Anda di halaman 1dari 6

Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

Terapi Lintah sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik


Iffat Taqiyyah1, Dwi Indri Anggraini2
1 Mahasiswa,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dermatitis atopik (DA) merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi tubuh. Penyakit DA seringkali
memiliki hubungan dengan kelainan atopik yang lainnya seperti rinokonjungtivitis alergika, alergi makanan dan/atau asma.
Gejala pada dermatitis atopik memiliki tiga fase yaitu fase akut, subakut, dan kronis. Presentasi klinis pada DA akut adalah
vesikular, weeping, dan crusting eruption. Pada DA subakut memiliki gambaran kulit kering, DA subakut memiliki gambaran
berupa kulit kering, bersisik, papula eritem, dan plak. Sedangkan gambaran DA kronis yaitu terdapat likenifikasi hasil dari
garukan berulang. Terapi farmakologi yang biasa digunakan pada DA adalah kortikosteroid topikal dan inhibitor kalsineurin
topikal yang berfungsi sebagai anti inflamatorik. Pada pengobatan dengan kortikosteroid dan inhibitor kalsineurin topikal
terdapat efek samping yang dapat timbul antara lain efek pada kutaneus yaitu purpura, teleangiektasia, striae, hipertrikosis
fokal, dan timbulnya jerawat, rasa terbakar, dan lain-lain. Penggunaan obat-obatan farmakologi seringkali mengalami relaps
dan rekuren hingga akhirnya menjadi DA yang kronis. Dalam melakukan pengobatan pada DA terdapat salah satu alternatif
terapi diluar terapi farmakologi yaitu dengan menggunakan lintah. Penggunaan lintah menjadi pilihan untuk menghindari
efek samping dari penggunaan obat-obatan yang biasa diberikan. Lintah yang sering digunakan pada terapi adalah spesies
Hirudo medicinalis, H. verbana dan H. orientalis. Saliva yang terdapat pada lintah memiliki 100 substansi aktif yang berperan
sebagai anti inflamatorik. Terapi lintah juga merupakan salah satu terapi yang baik untuk membuang toksin, alergen, dan
darah kotor yang statis pada area lesi. Konstituen anti inflamatorik dan antihistamin pada saliva lintah meredakan reaksi
radang pada eksim atopik.

Kata kunci: Dermatitis atopik, pengobatan alternatif, terapi lintah

Leech Therapy as Alternative Medicine for Atopic Dermatitis


Abstract
Atopic dermatitis (AD) is one of the skin diseases caused by allergic reactions of the body. AD associated with other atopic
disorders such as allergic rhinoconjunctivitis, food allergies and/or asthma. Symptoms of atopic dermatitis have three
phases: the acute, subacute, and chronic phases. Clinical presentation of acute AD are vesicular, weeping, and crusting
eruption. In subacute AD has a dry skin, scaly skin, erythema papule, and plaque. The chronic AD image illustrates the
results of repeated scratching. Pharmacological therapy commonly used in AD are topical corticosteroids and topical
calcineurin inhibitors that act as an anti-inflammatoric. In the treatment with corticosteroids and topical calcineurin
inhibitors there are side effects such as effects on cutaneous purpura, teleangiektasia, striae, focal hypertrichosis, and the
onset of acne, burns, and others. The use of pharmacological drugs contracted relapse and recurrence until it became a
chronic AD. In the treatment of AD, there is an alternative therapy with leech therapy. The use of leeches is an option to
avoid the side effects of regular medication use. Leeches that are often used in therapy are Hirudo medicinalis, H. verbana
and H. orientalis. Saliva of the leech has 100 active substances that act as anti-inflammatoric. Leech therapy has a best
mechanism for removing toxins, allergens & immobile impure blood at local site and thereby improving blood circulation.
Anti-inflammatory constituents and antihistamines in the saliva leech relieve inflammatory reactions in the atopic eczema
eczema.

Keywords: Alternative medicine, atopic dermatitis, leech therapy

Korespondensi: Iffat Taqiyyah, alamat Jln. Soekarno Hatta gg. By Pass Raya II no 10 Rajabasa Bandar Lampung,
HP: 081284640373, email: iffat.taqiyyah@gmail.com

