Anda di halaman 1dari 34

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Disusun oleh

Dewi Noviany, M.Si

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI

2017
DAFTAR ISI

Daftar isi......................................................................................................................................................2
Tata Tertib Praktikum Laboratorium Kimia Dasar......................................................................................3
Pengenalan Praktikum Kimia Dasar............................................................................................................5
Teknik Dasar Laboratorium.........................................................................................................................9
Percobaan 1. Pemisahan dan Pemurnian....................................................................................................14
Percobaan 2. Perubahan Materi.................................................................................................................18
Percobaan 3. Reaksi-reaksi Kimia.............................................................................................................21
Percobaan 4. Stoikiometri..........................................................................................................................26
Percobaan 5. Perubahan Energi pada Reaksi Kimia..................................................................................30
TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM DASAR
1. Simpanlah tas, jaket, dan barang-barang lainnya yang tidak diperlukan di tempat yang telah
disediakan .
2. Lima menit sebelum kegiatan di laboratorium dimulai, peserta harus sudah berada di
laboratorium.
3. Pakailah jas lab. Bila sedang melakukan kegiatan.
4. Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin, sepatu terbuka, atau sepatu bertumit
tinggi
5. Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi
mengenai bahan kimia, alat-alat dan pemakaiannya
6. Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan
eksperimen
7. Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan.
8. Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang lab.
9. Periksalah dengan teliti semua alat-alat sebelum digunakan.
10. Mintalah petunjuk kepada pembimbing apabila ada kesulitan atau keraguan dalam
melakukan kegiatan
11. Ikuti aturan penggunaan alat-alat ukur. Jangan melebihi batas maksimum dan jangan kurang
dari batas minimum dari kemampuan alat ukur yang digunakan.
12. Jika menggunakan alat yang dilengkapi dengan alat bantu, gunakan sesuai dengan
pasangannya (jangan dipertukarkan).
13. Bila menggunakan bahan kimia yang berbahaya, mintalah petunjuk lebih dahulu kepada
pembimbing.
14. Bila bekerja dengan senyawa beracun atau reaksi yang menghasilkan gas yang berbahaya
hendaknya dilakukan di lemari asam dan pakailah alat pelindung seperti masker, sarung
tangan dan kaca mata.
15. Perhatikan cara membawa alat jika alat itu perlu dipindahkan.
16. Bersihkan dan keringkan alat-alat yang telah selesai dipergunakan.
17. Tidak diperbolehkan mencium bahan kimia secara langsung
18. Dilarang menghisap bahan kimia engan menggunakan mulut, namun gunakan bola karet
pipet
19. Kran air, gas, dan api harus ditutup setelah selesai dipergunakan
20. Jangan membuang sampah atau limbah padat ke dalam bak pencuci. Buanglah secara
terpisah sampah/limbah padat seperti kaca, sobekan kain, kertas, logam, dan lain sebagainya
dalam tempat yang khusus.
21. Limbah cair dapat dibuang di bak pencuci setelah dinetralkan terlebih dahulu dengan air
yang cukup banyak.
22. Kecelakaan apapun yang terjadi, hendaknya segera dilaporkan kepada pembimbing.
PENGENALAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Praktikum kimia dasar adalah seri praktikum pertama yang diambil oleh mahasiswa berbagai
jurusan sains. Praktikum Kimia dasar merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan erat
dengan mata kuliah kimia dasar. Sehingga kegiatan praktikum ini harus diambil bersamaan
dengan mata kuliah kimia dasar yang merupakan teori yang akan digunakan dalam
melaksanakan praktikum.
Kegiatan praktikum akan dilaksanakan di Laboratorium, dengan didampingi oleh Dosen
Pengampu mata kuliah dan asisten Praktikum. Oleh karena pentingnya kegiatan ini, mahasiswa
diharapkan untuk dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Adapun prosedur dalam kegiatan praktikuk akan dijabarkan dalam buku
ini. Mahasiswa diharapkan membaca petunjuk-petunjuk serta aturan dasar agar dapat menjaga
keselamatan kerja dan kenyamanan bersama peserta prektikum yang lain

Aturan Dasar Pelaksanaan Praktikum Kimia Dasar I


Kronologi kegiatan:
 Peserta praktikum diwajibkan hadir minimal 5 menit sebelum kegiatan Praktikum
dilaksanakan

 Melakukan absen pelaksanaan praktikum, mengumpulkan jurnal praktikum, apabila peserta


praktikum tidak mengumpulkan jurnal, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada
hari tersebut.

 Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi


mengenai bahan kimia, alat-alat dan pemakaiannya

 Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan
eksperimen

 Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan.

 Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang laboratorium.


 Berkumpul dengan kelompok praktikan yang telah ditentukan dan mendengarkan pengarahan
dari asisten/ dosen pengampu.

 Melaksanakan pretest (jika ada) dengan tertib

 Kembali ke meja praktikum, kemudian perikasa kelengkapan alat bahan beserta jumlah alat
dan bahan yang telah tersedia di meja kelompok, lakukan inventaris terhadap jumlah alat

 Perhatikan aspek penilaian dalam praktikum, berusahalah untuk mendapatkan nilai


maksimum di semua aspek penilaian.

 Setelah selesai melaksanakan praktikum, cucilah semua alat gelas dan non gelas yang
dipergunkan, serta susunlah kembali peralatan tersebut sesuai dengan tempatnya.

Buku Catatan Praktikum/ Jurnal


 Setiap peserta praktikum wajib memiliki buku penuntun praktikum sendiri.

 Setiap peserta praktikum wajib membuat buku catatan praktikum (jurnal) dan membawa alat
tulis. Mahasiswa duanjurkan untuk menyimpan buku dan alat tulis lain dengan rapi diatas
meja kerja/ tempat yang aman, dan tidak mengganggu jalannya praktikum.

 Setiap percobaan akan dilengkapai dengan lembar data yang harus diisi dengan hasil
pengamatan dan ditandatangani asisten/ dosen.

