Anda di halaman 1dari 46

KULIAH IV

PENYELIDIKAN LOKASI
1. Pengujian Standarts Penetration Test = SPT
▪ Standart Penetration Test (SPT) dilakukan untuk
mengestimasi nilai kerapatan relatifdari lapisan tanah
yang diuji.
▪ Uji SPT dilakukan karena sulit memperoleh contoh tanah
tak terganggu pada tanah granular.
▪ Untuk melakukan pengujian SPT dibutuhkan sebuah alat
utama yang disebut Standard Split Barrel Sampler atau
tabung belah standar.
▪ Alat ini dimasukkan ke dalam Bore Hole setelah dibor
terlebih dahulu dengan alat bor.
▪ Pada sifat-sifat tanah pasir ditentukan dari pengukuran
kerapatan relatip secara langsung di lapangan
▪ Prosedur uji SPT tercantum dalam ASTM D1586
▪ Bila kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah
yang akan diuji, mata bor di lepas dan diganti dengan alat
yang disebut tabung belah standar (Standar split barrel
sampler) (gambar a)
▪ Alat ini diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan
hingga ujungnya menumpu ke tanah dasar. Setelah
menumpu alat ini kemudian dipukul (dengan alat pemukul
yang beratnya 63,5 kg) dari atas.
▪ Pada pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam
15,24cm.
▪ Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua
sedalam 30,48 cm.
▪ Pada pukulan kedua inilah muncul nilai "N" yang
merupakan manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan
untuk membuat tabung belah standar mencapai
kedalaman 30,48 cm.
▪ Pengujian yang paling baik adalah dengan menghitung pukulan
pada tiap=tiap penembusan sedalam 3” atau 6”.
▪ Uji SPT dihentikan jika jumlah pukulan melebihi 50 kali sebelum
penetrasi 12”, tapi nilai penetrasinya tetap dicatat
▪ Jika uji SPT di bawah muka air tanah perlu hati-hati, karena air
tanah yang masuk kedalam tabung cenderung melonggarkan
pasir akibat tekanan rembesan ke atas.
Pada perencanaan pondasi , nilai N dapat dipkai
sebagai indikasi kemungkinan keruntuhan pondasi
yang akan terjadi (Terzaki, 1948)

Nilai N Kerapatan relatip


<4 Sangat tidak padat
4 - 10 Tidak Padat
10 – 30 Kepadatan sedang
30 – 50 Padat
> 50 Sangat padat
▪ Kondisi keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat
dianggap terjadi, jika nilai N < 5,
▪ Keruntuhan geser Umum (General shear failure) bila N > 30
▪ Untuk N antra 5 dan 30 Nc, Nq , dan Nγ dapat dilakukan

N = 1,7 Dr ² (14,2 Po’ + 10

Dr = Kerapatan relatip ;
Po’ = tekanan vertrikal akibat beban tanah efektif pada
kedalaman tanah yang ditinjau
Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948)
Hubungan N secara kasar dengan kuat tekan bebas (qu)
diperoleh dan uji tekan bebas

Nilai N Konsitensi Kuat tekan bebas (qu) (kN/m²)


<2 Sangat lunak <25
2–4 Lunak 25 - 50
4–8 Sedang 50 – 100
8 – 15 Kaku 100 – 200
15 - 30 Sangat kaku 200 – 400
>30 Keras > 400

N hasil uji SPT untuk tanah lempung hanya untuk pendekatan kasar,
N hasil uji SPT pada tanah pasir langsung bisa dipakai
Untuk tanah pasir jenuh sebaiknya diperoleh dari uji geser kipas
(Vane shear tes)
▪ Untuk menentukan kapasitas dukung iin dari hasil SPT,
estimasi kasar nilai lebar pondasi (B) dari pondasi
terbesar pada bangunan
▪ Untuk pondasi dangkal , uji SPT dilkukn pada interval
2,5 ft (76 cm) di bawah dasar pondasi, dimulai dari
kedalaman dsar fondasi (Df) sampai kdalaman Df + B,
Nilai N rata-rata sepanjang kedalaman ini akan
berfungsi sebagai gambaran kasar dari kerpatan relatif
pasir yang berada di bawah dasar pondasi, yang masih
berpengaruh terhadap besarnya penurunan.
▪ Jika uji SPT di lakukan pada bebeapa lobang pada
lokasi berlainan, nilai N rata-rata terkecil digunakan
dalam memperkirakan nilaai kapasitas dukung
tanahnya.
EFISIENSI ENERGI PEMUKUL
Terdapat 3 pemukul uji SPT.

