LP Imobilisasi Edit
LP Imobilisasi Edit
3. Pohon Masalah
Mobilisasi
Nitrogen
Kehilangan Gangguan Jaringan kulit Jantung tidak
Gastro
daya tahan fungsi paru- yang tertekan mengalami seimbang
intestinal
otot paru vasokontriksi
Stres terjadi
Konstipasi
5. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
a. Penatalaksana Umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha.
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring
lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta
mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi,
serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang
dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan
dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan
gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat
otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiri dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
toilet.
b. Tatalaksana Khusus
1) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik
kepada dokter spesialis yang kompeten.
4) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha
untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami
disabilitas permanen.
c. Penatalaksanaan lain yaitu:
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini
bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari
Melakukan aktivitas sehari-harisecara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,
serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4. Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan
otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan
isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)
secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan
dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
a. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b. Fleksi dan ekstensi siku
c. Pronasi dan supinasi lengan bawah
d. Pronasi fleksi bahu
e. Abduksi dan adduksi
f. Rotasi bahu
g. Fleksi dan ekstensi jari-jari
h. Infersi dan efersi kaki
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
j. Fleksi dan ekstensi lutut
k. Rotasi pangkal paha
l. Abduksi dan adduksi pangkal paha
6. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak
terjadinya imobilitas.
7. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri.
Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi.Pada
penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih
efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
8. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan
cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-
lain.
F. Komplikasi
Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:
Infeksi saluran kemih, atrofi otot karena disused/ disuse sindrome, konstipasi,
infeksi paru, gangguan aliran darah, dan dekubitus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekskremitas secara mandiri atau terarah.
Faktor yang berhubungan:
1) Intoleransi aktivitas
2) Perubahan metabolisme selular
3) Ansietas
4) Indeks masa tubuh diatas perentil ke 75 sesuai usia
5) Gangguan kognitif
6) Konstraktur
7) Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
8) Fisik tidak bugar
9) Penurunan ketahanan tubuh
10) Penurunan kendali otot
11) Penurunan masa otot
12) Malnutrisi
13) Gangguan muskulus skeletal
14) Gangguan neuromuscular, nyeri
15) Agens obat
16) Penurunan kekuatan otot
17) Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
18) Keadaan mood depresif
19) Keterlambatan perkembangan
20) Ketidaknyamanan
21) Disuse, kaku sendi
22) Kurang dukungan lingkungan
23) Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
24) Kerusakan integritas struktur tulang
25) Program pembatasan gerak
26) Keengganan memulai pergerakan
b. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potesial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( International
Association for the Study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Faktor yang berhubungan:
1) Agen cedera (missal, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
c. Intoleransi aktivitas
Definisi: ketidakcukupan energy psikologis atau fisologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin dilakukan.
Factor yang berhubungan:
1) Tirah baring atau imobilisasi
2) Kelemahan umum
3) Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
6) Defisit perawatan diri
Definisi: Hambatan kemampuan untuk melakukan kebutuhan atau
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Faktor yang berhubungan:
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Ketidaknyamanan
4) Kendala lingkungan
5) Keletihan da kelemahan
6) Gangguan musculoskeletal
7) Gangguan neuromuscular
8) Nyeri
9) Gangguan presepsi
10) Ansietas berat
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
I. Referensi
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta:ECG
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
dan NANDA. Jogjakarta: Mediaction
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.