Aturan Keselamatan

1. Aturan Umum

 Sebelum bekerja di laboratorium, baca petunjuk dan peraturan praktikum sehingga


mahasiswa benar-benar menguasai materi praktikum yang akan dilaksanakan

 Tidak diperkenankan bekerja sendiri di Laboratorium Kimia, untuk Praktikum Kimia Dasar
kegiatan harus didampingi oleh asisten

 Tidak diperkenankan makan/ minum dan merokok didalam laboratorium.


 Pakaian yang digunakan: bersepatu dan kos kaki, menggunakan jas laboratorium lengan
panjang, mengikat rambut, memakai sepatu tertutup (Dilarang menggunakan sandal dan
sepatu yang licin, sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi)

 Praktikan wajib menjaga kebersihan meja, bak cuci dan lingkungan laboratorium

 Prosedur pembuangan zat cair pekat adalah diguyur dengan air yang banyak sambil dituang.
H2SO4 pekat tidak boleh dibuang ke bak cuci

 Zat padat dan logam harus dibuang ditempat yang tersedia

 Larutan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn, Ni) harus dibuang
ke botol tersendiri, jangan dibuang ke bak cuci.

 Pekerjaan yang melibatkan zat-zat yang berasap, gas, zat pekat, lakukan pekerjaan didalam
lemari asam (fume hood), dan jangan meningggalkan pekerjaan sampai benar-benar selesai.

 Tidak diperkenenkan mengobrol hal yang tidak berkaitan dengan praktikum, dan bercanda
serta melakukan hal-hal tidak penting yang tidak relevan dengan percobaan.

 Catatlah kejadian-kejadian dan pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, jangan ragu
bertanya pada asisten, tentang hal- hal yang dirasa belum jelas.

2. Menanggulangi kecelakaan/ kebakaran

 Kecelakaan merupakan hal yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan. Nemun demikian,
laboratorium merupakan tempat yang berisiko terjadi kecelakaan baik itu berupa keracunan,
maupun kebakaran. Apabila hal yang tidak diinginkan terjadi, maka kita harus siap dan
Jangan Panik!

 Apabila terkena larutan pada tangan, hal yang harus dilakukan adalah, menyiram bagian yang
terkena dengan air mengalir terus menerus pada bak cuci dan gunakan sabun. Apabila ynag
terkena larutan adalah bagian mata/ muka maka lakukan hal yang sama siram terus dan
jangan diusap mengunakan tangan. Kemudian mintalah pertolongan asisten untuk
penanggulangan darurat.
 Apabila yang terkena larutan adalah bagian tubuh lain, dan cukup banyak, gunakan shower
atau air keran yang besar, lepaskan pakaian lab dan pakaian lain pada bagian yang terkena,
dan segera lapor ke petugas untuk mendapat pertolongan.

 Apabila terjadi kebakaran di meja praktikum, prosedur yang harus dilakukan adalah, melapor
ke petugas/asisten. Jangan mencoba memadamkan api tanpa bantuan, kecuali tidak ada orang
lain, maka menjauh dari meja dan segera cari lap/ kain basah dan tutupkan pada larutan yang
terbakar atau padamkan api dengan pemadam kebakaran yang tersedia hingga api benar-
benar padam.

 Apabila tangan terbakar, truh air es diarea yang terbakar, kemudian beri obat analgesik/salep
atau larutan rivanol.

C. Zat Kimia dan Pereaksi

 Pada praktikum kimia dasar, zat kimia dan pereaksi yang dibutuhkan selama praktikum telah
disiapkan oleh asisten.

 Apabila praktikan dipersilahkan untuk menyiapkan sendiri larutan, maka zat/ larutan yang
diperlukan sudah disiapkan di meja praktikum.

 Setiap praktikan wajib menjaga agar larutan atau zat kimia yang berada dalam wadah besar
tidak terkontaminasi akibat kecerobohan cara pengambilan, misalnya kedalahan dalam
penggunaan pipet (tertukar/ tercampur dengan larutan lain), apabila tidak terdapat pipet pada
botol, berarti car penganbilannnya dalah dituangkan menggunakan gelas ukur.

 Apabila ingin melakukan tes reaksi, bawa rak berisi tabung reaksi ke meja peraksi,
pencampuran dilakukan di meja zat dengan tertib.

 Pada setiap botol zat peraksi terdapat label yang menunjukkan identitas zat, nama, rumus,
konsentrasi dan lainnya yang penting untuk diketahui. Baca petunjuk dan label dengan
cermat, dilarnag untuk menukar tutup botol dan pipet.

 Larutan- larutan pekat seperti HCl, H2SO4, NaOH, harus disimpan dilemari asam. Apabila
menggunakan zat tersebut dalam konsentrasi tinggi harap berhati-hati dan menggunkan
sarung tangan.
TEKNIK DASAR LABORATORIUM

A. Peralatan dasar Laboratorium Kimia


Peralatan laboratorium sederhana yang biasa digunakan di Laboratorium Kimia Dasar, umumnya
terdiri dari peralatan gelas yang sering digunakan dan sangat diperlukan sebagai sarana dan alat
bantu untuk melakukan percobaan (sederhana). Beberapa peralatan yang umum dipakai di
laboratorium adalah:
 Gelas kimia (beaker Glass), tersedia dalam berbagai ukuran yang telah jelas tertera pada luar
gelas yang menunjukkan kapasitasnya. Digunakan untuk menampung larutan, memanaskan
terkadang juga tempat pengadukan dan pencampuran. Terbuat dari bahan gelas tahan panas.

 Erlenmeyer (Erlenmeyer flask), tersedia dalam berbagai ukuran dan digunakan sesuai
kebutuhan. Labu ini dipergunakan untuk menampung larutan, mengaduk dengan metode
pengocokan, dan untuk titrasi.

