Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EKSKRESI SULFONAMIDA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : 5

GROUP PRAKTIKUM : A1.2

ANGGOTA KELOMPOK :

 WIANLIE CENDANA (100100215)


 SUTRISNO (100100220)
 M IQBAL MIZANI (100100221)
 RACHMAT KURNIAWAN AP (100100249)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EKSKRESI SULFONAMIDA
Latar Obat-obat yang diberikan peroral (melalui saluran pencernaan),sebagian
Belakang dapat diserap (diabsorbsi) melalui dinding saluran pencernaan masuk ke
dalam sirkulasi darah, kemudian melaui ginjal diekskresikan (dikeluarkan)
bersama-sama dengan urine.
Sedangkan obat lain yang diberikan peroral dan tidak diabsorbsi akan
dikeluarkan bersama-sama dengan faeces (tinja).
Dengan kata lain,tubuh selalu berusaha mengeluarkan segala sesuatu yang
masuk ke dalam tubuh seseorang. Pengeluaran/eliminasi zat tersebut dapat
dalam bentuk biotransformasi atau ekskresi, namun organ tubuh yang paling
berperan dalam ekskresi obat adalah ginjal.

Tujuan 1. Menganalisa adanya sulfonamida di dalam urine


2. Membandingkan absorbsi dan ekskresi dari 2 (dua) macam obat
sulfonamida yang berbeda

Materi
praktikum
Bahan kimia 1. Trichloroacetic acid 4%
2. Sodium nitrate 0,1%
3. Amonium sulfamat 0,5%
4. N-(lnapthyl) Ethylene diamine dihydrochloride 1%
5. Larutan standard sulfonamide

Alat 1. Bejana Erlenmeyer


2. Pipet 10 cc
3. Gelas ukur
4. Tabung reaksi
5. Rak tabung reaksi
6. Kertas lakmus

Pelaksanaan Mahasiswa yang bekerja dibagi dalam dua group:


Group I : salah seorang mahasiswa diberikan 4 tablet (2 gr) Phtalyl
sulfatiazol.
Group II : salah seorang mahasiswa diberikan 4 tablet (2 gr) Sulfadimidin.
Mahasiswa yang bekerja dibagi dalam dua group:
 Sewaktu memakan kedua macam obat tersebut, perut (lambung)
harus dalam keadaan kosong (sekurang-kurangnya 2 jam sebelum
percobaan, tidak boleh makan).
 Kosongkan kandung kencing (urineren) pada waktu permulaan
percobaan dengan menampungnya.
 Makanlah obat tersebut (masing-masing group I & II) dengan
meminum 300 ml air.
 Sewaktu meminumnya,mulut harus dibersihkan sehingga tidak ada
bagian-bagian obat yang tak tertelan.
 Kemudian kosongkan kandung kencing setiap 20 menit, ukurlah
volumenya dan tentukan konsentrasi sulfonamide yang terdapat di
dalamnya dengan larutan standard.
 Lakukanlah terus pengukuran ini sampai ekskresi yang terbanyak
berlalu (±2 jam).
 Campurlah di dalam sebuah tabung 5 cc urine dengan 5 cc larutan
trichlor Acetid Acid 4%
 Tambahkan 1 cc larutan Sodium Nitrit 0,1% dan dibiarkan tabung
itu selama 3 menit.
 Kemudian tambahkan 1 cc larutan amonium sulfamat kocok dan
biarkan selama 2 menit.
 Akhirnya tambahkan 1 cc larutan N-(lnaphtyl) Ethylene
dihydrochloride 1%

Pengamatan Perhatikan perobahan warna yang terjadi. Lalu bandingkan dengan warna
larutan standard yang telah disediakan. Tentukan dan hitunglah konsentrasi
sulfonamida di dalam urine tadi. Jika warna yang terjadi sangat kuat,
ulangilah penetapan itu sekali, dengan mengencerkan urine terlebih dahulu.

Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap
pengamatan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan untuk
tiap pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba,seperti aturan
pembuatan makalah (lihat tata tertib praktikum).

Buatlah grafik kadar Sulfonamida pada axis vertikal dan satuan waktu pada
axis horizontal.

CATATAN:

Kokain:
Suatu anastesi lokal yang juga menghambat pengambilan kembali katekolamin oleh ujung
saraf adrenegik.
Adrenalin:
Suatu katekoamin (merupakan simpatomimetik amin) dengan aksi farmakologi: pada mata
menimbulkan midriasis (pelebaran pupil).
Efek interaksi obat ada 2 macam yaitu: Sinergisme dan antagonisme.
I. Sinergisme
a. Adisi/Summasi
Efek gabungan berupa jumlah aljabar masing2 efek obat
b. Supra-Adisi
Di satu sisi, penambahan suatu obat hanya menambah kerja suatu obat
II. Antagonisme
a. Antagonisme kompetitif
Apabila obat tersebut bergabung pada reseptor yang sama. Disebut juga
antagonisme farmakologik.
b. Antagonisme Non kompetitif
1. Antagonisme kimiawi
Zat menjadi tidak aktif karena gabungan kimiawi
2. Antagonisme Faali (antagonisme fisiologik)
Obat yang menyebabkan konstriksi bronchus (histamin) dengan obat yang
menyebabkan pelebaran bronkus (adrenalin)

Rujukan pustaka:

SULFONAMIDA

Adalah kemotrapeutik yang pertama digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia.
Berikut merupakan penjabaran dari sulfonamide:

Kimia: bentuk Kristal putih yang sukar larut dalam air, kecuali dalam bentuk garam natrium.
Aktivitas anti mikroba: spectrum anti bakteri luas tetapi kurang kuat sehingga dapat
menimbulkan resistensi pada mikroba. Obat ini dapat berifat bakterisid jika ditemukan kadar
yang tinggi dalam urin. Sensitive pada S. pyogenes, S. pneumonae dan Bacilus anthracis dan
Corynebacterium diphthriae.

Kombinasi dengan trimetoprim: akan menunjukan efek sinergistik yang sangat kuat dan
selektif . Hal ini terjadi karena senyawa akan dirubah menjadi senyawa yang lebih asam.

Resistensi bakteri: hal ini di sebabkan oleh mutasi yang meningkatkan produksi PABA.
Timbulnya sesistensi ini sangat membatasi pengobatan dalam infeksi beberapa bakteri gram
negative.

Farmakokinetik: Absorbsi melalui system cerna dapat terjadi dengan mudah dan cepat. Dan
dosis yang terserap sekitar 70-100%. Distribusinya melalui berikatan dengan protein albumin.
Metabolismenya mengalami asetilasi dan oksidasi, hasil oksidasinya merupakan produk yang
bersifat toksik. Ekskresinya hampir semuanya melalui ginjal, dapat juga melalui ASI, empedu
dan tinja.

Anda mungkin juga menyukai