a) Pemukul Donat b) Pemukul Aman c) Pemukul Otomatis


Secara teoritis , energi jatuh bebas dari sistim pemukul dan
tinggi jatuh adalah 48 kg-m (350 ft-lb), energi sebenarnya
lebih kecil dari nilai tersebut akibat gesekan dan eksentri-
sitas, yang nilainya tergantung dari tipe pemukulnya.
▪ Bila digunakan pemukul Donat atau pemukul aman,
efisiensi 35 sd 85%, umumnya efisiensi 60% untuk
panjang batang bor lebih dari 10 m
▪ Pada model pemukul otomatis , energi bisa mencapai 80
– 100%
Dalm perncangan pondasi digunakan korelasi-korelasi
didasarkan pada N=SPT dengan mengubah N terukur
menjadi N60 , artinya nilai N-SPT dengan efisiensi energi
60%
Persamaan untuk mengoreksi N dari lapangan dengan
memperhatikan pengaruh prosedur pengujian, diameter
lobang bor dan panjang bor, menurut Skemton persamaannya
adalah :

N60 = ( 1/0,6) Ef Cb Cs Cr N

N60 = N-SPT telah dikoreksi


Ef = Efisiensi Pemukul (tabel 1)
Cb = koreksi dimeter lobang bor (tabel 2)
Cs = koreksi oleh tipe tbung sampler SPT
Cr = koreksi untuk panjang bor
N = nilai N-SPT hasillapangan
tabel 1 : Ef = Efisiensi Pemukul
Tabel 2 : Faktor koreksi SPT akibat pengaruh lobang bor, tabung
sampler, batang bor
TABEL : Faktor Daya Dukung untuk persamaan Terzaghi
Keuntungan dan Kerugian uji SPT adalah sbb :
Keuntungan :
1) Dapat diperoleh nilai N dan contoh tanah (terganggu)
2) Posedur pengujin sederhana, bisa dilakukan secara manual
3) Dapat digunakn pada sembarang jenis tanah dan batuan lunak
4) Uji SPT pada pasir, hasilnya dapat digunakan secara langsung
untuk memprediksi kerapatan relatif dan kapasitas dukung
tanah

Kerugian :
1) Sample dalam tabung SPT diperoleh dalam kondisi terganggu
2) Nilai N yang diperoleh merupakan data sangat kasar, bila
digunakan untuk tanah lempung
3) Derajat ketidakpastian hasil uji SPT yang diperoleh bergantung
pada kondisi alat dan operator
4) Hasil tidak dapat dipercaya dalam tanah yang mengandung
banyak kerikil
2. Sondir Cone Penetrometer Test (CPT)
▪ Cone Penetrometer Test, CPT adalah suatu uji dengan
melakukan penetrasi konus ke dalam tanah yang
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah tiap
kedalaman tertentu berdasarkan parameter-parameter
perlawanan tanah terhadap ujung konus dan hambatan
akibat lekatan tanah dengan selubung konus., dengan
alat sondir (penetrasi quasi statik).
▪ Uji Sondir test ini juga dilakukan untuk mengetahui
elevasi lapisan tanah keras (Hard Layer) dan
homogenitas tanah dalam arah lateral.
▪ Parameter tersebut berupa perlawanan konus (q),
perlawanan geser (fs), angka Friction ratio (Rf), dan
geseran total tanah (T), yang dapat digunakan untuk
interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari
desain fondasi.
▪ Tujuan sondir secara umum adalah untuk mengetahui
kekuatan tanah tiap kedalaman dan stratifikasi tanah
secara pendekatan.
▪ Hasil CPT disajikan dalam bentuk diagram sondir yang
mencatat nilai tahanan konus dan friksi selubung,
kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung
pondasi yang diletakkan pada tanah tersebut.
▪ Penyondiran ini dilaksanakan hingga mencapai lapisan
tanah keras dimana alat ini dilengkapi dengan Adhesion
Jacket Cone type Bagemann yang dapat mengukur nilai
perlawanan konus (cone resistance) dan hambatan lekat
(local friction) secara langsung dilapangan.
▪ Pembacaan manometer dilakukan setiap interval 2 m,
dimana nilai perlawanan konus telah mencapai 250 kg/cm
atau telah mencapai jumlah hambatan lekat 2,5 ton
(kapasitas alat).
▪ Ujung Konis
(kerucut) 60˚,
dengan luas
penampang 10
cm²
▪ Gaya yang
dibutuhkan untuk
menekan kerucut
tersebut ke bawah
diukur dengan
suatu alat
pengukur (Bourden
gauge yg dipasang
pada dongkrak di
permukaan tanah
▪ Nilai hambatan pelekat didapatkan dengan cara mengurangi
nilai konusdari jumlah seluruhnya
▪ Dengan mnekan keluar, konis, friction sleeve, dan setang
akan tertekan ke bawah sampai kedalaman berikutnya, maka
secara otomatis mengembalikan konis dan friction sleeve
pada posisi yang siap untuk pengukuran berikutnya.
▪ Pembacaan dilakukan setiap 20 cm
▪ Satuan Nilai Konis adalah Kg/cm²
▪ Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) untuk kedalaman ybs. Per
cm keliling yaitu dalam kg/cm.
▪ Hambat pelekat setempat dapat diperoleh dari kemiringan
(gradien) kurva ini terhadap sumbu vertikal
▪ Nilai konis merupakan nilai empiris, dapat dihubungkan
secara empiris dengan sifat-sifat lain dari tanah tersebut
▪ Misal nilai koniss pada lapisan pasir dapat dipakai sebagai
petunjuk mengenai kepdatan relatif pasir tersebut.
Grafik CPT
Hambatan konus, hambatan lekat, dan perbandingan gesekan
dengan keterangan tentang sifat berbagai lapisan tanah
3. Uji Beban Pelat

