Anda di halaman 1dari 19

SENTRAL DOGMA

Makalah

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Mata kuliah Biologi 2

Oleh :
Ilham Maruf
1911E1082

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah “CENTRAL DOGMA”, dengan tepat pada waktunya.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari
dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah  ini. 

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami mengharap kritik
dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan
dalam mengerjakan makalah ini.

Bandung, Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sentral Dogma

2.2 Transkripsi

2.3 Translasi

2.4 Coding dan Non Coding RNA

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DNA sebagai bahan genetik karena DNA dapat mewariskan sifat-sifat
organisma induk, sudah diidentifikasi pada pertengahan abad 20 (Greenspan
and Baxter 1994). Genom adalah sepotong DNA/segment DNA yang
menyandi protein mengandung semua informasi genetik yang dimilikinya.
Dengan penemuan ini ditemukan bagaimana informasi genetik diwariskan dan
diekspresikan. Mekanisme molekuler dari pewarisan melibatkan proses yang
dikenal sebagai replikasi, dimana rantai DNA induk berfungsi sebagai cetakan
untuk sintesis salinan DNA (Murray et al. 2000)
Setiap kita yang ingin memahami bagaimana metabolisme sel dan
pewarisan sifat dari induk (parental) ke generasi berikutnya adalah dengan
memahami mekanisme kerja DNA. Berbagai eksperimen dan kajian sampai
pada kesimpulan bahwa mekanisme kerja DNA adalah replikasi, transkripsi
dan translasi. Tiga proses ini dikenal dengan sebutan dogma sentral. Replikasi
adalah proses menyalin secara utuh 2 untai DNA menjadi 2 untai yang
baru.Transkripsi adalah proses menyalin salah satu untai DNA menjadi
mRNA sedangkan translasi adalah proses penterjemahan mRNA menjadi
polipeptida (Yuwono, 2013).
Materi genetik (DNA) yang terdapat pada suatu sel selalu dalam keadaan
aktif karena senantiasa melakukan replikasi, transkripsi, translasi, reparasi
(perbaikan) dan rekombinasi. Proses penyimpanan dan pemindahan informasi
genetik dinyatakan dalam suatu dalil yang disebut dogma sentral, yang
ditemukan oleh Francis Crick dan George Gamov pada tahun 1957. Prinsip
dogma sentral bahwa DNA menjadi penentu jenis RNA yang selanjutnya akan
diterjemahkan menjadi suatu protein (Yuwono, 2013).
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses
perbanyakan sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses
pertumbuhan sel atau perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan
genetik dikenal sebagai proses replikasi. Replikasi bahan genetik dapat
dikatakan sebagai proses yang mengawali pertumbuhan sel, meskipun
sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak proses yang saling
berkaitan satu sama lain. Replikasi bahan genetik diikuti oleh pembentukan
sel-sel anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh
karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat
mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat sel anakan (Yuwono, 2005).
Pada transkripsi sinte-sa mRNA (messenger RNA) dari DNA template
dilakukan oleh enzim RNA polymerase. Mula-mula RNA po-lymerase
berikatan dengan bagi-an DNA template yang disebut promotor. Kemudian
RNA poly-merase akan bergerak dengan a-rah 5‟→3‟, transkripsi akan di-
mulai pada tempat yang disebut initiation site dan berakhir pada termination
site. Sedangkan translasi (atau sintesa protein) adalah proses penerjemahan
“bahasa” asam nukleat (mRNA) menjadi “ba-hasa” protein oleh ribosom dan
tRNA. Mula-mula ribosom dan tRNA akan berikatan pada start codon (urutan
basa nukleotida: AUG) di mRNA. Kemudian a-kan terjadi elongasi dan
berakhir pada stop codon. Satu segmen DNA yang mengkode suatu pro-tein
disebut open reading frame (orf).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Sentral Dogma?


2. Bagaimanakah pembagian serta tahapan dari Sentral Dogma
3. Apakah yang dimaksud dengan replikasi? Bagaimanakah tahap dari
replikasi?
4. Apakah yang dimaksud dengan transkripsi? Bagaimanakah tahap dari
transkripsi?
5. Apakah yang dimaksud dengan translasi? Bagaimanakah tahap dari
translasi?
6. Apa itu RNA coding dan noncoding?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Sentral Dogma serta tahapan nya.


