otot yang
bersifat elastis sehingga dapat membesar. Uterus memiliki fungsi
15
sebagai tempat untuk tumbuh kembangnya janin selama proses
kehamilan.
Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum
menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya
kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga
16
terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari.
Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter.
17
kadar progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
2.3 Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet
terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet
betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses
pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari
induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom contoh apabila
ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel
baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis yaitu
pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi
kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama
dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel
baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat
diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah
kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Gametogenesis terdiri 4 tahap : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan
perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.
2.3.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma
yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah
proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel
germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan
dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak
di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
18
tertentu untuk membentuk sperma. Pada proses spermatogenesis terjadi
prosesproses dalam istilah sebagai berikut : Spermatositogenesis
(spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari spermatogenesis yaitu
peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit primer
(mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara
meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa
disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi
spermatid.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon, diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon
/ LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai spermatogenesis. d. Hormon pertumbuhan, secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Spermatogenesis dalam arti luas adalah proses pembentukan dan
pematangan sel benih pria atau spermatozoa. Sehingga tujuan utama
dari spermatogenesis adalah pembentukan sel benih yang jumlahnya 4
sperma fungsional. Pembentukan Spermatogenesis dimulai dari tubulus
seminiferus, yang sesuai dari jenis mereka yang bentuknya mirip
dengan mie kecil, lurus atau bengkok pada testis. Di bagian dalam
tubuhlus seminiferus dlapisi dengan sel Sertoli dan Spermatogonia. Sel-
sel Sertoli disebut dengan "sel perawat" karena mereka membantu
dalam pengembangan sperma dengan memakan bahan limbah dari
spermatogenesis dan mengalahkan sel-sel melalui kanal-kanal tubulus.
19
2.3.2 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam
ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur
yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur
pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia
yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap
pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan
oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit
primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase.
Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan
dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit
primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas.
Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar
disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut
badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan
kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu,
oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel
berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil
disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan
dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan
badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang,
sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya
menghasilkan satu ovum. Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam
proses Oogenesis Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh
kerja beberapa hormon, diantaranya: Pada wanita usia reproduksi
terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis hipothalamus -hipofisis -
ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin
releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon
20
FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga
terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang
korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan
meransang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan
meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
21
ovulasi, folikel akan mengeluarkan sel telur. Folikel yang telah
mengeluarkan sel telurnya disebut corpus luteum. Corpus luteum
menyekresikan hormon estrogen dan progesteron. Proses oogenesis itu
dimana ovum terbentuk dan berkembang. Ini terjadi dlm 2 tahap, yaitu
tahap multiplikasi, yaitu tahap Oogania berproliferasi dari germ sel
(primordia) menghasilkan beberapa generasi sel yang identik.
Oogonia memasuki profase pada pembelahan meiosis I setelah
menjadi oosit primer. Oosit primer berhenti pada profase sampai
dewasa kelamin terjadi. Pembelahan meiosis I menyebabkan
terjadinya perubahan oosit primer ke oosit sekunder. Pada umumnya
terjadi sebelum ovulasi, kecuali pada kuda dan anjing pembentukan
oosit sekunder terjadi pasca ovulasi. Dan tahap ke 2 ovulasi, yaitu
tahap terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat pecahnya
folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses
ovulasi tergantung pada lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi
akan singkat apabila sel telur berada di dasar folikel dan akan lama
apabila sel telur berada dekat pada stigma yang menonjol
dipermukaan ovarium.
22
2.4 Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi sangat rawan terhadap kelainan dan penyakit. Berikut ini
beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi
manusia:
A. HIV/ AIDS
Penyakit AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem imunitas atau kekebalan
tubuh penderita. Saat ini penyakit yang disebabkan oleh HIV ini lebih
dikenal dengan istilah AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome).
Saat ini belum ditemukan vaksin pencegahnya dan belum ada obat yang
betul-betul dapat diandalkan untuk mengatasi HIV/AIDS. HIV dapat
ditularkan dari orang tua (yang terinfeksi) kepada anaknya melalui
transfusi darah yang terinfeksi, ditularkan akibat gaya hidup yang tidak
baik seperti pergaulan bebas dan menggunakan jarum suntik untuk obat
terlarang seperti narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV, sistem
kekebalan tubuhnya akan semakin menurun. Dalam kurun waktu 5-7 tahun
penderita nampaknya seperti orang sehat, belum memperlihatkan gejala.
Fase selanjutnya AIDS baru dapat terdiagnosis setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dan timbul penyakit tertentu seperti TBC, pneumonia,
herpes, saraf terganggu, dan lain-lain. Namun, tidak semua orang yang
mengidap penyakit tersebut pasti menderita AIDS. Fase ini berlangsung 3-
6 bulan. Untuk memastikan apakah seseorang positif AIDS atau tidak,
harus dilakukan pemeriksaan banyaknya sel T (salah satu sel darah putih
yang berperan dalam imunitas) di laboratorium.
23
B. Gonore (GO)
Penyakit gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gejala
penyakit ini adalah rasa sakit dan keluar nanah pada saat kencing pada
laki-laki, serta keputihan berwarna kuning hijau pada perempuan. Penyakit
ini dapat menyebabkan kebutaan pada bayi yang baru lahir.
24
E. Keputihan
Keputihan yaitu penyakit kelamin yang terjadi pada perempuan dengan
ciri-ciri terdapat cairan berwarna putih kekuningan atau putih keabu-abuan
pada bagian vagina. Cairan tersebut bersifat encer atau kental, berbau tidak
sedap, dan dapat menyebabkan rasa gatal pada vagina. Penyakit ini dapat
diakibatkan oleh infeksi jamur Candida albicans, bakteri, virus dan
parasit. Penyakit ini dapat terjadi apabila kebersihan bagian vagina dan
sekitarnya kurang dijaga dengan baik.