▪ Pada tanah uji ini dilakukan untuk


menentukan gaya geser dan perilaku
deformasi suatu material dibawah pelat yang
dibebani
▪ Karena kedalaman tanah yang dibebani
sebuah bangunan lebih besar, sehingga
dalam menggunakan uji ini digunakan skala
Plate Load Tests
Uji Pembebanan Statik

 Metode Pengujian
▪ Uji pembebanan statik
▪ Hasil uji pembebanan statik
▪ Pengujian 200% dari beban kerja
▪ Persiapan sebelum pengujian
▪ Pembebanan
▪ Pengukuran pergerakan tiang
▪ Instrumentasi
UJI PEMBEBANAN STATIK
T YPICAL
ARRANGEMENTS
FOR AXIAL
COMPRESSIVE
LOAD TEST Anchor Pile

Dead Load
Uji Pembebanan Statik

Dari hasil uji pembebanan, dapat dilakukan


interpretasi untuk menentukan besarnya
beban ultimit. Ada banyak metode
interpretasi, diantaranya :
▪Metode Davisson M.T.
▪Metode Mazurkiewick
▪Metode Chin
Metode Davisson M. T.
 Prosedur pene ntuan beb an ultimit d ari
p ond asi tiang d e ngan me nggunakan
metode ini adalah sbb :
 Gambarkan kur va beban terhadap
penurunan
 Penurunan elasti s dihitung d engan
menggunakan rumus berikut :
Se
= L
 di mana: Q A.E
Se = penurunan elastis.
Q = beban uji yang diberikan.
L = p anjang tiang.
A = luas penampang tiang.
E = mod ulus tiang.
 Tarik garis OA seper ti gambar 3.
berd asarkan
elastic (Se) per samaan pe nurunan
 Tarik garis BC sejajar d engan gari s OA
dengan jarak X, dimana X :
 Pe rp otongan antara kur va be b an
penurunan
m e r u p a k a n d adengan
y a d u k u n ggaris
u l t i m i t . lurus Gbr. 3. Interpretasi Beban Ultimit
D (Metode Davisson M.T.)
X = 0.15 + inch ...(dalam inchi)
120
Metode Mazurkiewich
 Prosedur penentuan beban ultimit
dari pondasi tiang dengan
menggunakan metode Mazurkiewich
adalah sebagai berikut :
▪ Gambarkan kur va beban terhadap
penurunan
▪ Tentukan beberapa titik pada sumbu
penurunan dengan inter val penurunan
yang sama
▪ Tarik garis se jajar dengan sumbu beban
dari beberapa titik penurunan yang telh
ditentukan hingga memotong kur va,dan
ditarik garis sejajar sumbu penurunan
hingga memotong sumbu beban.
▪ Tarik garis lurus yang mewakili titik
yang terbentuk . Perpotongan garis lurus
ini dengan sumbu beban merupakan
beban ultimit tiang (lihat gambar 5)
Gbr. 5. Interpretasi Beban Ultimit
(Metoda Mazurkiewich)
Metode Chin
 P e r h i t u n g a n b e b a n u l t i m i t d a r i Metode ini biasanya menghasilkan
pondasi tiang menggunakan beban ultimit yang terlalu tinggi,
metode Chin adalah s e b a g a i sehingga harus. dikoreksi
berikut :
(dibagi 1.2 s/d 1.4).