2. untuk mengetahui pengertian dari replikasi serta tahapannya
3. untuk mengetahui pengertian dari transkripsi serta tahapannya
4. untuk mengetahui pengertian dari translasi serta tahapannya
5. untuk mengetahui pengertian dari RNA coding dan noncoding serta
contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sentral Dogma

Dogma sentral biologi menjelaskan mengenai proses perubahan gen dari


DNA menjadi RNA, dan RNA menjadi protein. Dogma ini menjelaskan
bagaimana proses pembacaan materi genetik menjadi protein yang berperan di
setiap tahap metabolisme di dalam tubuh suatu organisme (Bettelheim et al,
1984) Sebagai pernbawa informasi genetika, DNA rnempunyai dua fungsi
utama: 1) rnembuat kopi yang tepat dari pada dirinya sendiri pada waktu
proses repllkasi atau duplikasi dan 2) rneneruskan koda-koda informasi yang
dimiliki ke.nRNA (tnessenger RNA) pada waktu proses transkripsi. Dengan
demikian mRNA kelaknya dapat menterjemahkan (mengtranslasikan)
informasi-informasi "bahasa dalam 4 huruf" dari pada asam nukleat ke dalam
"bahasa dalam 24 huruf" darl pada protein. Konsep ini (gambar 1) merupakan
dasar yang terkenal sebagai Dogma Sentral yang dlkemukakan oleh Crick (2)
pada tahun 1958 (Soedigdo, 1973). Dogma yang berlaku universal ini
menyatakan bahwa sekali informasi telah diteruskan menjadi protein, maka
tidak dapat dikembalikan menjadi bentuk asalnya (DNA). Aliran informasi
dari asam nukleat ke asam nukleat memang memungkinkan, tetapi aliran
informasi dari protein ke asam nukleat atau dari protein ke protein tidak
memungkinkan. Dogma sentral terdiri dari tiga tahap yaitu replikasi,
transkripsi dan translasi. Tahap replikasi dilakukan untuk memasok DNA pada
setiap organisme, sedangkan tahap transkripsi bertujuan untuk menulis ulang
DNA dalam bentuk mRNA (messenger RNA). Tahap translasi untuk
menterjemahkan mRNA tersebut menjadi suatu protein (Yuwono, 2013).
Replikasi Secara umum, replikasi bahan genetik merupakan proses
pengkopian rangkaian molekul bahan genetik (DNA atau RNA) sehingga
dihasilkan molekul anakan yang sangat identik. Meskipun konsep dasar
replikasi antara struktur bahan genetik yang satu dengan yang lainnya adalah
serupa, namun diketahui ada banyak perbedaan dalam hal mekanisme
rincinya. Sebagai contoh, bahan genetik yang berupa molekul RNA
mempunyai mekanisme replikasi rinci yang berbeda dengan replikasi molekul
DNA. Pada kelompok virus, misalnya , replikasi bahan genetiknya terjadi di
dalam sel inang yang sebenarnya merupakan jasad hidup yang lain dari jasad
virus itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena virus merupakan jasad parasit
obligat. Di lain pihak, replikasi DNA pada prokaryot dan eukaryot terjadi di
dalam sel jasad hidup yang bersangkutan. Selain itu perbedaan struktural
molekul bahan genetik, misalnya antara DNA lingkar (Circular DNA) dengan
DNA linear juga berimplikasi pada perbedaan mekanisme replikasi (Yuwono,
2005). Beberapa hipotesa diajukan untuk menjelaskan proses sintesa/replikasi
DNA ini yaitu model konservatif, semikonservatif dan dispersif. Pada model
konservatif disintesa masing-masing satu untai lama dan satu untai baru,
kemudian kedua untai tersebut mensintesa komplemennya. Model ini tidak
sesuai dengan struktur DNA yang ada. Demikian pula model dispersif, tidak
mungkin terjadi sintesa secara berselang-seling antar yang lama dan yang baru
semacam suatu hybrid. Sifat komplementer pada model DNA untai ganda
(double helix) dari Watson dan Crick memberi kesan bahwa replikasi DNA
terjadi secara semikonsevatif. Dengan demikian, jika masing-masing untai
pada molekul induk DNA untai ganda terpisah dari komplemennya saat
replikasi, setiap bagian tersebut akan berfungsi sebagai cetakan (template),
yang dengan cetakan ini disintesis sebuah untai komplementer yang baru
(Yuwono, 2013)
Replikasi DNA dimulai pada tempat-tempat khusus yang disebut pangkal
replikasi (origin of replication). Pangkal replikasi yaitu satu bagian DNA yang
mempunyai urutan nukleotida yang spesifik . Protein yang memulai replikasi
DNA mengenali urutan ini dan menempel pada DNA, memisahkan kedua
untaian dan membuka sebuah „gelembung‟ replikasi. Tahap pembukaan DNA
untai ganda dikatalis oleh 3 macam enzim yaitu :
1. Helikase adalah sejenis enzim yang berfungsi membuka untai ganda di
cabang replikasi, dan memisahkan kedua untai lama.
