PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Konsep ekowisata di dunia pertamakali diperkenalkan oleh pakar
ekowisata yang telah lama menggeluti perjalanan alam, yakni Hector Ceballos
dan Lascurain (1987). Kemudian, The Ecotourism Society pada 1993
menyempurnakan konsep ekowisata dengan mendefinisikan sebagai suatu
perjalanan bertanggungjawab pada lingkungan alami yang mendukung
konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Pada dasarnya ekowisata merupakan perpaduan dari berbagai minat
yang tumbuh dari keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Sementara
itu, menurut kamus bahasa, ekowisata merupakan bentuk kegiatan pariwisata
yang memperhatikan atau sejalan dengan kegiatan konservasi.
Secara ekonomi, pengembangan ekowisata atau bisa juga disebut
sebagai pariwisata alam, harus dapat memberi keuntungan bagi
penyelenggaranya atau devisa bagi negara yang memiliki dan
mengembangkan ekowisata. Di berbagai negara seperti Nepal, Brazil, Costa
Rica, Zimbabwe dan negara-negara di Afrika, saat ini mengandalkan
ekowisata sebagai penghasil devisa. Indonesia pun bisa melakukan hal serupa,
sehingga di kemudian hari ekowisata dapat menyumbangkan devisa yang
lebih besar lagi.
Potensi Indonesia => Indonesia sebagai salah satu negara
megabiodeversiti atau memiliki berbagai keanekaragaman hayati dan
didukung keindahan alamnya yang mempesona, serta memiliki
beranekaragam budaya, berpeluang sangat besar untuk mengandalkan
pariwisata alam (ekowisata) sebagai sumber devisa.
Dengan pengelolaan yang terpadu, ekowisata berpotensi untuk
menggerakkan ekonomi nasional dan mensejahterakan rakyat di sekitar
kawasan yang dikembangkan sebagai pariwisata alam.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ekowisata ?
2. Apa saja Prinsip dari Ekowisata ?
3. Bagaimana Manfaat dari Ekowisata ?
4. Apa saja Jenis-jenis Ekowisata ?
5. Bagaimana Karakteristik Ekowisata ?
5.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu ekowisata
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dari ekowisata
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari ekowisata
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ekowisata
5. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik ekowisata
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekowisata
Menurut the internasional ecotourism society (2005). Ekowissata
adalah perjalanan yang bertanggung jawab kedaeah-daerah alami yang
melestarikan lingkungan, menopang kesejaahteraan masyarakat setempat,
melibatkan interpretasi serta pendidikan lingkungan hidup. Konsep ekowissata
mencoba memadukan tiga komponen penting yaitu konservasi alam,
memberdayakan masyarakat lokal meningkatkan kesadaran lingkungan hidup.
Sekitar tahun 1980-an lahir suatu konsep Alternative tourism yang
memberikan suatu kritikan terhadap paradigma lama tentang pariwisata.
Pembangunan pariwisata pada paradigma lama cenderung merupakan
pembangunan besar-besaran dengan dicirikan oleh pertumbuhan yang cepat,
eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestariannya, dan
marginalisasi kepentingan masyarakat lokal. Paradigma baru pariwisata
kemudian muncul sebagai kritik terhadap segenap penyimpangan praktik
pariwisata massal (mass tourism). Konsep baru inilah yang kemudian populer
dinamakan ekowisata.
Ekowisata (Fennel, 1999:43) merupakan wisata berbasis alam yang
berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam,
dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif
paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi
pada lokal (dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan
usaha).
Jauh sebelumnya, Auliana Poon (1993), telah menyebutkan bahwa
pariwisata masal telah membuka jalan untuk ’pariwisata baru’. Yang
dimaksud dengan wisatawan baru adalah wisatawan yang lebih canggih dan I
Nyoman Sukma Arid berpengalaman, yang lebih suka merencanakan
perjalanan wisata mereka sendiri dan bepergian secara mandiri. Menurut
Poon, wisatawan baru ini bersifat lebih spontan dan luwes dalam mengatur
susunan perjalanan wisata mereka. Mereka juga lebih cenderung menyenangi
3
obyek-obyek wisata dengan minat khusus, seperti wisata budaya, wisata
berbasis alam atau wisata petualangan. Mereka lebih mementingkan
pengalaman yang asli dan perjalanan singkat ke satu daerah wisata saja.
Sedangkan Wood (2002) memberikan pengertian ekowisata sebagai
kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata
alam, dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan
wisata budaya. Selain itu, ekowisata juga merupakan kegiatan wisata yang
dilakukan dalam skala kecil baik pengunjung maupun pengelola wisata.