Pendahuluan Pasien DA sering memiliki hubungan


Dermatitis atopik (DA) merupakan salah dengan kelainan atopik yang lainnya seperti
satu penyakit kulit yang disebabkan oleh reaksi rinokonjungtivitis alergika, alergi makanan
alergi tubuh. Reaksi alergi pada kulit ini juga dan/atau asma. Onset eksim biasanya terjadi
dikenal sebagai eksim atau eksim atopik. antara 2 dan 6 bulan pada semua umur. Pada
Penyakit ini dapat timbul pada semua usia, beberapa penelitian, eksim pada anak-anak
namun lebih sering pada anak-anak. 1 akan mengalami perbaikan saat sudah berusia
Prevalensi penyakit ini sekitar 2% sampai 5% dewasa, namun terdapat beberapa kasus
(pada anak dan dewasa muda sekitar 15%), dimana kondisi kronis dapat menetap sampai
dermatiits atopik adalah salah satu penyakit usia dewasa.1 Pada bulan pertama kehidupan,
yang paling sering terjadi. 2 deskuamasi kekuningan yang disebut dengan

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|171


Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

“cradle cap” dapat menjadi salah satu Masehi (SM) di Mesir. Hipokrates
presentasi dari DA. Saat usia balita lesi akan memperkenalkan terapi lintah di Yunani,
menyebar ke wajah dan permukaan lengan namun metode yang digunakan telah dikenal
serta kaki bagian ekstensor, sesekali menjadi oleh bangsa Mesopotamia, Mesir, dan Aztek.
papulovesikel dan krusta yang lebar. Gejala Prosedur terapi ini menjadi sangat populer
eksim yang timbul pada fleksura, leher, dan pada awal abad ke-19. Hal ini menjadikan
tangan disertai dengan kulit kering dan lintah di alam bebas sulit dicari sehingga
disfungsi barier kulit akibat peningkatan negara Irlandia yang merupakan eksportir
hilangnya air secara transepidermal. Gambaran lintah menjadikan perdagangan lintah sebagai
likenifikasi merupakan hasil dari garukan dan salah satu perdagangan yang penting.5
sering terdapat pada orang dewasa. Penggunaan lintah dalam dunia medis dapat
Eksaserbasi seringkali terjadi ketika digunakan untuk terapi biasa disebut dengan
peningkatan rasa gatal tanpa adanya lesi kulit terapi hirudo.4 Lintah dipercaya dapat
yang terlihat kemudian diikuti dengan gejala menyembuhkan berbagai penyakit dari kepala
eritema, papul, dan infiltrasi.2 hingga hemoroid. Indikasi terapi lintah
Terapi farmakologi pada DA adalah menurut klasik Unani yaitu salah satu ilmu
pemberian kortikosteroid topikal yang medis yang ada di India adalah penyakit
berfungsi sebagai anti inflamatorik dan blefritis, varises vena, faringitis, elephantiasis,
bereaksi pada berbagai sel imun seperti Tinea corporis, vitiligo, osteoartritis, dan
limfosit T monosit, makrofag, dan sel dendritik. eksim.6 Terapi ini juga dapat digunakan untuk
Pada pengobatan dengan kortikosteroid mengobati abses, artritis, glaukoma, miastenia
topikal, terdapat efek samping yang dapat gravis, trombosis dan beberapa kelainan vena.
timbul antara lain efek pada kutaneus yaitu Lintah medis ini juga dapat digunakan pada
purpura, teleangiektasia, striae, hipertrikosis operasi plastik dan beberapa masalah sirkulasi
fokal, dan timbulnya jerawat. Efek samping darah serta penyakit jantung iskemik.7
yang lain yaitu menurunnya kemampuan
penyembuhan dan re-epitelisasi kulit. Selain Isi
kortikosteroid topikal, inhibitor kalsineurin Proses terjadinya DA secara umum
topikal juga dapat diberikan pada pasien. Obat disebabkan oleh defek pada barier epidermis
ini bekerja sebagai penghambat aktivasi sel T kulit, hal ini menyebabkan peningkatan
yang bergantung dengan kalsineurin, memblok kerusakan kulit akibat faktor lingkungan.
produksi sitokin proinflamatorik dan mediator Kerusakan pada kulit dapat menyebabkan
reaksi inflamasi pada DA. Namun, pemberian masuknya alergen dan iritan yang memicu
obat ini juga dapat menimbulkan efek samping respon imun dan inflamatorik. Pada eksim
yaitu sensasi rasa terbakar dan sengatan pada atopik, lipid instraseluler tidak terbentuk
kulit. Dermatitis kontak alergika serta erupsi secara normal sehingga mereduksi efektivitas
granulomatosa dapat terjadi akibat barier epitel. Terdapat peningkatan kehilangan
3
penggunaan agen ini. Penggunaan obat- air pada stratum korneum menyebabkan
obatan farmakologi seringkali mengalami pengerutan korneosit; keretakan membuat
relaps dan rekuren hingga akhirnya menjadi DA anatr sel membuka sehingga menyebabkan
yang kronis.4 kulit kekeringan serta mekanisme pertahanan
Dalam melakukan pengobatan pada DA terhadap iritan atau alergen tidak berfungsi
terdapat salah satu alternatif terapi diluar dengan baik. Pada pasien DA, terdapat dua
terapi farmakologi yaitu dengan menggunakan variasi genetik yang menyebabkan perubahan
lintah. Penggunaan lintah menjadi pilihan pada kulit. Pertama, defisiensi genetik filagrin
untuk menghindari efek samping dari membuat kegagalan pembentukan stratum
penggunaan obat-obatan yang biasa diberikan. korneum sehingga memicu kehilangan air.
Terdapat beberapa penelitian yang telah Defek genetik yang kedua yaitu peningkatan
membutikan bahwa terapi lintah pada DA level protease kulit yang disebut enzim
menunjukkan hasil yang cukup baik dan dapat kimotriptik stratum korneum berhubungan
meningkatkan kualitas hidup dari pasien.4 dengan timbulnya eksim atopik. Selain itu,
Terapi dengan menggunakan lintah peningkatan pH kulit dari 5,5 ke 7,5 (seperti
merupakan salah satu prosedur invasif minor pencucian dengan sabun), menyebabkan
tertua yang telah dikenal pada 1500 Sebelum aktivitas protease meningkatkan aktivitas