2. Enzim untai destabilizing protein , atau single stranded DNA binding
protein (SSB), molekul dari protein pengikat untai tunggal kemudian berjajar
disepanjang untai-untai lama yang tidak berpasangan menjaga agar untai-untai
ini tetap terpisah selama mereka bertindak sebagai cetakan untuk sintesis
untai-untai komplementer yang baru
3. DNA girase, enzim ini mengkatalis pembukaan untai ganda sebelum proses
replikasi dimulai. Replikasi DNA kemudian berjalan dalam dua arah sampai
seluruh molekul tersebut disalin. Setiap kromosom eukariot mempunyai
ratusan atau ribuan pangkal replikasi. Gelembung replikasi terbentuk dan
akhirnya menyatu, sehingga mempercepat penyalinan molekul DNA yang
sangat panjang ini. Di setiap ujung gelembung replikasi terdapat cabang
replikasi (replication fork), suatu daerah berbentuk huruf Y dimana untai
DNA baru mulai memanjang (Yuwono, 2013).
Terdapat beberapa komponen-komponen penting dalam replikasi
DNA. Replikasi bahan genetik ditentukan oleh beberapa komponen utama,
yaitu:
1) DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2) molekul deoksi ribonukleotida yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP.
Deoksi ribonukleotida terdiri atas tiga omponen yaitu basa purin atau
pirimidin, gula 5-karbon (deoksiribosa) dan gugus fosfat.
3) enzim polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalisis proses
polimerasi nukelotida menjadi untaian DNA. Pada bakteri Escherichia coli
terdapat tiga macam DNA polimerase yaitu DNA polimerase I, DNA
polimerase II dan DNA polimerase III. Pada jasad eukaryot terdapat lima
macam DNA polimerase yaitu DNA polimerase α, DNA polimerase δ,
DNA polimerase ε, DNA polimerase β dan DNA polimerase γ.
4) Enzim primase yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk
memulai replikasi DNA. Pada bakteri E. Coli kompleks enzim ini disebut
primosom yang terdiri atas beberapa macam protein.
5) enzim pembuka ikatan untaian DNA induk, yaitu helikase dan enzim
lain yang membantu proses tersebut yaitu enzim girase.
6) molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka
yaitu protein SSB (single strand bonding protein).
7) enzim DNA ligase yaitu suatu enzim yang berdungsi untuk
menyambung fragmen-fragmen DNA (Yuwono, 2005).
Enzim utama yang berpe-ran dalam replikasi adalah DNA
polymerase. DNA polymerase mensintesa DNA baru dengan arah 5‟→3‟.
DNA polymerase tidak dapat memulai pembuatan untaian DNA baru,
enzim ini hanya dapat menambahkan nukleotida pada 3‟-OH yang sudah
ada. Oleh karena itu, untuk memulai untai yang baru harus ada primer
(biasanya berupa RNA) di mana DNA polymerase dapat menempelkan
nukleotida yang pertama. Karena untaian DNA berpasangan secara anti-
paralel, maka pada untai di-mana pembentukan untai DNA barunya itu
dari 5‟ ke 3‟ akan terjadi sintesa DNA secara ber-sinambungan dan
disebut lead-ing strand, sedangkan pada untai yang lainnya akan terjadi
sintesa DNA dengan terputus-putus dan disebut lagging strand. Re-plikasi
dimulai pada tempat yang disebut ori (origin of repli-cation) dan berakhir
pada termi-nator (Lucianus, 2003).
Replikasi DNA berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
(1) denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk,
(2) peng-”awal”-an (initiation, inisiasi) sintesis DNA,
(3) pemanjangan untaian DNA,
(4) ligasi fragmen fragmen DNA, dan
(5) peng-“akhir”- an (termination, terminasi) sintesis DNA.
Sintesis untaian DNA baru akan dimulai setelah kedua DNA induk
terpisah membentuk garpu replikasi, pemisahan dilakukan oleh enzim
DNA helikase. Sintesis DNA berlangsung dengan orientasi 5‟-P→3‟-OH.
Oleh karena ada dua untaian DNA cetakan yang orientasinya berlawanan,
maka sintesis kedua untaian DNA baru juga berlangsung dengan arah
geometris yang berlawanan namun semuanya teteap dengan
orientasi5‟→3‟. Keadaan semacam ini menimbulkan perbedaan dalam hal
meanisme sintesis antara keua untaian DNA yang baru (Yuwono, 2005).
Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA
pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai
DNA ini dibantu oleh beberapa jenis protein yang dapat mengenali titik-
titik tersebut, dan juga protein yang mampu membuka pilinan rantai DNA.
Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA
polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah
terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut
berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah
membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi
rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini
berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah Pada model
replikasi biasa umumnya replikasi berlangsung ke satu arah sehingga
hanya ada satu untaian DNA awal dan satu untaian DNA lambat. Pada
kenyataannya telah diketahui bahwa replikasi juga dapat berlangsung ke
dua arah yang berlawanan, yiatu dikenal sebagai replikasi dua arah
(bidirectional replication). Dalam replikasi dua arah akan terbentuk dua
garpu replikasi yang bergerak ke arah yang berlawanan. Pada kedua garpu
replikasi tersebut juga terjadi sintesis DNA baru secara kontinu dan
diskontinu sehingga ada dua untaian DNA awal dan dua untaian DNA
lambat (Yuwono, 2005).
Inisiasi (peng-„awal‟-an) replikasi DNA adalah proses permulaan
sintesis untaian DNA yang sebelumnya didahului oleh sintesis molekul
primer. Proses inisiasi berlangsung dengan mekanisme yang berbeda
antara suatu jasad dengan jasad yang lain. Pada bakteri E. coli sintesis
primer dikatalisis oleh kompleks protein yang disebut primosom.
Primosom terdiri atas enzim primase/DnaG (berperan dalam sintesis
molekul primer). Protein PriA, PriB, PriC, DnaTm, DnaB dan DnaC. Pada
E. coli diketahui ada dua tipe atau sistem reaksi inisiasi, yaitu (1) sistem
фX dan (2) sistem oriC. Sistem фX adalah sistem inisiasi replikasi DNA
virus фX174, sedangkan sistem oriC aladah sistem inisiasi yang
melibatkan ori pada E. coli (Yuwono, 2005).
Struktur untai ganda ini akan mempengaruhi replikasi DNA. DNA
polimerase menambahkan nukleotida hanya pada ujung 3' yang bebas dari
untai DNA yang sedang terbentuk, tidak pernah pada ujung 5'. Jadi untai
DNA baru dapat memanjang hanya pada arah 5'→ 3'. Di sepanjang salah
satu untai cetakan, DNA polimerase dapat mensintesa untai komplementer
yang kontinu memanjangkan DNA yang baru dengan arah 5'→3'. Untai
DNA yang dibuat dengan metode ini disebut leading strand. Untuk
memanjangkan untai baru DNA yang lain, polimerase harus bekerja
disepanjang cetakan jauh dari cabang replikasi. Untai DNA yang disintesis
dalam arah ini disebut lagging strand. Berbeda dengan leading strand,
yang memanjang terus menerus, lagging strand pertama kali disintesis
sebagai serangkaian segmen. Potongan ini disebut fragmen Okazaki,
sesuai dengan nama ilmuwan Jepang yang menemukannya. Panjang
fragmenfragmen ini sekitar 100 sampai 200 nukleotida pada eukariot.
Proses ini mengandung satu untai utuh DNA anak mengikuti DNA induk
dan satu untai lagi fragmen berupa DNA anak. Fragmen anak ini
kemudian dirangkaikan menjadi satu untai utuh oleh enzim DNA ligase
sehingga akhirnya satu DNA untai ganda menghasilkan 2 DNA anak untai
ganda dan seterusnya (Yuwono, 2013).
Setelah dilakukan inisiasi dan polimerasi akhirnya proses replikasi
DNA akan diakhiri dengan proses terminasi atau pengakhiran replikasi.
Pada prokaryot replikasi genom berbentuk lingkar akan berakhir pada
waktu kedua garpu replikasi bertemu pada suatu titik namun pada eukaryot
keadaannya menjad lain karena struktur genomnya linear sehingga ada
komplikasi terminasi replikasi pada ujung-ujung kromosom. Titik tempat
pengakhiran replikasi disebut sisi terminasi. Pada E. coli ada enam sisi
terminasi yaitu TerA, TerB, TerC, TerD, TerE, dan TerF. Urutan
konsensus sisi terminasi adalah sebagai berikut
AATTAGTATGTTGTAACTAAANT. Urutan basa DNA tersebut
diperlukan untuk menghentikan garpu replikasi yang mendekati daerah
tersebut dari ujung 5‟ (Yuwono, 2005).
Kesalahan proses replikasi molekul DNA hanya terjadi satu dalam
1 miliar nukleotida, tetapi kesalahan pemasangan awal antara nukleotida
yang sudah ada pada untai cetakan dapat mencapai 100.000 kalinya atau
sebesar 10.000 pasang basa. Sel memiliki mekanisme reparasi yaitu
perbaikan salah pasang (mismatch repair ) yang akan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika DNA disalin. Selama replikasi
DNA, DNA polimerase sendirilah yang melakukan perbaikan salah-
pasang. Polimerase ini mengoreksi setiap nukleotida terhadap cetakannya
begitu nukleotida ditambah pada untaian. Dalam rangka mencari
nukleotida yang pasangannya tidak benar, polimerase memindahkan
nukleotida tersebut kemudian melanjutkan kembali sintesis. Protein lain
selain DNA polimerase juga melakukan perbaikan salah-pasang (Yuwono,
2013).
2.2 Transkripsi

