Anda di halaman 1dari 13

MAKALA TENTANG ANALISIS USAHA KEPITING SANGKAK

Oleh:

MOH AZRUL
1121417022
THP A

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dansyukur kami ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami menyelesaikan makala ini.Pada
dasarnya,tujuan di buatnya makala ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti mata kuliah analisis usaha perikanan dan untuk mengetahui tentang ilmu-
ilmu perikanan, saya dapat mengetahui lebih dalam mengenai duniakerja/industri
pengolahan,.semoga makala ini biasa bermanfaat bagi kita semua.
saya berharap semoga dengan terselesaikannya makala ini dapat menjadi titik
tolak untuk kami menjadi lebih maju dan bersungguh-sungguh dalam dunia perikanan.
saya juga berharap semoga makala ini bermanfaat bagi pembaca dalam menuju
perubahan, amin yarabbalalamin. Sudah tentu kekurangan-kekurangan akan terdapat
dalam makala ini.Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari setiap
pembaca dan pendengar sangat saya harapkan, demi kesempurnaan laporan ini.

Gorontalo,17 Maret 2020

disusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 masalah.........................................................................................................1
1.3 solusi............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 teknik budidaya kepiting..............................................................................3
2.2 analisis usaha kepiting..................................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan...................................................................................................9
3.2 penutup.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sumber daya kelautan dan perikanan merupakan salah satu kekayaan alam yang
dimiliki Indonesia dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Adanya beberapa
penyakit yang menyerang tambak-tambak udang membuat ekspor udang ditolak ke luar
negeri. Akibatnya beberapa petambak mulai membudidayakan kepiting. Permintaan
konsumen terhadap kepiting terus meningkat baik di pasaran dalam negeri maupun luar
negeri membuat kepiting menjadi salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, saat ini telah


berkembangnya teknologi budidaya kepiting lunak (sangkak). Kepiting lunak atau soka
adalah kepiting yang memiliki cangkang (karapas) lunak. Budidaya kepiting lunak ini
masih baru di Aceh, salah satu daerah yang telah menerapkan teknik budidaya kepiting
lunak di Aceh adalah Gampong Lamjabat, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Selain di
desa Lamjabat, budidaya kepiting lunak ini juga sudah mulai dikembangkan di desa
Pusong, Sigli. Untuk wilayah aceh harga kepiting lunak berkisar antara Rp 55,000
sampai dengan Rp 65,000/kg, kepiting lunak (segar atau beku) bisa dijual ke pasar
lokal, rumah makan, Medan, dan Jakarta dengan harga jual yang lebih tinggi.

1.2 masalah

Semenjak menurunnya hasil produksi udang akibat serangan penyakit yang


belum dapat diatasi dengan baik, masyarakat pecinta makanan laut (seafood) mulai
beralih kepada kepiting yang memiliki cita rasa yang lezat. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dari pengusaha
restoran seafood Amerika Serikat mencapai 450 ton per bulan. Namun jumlah tersebut
masih belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi
budidaya yang masih minim. Selama ini masyarakat yang ingin mengonsumsi kepiting
seringkali direpotkan dengan cangkangnya yang keras. Pemilihan kepiting berukuran

1
besarpun seringkali mengecewakan konsumen karena setelah dibuka ternyata
cangkangnya saja yang besar namun dagingnya hanya sedikit.

1.3 solusi

Dengan adanya teknologi budidaya kepiting sangkak ini diharapkan produksi


kepiting dapat terus meningkat sehingga mampu memenuhi permintaan pasar baik di
dalam maupun di luar negeri, serta tidak ada lagi keengganan dan kesulitan masyarakat
dalam mengonsumsinya karena seluruh bagian tubuh dari kepiting dapat dinikmati.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Budidaya

2.1.1 Biologi Kepiting

Kepiting memiliki cangkang yang menutupi seluruh tubuh bagian atasnya,


namun ketika moulting cangkang tersebut akan terlepas. Kepiting mempunyai sepasang
kaki renang yang pipih, 3 pasang kaki jalan dan sepasang capit, pada kepiting jantan
dewasa capitnya lebih panjang daripada capit pada kepiting betina. Kepiting jantan
mempunyai abdoment yang berbentuk agak lancip menyerupai segi tiga, sedangkan
pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar. Pada dahi terdapat 4 buah
gigi tumpul.

