PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga
respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis.
B. RUMUSAN MASALAH
2
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Health Belief Model.
2. Untuk mengetahui apa saja komponen dari Health Belief Model.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor esensial dari Health Belief Model.
4. Untuk memahami apa saja aspek-aspek pokok perilaku kesehatan.
5. Untuk memahami apa saja kelebihan dan kekurangan dari Health Belief
Model.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama
sebagai sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan
sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya
bebas dari penyakit dan catat World Health Organization (WHO, 2017).
Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam
bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam yang ada
(Mahmud, 2008). Sedangkan pengertian model yang mengacu pada Health
Belief Model ini adalah suatu representasi dari suatu ide dalam suatu kondisi
yang dirasakan oleh seseorang.
4
Health Belief Model dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh
seorang psikologis sosial di layanan kesehatan Publik Amerika Serikat
yaitu dimulai dengan adanya kegagalan pada program pencegahan dan
penyembuhan penyakit (Hocbaum 1958, Rosenstok 1960-1974). Tapi,
psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya
orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi penyakit.
Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief
model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958).
5
Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut
risiko dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis,
dimensi tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan
pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali),
dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum.
6
3. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan).
5. Cues to action
7
nyata untuk melakukan perilaku sehat. Untuk mendapatkan tingkat
penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan
tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor
eksternal maupun internal, misalnya pesan-pesan pada media massa,
nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek
sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal,
pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama,
suku, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya. Cues to action merupakan
elemen tambahan dari elemen dasar Health Belief Model.
6. Self Efficacy
7. Modifying Factors
8
Variasi dari model ini merupakan nilai yang dirasakan serta
intervensi yang ditentukan sebagai keyakinan utama. Kontruksi dari faktor
mediasi kemudian menjadi penghubung berbagai jenis persepsi dengan
perilaku kesehatan di masyarakat. Faktor lain yang juga mempengaruhi
persepsi antara lain :
9
a. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari
suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya
merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri.
a) Ancaman
• Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaan menerima
diagnosa penyakit).
• Persepsi tentang keparahan penyakit / kondisi kesehatannya.
b) Harapan
10
• Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
• Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu.
c) Pencetus tindakan:
• Media (media masa seperti Televisi, radio, dll)
• Pengaruh orang lain
• Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi
•pendidikan,umur,jeniskelamin/gender,sukubangsa
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.
Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap
penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular
olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker.
Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan
penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan
tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta
pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri. Persepsi tentang ancaman
penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar belakang sosio-
demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor
pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan).
Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu
benar-benar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau
mencegah penyakit tersebut.
11
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara
sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem
perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang
diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
2. Diagnosa keperawatan
12
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu :
13
c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
4. Evaluasi
14
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu.Oleh
sebab itu,penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang
dirawat. misalnya kebiasaan hidup sehari-hari,seperti tidur, makan, pekerjaan,
pergaulan sosial dan lain-lain.Kultur juga terbagi dalam sub kultur. Nilai-nilai
budaya timur masih sangat kental, seperti misalnya wanita yang sedang hamil
ingin diperiksa oleh bidan atau perawat wanita daripada dengan dokter pria. Hal
ini menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang
dianggap tabu.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
17
18