 Gelas ukur (graduated cylinder), tersedia dalam berbagai ukuran dan digunakan untuk
mengukur cairan yang ada didalamnya

 Pipet (pipette), digunakan untuk mengambil larutan dan meneteskan larutan. Terdapat
beberapa jenis: pipet volume (digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu/satu jenis ukuran), pipet ukur (terdapat skala yang dapat dipergunakan untuk
mengambil larutan/ meneteskan dengan ketelitian tertentu), pipet tetes (dipergunakan unutk
mengambil/menbeteskan sejumlah kecil cairan tanpa ukuran tertentu)

 Buret, terdapat beberapa ukuran sesuai dengan kebutuhan penggunaan. Kegunaan hampir
sama dengan pipet, namun dibagian bawah buret terdapat kran untuk membuka dan menutup
aliran cairan. Umumnya dipergunakan untuk titrasi.

 Tabung reaksi (test tube), terbuat dari gelas denganberbagai ukuran sesuai kapasitasnya,
dipergunakan untuk melakukan reaksi dalam skala kecil

 Kaca arloji (watch glass), terbuat dari gelas berbagai ukuran diameter, dan digunakan untuk
reaksi tetes atau penguapan sederhana.
 Corong (funnel), terbuat dari gelas atau porselin dipergunakan untuk menyaring
menggunakan gravitasi.

 Corong Buchner, terbuat dari porselin dan dipergunakan khusus untuk penyaringan cepat
mengunakan pompa vakum dan dilengkapi dengan labu hisap.

 Corong pisah (separating funnel), terdapat berbagai ukuran sesuai kapasitasnya dan
digunakan untuk memisahkan dua lapisan cairan atau lebih dalam proses ekstraksi.

 Cawan penguapan (evaporating dish), digunakan untuk menguapkan larutan

 Cawan krush (crucible), digunakan untuk penguapan yang dilanjutkan dengan pemijaran,
pengovenan atau kalsinasi.

 Spatula, terbuat dari besi atau gelas dan dipergunakan untuk mengambil padatan.

 Batang pengaduk, terbuat dari gelas dan dipergunakan untuk mengaduk larutan dalam gelas
kimia.

 Kasa asbes, kawat yang dilapisi asbes untuk menahan dan menyebarkan panas yang berasal
dari api Bunsen

 Kaki tiga, terbuat dari besi yang menyangga lingkaran untuk tempat meletakkan kasa asbes,
digunakan bersamaan dengan kas asbes dan Bunsen untuk memanaskan larutan didalam
gelas kimia.

 Bunsen/alat pembakar, digunakan untuk membakar/memanaskan larutan, menggunakan


bahan bakar dan beberapa memiliki pengatur kuantitas panas.

B. Tata cara dasar

 Cara menyalakan dan mengatur pemanas Bunsen


Rangkaian diatas adalah contoh rangkaian alat pemanans menggunkan Bunsen, ada pula Bunsen
yang dilengkapi dengan pengatur gas/panas maka atur tingkat panas dengan memutar pengatur
aliran gasnya. Jika rangkaian persis seperti gambar diatas, maka untuk dan menyalakan dan
mematikan tarik Bunsen dari kaki tiga dan nyalakan dengan korek/ matikan dengan meniup,
kemudian kembalikan keposisi seperti diatas.

 Cara memanasakan larutan


Memanaskan dengan menggunakan tabung reaksi, gunakan penjepit kayu untuk menjepit tabung
reaksi, jangan mengarahkan mulut tabung reaksi kepada orang lain atau kepada diri sendiri,
miringkan dan panas kan sambil sedikit dikocok. Adapun contoh dapat dilihat pada gambar.

Memanaskan larutan dalam gelas kimia, seperti gambar diatas bisa menggunakan gelas kimia
atau erlenmeyer, hanya saja tidak menggunakan tabung reaksi dan harus dilengkapi dengan
batang pengaduk atau batu didih.
 Cara membaca skala pada tabung pengukur (gelas ukur/ buret/ pipet ukur)
Cara yang tepat unutuk membaca skala yaitu posisikan mata tegak lurus dengan tinggi larutan
yang diamati, kemuadian baca skala dibawah miniskus cekung seperti gambar berikut:

 Cara menggunakan pipet


Jenis- jenis pipet telah disampaikan pada peralatan gelas, pipet digunakan untuk memindahkan
larutan, cara menggunakan pipet disajikan dalam gambar berikut:

Untuk mengambil/menyedot larutan digunakan alat bantu berupa pump (pompa) yang terbuat
dari karet/ drug ball maupun plastik yaitu glass firm.
 Cara menggunakan neraca
Pada umumnya neraca yang digunakan yaitu berupa neraca teknis (ketelitian 0,01- 0,001 gram)
dan neraca analitis (ketelitian < 0,0001 gram). Secara umum cara pembacaan skala pada neraca
ada yang manual (biasanya neraca berupa ayunan) dan digital.
Tips menggunakan neraca dengan baik: posisikan neraca pada keadaan kesetimbangan (lakukan
re-zero), masukkan wadah zat kemudian re-zero, kemudian timbang zat diatas wadah. Untuk
neraca yang berupa ayunan, lakukan penyeimbangan anak timbangan dari yang paling besar
kemudian ke paling kecil.
Neraca