Transkripsi merupakan tahapan penting dalam sintesis protein atau


ekspresi gen. Proses transkripsi terjadi pada nukleus (prokaryotik:
nukleoid) di mana DNA diterjemahkan menjadi kode-kode dalam bentuk
basa nitrogen membentuk rantai RNA yang bersifat single strain. Namun,
pada rantai RNA yang terbentuk basa Timin digantikan dengan basa
Urasil. Pada prokaryotik, rantai RNA langsung ditranslasikan sebelum
transkripsi selesai. Sedangkan pada eukaryotik, rantai di bawa menuju
sitoplasma (ribosom) untuk ditranslasi menjadi produk gen. Pembentukan
RNA pada proses transkripsi melibatkan enzim RNA polymerase. Fungsi
dasar kedua yang harus dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik
adalah fungsi fenotipik. Artinya, DNA harus mampu mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi individu organisme sehingga dihasilkan
suatu fenotipe tertentu. Fungsi ini dilaksanakan melalui ekspresi gen, yang
tahap pertamanya adalah proses transkripsi, yaitu perubahan urutan basa
molekul DNA menjadi urutan basa molekul RNA. Dengan perkataan lain,
transkripsi merupakan proses sintesis RNA menggunakan salah satu untai
molekul DNA sebagai cetakan (templat) nya (Warianto, 2011).
Transkripsi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
(a) Inisiasi (permulaan). Transkripsi diawali oleh promoter, yaitu daerah
DNA tempat RNA polimerase melekat. Promoter mencakup titik awal
transkripsi dan biasanya membentang beberapa pasang nukleotida di
depan titik awal tersebut. Fungsi promoter selain menentukan di mana
transkripsi dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua rantai ganda
DNA yang digunakan sebagai cetakan.
(b) Elongasi (pemanjangan). Ketika RNA bergerak di sepanjang DNA,
pilinan rantai ganda DNA tersebut terbuka secara berurutan kira-kira 10-
20 basa DNA. Enzim RNA polimerase menambahkan nukleotida ke ujung
3‟ dari molekul RNA yang dibentuk di sepanjang rantai ganda DNA.
Setelah sintesis RNA berlangsung, rantai ganda DNA akan terbetuk
kembali dan RNA baru akan terlepas dari cetakannya.
(c) Terminasi (pengakhiran). Transkripsi berlangsung hingga RNA
polimerase mentranskripsi urutan DNA yang dinamakan terminator.
Terminator merupakan urutan DNA yang berfungsi untuk mengakhiri
proses transkripsi. Pada prokariotik, transkripsi berhenti pada saat RNA
polimerase mencapai titik terminasi. Pada eukariotik, RNA polimerase
terus melewati titik terminasi, 10-35 nukleotida, RNA yang telah terbentuk
terlepas dari enzim tersebut (Kusnadi, 2010).
Interaksi antara RNA polimerase eukariot dan faktor transkripsi
merupakan suatu contoh betapa pentingnya interaksi protein-protein dalam
mengontrol transkripsi. Salah satu faktor transkripsi adalah TATA box.
Pada sel eukariot enzim yang mentranskripsi gen pengkode-protein
menjadi pra mRNA ialah RNA polimerase II. Enzim ini memulai sintesis
RNA pada promoter yang biasanya berupa TATA box yaitu suatu urutan
nukleotida TATAAAA. TATA ini terletak kira-kira 25 nukleotida
upstream jauhnya dari titik awal transkripsi. RNA polimerase II tidak
dapat mengenali TATA dan tanda-tanda khusus lain pada promoter.
Protein lain dari faktor transkripsi yang membantu mengenali TATA ini,
mengikatkan diri pada DNA sebelum RNA polimerase memulai
transkripsi (Yuwono, 2013).
Jika inisiasi berhasil, RNA polimerase melepaskan faktor s, dan