Yoeti (2000) menyebutkan, bahwa ekowisata adalah suatu jenis
pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan aktifitas melihat,
menyaksikan, mempelajari, mengagumi alam, flora dan fauna, sosial budaya
etnis setempat dan wisatawan yang melakukannya ikut membina kelestarian
lingkungan alam di sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa pada dasarnya ekowisata dalam
penyelenggaraannya dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian
alam dan lingkungan, memelihara keaslian seni dan budaya, adat istiadat,
kebiasaan hidup, menciptakan ketenangan, kesunyian, memelihara flora dan
fauna, serta terpeliharanya lingkungan hidup sehingga tercipta keseimbangan
antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Konsep wisata alam
didasarkan pada pemandangan dan keunikan alam, karakteristik ekosistem,
kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar
yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Sementara itu menurut para pengamat ekowisata Indonesia, ekowisata
didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung
jawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah yang dikelola
berdasarkan kaidah alam, dengan tujuan selain untuk menikmati keindahan,
juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap
usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat (G. Sudarto, 1998).
4
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan
bahwa para ahli, akademisi, maupun praktisi ekowisata belum memiliki
kesepakatan bulat tentang rumusan atau definisi ekowisata. Namun demikian,
terdapat prinsip-prinsip ekowisata menurut (Arida, 2017) yang terdiri dari 8
prinsip utama yang bisa dijadikan pegangan, antara lain :
1. Memiliki fokus area natural (natural area focus) yang memungkinkan
wisatawan memiliki peluang untuk menikmati alam secara personal serta
langsung.
2. Menyediakan interpretasi atau jasa pendidikan yang memberikan peluang
kepada wisatawan untuk menikmati alam sehingga mereka menjadi lebih
mengerti, lebih mampu mengapresiasi serta lebih menikmati.
3. Kegiatan terbaik yang dapat dilakukan dalam rangka keberlanjutan secara
ekologis.
4. Memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan warisan budaya.
5. Memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat lokal.
6. Menghargai serta peka terhadap nilai-nilai budaya yang ada di wilayah
tersebut.
7. Secara konsisten memenuhi harapan konsumen.
8. Dipasarkan serta dipromosikan dengan jujur serta akurat sehingga
kenyataanya sesuai dengan harapan.
Menurut Page dan Ross (2002), ekowisata terdiri dari tiga prinsip
utama, yaitu; prinsip konservasi, prinsip pasrtisipasi masyarakat dan
prinsip ekonomi. Adapun penjelasan prinsip-prinsip ekowisata adalah
sebagai berikut:
1 Prinsip konservasi
Prinsip konservasi artinya memiliki kepedulian, tanggung jawab
dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya,
melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi
berkelanjutan. Prinsip konservasi alam memiliki kepdulian, tanggung
jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembagunan yang
mengikuti kaidah ekologis, sedangkan prinsip konservai budaya adalah
5
kepekaan dan penghormatan kepada nilai-nilai sosial budaya dan tradisi
keagamaan masyarakat stempat.
2 Prinsip partisipasi masyarakat
Perencanaan dan pengembangan ekowisata harus melibatkan
masyarakat setempat secara optimal.
3 Prinsip Ekonomi
Pengembangan ekowisata dilaksanakan secara efisien, dimana
dilakukan pengaturan sumber daya alam sehingga pemanfaatannya yang
berkelanjutan dapat mendukung generasi masa depan.
6
dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi lebih intens dengan warga lokal.
Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk menyelami budaya
warga lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka berada.
Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi
pengalaman positif yang lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini
jauh lebih berkualitas. Misalkan, wisatawan menginap di homestay lokal.
Mereka tidak sekadar menginap, tapi juga dihidangkan makanan khas sana.
Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau pemilik homestay
menyediakan paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa saling
bertukar ilmu dan pengalaman. Bukankah ini hal yang menarik?
3. Memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi
Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan
finansial yang tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa
ekowisata itu mahal. Mereka akan mafhum mengenai hal ini karena efek
positif yang diberikannya untuk beragam lapisan. Misalnya, mereka
mengambil paket ekowisata untuk melihat penangkaran penyu. Mereka akan
rela merogoh kocek mendalam, namun imbal baliknya ke mereka berupa
pengalaman yang menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang menetaskan
anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut, itu tentu tidaklah murah.
4. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal
Ekowisata mengondisikan masyarakat di destinasi dan sekitarnya untuk
menghidupkan potensi-potensi lokal yang dimiliki. Hal ini sedikit berbeda
dengan pariwisata massal yang cenderung membuat warga di sana beralih
profesi karena tergiur oleh duit melimpah. Sebaliknya, ekowisata akan
membuat kehidupan di destinasi menjadi lebih sustainable (berkelanjutan).
Warga hanya perlu fokus pada profesinya, memberi nilai tambah pada produk
atau jasa yang ditawarkan, serta memberikan pelayanan prima. Warga kian
berdaya, keuntungan finansial pun bukanlah harapan semu belaka.
5. Meningkatkan sensitivitas bagi iklim politik, lingkungan, maupun sosial
pada negara tuan rumah
7
Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada
banyak hal. Jika ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan
berimbas pada kebijakan. Sebab, bagaimanapun juga, ekowisata perlu
diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak kebablasan kea rah pariwisata massal.
Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti menjadi keniscayaan. Semua
pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan menciptakan angina segar
bagi tumbuhnya ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih terarah dan
berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu pada tujuan-tujuan jangka pendek
semata.
8
2.4. Jenis-Jenis Ekowisata
9
Menurut Yoeti (1997), berdasarkan objek yang menjadi elemen utama
perjalanan wisata, ekowisata terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Ekowisata alam. Ciri-cirinya adalah dapat dilihat atau disaksikan secara
bebas, seperti pemandangan alam, flora, fauna dan vegetasi hutan.
2) Ekowisata budaya. Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat,
disaksikan dan dipelajari, seperti monumen bersejarah, tempat-tempat
budaya dan perayaan tradisional.
Menurut Page dan Ross (2002), berdasarkan tipe dan jumlah pengunjung
serta sarana dan prasarana perjalanan, ekowisata dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Self Reliant Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan individu atau kelompok kecil (± 10
orang) yang tidak atau menggunakan transportasi sangat sederhana (seperti
berjalan kaki atau menggunakan perahu/sampan) untuk mengunjungi daerah
yang relatif terpencil dan area yang masih alami.
b. Small Group Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan individu atau kelompok kecil (± 15
orang) yang menggunakan transportasi sederhana (seperti kapal kecil atau
boat kecil) untuk mengunjungi suatu daerah minat khusus yang relatif masih
sulit di-jangkau. Tipe ini umumnya cocok untuk wisatawan semua umur dan
tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus untuk kegiatan di lapangan.
c. Popular Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan transportasi (seperti bus atau kapal
boat besar) dan jumlah pengunjung yang banyak untuk mengunjungi daerah
yang terkenal pada suatu negara atau lokasi dengan daya tarik wisata yang
populer dikalangan wisatawan. Tipe ini tidak membutuhkan kemampuan diri
wisatawan yang tinggi karena tantangan di alam relatif lebih rendah. Namun
tipe ini memungkinkan adanya kebutuhan sarana prasarana, infrastruktur dan
pelayanan jasa, seperti pusat informasi pengunjung, penjual makanan dan
minuman serta toilet. Tipe ini cocok untuk wisatawan segala usia.
d. Hard and Soft Ecotourism
10
Hard ecotourism adalah tipe ekowisata yang ideal bagi wisatawan
yang menyukai petualangan, sifatnya perorangan dan umumnya
membutuhkan waktu yang lama bagi wisatawan untuk menikmati
petualangan alam tersebut. Tipe ini cocok untuk wisatawan segala usia.
Pesertanya adalah orang-orang dengan minat khusus dan mempunyai
komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Soft ecotourism adalah tipe
ekowisata dengan melakukan perjalanan yang relatif singkat, interaksi dengan
alam adalah salah satu dari beberapa komponen yang menjadi tujuan dalam
pengalaman berwisata. Tipe ini bertempat di kawasan dengan sedikit berlatar
alami, seperti di pusat taman interpretasi, melihat pemandangan di taman
nasional yang telah difasilitasi dengan pelayanan dan jasa.
11
dari pembangunan tidak mengganggu dan merusak fungsi-fungsi
ekologis.
3. Environmentally educative, yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang
positif terhadap lingkungan diharapkan mampu mempengaruhi
perilaku masyarakat dan wisatawan untuk peduli terhadap konservasi
sehingga dapat membantu kelestarian jangka panjang.
4. Bermanfaat bagi masyarakat setempat, yaitu dengan melibatkannya
masyarakat dalam kegiatan ekowisata diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung,
seperti halnya masyarakat menyewakan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan wisatawan, menjual kebutuhan wisatawan, bertambahnya
wawasan terhadap lingkungan dan sebagainya.
5. Kepuasan wisatawan, yaitu kepuasan terhadap fenomena-fenomena
alam yang didapatkan dari kegiatan ekowisata dapat meningkatkan
kesadaran dan penghargaan terhadap konservasi alam dan budaya
setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
Menurut The International Ecotourism Society (2005) Manfaat
ekowisata berdampak dalam berbagai aspek. Manfaat tersebut meliputi, aspek
konservasi pemberdayaan dan pendidikan lingkungan. Konservasi Wisata
berkorelasi positif dengan konservasi berarti memberikan insentif ekonomi
yang efektif untuk melestarikan, meningkatkan keanekaragaman hayati
budaya, melindungi warisan alam serta budaya di planet bumi.
Pemberdayaan ekonomi ekoturisme melibatkan masyarakat lokal berarti
meningkatkan kapasitas, kesempatan kerja masyarakat lokal, Pendidikan
lingkungan. Melibatkan pendidikan lingkungan berarti kegiatan wisata yang
dilakukan harus memperkaya pengalaman, juga kesadaran lingkungan melalui
interpretasi. Kegiatan harus mempromosikan pemahaman, penghargaan yang
utuh terhadap alam, masyarakat, budaya setempat.
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Page, S.J., dan Ross, D.K. 2002. Ecotourism Pearson Education Limited. China.
14