Neraca Analitik
PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Tujuan Percobaan:
1. Memperkenalkan teknik dasar cara pemisahan dan pemurnian satu atau beberapa zat dari
campurannya.
2. Memperkenalkan beberapa sifat dasar materi/zat melalui sifat fisik maupun sifat kimia
melalui beberapa reaksi kimia.
Dasar teori
1. Kemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya, antara lain titk leleh,
kelarutan, titik didih, tekanan uap, kerapatan, dsb. Sifat fisik adalah karakteristik zat yang
bisa diamati dan diukur tanpa mengubah mkomposisi kimianya. Di laboratorium kimia,
sifat fisik ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai criteria kemurnian suatu zat.
2. Kelarutan, adalah sifat zat padat apabila berhadapan dengan zat cair yang dalam hal ini
berfungsi sebagai pelarut. Pada temperatur tertentu jumlah zat yang bisa larut dalam
sistem pelarut tertentu adalah spesifik.
3. Titik leleh, adalah sifat zat padat dalam perubahan fasanya menjadi cair akan terjadi pada
temperature tertentu, yang dalam hal ini akan terjadi sistem kesetimbangan antara fasa
padat-cair.
4. Kerapatan (density) atau rapat massa, adalah sifat fisik suatu zat yang paling mudah
ditentukan di laboratorium karena kerapatan adalah massa zat dibagi dengan volumenya.
Massa ditentukan dengan cara penimbangan sedangkan volumenya ditentukan dengan
pengukuran.
Proses pemisahan
Proses pemisahan suatu zat dari campurannya, pada dasarnya adalah pemisahan berdasarkan sifat
fisik dari zat-zat tersebut. Jadi sangat bergantung pada macam zat yang bercampur. Beberapa
istilah yang umum dalam proses pemisahan antara lain:
Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak larut (pada
temperature tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya. Dekantasi ini digunakan apabila
kedua kedua zat yang tercampur ini sudah terpisah sendiri, padat di bawah cair di atas.
Penyaringan (filtrasi), adalah proses pemisahan zat padat dari campuran zat cairnya melalui
media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa melewati pori-pori kertas sedangkan
zat cair bisa lolos.

Distilasi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih yang cukup besar, biasanya
campuran dua zat cair. Ada beberapa macam distilasi yaitu, distilasi sederhana, distilasi terfraksi
(bila perbedaan titik didihnya sedikit), distilasi uap (perbedaan tekanan uap) dan distilasi vacuum
(titik didih sebagi fungsi tekanan).

Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasrakan perbedaan kelarutan suatu zatterhadap dua
pelarut yang berbeda. Banyak macam maupun teknik ekstraksi yang telah dikembangkan hingga
saat ini.

Kromatografi, adalah proses pemisahan berdasarkan sifat adsorpsinya dan partisi zat tersebut
terhadap sistem zat lain.
Distilasi
Proses yang terjadi pada distilasi adalah perubahan fasa cair menjadi fasa uap atau gas dengan
pendidihan, kemudian gas tersebut mengembun. Tahap terpenting pada distilasi adalah
pendidihan dan kondensasi pengembunan, tetapi distilasi bukan merupakan dua urutan
penguapan dan kondensasi. Takanan uap merupakan suatu sifat fisika dari zat cair yang
bergantung pada suhu. Tekanan uap selalu bertambah besar dengan kenaikan suhu. Temperatur
saat tekanan uap sama dengan tekanan luar/atmosfer disebut titik didih. Pada temperature ini,
molekul zat cair memiliki energi yang cukup untuk berubah menjadi fasa uap tidak hanya pada
permukaan zat cair, tetapi diseluruh bagian zat cair sehingga terjadi gelembung-gelembung, dan
keadaan ini disebut mendidih.
Temperatur pada saat tekanan uap zat cair sama dengan satu atmosfer disebut titik didih normal.
Untuk memisahkan atau memurnikan zat cair dapat digunakan beberapa cara distilasi yang
didasarkan atas perbedaan titik didih cairan yang dipisahkan.
Distilasi sederhana
Cara ini digunakan untuk memisahkan 2 macam zat atau lebih yang mempunyai perbedaan titik
didih cukup besar. Susunan peralatan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, terdiri dari
bagian penguapan yaitu zat cair disimpan alam sebuah labu distilasi yang kemudian dipanaskan
pada suhu didihnya, yang bisa dibaca suhunya pada thermometer. Kemudian uap atau gas masuk
ke bagian kondensor atau pendingin, akan terjadi kondensasi gas berubah menjadi cair. Bila
dalam lanu terdapat dua zat cair yang mempunyai perbedaan titik didih yang besar, maka akan
terjadi pemiahan berdasarkan perbedaan temperature kondensasinya. Proses pemurnian
dilakukan dengan cara menampung zat cair yang keluar atau mengembun pada temperature
didihnya.

Alat Distilasi Sederhana


Prosedur percobaan bagian 1
1. Masukkan ½ sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi ± 25 mL air dan aduklah.
Sebagian isi campuran ini (± 5 mL) dituangkan kedalam tabung sentrifuga atau tabung
reaksi, lalu disentrifuga. Pisahkan sentrat dari endapan dengan cara dekantasi. Bagian isi
lainnya dalam gelas kimia disaring, filtrate ditampung. Bandingkan filtrate dengan sentrat.
2. Larutkan garam dapur yang koror dengan air sedikit mungkin, saring dengan menggunakan
kertas saring dalam corong biasa, filtratnya diuapkan (dalam cawan penguapan yang ditutup
dengan kaca arloji dan diatas permukaan kaca arloji ditempatkan sedikit air) sampai kering.
Singkirkan pembakar dan biarkan semua air habis menguap.
3. Larutkan 5 gram tembaga sulfat, CuSO 4 ke dalam 25 mL air. Saring bila diperlukan dan
diuapkan sehingga volumenya ± 10 mL. singkirkan api dan biarkan dingin tanpa digoyang.

