Anda di halaman 1dari 12

BETON

• SEJARAH BETON
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal
alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno
yang dijumpai di Pulau Buton.

• PENGERTIAN BETON
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

• SIFAT-SIFAT BETON
Sifat dan karakteristik beton :
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan
hancur tarik yang rendah.
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen lengkung
atau tarikan.
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin
lama makin besar
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan proses
hidrasi
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak
semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan untuk
mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan mampu
memikul beban luar yang bekerja padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang
tulangan baja pada daerah yang tertarik
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima gaya tekan serta
tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun serta
elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan massa jenis γc
sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN,
di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan
rangkak.

• JENIS-JENIS BETON
Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :
➢ Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan,
tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan
terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena
merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji
kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :
a. Uji kekuatan tekan ( compression test)
b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji lekatan antara beton dan tulangan
e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

➢ Beton Segar
Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan
yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat
beton pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :
a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras, seperti
kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi
plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh
macam.
➢ Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam
mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang
dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki
kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.
➢ Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan.
Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-
gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada
beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian
membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran
sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.

➢ Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan
hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah
kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan
semen pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur
ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

➢ Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer
adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah
bereaksi dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton
hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

➢ Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu
diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh
karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap
gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti
pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
➢ Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang.
Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus
ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun
menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk
menyangga struktur bangunan bentang lebar.

➢ Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-
cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu,
pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya
tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan material.

➢ Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan
beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara
volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki
dimensi yang berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan
pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.

➢ Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan
pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini
lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton
siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

➢ Beton Serat
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam
adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat
baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas
pada beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

• KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON


Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan
tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan
non kimia) pada perbandingan tertentu.
Kelebihan dari beton adalah:
• Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali
semen Portland.
• Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah
• Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
• Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
• Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan
ukuran seberapapun tergantung keinginan
Kekurangan dari beton adalah:
• Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
• Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga
dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi tempat
bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
• Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat
dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
• Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air
yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
• Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

* BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON


1. SEMEN.
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan
garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk
dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang
bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.
Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe
I sd. V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga
menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu
gips sebagai tambahan.

2. AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama.
Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat
halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu,
memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada
maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
Ditinjau dari asalnya
1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu
endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan
yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume
tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari
batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau
angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air
berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis
agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk
beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang
permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu
dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton
dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu
pecah lebih baik daripada butiran yang halus.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus,
atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan
berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang
kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang
mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan
kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap
dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi
blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu tulis yang
terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan
permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur
berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan
bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan
diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari
lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya


1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan
untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok
dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya
ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun
buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat ini
berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat
jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton
normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik (Fe2O4),
barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi
(sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya


1. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara
minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan
beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan
raya. Agregat berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada
agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta
semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
2. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk
jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki
rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi
maupun lapis perkerasan jalan.
3. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.
4. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar
lebih dari 3.
Ditinjau dari tekstur permukaan
1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak
kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya
sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-
butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air
yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak
kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk
dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan
tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air
bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut
hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung
garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang
lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa
volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan
tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat
campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat
hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan
penambah. Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat
pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam
beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan
untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan
beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya
temasuk golongan zat pendispersi.

Anda mungkin juga menyukai