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|172


Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

protease. Ketika iritan dan alergen penetrasi vesikular, weeping, dan crusting eruption. Pada
barier epidermal yang melemah akan memicu DA subakut memiliki gambaran kulit kering,
respon imun, menginduksi pelepasan sitokin Subacute atopic dermatitis presents with dry,
proinflamatorik. Apabila pasien DA menggaruk bersisik, papula eritem, dan plak. Sedangkan
lesi akan menyebabkan eksaserbasi. Walaupun gambaran DA kronis yaitu terdapat likenifikasi
menggaruk dapat menghilangkan rasa gatal hasil dari garukan berulang. Pada anak-anak
sementara namun kerusakan yang lebih parah gambaran klinis yang sering terjadi adalah
terjadi pada kulit dan memicu pelepasan adanya pitiriasis alba dengan hipopigmentasi
mediator inflamasi sehingga terjadi yang khas, plak, dan sisik halus pada kulit. DA
peningkatan peradangan dan rasa gatal. Hal ini lebih sering menyerang bagian permukaan
menyebabkan siklus “itch-scratch cycle”.8 fleksura tubuh, leher bagian anterior dan
Dermatitis atopik memiliki tiga fase lateral, kelopak mata, dahi, wajah, tangan, dan
klinis. Presentasi klinis pada DA akut adalah punggung kaki.9

Gambar 1. Dermatitis Atopik pada Permukaan Fleksura Lengan 9

Diagnosis dari dermatitis atopik dapat lau, kolam) atau di darat pada daerah tropis.4
ditegakkan dengan gejala kulit gatal diikuti Lintah yang biasa digunakan di dunia medis
minimal tiga kriteria berikut ini; 1) riwayat lesi merupakan famili Hirudinidae. Spesies yang
pada lipatan kulit seperti lipatan siku, lipatan dapat digunakan sebagai terapi hanya 15 dari
belakang lutut, bagian depan sendi-sendi, 600 spesies yang diketahui seperti Hirudo
sekitar leher, atau pipi pada anak dibawah medicinalis, H. verbana dan H. orientalis. H.
sepuluh tahun; 2) riwayat mengalami asma medicinalis memiliki 33 sampai 34 segmen
atau rinitis alergi; 3) riwayat kulit kering tubuh berwarna coklat atau hitam, dan
setahun terakhir; 4) terdapat fleksura eksim memiliki enam garis kemerahan pada
atau dermatitis pada pipi, dahi dan punggung. Lintah dewasa memiliki dua
ekstremitas; 5) onset dibawah umur dua pengisap. Pada bagian pengisap, terdapat tiga
tahun.10 rahang, tiap rahang memiliki 100 gigi dan
Lintah merupakan anggota dari filum kelenjar saliva yang menghasilkan lebih dari
annelida dan merupakan hewan yang 100 substansi.5
hermafrodit, hidup di dalam air (danau, sungai,