Prosedur percobaan bagian 2


Percobaan ini bisa dilakukan secara berkelompok. Pasang set peralatan distilasi sederhana seperti
pada gambar. Distilasi larutan yang ditentukan oleh asisten hingga volume distilat ± 5 ml.
Amati perbedaanya! Catat temperature ketika tetesan pertama distilat keluar dari kondensor.
PERCOBAAN 2
PERUBAHAN MATERI

Tujuan Percobaan:
1. Membedakan perubahan fisika dan kimia dari suatu percobaan
2. Menentukan unsur yang terdapat dalam suatu senyawa melalui uji nyala api
3. Menentukan adanya ion melalui uji spesifik

Dasar Teori
Zat dapat diidentifikasi dari sifat-sifatnya dan susunannya. Sifat fisika dapat diukur dan diamati
tanpa mengubah susunan atau identitas. Contohnya kita dapat mengamati perubahan titik leleh es
dengan cara memanaskan es balok dan mencatat suhunya ketika berubah menjadi air. Sedangkan
sifat kimia menggambarkan perubahan kimia (reaksi kimia) yang terjadi pada zat tersebut.
Contohnya perkaratan besi yang melibatkan reaksi kimia antara besi, oksigen dan air. Ketika
ketiganya bereaksi menghasilkan produk berupa karat dan tidak lagi bersifat seperti besi. Besi
tersebut mengalami perubahan warna menjadi coklat dan tidak dapat ditarik oleh magnet.
Perubahan yang dapat diamati dalam reaksi kimia adalah adanya gas, adanya endapan, adanya
perubahan pH, adanya perubahan warna dan suhu larutan.
Uji kualitatif pada unsur-unsur dalam suatu senyawa dapat dilakukan dengan memanaskan atau
membakar senyawa pada nyala api, misalnya pada pembakaran bunsen atau spritus. Selain uji
nyala yang dilakukan untuk identifikasi unsur, uji spesifik dapat dilakukan untuk identifikasi ion
melalui pereaksi-pereaksi tertentu.
Berikut ini merupakan jenis unsur beserta warna nyala api yang dihasilkan.

Unsur Warna Nyala


Natrium Kuning Keemasan
Kalium Lembayung (nila /violet)
Litium Merah karmin
Kalsium Merah bata (merah kekuningan)
Stronsium Merah tua agak kekuningan
Besi Kuning
Barium Hijau Kekuningan
Tembaga Hijau
Timbal, Arsen, Stibilium, Bismut, Tembaga Biru keabu-
Dalam percobaan ini akan dipelajari perubahan materi terjadi dan uji penentuan unsur dengan uji
nyala api.

Alat dan Bahan


1. Alat
- Penjepit tabung
- Cawan porselen
- Batang pengaduk
- Tabung reaksi

2. Bahan
X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 dan X8
C6H12O6, NaCl, AgNO3, CaCO3, HCl, C2H5OH, lilin, KI, K2Cr2O7, BaCl2, CH3COOH, KBr

Prosedur percobaan bagian 1 : Perubahan Materi


1. Padatan C6H12O6 dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian tuangkan 10 mL akuades
selanjutnya diaduk. Amati perubahan yang terjadi.
2. Larutan NaCl sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan
larutan AgNO3 sebanyak 2 mL. Amati yang terjadi
3. Padatan CaCO3 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, selanjutnya tambahkan larutan HCl
sebanyak 2 mL. Amati perubahan yang terjadi.
4. Padatan lilin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian panaskan tabung reaksi
tersebut. Amati perubahan yang terjadi.
5. Larutan K2Cr2O7 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan larutan HCl sebanyak 2 mL. Amati yang terjadi.

Prosedur percobaan bagian 2 : Uji Nyala Api


1. Padatan X1 dan C2H5OH dimasukkan ke dalam cawan porselen.
2. Campuran tersebut dibakar menggunakan korek api sambil diaduk dengan batang
pengaduk dan amati yang terjadi. Tentukan unsur yang terdapat dalam padatan tersebut.
3. Lakukan hal yang sama dengan padatan X2, X3, X4, X5, X6, X7 dan X8
PERCOBAAN 3
REAKSI-REAKSI KIMIA

Tujuan Percobaan:
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada tiap jenis reaksi kimia
2. Menulis persamaan reaksi dari setiap percobaan
3. Menjelaskan sifat fisika dan kimia dari zat-zat yang direaksikan

Dasar Teori
Reaksi kimia merupakan proses alam yang menghasilkan perubahan senyawa kimia dimana
terjadi transformasi pada struktur molekul. Senyawa yang terlibat di awal reaksi disebut reaktan
dan hasil reaksi disebut produk. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan
kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang
berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan
pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya
konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer
seperti pada reaksi nuklir.
Reaksi Kimia dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis reaksi yaitu :
1. Reaksi Asam Basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Definisi dari
asam basa secara umum yaitu :
a) Arrhenius : asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H 3O+ ; basa berdisosiasi dalam
air melepaskan ion OH-
b) Bronsted-Lowry : Asam merupakan donor proton (H+) ; basa merupakan penerima
(akseptor) proton.
c) Lewis : Asam merupakan akseptor pasangan elektron ; basa merupakan pendonor
pasangan elektron.
2. Reaksi pengendapan adalah reaksi antara zat ion logam yang sukar larut dalam air, sehingga
terbentuklah endapan. Untuk mengetahui apakah suatu reaksi terbentuk endapan atau tidak,
harus diketahui kelarutan zat yang terjadi. Sebagai contoh beberapa zat yang sukar larut
dalam air, yaitu I-, Mg2+, Fe2+, dan Cl-.
3. Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom senyawa yang
bereaksi. Reaksi ini dapat diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks
adalah:
2S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2I−(aq)
4. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana
2Ag2O(s) → 4Ag(s) + O2(g)
5. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk
dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (g)
CO (g) + 2H2 (g) → CH3OH (g)

Alat dan Bahan


1. Alat
- Tabung Reaksi ( 8 )
- Rak tabung, ( 1 )
- Pipet tetes ( 3 )
- Spatula. ( 3 )
2. Bahan

Larutan CuSO4 0,1 M Larutan HCl 1 M


Larutan HCl 0,1 M Larutan NaOH 1 M
Larutan AgNO3 0,1 M Larutan KMnO4 0,05 M
Larutan Pb(NO3)2 0,1 M Larutan H2C2O4 0,1 M
Larutan NaC2H3O2 0,1 M Larutan Fe (II) 0,1 M
Larutan KI 0,1 M Larutan H2SO4 2 M
Larutan KOH 0,1 M Larutan H2O2 3%
Larutan Na2CO3 0,1 M Padatan CuSO4.5H2O
Larutan NH3 0,1 M Padatan KI
Larutan HC2H3O2 0,1 M Logam Mg
Larutan K2CrO4 0,1 M Logam Cu
Larutan K2Cr2O7 0,1 M Logam Zn