bersama-sama dengan DNA dan RNA nasen (RNA yang baru disintesis),
akan membentuk kompleks terner atau kompleks yang terdiri atas tiga
komponen. Dengan adanya kompleks terner ini RNA polimerase dapat
berjalan di sepanjang molekul DNA. Artinya, promoter akan
ditinggalkannya untuk kemudian ditempati oleh holoenzim RNA
polimerase berikutnya sehingga terjadi reinisiasi transkripsi. Bagian DNA
yang mengalami pembukaan heliks, atau disebut dengan gelembung
transkripsi (transcription bubble), akan terlihat bergeser di sepanjang
molekul DNA sejalan dengan gerakan RNA polimerase. Panjang bagian
DNA yang mengalami pembukaan heliks tersebut relatif konstan, yakni
sekitar 17 pb sedangkan ujung 5’ molekul RNA yang disintesis akan
membentuk heliks hibrid dengan pita antisens DNA sepanjang lebih
kurang 12 pb. Ukuran ini ternyata tidak mencapai satu putaran heliks.
RNA polimerase E. coli bergerak dengan kecepatan ratarata 40 nukleotida
per detik. Akan tetapi, angka ini dapat bervariasi sesuai dengan urutan
lokal DNA (urutan DNA yang telah dicapai oleh RNA polimerase). Tetap
dipertahankannya bagian DNA yang mengalami pembukaan heliks
menunjukkan bahwa RNA polimerase membuka heliks DNA di depan
gelembung transkripsi dan menutup heliks DNA di belakangnya. Dengan
demikian, heliks hibrid RNA-DNA harus berputar setiap kali terjadi
penambahan nukleotida pada RNA nasen (Warianto, 2011).
Satu gen tunggal dapat ditranskripsi secara simultan oleh beberapa
molekul RNA polimerase yang saling mengikuti seperti barisan truk dalam
satu konvoi. Untai RNA yang sedang tumbuh memperlihatkan jejak dari
setiap polimerase, dengan panjang setiap untai baru yang mencerminkan
sejauh mana enzim itu telah berjalan dari titik awalnya. Transkripsi
berlangsung sampai RNA polimerase menyalin urutan DNA yang disebut
terminator. Terminator merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi
sebagai sinyal pengakhiran transkripsi. Pada sel prokariot, transkripsi
biasanya berhenti tepat pada akhir sinyal terminasi. Ketika polimerase
mencapai titik tersebut polimerase melepas RNA dan DNA. Sebaliknya
pada sel eukariot transkripsi akan berhenti setelah polimerase melewati
sinyal terminasi yaitu suatu urutan AAUAAA di dalam pra-mRNA sejauh
kira-kira 10-35 nukleotida. Pra30 mRNA ini akan dipotong hingga terlepas
dari enzim tersebut. Tempat pemotongan pada RNA juga merupakan
tempat untuk penambahan ekor-poli A (Yuwono, 2013).
Terminasi menggunakan protein rho selain karena adanya struktur
tusuk konde, terminasi transkripsi dapat juga terjadi dengan bantuan suatu
protein khusus yang dinamakan protein rho (ρ). Rho merupakan protein
heksamer yang akan menghidrolisis ATP dengan adanya RNA untai
tunggal. Protein ini nampak terikat pada urutan sepanjang 72 basa pada
RNA, yang diduga lebih disebabkan oleh pengenalan suatu struktur
spesifik daripada karena adanya urutan konsensus. Rho bergerak di
sepanjang RNA nasen menuju kompleks transkripsi. Pada kompleks
transkripsi ini rho memungkinkan RNA polimerase untuk berhenti pada
sinyal terminator tertentu. Sinyalsinyal terminator ini, seperti halnya sinyal
terminator yang tidak bergantung kepada rho, lebih dikenali oleh RNA
daripada oleh DNA cetakannya. Adakalanya terminator tersebut juga
berupa struktur tusuk konde tetapi tidak dikuti oleh urutan poli U
(Warianto, 2011)