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|173


Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

Gambar 2. Hirudo medicinalis dan Hirudo verbana11

Saat lintah diaplikasi pada kulit, lintah pasca operatif. Pada prosedur pre-operatif,
akan menggigit dan mengeluarkan saliva yang Lintah yang tidak berbisa diambil dari sumber
menginduksi anestesi lokal dan vasodilatasi air segar dan disimpan pada pot khusus berisi
sehingga lintah mulai menghisap darah.4 air. Ukuran lintah yang digunakan, dipilih
Beberapa substansi akan dilepaskan untuk berdasakan ukuran lesi DA. Pasien berada pada
mencegah proses pembekuan darah yaitu posisi yang nyaman bergantung dengan lokasi
hirudin yang merupakan inhibitor trombin lesi. Pada prosedur operatif, lesi dibersihkan
alami dengan efek paling kuat. Hirudin bekerja dengan air bersih dan dikeringkan dengan kain
sinergis dengan inhibitor faktor Xa seperti bersih. Lintah yang aktif diaplikasikan pada
antistasin dan ghilanten yang juga ditemukan daerah lesi. Kemudian, posisi lintah menjadi
di kelenjar saliva. Kalin merupakan inhibitor elevasi pada lengkungan leher yang
adesi dan aktivasi platelet. Hialuronidase menandakan mereka sedang menghisap darah.
berfungsi untuk membantu komponen aktif Setelah lintah berhasil menggigit bagian lesi,
pada saliva menyebar di jaringan. Destabilase percikkan air secara reguler dengan air dingin.
melarutkan fibrin. Bdellin, eglins dan hirustatin Saat lintah terlepas dari daerah lesi yang telah
merupakan substansi anti inflamatorik yang digigit setelah lintah menghisap darah yang
mempunyai aktivitas inhibitor protease. telah rusak. Jika pasien mengeluh nyeri dan
Terdapat banyak sekali neurotransmiter seperti gatal, lintah dapat dilepaskan dengan
dopamin atau serotonin pada saliva yang dapat memberikan garam. Prosedur pasca operatif
mengurangi persepsi nyeri pada hospes. dilakukan dengan membersihkan luka dengan
Asetilkolin bekerja sebagai vasodilator.5 Selain antiseptik dan membalutnya dengan perban
substansi aktif dari lintah yang telah steril untuk mencegah perdarahan sekunder.
disebutkan, bioaktif alkaloid dari lintah Frekuensi aplikasi lintah bervariasi tergantung
diinokulasi ke sirkulasi darah dan berperan dengan jenis penyakit dan tingkat keparahan
sebagai anti inflamasi. Terapi lintah merupakan penyakit.4
salah satu terapi yang baik untuk membuang Pada penggunaan lintah terdapat efek
toksin, alergen, dan darah kotor yang statis samping yang mungkin dapat timbul saat terapi
pada area lesi. Konstituen anti inflamatorik dan seperti nyeri saat terapi, gatal pada area lokal,
antihistamin pada saliva lintah meredakan hipotensi, anemia, infeksi, alergi, dan
reaksi radang pada eksim atopik.12 terbentuknya jaringan parut.13 Penggunaan
Terdapat tiga tahap dalam aplikasi lintah terapi hirudo memiliki kontraindikasi pada
saat melakukan terapi yaitu prosedur pre- beberapa kondisi seperti keadaan kelainan
operatif, prosedur operatif, dan prosedur pembekuan darah, anemia berat, hipotensi,