Kepiting bakau beruaya dari perairan pantai ke perairan laut untuk berlindung,
mencari makan dan membesarkan diri. Kepiting bakau yang siap melakukan pekawinan
akan memasuki hutan bakau. Setelah melakukan perkawinan kepiting jantan akan tetap
berada di kawasan hutan bakau sedangkan kepiting betina akan kembali ke perairan laut
untuk menetaskan telur-telurnya.

2.1.2 pemilihan lahan

Pemilihan lokasi merupakan tahap awal yang menentukan tingkat keberhasilan


usaha budidaya selanjutnya. Kepiting merupakan salah satu komoditas perairan yang
hidup di daerah mangrove. Oleh sebab itu penting bagi pembudidaya kepiting untuk
menyesuaikan habitatnya pada tambak yang dibangun dengan menanam tumbuhan
bakau di tambak tersebut. Tambak yang akan di gunakan untuk budidaya kepiting lunak
ini harus terlebih dahulu dikeringkan dan diberikan kapur untuk menjaga kestabilan pH
tanah, pemberian pupuk organik, pembalikan tanah dan pemberantasan hama.

Tekstur tanah yang sesuai untuk tambak adalah jenis tekstur tanah liat berpasir
dan liat berlempung sehingga mudah untuk dibangun dan tidak mudah bocor. Lokasi
yang dipilih adalah lokasi yang mudah diperoleh air irigasinya dan tersedia setiap saat,
baik air tawar maupun air laut. Perbedaan musim hujan dan kemarau yang

3
berkepanjangan akan menyebabkan perbedaan salinitas, banjir dan erosi. Daerah yang
relatif datar dan pondasi pantai stabil merupakan tempat yang ideal. Lokasi yang dipilih
adalah lokasi yang tersedianya sarana transportasi untuk pengangkutan hasil panen dan
mudah dijangkau

Bentuk keramba yang umum di pakai ada 2 model yaitu :

 Takir, yaitu wadah pemeliharaan yang terbuat dari bilah bambu yang tersusun
diselang-seling sehingga terbentuk kotak-kotak kecil. Setiap takir dilengkapi
dengan pelampung dari botol plastik bekas. Daya tahan takir ini hanya 1 tahun.
 Keranjang (Basket), yaitu wadah pemeliharaan kepiting yang berbentuk kotak
hitam dan berbahan plastik sehingga kepiting tidak akan lolos.

Untuk pemeliharaan kepiting akan lebih bagus menggunakan basket, karena pada
pemeliharaan dengan takir capit kepiting dengan mudah dapat mengoyakkan
jaring/benang pada takir sehingga banyak kepiting yang mampu meloloskan diri, selain
itu apabila terdapat beberapa kepiting yang mati dan tidak segera dipindahkan maka
akan menyebabkan kualitas air menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup
pada kepiting-kepiting yang lainnya. Daya tahan keranjang (basket) juga lebih tahan
daripada takir, dan untuk mempercepat proses moulting kepiting lebih menyukai warna
gelap sehingga warna pada basket juga mempengaruhi cepat lambatnya terjadi proses
moulting.

2.1.3 penebaran bibit

Pemilihan bibit kepiting dilakukan untuk mendapatkan bibit-bibit sehat atau


terhindar dari penyakit. Ciri-ciri kepiting yang baik untuk dibudidayakan adalah
kepiting yang memilki cangkang keras berisi, berwarna cerah dan bentuk tubuh
sempurna (tidak cacat). Kepiting yang digunakan untuk budidaya ini yaitu kepiting
jantan, karena kepiting betina agak lambat melakukan moulting sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama untuk menghasilkan kepiting lunak. Menurut pemilik usaha
budidaya kepiting sangkak di Lamjabat, waktu yang dipilih untuk mulai memasukan
bibit kepiting ke dalam keramba sebaiknya berpedoman pada penanggalan hijriah.