Prosedur Percobaan
1. Reaksi Oksidasi Logam

a. Larutan CuSO4 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan


sepotong logam Mg ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal
reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

b. Larutan HCl sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan


sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

c. Larutan AgNO3 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan


sepotong logam Cu ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

d. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi diatas, apakah ketiga reaksi tersebut dapat
berlangsung secara spontan? dan tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk masing-masing
reaksi diatas. Gunakan data potensial reduksi standar, Eo, untuk masing-masing pereaksi
diatas.

2. Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+

a. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


tambahkan 2 mL larutan NaC2H3O2 0,1 M ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi.

b. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


tambahkan 2 mL larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang terjadi.

c. Berdasarkan hasil pengamatan kedua reaksi diatas, tuliskan persamaan reaksi yang setara
untuk masing-masing reaksi diatas.

d. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam larutan ? Bila ya, beri penjelasan
mengapa dapat terbentuk endapan dalam larutan tersebut. Diketahui Ksp PbI 2 (25 oC) = 7,9 x
10-9 dan kelarutan Pb (C2H3O2)2 (20 oC) = 44,31 g/100 mL.

3. Reaksi Reduksi Ion CU2+ dalam Fasa Padat dan Larutan


a. Siapkan 4 tabung reaksi, Tabung 1 & 2 masing-masing diisi dengan sedikit padatan
CuSO4.5H2O. Kemudian masing masing tabung diberi label A dan B.

b. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian diamati
perubahan yang terjadi.

c. Kedalam masing-masing tabung B dan D tambahkan 3 mL air dan kemudian diaduk sampai
padatan larutan seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke dalam larutan tabung D, amati
perubahan yang terjadi.

d. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa padat (tahap b)
dengan larutan (tahap c) ?

e. Tuliskan persamaan reaksi untuk masing-masing reaksi tersebut.

4. Perubahan Warna Indikator dalam Reaksi Asam-Basa

a. Larutan Ca(OH)2 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan


2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan Ca(OH) 2 tersebut,
tambahkan 2 mL larutan H2C2O4. Amati apakah ada perubahan warna larutan Ca(OH)2
setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4. Beri penjelasannya mengapa hasil
pengamatannya demikian.
b. Larutan NH3 0,1 M (catatan : larutan NH3 bukan larutan NH4OH) sebanyak 2 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam
larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut tambahkan 2 mL larutan CH3COOH 0,1 M
(asam asetat) atau C6H8O7 (asam sitrat). Amati apakah ada perubahan warna larutan NH3
setelah penambahan larutan indikator dan larutan CH3COOH atau C6H8O7. Beri penjelasan
mengapa hasil pengamatannya demikian.
c. Tuliskan persamaan reaksi untuk kedua reaksi diatas.
d. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan antara reaksi (a) dan reaksi (b)
PERCOBAAN 4
STOIKIOMETRI
Tujuan percobaan
1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan
temperatur

2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol

3. Menentukan stoikiometri reaksi berdasarkan sifat fisik yang teramati

Perbandingan stoikiometri pereaksi-pereaksi sangat penting dalam mengamati keberlangsungan


suatu reaksi kimia. Pengamatan yang umum dilakukan pada suatu reaksi kimia antara lain
perubahan temperatur, jumlah produk reaksi (endapan, gas), pH larutan, dan warna larutan. Salah
satu metoda yang umum digunakan untuk menentukan stoikiomteri suatu reaksi adalah metoda
JOB atau metoda variasi kontinu. Prinsip metoda ini adalah pengukuran perubahan sifat fisik
dalam suatu reaksi pada jumlah mol masing-masing pereaksi bervariasi, tetapi dengan jumlah
mol total pereaksi tetap. Perubahan sifat fisik yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara
lain perubahan temperatur, massa, volume, pH larutan, dan daya serap. Perubahan sifat fisik
tersebut sangat tergantung pada jumlah mol pereaksi yang digunakan dalam percobaan. Oleh
karena itu, data-data perubahan sifat fisik dan jumlah mol pereaksi dapat digambarkan dalam
suatu grafik, yang kemudian digunakan untuk menentukan perbandingan stoikiometri suatu
reaksi. Berikut contoh stoikiometri reaksi AgNO3 dengan K2CrO4, menggunakan data berat
produk reaksi yang dialurkan terhadap data mol AgNO3 yang divariasikan.
Berdasarkan grafik di atas, perbandingan stoikiometri reaksi AgNO 3 dengan K2CrO4 adalah 2:1,
dan rumus molekul endapan yang dihasilkan adalah Ag2CrO4. (mol AgNO3 : mol K2Cr2O4 = 8,4:
3,6 = 2,33: 1 ~ 2: 1).
Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi untuk: (i) Pb(C2H3O2)2 dan KI, (ii)
CuSO4 dan NaOH, dan (iii) HCl dan NaOH, (iv) H2SO4 dan NaOH. Pada reaksi (i), perubahan
sifat fisik yang diamati adalah massa produk reaksi yang dihasilkan, sementara perubahan
temperatur diamati pada reaksi (ii)-(iv). Pada reaksi (i) dipelajari persen hasil dengan cara
membandingkan berat produk hasil percobaan terhadap berat produk hasil perhitungan.
berat produk hasil percobaan
% hasil= x 100 %
berat prodk hasil perhitungan

Alat dan Bahan


1. Alat
Peralatan yang diperlukan dalam percobaan ini yaitu:
 Neraca analitis,
 gelas ukur 50 mL,
 gelas kimia 50 mL/ 100 mL,
 termometer
2. Bahan
Bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam percobaan ini, yaitu Larutan Pb(C 2H3O2) 0,1M, KI
0,1 M, NaOH 1 M, HCl 1 M, H2SO4 1 M, CuSO4 1M, dan NaOH 2M.