2.3 Translasi

Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada


pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang
menyusun suatu polipeptida atau protein. Perlu dipahami bahwa hanya
molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan rRNA dan tRNA tidak
ditranslasi. Molekul mRNA merupakan transkrip (salinan) urutan DNA
yang menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame),
kerangka baca terbuka). Molekul rRNA adalah salah satu molekul
penyusun ribosom, yakni organel tempat berlangsungnya sintesis protein,
sedangkan tRNA adalah pembawa asam-asam amino yang akan
disambungkan menjadi rantai polipeptida. Suatu ORF dicirikan oleh:
(1) kodon inisiasi translasi yaitu urutan ATG (pada DNA) atau AUG
(pada mRNA)
(2) serangkaian urutan nukleotida yang menyusun banyak kodon dan
(3) kodon terminasi translasi yaitu RAA (UAA pada mRNA), TAG (UAG
pada mRNA) atau TGA (UGA pada mRNA) perlu diingat bahwa pada
RNA tidak ada basa thymine (T) melainkan dalam bentuk uracil (U)
(Yuwono, 2013).
Translasi berlangsung di dalam sitoplasma dan ribosom. Translasi
merupakan proses penterjemaahan sutu kode genetik menjadi protein yang
sesuai. Kode genetik tersebut berupa kodon di sepanjang molekul RNAd,
sebagai penterjemaahnya RNAt. RNAt membawa asam amino dari
stoplasma ke ribosom. Molekul RNAt membawa asam amino spesifik
pada salah satu ujungnya yang sesuai dengan triplet nukleotida pada ujung
RNAt lainnya yang disebut antikodon. Misalnya, perhatikan kodon RNAd
UUU yang ditranslasi sebagai asam amino fenilalanin. RNAt pembawa
fenilalanin mempunyai antikodon AAA yang komplemen dengan UUU
agar terjadi reaksi penambahan fenilalanin pada rantai polipeptida
sebelumnya. RNAt yang mengikat diri pada kodon RNAd harus membawa
asam amino yang sesuai ke dalam ribosom. Melekatnya asam amino pada
RNAt dibantu oleh enzim aminoasil-RNAt sintetase (aminoacyl-tRNA
synthetase). Ribosom memudahkan pelekatan antara antikodon RNAt
dengan kodon RNAd selama sintesis protein. Ribososm tersususn atas
subunit besar dan subunit kecil yang dibangun oleh protein-protein dan
molekul-molekul RNAt (Kusnadi, 2010).
Kita dapat membagi translasi menjadi 3 tahap yaitu insiasi,
elongasi dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor
protein yang membantu mRNA, tRNA dan ribosom selama proses
translasi. Untuk inisiasi dan elongasi rantai dibutuhkan sejumlah energi
yang disediakan oleh GTP (guanin triphospat) yaitu suatu molekul yang
mirip ATP. Tahap inisiasi dari translasi membawa bersama-sama mRNA,
sebuah tRNA yang memuat asam amino pertama dari polipeptida, dan dua
subunit ribosom. Pertama subunit ribosom kecil mengikatkan diri pada
mRNA dan tRNA inisiator khusus. Pada tahap elongasi, asam-asam amino
ditambahkan satu persatu pada asam amino pertama. Tiap penambahan
melibatkan partisipasi beberapa protein yang disebut faktor elongasi dan
terjadi dalam siklus tiga tahap yaitu:
1. Pengenalan kodon. Kodon mRNA pada tempat A dari ribosom
membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul tRNA yang baru
masuk yang membawa asam amino yang tepat. Faktor elongasi membawa
tRNA ke tempat A. Langkah ini juga membutuhkan hidrolisis GTP.
2. Pembentukan ikatan peptida. Molekul rRNA dari subunit ribosom
besar, berfungsi sebagai ribozim, mengkatalis pembentukan ikatan peptida
yang menggabungkan polipeptida yang memanjang dari tempat P ke asam
amino yang baru tiba di tempat A. Pada tahap ini, polipeptida memisahkan
diri dari tRNA tempat pelekatannya semula, dan asam amino pada ujung
karboksilnya berikatan dengan asam amino yang dibawa oleh tRNA di
tempat A.
3. Translokasi. Molekul tRNA di tempat A, sekarang terikat pada
polipeptida yang sedang tumbuh, ditranslokasikan ke tempat P. Saat RNA
berpindah tempat, antikodonnya tetap berikatan dengan hidrogen pada
kodon mRNA; mRNA bergerak bersama -sama dengan antikodon ini dan
membawa kodon berikutnya untuk ditranslasi pada tempat A. Sementara t
RNA yang tadinya berada pada tempat P bergerak ketempat E dan dari
tempat ini keluar dari ribosom. Langkah translokasi membutuhkan energi
yang disediakan oleh hidrolisis GTP. mRNA bergerak melalui ribosom ke
satu arah saja, mulai dari ujung 5' hal ini sama dengan ribosom yang
bergerak 5'→3' pada mRNA. Hal yang penting disini adalah ribosom dan
mRNA bergerak relatif satu sama lain, dengan arah yang sama, kodon
demi kodon. Siklus Elongasi menghabiskan waktu kurang dari 1/10 detik
dan terus diulang saat tiap asam amino ditambahkan pada rantai hingga
polipeptidanya lengkap.
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon
terminasi (UAA, UGA, UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A
pada ribosom. Dalam keadaan normal tidak ada aminoasil-tRNA yang
membawa asam amino sesuai dengan ketiga kodon tersebut. oleh karena
itu, jika ribosom mencapai salah satu dari ketiga kodon terminasi tersebut,
maka proses translasi berakhir. Pada E. coli ketiga sinyal penghentian
proses translasi tersebut dikenali oleh suatu protein yang disebut release
factors (RF) misalnya RF1 yang mengenali kodon UAA atau UAG atau
RF2 yang mengenali kodon UAA atau UGA. Sebaliknya pada eukaryot
hanya ada satu release factor yaitu eRF yang mengenali ketiga kodon
terminasi tersebut (Yuwono, 2005).