a . G a m b a r k a n k u r v a antara r asi o
p e n u r unan te r had ap be b an (s/Q ),
d i m a n a s a d a l a h p e n u r unan dan Q
ad al ah b e b an se p e r ti d i tunjukkan
pada gambar 6
b . Ta r i k g a r i s l u r u s y a n g m e w a k i l i
ti ti k - ti ti k yang telah digambarkan,
d e ngan pe r sam aan g ar i s te r se but
adalah
s/Q = c1 . s + c2
c. Hitung c1 dihitung dari
persamaan garis atau dari Gbr. 6. Interpretasi Beban Ultimit
ditentukan
kemiringan garis lurus yang telah
d. Beban ultimit a d a l a h 1 /c 1
(Metoda Chin)
.
UJI PEMBEBANAN DINAMIK

 PDA (Pile Driving Analyzer), Case Institute od


Technology
 DLT (Dynamic Load Test), TNO
 Teori perambatan gelombang
Contoh interpretasi hasil uji PDA
Komputer PDA

Strain gauge dan


accelerometer
UJI PEMBEBANAN TARI K

Uji tarik perlu dilakukan


pada pondasi tiang yang
menahan gaya tank seperti
akibat gaya angkat oleh air,
gaya gempa, momen dan
lain – lain. Pembebanan
dilakukan dengan
menempatkan dongkrak
diatas balok
UJI PEMBEBANAN LATERAL

Uji lateral dilakukan dengan


cara mendorong kepala tiang
dengan dongkrak hidrolis
yang disandarkan pada suatu
sistem reaksi yang dapat
berupa blok beban, pondasi
tiang dan blok jangkar. Pada
saat pembebanan,
pergerakan kepala tiang
dapat diukur dengan dial gage
dan bila dibutuhkan defleksi
sepanjang tiang juga dapat
diukur dengan menanam
inklinometer ke dalam tiang.
UJI PEMBEBANAN LATERAL
UJI INTEGRITAS TIANG

 Pondasi tiang bor dapat mengalami necking


saat konstruksi dan pondasi tiang pancang
dapat retak pada saat pemancangan. Para
praktisi membutuhkan kcyakinan bahwa
pondasi tiang yang diproduksi utuh secara
struktural.
 Beberapa metoda yang sudah mulai umum
dilaksanakan adalah dengan menggunakan
prinsip perambatan gelombang. Metoda
pengujian adalah dengan cara memberikan
getaran dan mengevaluasi pantulan. Cara ini
dapat mendeteksi cacat (defect) pada tiang.
4. Uji Geser Kipas ( Vane test)
▪ digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif
▪ alatnya terdiri dari kipas baja seinggi 10 cm dan diameter
5 cm yang berpotongan saling tegak lurus
▪ Pada saat melakukan pengujian, alat ini di pasang pada
ujung bor, kipas berserta tangkainya ditekan ke dalam
tanah, kemudian di putar dengan kecepatan 6 sampai
12Ú per menit
▪ Besarnya torsi (tenga puntiran) yang di butuh kan untuk
memutar kipas diukur karena tanah tergeser menurut
bentuk silinder vertical yang terjadi di pinggir baling-
baling, tahanan geser tanah dapat dihitung, jika dimesi
baling-baling dan gaya puntiran diketahui.untuk kipas
berbentuk segi empat, kuat geser tanah lempung jenuh,
dapat dihitung.
▪ Pengukuran dilakukan sepanjang kedalaman tanah
yang diselidiki, pada jarak interval kira-kira 30 cm.
▪ Bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang
dari alat bor, kipas ditancapkan paling sedikit berjarak 3
kali diameter lubang bor diukur dari dasar
lubangnya,hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki tanah
yang benar-benar tak terganggu oleh operasi
pengeboran
▪ Kuat geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya
(remoulded) dapat pula dilakukan dengan pengukuran
torsi minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-
baling secara cepat dan kontinu.

Anda mungkin juga menyukai