4
Tanggal yang baik untuk memasukan bibit adalah tanggal 8-13 dan tanggal 22-27 pada
setiap bulan hijriah atau pada saat kondisi bulan terang.

2.1.4 menejemen dan kualitas air

Air merupakan media hidup bagi biota perairan. Dari segi fisik, air menyediakan
ruang gerak bagi biota tersebut. Dari segi kimia, air sebagai pembawa zat hara.
Sedangkan dari segi biologi, air merupakan media untuk kegiatan biologi hewan-hewan
tersebut.

Kekeruhan dengan daya cerah 30 – 40 cm sangat diperlukan untuk budidaya


kepiting karena kepiting bersifat nokturnal, dengan nilai kecerahan tersebut air tambak
menjadi redup (teduh) (Agus, 2008). Cholik (2005) menyatakan Suhu yang diterima
untuk kehidupan kepiting bakau adalah 18– 35 0C, sedang suhu yang ideal adalah 25 –
30 0C. perubahan suhu yang mendadak sebesar 5 0C akan menyebabkan organisme
mengalami stress. William (2003) menyatakan bahwa DO untuk kehidupan kepiting di
tambak yang paling baik mencapai > 5 mg/l. Hasil penelitian Gunarto (2002) Pada
salinitas 10 –15 ppt, kepiting bakau yang dipelihara ditambak dapat tumbuh dengan
baik. Menurut Amir (1994) kepiting bakau mengalami pertumbuhan dengan baik pada
kisaran pH 7,3 – 8,5.

Menurut Kanna (2002) Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang
dibudidayakan tidak kurang dari 0,25. sedangkan yang paling baik berkisar antara 0,25
– 0,66 mg/l. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan penting
sebagai penyedia makanan utama atau produsen primer. Keberadaan fitoplankton dalam
suatu perairan dipengaruhi oleh sinar matahari yang masuk ke dalam perairan (hal ini
berkaitan dengan proses fotosintesis) dan juga jumlah nutrient yang terkandung di
dalamnya.

2.1.5 panen dan pasca panen

Kepiting mulai moulting pada umur 17 hari, puncaknya 21 s/d 23 hari,


sedangkan pada 24 hari ke atas sisa-sisa kepiting yang belum moulting. Di desa pusong

5
untuk mempercepat terjadinya moulting pada kepiting maka dilakukan mutilasi yaitu
pemotongan pada bagian kaki jalannya. Kepiting yang sudah moulting harus segera
dikeluarkan dari keramba dan dipindahkan ke wadah berisi air tawar selama 1 jam
untuk mencegah terjadinya proses pembesaran kembali.

Panen dilakukan pada kepiting yang sudah berganti cangkang atau kulit (molting)
dan masih dalam keadaan lunak. Tanda-tanda kepiting yang akan moulting yaitu:

 Warnanya sudah agak kusam

 Di celah-celah cangkangnya sudah mulai agak terbuka

Kepiting yang sudah dipanen kemudian dikemas satu persatu dalam plastik dan bisa
langsung dijual dalam keadaan hidup atau segar dimasukan freezer untuk di bekukan
dan di jual dalam keadaan beku. Pengemasan kepiting dalam plastik, harus dilakukan
hati-hati untuk mencegah kerusakan fisik ada kepiting (putus kaki) karena akan
menggurangi kualitas dan harganya. Untuk wilayah aceh harga kepiting lunak berkisar
antara Rp 55,000 sampai dengan Rp 65,000/kg, kepiting lunak (segar atau beku) bisa
dijual ke pasar lokal, rumah makan, Medan, dan Jakarta dengan harga jual yang lebih
tinggi.