Percobaan bagian 1.
1) Satu buah tabung reaksi kosong dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL, kemudian
letakkan di atas neraca analitis dan nolkan beratnya (tare).
2) Ke dalam tabung reaksi tersebut tuangkan hati-hati 2 mL larutan Pb(C 2H3O2)2 0,1 M,
kemudian catat beratnya. Catatan: tabung reaksi dalam gelas kimia tetap disimpan di
atas neraca.
3) Lakukan hal yang sama seperti tahap a, kemudian tabung reaksi diisi dengan 2 mL
larutan KI 0,1 M dan kemudian catat beratnya.
4) Larutan Pb(C2H3O2)2 (tahap b) dituangkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan KI
(tahap c), tabung reaksi tetap berada di atas neraca analitis.
5) Catat perubahan berat hasil reaksi. Apakah diamati adanya perubahan berat setelah
penambahan Pb(C2H3O2)2 ke dalam larutan KI? Apakah berat larutan campuran lebih
besar dari jumlah total berat larutan Pb(C2H3O2)2 dan KI sebelum direaksikan? Jika ada,
maka hitung berat produk reaksi hasil perobaan dengan cara:
Berat produk percobaan = berat larutan campuran - (berat larutan Pb(C2H3O2)2 +
berat larutan KI)
6) Hitung berat teoritis produk reaksi dari reaksi 2 mL 2 mL larutan Pb(C 2H3O2)2 0,1 M dan
2 mL larutan KI 0,1 M. Kemudian hitungan % hasil dengan menggunakan rumus di atas
(pendahuluan).

Percobaan bagian 2
1) Larutan NaOH 1 M sebanyak 50 mL dituangkan ke dalam gelas kimia 100 mL, kemudian
ukur temperaturnya.
2) Larutan CuSO4 1 M sebanyak 10 mL dituangkan ke dalam gelas kimia 50 mL, kemudian
ukur temperaturnya.
3) Larutan CuSO4 1 M kemudian dituangkan ke dalam larutan NaOH 1 M sambil diaduk
dan ukur temperatur campuran tersebut.
4) Ulangi tahap a s/d c, dengan komposisi larutan sebagai berikut:

Kondisi Volume larutan NaOH (mL) Volume larutan CuSO4 (mL)


1 60 0
2 50 10
3 40 20
4 30 30
5 20 40
6 10 50
7 0 60

5) Buat grafik T (perubahan temperatur) terhadap volume NaOH. Dimana T = TA TM,
TA = temperatur campuran dan TA = temperatur awal masing-masing larutan.
PERCOBAAN 5
PERUBAHAN ENERGI PADA REAKSI KIMIA

Dasar Teori
Termokimia adalah salah satu cabang ilmu Kimia yang mempelajari perubahan kalor dalam
suatu reaksi kimia. Perubahan kalor yang terlibat dalam suatu reaksi dapat diukur melalui
penyederhanaan berbagai parameter sistem dan lingkungan reaksi. Pada percobaan ini,
perubahan kalor yang terjadi dipelajari pada tekanan tetap dan hanya menyangkut zat padat dan
zat cair saja (perubahan volume sangat kecil). Oleh karena itu, kerja yang berkaitan dengan
sistem reaksi tersebut (w = P ∆ V), dapat diabaikan. Berdasarkan hukum I termodinamika,
perubahan energi dalam, ∆ E, yang menyertai reaksi pada kondisi percobaan ini, adalah sama
dengan perubahan entalpi reaksi, ∆ Hrx. Selain menggunakan pendekatan hukum kekekalan
energi, azas Black yang menjelaskan tentang “kalor yang dilepas sama dengan kalor yang
diterima” juga digunakan untuk menyelesaikan masalah pada percobaan ini. Melalui
penyederhanaan berbagai parameter reaksi, perubahan kalor hasil reaksi kimia dalam suatu
kalorimeter dapat dengan mudah ditentukan melalui pengukuran perubahan suhu campuran
reaksi. Pada percobaan ini, akan ditentukan kalor reaksi yang dilepaskan dari reaksi penetralan
asam-basa antara asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH) pada dua kondisi yang
berbeda:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O ΔHrx 1 = ?
HCl(aq) + NaOH(s) NaCl(aq) + H2O ΔHrx 2 = ?

Kalor molar reaksi dari proses pelarutan natrium hidroksida padat, NaOH (s), didalam air juga
akan ditentukan pada percobaan ini,
NaOH(s) NaOH(aq) ΔHrx 3 = ?
Penentuan nilai perubahan kalor ketiga reaksi di atas dapat dihitung menggunakan pendekatan
Hukum Hess. Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi suatu proses keseluruhan
adalah penjumlahan dari perubahan-perubahan entalpi dari masing-masing tahap tunggal
reaksi atau dalam arti lain, perubahan entalpi tidak bergantung pada bagaimana suatu reaksi
berjalan, hanya bergantung pada kondisi awal dan akhir reaksi. Perhatikan bahwa reaksi 3 dan
reaksi 1 secara bersama-sama merupakan tahap alternatif untuk menghasilkan reaksi 2. Jadi,
ketika konsentrasi larutan NaOH dan HCl dikontrol sedemikian rupa sehingga sama besar pada
ketiga reaksi tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa:
ΔHrx 1 + ΔHrx 3 = ΔHrx 2

Untuk menentukan nilai ΔHrx 1, ΔHrx 2, dan ΔHrx 3, pada percobaan ini akan digunakan
calorimeter sederhana yang terbuat dari gelas styrofoam. Gelas Styrofoam tersebut diberi tutup
dari bahan yang sama dan dilubangi untuk memasukkan termometer dan batang pengaduk ke
dalam gelas styrofoam. Styrofoam merupakan isolator yang baik, walaupun sebagian kalor
tentunya akan diserap oleh Styrofoam dan sebagian akan dilepaskan ke lingkungan, namun nilai
kalor tersebut cukup kecil bila dibandingkan dengan jumlah kalor yang diserap oleh larutan di
dalam kalorimeter. Konsekuensinya, pada kondisi percobaan ini diasumsikan bahwa tidak ada
kalor yang diserap oleh gelas styrofoam, tutup gelas styrofoam, termometer, dan batang
pengaduk serta lingkungan gelas styrofoam. Kalorimeter jenis lainnya dapat juga digunakan pada
percobaan penentuan jumlah kalor reaksi penetralan reaksi asam-basa.