F. Epididimitis
Penyakit ini terjadi pada laki-laki. Epididimitis adalah peradangan pada
saluran epididimis yang disebabkan oleh infeksi atau terkena penyakit
menular seksual. Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri disertai
pembengkakan pada salah satu testis. Salah satu penyebab terjadinya
penyakit ini adalah pergaulan bebas.
25
nyaman dan menyerap keringat. Perempuan disarankan untuk
membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang untuk mencegah
kuman di anus masuk ke organ reproduksi. Laki-laki disarankan untuk
khitan atau sunat untuk menurunkan risiko penularan penyakit menular
seksual.
B. Menghindari aktivitas seksual yang berisiko
Pemahaman tentang aktivitas seksual yang berisiko adalah hal yang
penting. Aktivitas seksual berisiko memiliki beragam bentuk mulai dari
hubungan seksual tanpa kontrasepsi hingga berganti-ganti pasangan.
Kedua aktivitas ini sama-sama memiliki risiko tinggi menularkan penyakit
seksual. Maka dari itu, mengenalkan risiko penyakit seperti HIV/AIDS
dan penyakit menular seksual lainnya pada remaja perlu dilakukan. Jika
telah memahami risiko dari aktivitas dan risiko dari berbagai penyakit
organ seksual, tentunya seseorang akan lebih sadar akan pentingnya
aktivitas seksual yang aman.
C. Menjaga berat tubuh ideal
Menjaga berat badan ideal merupakan salah satu cara menjaga kesehatan
organ reproduksi. Berat badan ideal dapat diukur menggunakan kalkulator
BMI. Berat badan ideal adalah berat badan seseorang proporsional, tidak
kurang dan tidak berlebihan. Kelebihan dan kekurangan berat badan
memang sering dikaitkan dengan masalah kesehatan, termasuk juga
masalah kesuburan dan kesehatan sistem reproduksi. Berat badan ideal
dapat menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.
D. Asupan makanan gizi seimbang
Cara menjaga kesehatan organ reproduksi selanjutnya adalah dengan
menjaga asupan makanan. Makanan yang paling baik untuk kesehatan
adalah makanan dengan gizi seimbang yaitu dengan memenuhi nutrisi
sesuai dengan takarannya.
E. Hindari rokok dan alkohol
Rokok dan minuman beralkohol adalah dua hal yang sebaiknya dihindari
oleh pria maupun wanita. Keduanya dapat memicu berbagai macam
masalah kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi. Kebiasan merokok
26
dan minum alkohol pada wanita dikaitkan dengan gangguan ovulasi.
Sedangkan pada pria, rokok dan alkohol dianggap dapat memengaruhi
kualitas sperma.
F. Istirahat cukup
Istirahat cukup adalah salah satu kunci dari hidup sehat. Cara ini juga
merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan organ reproduksi.
Kurangnya istirahat dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang
berpengaruh pada kesuburan.
G. Perhatikan produk yang digunakan
Menggunakan produk untuk area organ intim tidak bisa dilakukan
sembarangan, karena area ini merupakan area yang cukup sensitif. Wanita
dihimbau untuk tidak menggunakan produk pembersih organ kewanitaan
secara rutin. Produk pembersih tersebut ditakutkan akan membunuh semua
bakteri baik pada area kewanitaan. Padahal bakteri ini sangat penting
untuk menjaga pH area tersebut. Jika bakteri baik juga hilang, risiko
infeksi justru akan lebih tinggi. 8. Memeriksakan diri secara rutin
Memeriksakan kesehatan organ reproduksi tidak harus menunggu
munculnya gejala penyakit. Sering kali suatu penyakit tidak menunjukkan
gejala yang dapat kita sadari. Jika penyakit baru terdeteksi ketika sudah
parah, tentu akan lebih sulit untuk mengatasinya. Pemeriksaan rutin adalah
langkah untuk memastikan organ reproduksi Anda sehat dan untuk deteksi
dini penyakit agar penanganannya dapat lebih cepat. Pemeriksaan ini harus
dilakukan secara rutin baik bagi pria maupun wanita.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan:
1. Proses pembelahan sel merupakan bagian integral dasi siklus sel (cell
cycle,) kehidupan sel yang dimulai dari saat pertama kali ia terbentuk
dari sel induk yang membelah hinga pembelahannya sendiri menjadi
dua sel.
2. Pembelahan sel dikenal terdiri dari pembelahan mitosis dan
pembelahan meosis.
3. Proses pembelahan mitosis melalui tahapan Profase, Metafase,
Anafase, dan Telofase.
4. Proses pembelahan meiosis melalui tahapan Profase I, Metafase I,
Anafase I, Telofase I, Profase II, Metafase II, Anafase II, dan Telofase
II.
5. Organ reproduksi pria terbagi menjadi organ reproduksi bagian dalam
dan luar, yang memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya.
6. Organ reproduksi perempuan terbagi menjadi organ reproduksi bagian
dalam dan luar, yang memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya.
7. Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin.
Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di
testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium.
8. Proses gametogenesis terjadi pada pembentukan sprema dan ovum,
dikenal dengan spermatogenesis dan oogenesis.
9. Gangguan yang dapat menyerang sistem reproduksi antara lain, AIDS,
Gonorhea, Sifilis, Herpes, Keputihan, dan Epididimisitis.
10. Upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi dapat dilakukan
hal-hal berikut, menjaga organ reproduksi agar tidak lembap,
menghindari aktivitas seksual yang berisiko, menjaga berat tubuh
ideal, asupan makanan gizi seimbang, hindari rokok dan alkohol.
28
DAFTAR PUSTAKA
29