Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai
kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi karena
dalam suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat
pendek, kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh
peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi,
ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat
panjang, pilihan, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang benar.
Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai
ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).
Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan jenis kesatuan dasarnya (Halim, 1998).
Dilihat dari wujud kesatuan dasar, ragam bahasa dapat dibedakan antara ragam lisan
dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf yang tidak semua
bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasarnya semua bahasa
memiliki ragam lisan. Hubungan antar keduanya adalah timbal balik dimana ragam
tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan
melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf melambangkan kesatuan-kesatuan dasar
lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan
antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan
sama benar dengan struktur ragam tulisan padahal dalam kenyataannya kedua ragam
bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua system bahasa yang terdiri atas
perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku
bagi ragam lisan belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur
menghilangkan unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak
berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam
bentuk selengkap mungkin. Dalam hubungan bahasa Indonesia, perbedaan antara
kaidah ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa,
sesuai dengan perkembanganya sebagai bahasa perhubungan antara daerah dan
antarsuku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim 1998).
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah
ragam bahasa yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat
pemakaiannya dan dijadikan kerangka/ rujukan norma kaidah bahasa dalam
pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang
menentukan benartidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun tulisan,
sedangkan ragam tidak baku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi norma/
kaidah bahasa yang berlaku.
- Kata dalam bahasa Indonesia yang sudah tidak lazim dipakai (ungkapan yang
tepat).
- Kata dalam bahasa Indonesia yang sudah tidak lazim dipakai (ungkapan yang
paling singkat).
- Kata dalam bahasa serumpun yang lazim dipakai (ungkapan yang tidak
berkonotasi buruk).
- Kata dalam bahasa serumpun yang sudah tidak lazim dipakai (ungkapan yang
sedap didengar).
- Istilah dalam bahasa Inggris (penerjemahan, penyerapan dengan atau tanpa
penyesuaian ejaan dan lafal). (ungkapan asing dengan arti umum
diterjemahkan dengan arti umum, ungkapan asing yang berhubungan
diterjemahkan degan bersistem).
- Istilah dalam bahasa asing (penerjemahan dan penyerapan sekaligus).
- Pilihan yang terbaik di antara calon 1-6.
Subyek
adalah unsur yang memiliki fungsi sebagai pokok pembicaraan pada suatu kalimat, bsa
berupa kata ataupun frase benda. Sebagian besar subyek ada di depan predikat.
Namun, ada beberapa struktur kalimat yang meletakkan subyek setelah predikat .
Jenis kalimat dengan struktur seperti ini disebut juga sebagai kalimat inversi.
Predikat
ialah unsur kalimat yang memiliki fungsi menjelaskan sebuah subyek. Karakteristik dari
predikat bisa dilihat dari perannya dalam menjelaskan pekerjaan yang dilakukan
subyek. Dalam susunan kalimat, predikat biasanya dipakai berupa kata kerja, baik
aktif atau pasif.
Obyek dan Keterangan
Umumnya ada di belakang predikat. Kesamaan letak dari kedua jenis struktur kalimat ini
membuat keduanya dianggap sama. Padahal berbeda. Perbedaan antara objek dan
keterangan terletak pada perannya didalam kalimat pasif. Sebuah objek bisa
menjadi subyek pada kalimat pasif. Namun, pelengkap tidak bisa menjadi subyek
dalam kalimat pasif.
Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas daripada kalimat. Ia
merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk
menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan menjadi jelas oleh uraian
tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama secara lebih jelas. Setiap paragraf hanya
boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama secara jelas. Dalam upaya
menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan.
Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung
gagasan tunggal dalam paragraf. Apabila dalam suatu paragraf terdapat lebih dari satu gagasan
berarti paragraf itu tidak tepat dan harus dipecah ke dalam beberapa paragraf. Jadi, setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama.
Pola pengembangan paragraf merupakan suatu bentuk pengembangan kalimat ide pokok
ke dalam bentuk paragraf. Kalimat ide pokok tersebut diikuti oleh kalimat-kalimat berikutnya
dalam satu kesatuan gagasan (unity). Kalimat ide pokok merupakan ordinasi gagasan, sedangkan
kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat subordinasi atau kalimat pengembang gagasan.
Paragraf atau alinea sering diartikan sebagai sekumpulan kalimat yang saling
berkaitan sebagai bagian isi singkat karangan. Dengan demikian penulis dapat menuangkan ide-
ide yang dimiliki ke dalam rangkaian kalimat sehingga membentuk kesatuan sub-subtopik
menuju ke kesatuan gagasan tematik.
Gagasan utama dapat tersurat pada suatu kalimat ataupun tersirat pada keseluruhan
paragraf. Kalimat yang memuat gagasan utama dapat disebut sebagai kalimat utama yang dapat
terdapat di awal, akhir, ataupun di awal dan akhir paragraf. Selain itu, paragraf juga merupakan
bagian dari satuan bahasa yang lebih besar disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk
dengan lebih dari satu paragraf.
2. Karaktersitik Paragraf yang Baik
Hampir di semua media, terutama tertulis, paragraf sudah merupakan menu utama.
Nmaun, belum bisa dikatakan bila paragraf yang ada dalam berbagai media tersebut merupakan
tipe paragraf yang baiki. Lantas, bagauimanakah normatif idelismenya? Paragraf yang baik ialah
paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan baik kepada para pembaca. Adapun syarat
dari sebuah paragraf ialah mempunyai kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.
2.1 Kesatuan
Kesatuan yaitu sebuah paragraf harus dapat dibangun dengan satu pikiran yang jelas.
Pikiran tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pikiran pokok serta beberapa pikiran jelas.
Hubungan pikran satu dengan pikiran lainnya mengindikasikan bahwa paragraf tersebut
mempunyai kesatuan
2.2 Kepaduan
2.3 Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan sudah lengkap apabila terdapat beberapa kalimat penjelas
yang dapat menunjang kalimat pokok.