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|174


Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

reaksi alergi terhadap substansi aktif pada lintah memiliki 100 substansi aktif yang
lintah seperti hirudin, hialuronidase, eglin, berperan sebagai anti inflamatorik. Salah
apirase, destabilase, dan kehamilan.4 satunya adalah bioaktif alkaloid yang
diinokulasi ke sirkulasi darah dan berperan
Ringkasan sebagai anti inflamasi. Terapi lintah juga
Penyakit dermatitis atopik merupakan merupakan salah satu terapi yang baik untuk
salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh membuang toksin, alergen, dan darah kotor
reaksi alergi tubuh. Penyakit DA seringkali yang statis pada area lesi. Konstituen anti
memiliki hubungan dengan kelainan atopik inflamatorik dan antihistamin pada saliva lintah
yang lainnya seperti rinokonjungtivitis alergika, meredakan reaksi radang pada eksim atopik.
alergi makanan dan/atau asma. Gejala pada
dermatitis atopik memiliki tiga fase yaitu fase Simpulan
akut, subakut, dan kronis. Presentasi klinis Disimpulkan bahwa dermatitis atopik
pada DA akut adalah vesikular, weeping, dan yang disebabkan oleh reaksi alergi dapat
crusting eruption. Pada DA subakut memiliki diterapi dengan menggunakan lintah yang
gambaran kulit kering, Subacute atopic memiliki mekanisme aksi sebagai anti
dermatitis presents with dry, bersisik, papula inflamatorik sehingga mengurangi reaksi
eritem, dan plak. Sedangkan gambaran DA radang pada lesi dermatitis atopik.
kronis yaitu terdapat likenifikasi hasil dari
garukan berulang. Pada anak-anak gambaran Daftar Pustaka
klinis yang sering terjadi adalah adanya 1. Weinstein M, Barber K, Bergman J,
pitiriasis alba dengan hipopigmentasi yang Druckerd A, Lynde C, Marcoux D, dkk.
khas, plak, dan sisik halus pada kulit. DA lebih Atopic dermatitis : a practical guide to
sering menyerang bagian permukaan fleksura management. Ontario: Eczema Society of
tubuh, leher bagian anterior dan lateral, Canada; 2016.
kelopak mata, dahi, wajah, tangan, dan 2. Darsow U, Raap U, Ständer S. Atopic
punggung kaki. dermatitis. Dalam: Carstens E, Akiyama T,
Terapi farmakologi yang biasa digunakan editors. Itch: mechanisms and treatment.
pada DA adalah pemberian kortikosteroid Boca Raton (FL): CRC Press/Taylor &
topikal yang berfungsi sebagai anti Francis; 2014.
inflamatorik. Selain kortikosteroid topikal, 3. Davis DM, Feldman SR, Hanifin JM,
inhibitor kalsineurin topikal juga dapat Margolis DJ, Block J, Harrod CG, dkk.
diberikan pada pasien. Obat ini bekerja sebagai Guidelines of care for the management of
penghambat aktivasi sel T yang bergantung atopic dermatitis. YMJD. 2014;71(1):116-
dengan kalsineurin, memblok produksi sitokin 32.
proinflamatorik dan mediator reaksi inflamasi 4. Brzezinski P, Solovan C, Chiriac A, Foia L.
pada DA. Pada pengobatan dengan Case Report: Positive outcome of medical
kortikosteroid dan inhibitor kalsineurin topikal leeches (hirudotherapy) for venous
terdapat efek samping yang dapat timbul congestion. Malawi Med J. 2015;27(1):38-
antara lain efek pada kutaneus yaitu purpura, 9.
teleangiektasia, striae, hipertrikosis fokal, dan 5. Wollina U, Heinig B, Nowak A. Medical
timbulnya jerawat, rasa terbakar, dan lain-lain. leech therapy (hirudotherapy). Our
Penggunaan obat-obatan farmakologi Dermatol Online. 2016;7(1):91-6.
seringkali mengalami relaps dan rekuren 6. Shankar K, Rao S, Umar S,
hingga akhirnya menjadi DA yang kronis. Gopalakrishnaiah V. A clinical trial for
Dalam melakukan pengobatan pada DA evaluation of leech application in the
terdapat salah satu alternatif terapi diluar management of vicarcikā (eczema). Anc
terapi farmakologi yaitu dengan menggunakan Sci Life. 2014;3(4):236-41.
lintah. Penggunaan lintah menjadi pilihan 7. Singh A. Medicinal leech therapy
untuk menghindari efek samping dari (hirudotherapy): a brief overview.
penggunaan obat-obatan yang biasa diberikan. Complement Ther Clin Pr. 2010;
Lintah yang sering digunakan pada terapi 16(4):213-5.
adalah spesies Hirudo medicinalis, H. verbana 8. Clark BC. Atopic eczema clinical features
dan H. orientalis. Saliva yang terdapat pada and diagnosis. Clin Pharm. 2010;2:285-9.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|175


Iffat Taqiyyah, Dwi Indri Anggraini|Terapi Lintah Sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik

9. Permanente K, Family H, Residency M, of an endangered species. Zoosyst Evol.


Hills W. Atopic dermatitis: an overview. 2014;91(2):271-80.
Am Fam Physician. 2012;86(1):35-42. 12. Mahesh K, Arun G, Manju R. Leech
10. Schäfer T. Epidemiology of atopic eczema. therapy in vicharchika (eczema): own
Dalam: Johannes R, Bernhard P, Thomas R, experience kumar. PunarnaV. 2016;4(1):1-
editors. Handbook of atopic eczema. Edisi 6.
ke-2. Berlin: Springer-Verlag Berlin 12. Lone A, Ahmad T, Anwar M, Habib S, Sofi
Heidelberg; 2006. G, Imam H. Leech therapy-a holistic
11. Kutschera U, Elliott JM, Glaubrecht M. The approach of treatment in unani (greeko-
european medicinal leech hirudo arab) Medicine. Anc Sci Life.
medicinalis l: morphology and occurrence 2011;31(1):31-5.

Medula|Volume 7|Nomor 5|Desember 2017|176

Anda mungkin juga menyukai