Alat dan Bahan

1. Alat

- Kalorimeter sederhana

- Stopwatch

- Batang pengaduk

- Neraca analitis

- Tabung reaksi

- Erlenmeyer

- Gelas ukur 50 mL

- Gelas kimia 100 mL

- Termometer.

2. Bahan
- Larutan HCl 2 M

- NaOH 2 M

- Padatan NaOH,

- Aqua dm.

Prosedur Percobaan
Bagian 1. Penentuan Kalor Reaksi Penetralan: HCl(aq) → NaOH(aq)
a. Larutan HCl 2M sebanyak 20 mL dimasukkan kedalam kalorimeter dan ditutup dengan
penutup kalorimeter yang telah terpasang dengan termometer. Ukur dan catat suhunya

b. Larutan NaOH 2M sebanyak 20 mL dimasukkan kedalam gelas kimia 50 mL. Ukur dan catat
suhunya

c. Nyalakan stopwatch. Pada t=0 detik, pindahkan segera larutan NaOH ke dalam kalorimeter
yang telah berisi 20 mL larutan HCl 2M, kemudian segera tutup kalorimeter tersebut dengan
penutup yang telah terpasang dengan termometer. Ukur dan catat suhunya

d. Aduk campuran larutan HCl dan NaOh, sehingga larutan tersebut tercampur dengan baik

e. Ukur suhu larutan tersebut pada t=30 detik.

f. Lakukan pengadukan dan suhu diukur setiap 30 detik sampai diperoleh suhu maksimum dan
relatif konstan atau suhu akan menurun perlahan dan kemudian relatif konstan

g. Hitung jumlah mol untuk setiap reaktan dan produk

h. Hitung kalor reaksi penetralan per mol untuk reaksi di atas.

Bagian 2. Penentuan Kalor Reaksi Penetralan HCl(aq) + NaOH(s)


a. 20 mL larutan HCL 2M dicampurkan dengan 20 mL akua dm di dalam kalorimeter. Ukur
dan catat suhunya

b. b. Timbang 6,0 gram padatan NaOH. Hati-hati! Padatan NaOH bersifat higroskopis dan
dapat menyebabkan iritasi pada kulit
c. Nyalakan stopwatch. Pada t=0 detik, segera masukkan semua padatan NaOH kedalam
kalorimeter.

d. Aduk campuran tersebut sampai bercampur dengan sempurna

e. Ukur suhu larutan tersebut pada t=30 detik

f. Lakukan pengadukan dan suhu diukur setiap 30 detik sampai diperoleh suhu maksimum dan
relatif konstan atau suhu akan menurun perlahan dan kemudian relatif konstan

g. Hitung jumlah mol masing-masing pereaksi (HCl dan NaOH)

h. Hitung jumlah mol dari produk yang dihasilkan

i. Hitung kalor reaksi penetralan per mol untuk reaksi di atas.

Bagian 3. Penentuan Kalor Pelarutan NaOH(s) → NaOH(aq)


a. 50 mL akua dm dimasukkan kedalam kalorimeter. Ukur dan catat suhunya

b. Timbang 6,0 gram padatan NaOH.

c. Nyalakan stopwatch. Pada t=0 detik, segera padatan NaOh dimasukkan kedalam kalorimeter

d. Aduk campuran tersebut sehingga bercampur dengan baik

e. Pada t=30 detik, ukur dan catat suhunya

f. Lakukan pengadukan dan suhu diukur setiap 30 detik sampai diperoleh suhu maksimum dan
relatif konstan atau suhu akan menurun perlahan dan kemudian relatif konstan

g. Hitung kalor pelarutan per mol untuk padatan NaOH dalam air.

Bagian 4. Perubahan Energi Dalam Reaksi Kimia: Reaksi Eksoterm Dan Endoterm
a. Pada bagian luar tabung reaksi dilapisi dengan pelumas silicon (silicone grease), kemudian
tempelkan beberapa butir padatan iod (I2) di atasnya

b. Padatan CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut

c. Tabung reaksi tersebut ditempatkan ke dalam labu erlenmeyer


d. Tambahkan beberapa tetes air ke dalam tabung reaksi sehingga CuSO4 menjadi basah. Segera
tutup tabung reaksi dengan penutup gabus/karet. Amati dan catat apa yang terjadi.

Pengolahan Data
Pengolahan data untuk percobaan 1-2 mengikuti tahap-tahap sebagai berikut :
a) Buatlah kurva perubahan suhu (T, oC) terhadap t (waktu, detik) untuk setiap reaksi (1-3)
b) Tunjukkan suhu awal dan akhir untuk masing-masing reaksi tersebut
c) Hitung selisih suhu (ΔT) untuk masing-masing reaksi di atas
d) Hitung kalor yang diserap pada percobaan 1 (q1) dan percobaan 2 (q2)
e) Hitung kalor yang dihasilkan pada percobaan 3, q3 (q3 = q1 + q2)
f) Hitung entalpi reaksi per mol, ΔH (ΔH = q3/mol zat yang terlibat dalam reaksi)

nn

Anda mungkin juga menyukai