2.2 Analisis Usaha

2.2.1 biaya

2.2.1.1 biaya investasi

No Komponen Harga satuan(Rp) Jumlah harga(Rp)


1 Pembuatan jembatan (10 meter) 50.000,- 500.000,-
2 Pembelian basket/keranjang(450buah) 8.000,- 3.600.000,-
3 Pipa paralon 60 buah 30.000,- 1.800.000,-
4 Subtotal 5.900.000,-

2.2.1.2 biaya oprasional

6
Untuk produksi dalam seminggu / satu siklus panen (20 hari):

No Komponen Harga satuan(Rp) Jumlah harga(Rp)


1 Pembelian bibit (45 kg) 20.000,- 900.000,-
2 Pembelian pakan (195 kg) 2.000 270.000,-
=30%x45kgx10hr* =135kg
3 Tenaga kerja (2 org) 600.000,- 1.200.000,-
4 Subtotal 2.370.000,-
5 Untuk 1 tahun (12kali 2.370.000,- 28.440.000,-
pemeliharaan)

pemberian pakan 2 hari 1 kali, sehingga untuk 17-24 hari masa panennya = 10
hari pemberian pakan.

2.2.1.3 biaya tetap

Penyusutan = 10% x biaya investasi

= 10% x 5.900.000,-

= 590.000,-

2.2.2 Hasil Produksi

1 kg kepiting lunak siap dijual ± 7 ekor

450 ekor = 65 kg

Harga Kepiting/kg = Rp. 65.000,-

Hasil panen = 65 kg

Harga kepiting/kg x hasil panen = Rp. 65.000,- x 65 kg

=Rp. 4.225.000,- pendapatan kotor (1kali panen)

Untuk 1 tahun dapat dilakukan 12 kali pemanenan maka keuntungan yang didapatkan
selama 1 tahun = 12 x Rp. 4.225.000,-

7
= Rp. 50.700.000

Pendapatan bersih = pendapatan kotor - (biaya operasional+biaya tetap)

= 50.700.000 - (28.440.000 + 590.000)

= 50.700.000 - (29.030.000)

= 21.670.000

Jadi, dalam 1 tahun memiliki pendapatan bersih sebesar Rp. 21.670.000,-.

Cash flow = pendapatan bersih + biaya investasi

= Rp. 21.670.000 + Rp. 5.900.000

= Rp 27.570.00

BAB III
PENUTUP

8
3.1 Kesimpulan

 Teknik budidaya kepiting dapat dilakukan dengan cara: pemilihan


lahan,penebaran bibit, menejemen dan kualitas air pananen dan pasca panen
 Biaya yang dikeluarkan dalam budidaya kepiting ini yaituh 28.000.000 Rp
dalam 1 tahun (12 kali pemeliharaan) dan untuk biaya penyusutan 590.000 Rp
 Hasil produksi dalam 1 tahun 12 kali pemanenan maka keuntungan yang di
dapatkan selama 1 tahun yaituh: 12 x 4.225.000 = Rp. 50.700.000 kurangi biaya
oprasional dan biaya tetap = Rp 50.700.000 – 28.000.000 – 590.00 =
21.670.000. jadi, dalam 1 tahun memiliki pendapatan bersih sebesar 21.670.000

3.2 penutup

Dengan di buatnya makala ini apabila ada kekurangan atau kelebihan mohon di
maafkan, karena penyusun masih dalam tahap pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

9
Agus, M. 2008 Analisis carryng capacity tambak pada sentra budidaya kepiting bakau
(scylla sp) di kabupaten pemalang – jawa tengah, Tesis Program Studi
Magister Manajemen Sumberdaya Pantai. Universitas diponegoro.
Semarang

Amir .1994. Penggemukan dan Peneluran Kepiting Bakau, TECHner. Jakarta.

Cholik, F. 2005. Review of Mud Crab Culture Research in Indonesia, Central Research
Institute for Fisheries, PO Box 6650 Slipi, Jakarta, Indonesia, 310 CRA.

Gunarto. 2002. Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) di Tambak. Balai
Penelitian Budidaya Pantai. Maros.

Kanna Iskandar, 2002, Budidaya Kepiting Bakau Pembenihan dan Pembesaran,


yogyakarta, kanisius.

William, A. W., 2003. Aquaculture Site Selection. Kentucky State University


Coorporative Extention Progam. Princeton.

10

Anda mungkin juga menyukai