2.4 Coding dan Non Coding RNA

Gena adalah unit heriditas suatu organisme hidup. Gen ini dikode
dalam material genetik organisme, yang kita kenal sebagai molekul DNA,
atau RNA pada beberapa virus, dan ekspresinya dipengaruhi oleh
lingkungan internal atau eksternal seperti perkembangan fisik atau
perilaku dari organisme itu. Gena tersusun atas daerah urutan basa
nukleotida baik yang mengkode suatu informasi genetik (coding-gene
region as exon) dan juga daerah yang tidak mengkode informasi genetik
(non-coding-gene region as intron), hal ini penting untuk pembentukan
suatu protein yang fungsinya diperlukan ditingkat sel, jaringan, organ atau
organisme secara keseluruhan. Menurut penelitian Jacob dan Monod
(1961). mengidentifikasi peranan molekul antara yang labil keberadaannya
maka terbangun suatu hubungan konsepsional penterjemahan informasi
dari urutan basa DNA ke dalam urutan asam amino protein atau struktur
primer protein. Pada proses transkripsi menghasilkan tiga jenis RNA yaitu
mRNA (massengerRNA), tRNA (transfer RNA), rRNA (ribosomal RNA).
dalam pembagian berdasarkan fungsinya terdapat 2 pembagian utama
yaitu coding RNA dan non-coding RNA. Berikut adalah bagan dari
pembagian total RNA :
Coding RNA terdiri dari transkripton dan hanya terdiri dari satu
kelas molekul yaitu: Messenger RNA (mRNAs), yang mentraskrip gen
pengkode protein dan karenanya ditranslasi menjadi protein dalam tahapan
selanjutnya pada ekspresi genom. mRNA ini sendiri berfungsi sebagai
cetakan dalam sintesis protein, dan hanya mRNA yang akan diterjemahkan
dalam protein, selain itu mRNA juga memiliki umur yang sangat pendek
yaitu akan segera terdegradasi setelah sintesis. Tipe yang kedua dari RNA
adalah non-coding, ada dua tipe yaitu:
1. Transfer RNA (tRNA) yaitu molekul kecil yang terlibat dalam dalam
sintesis protein.tRNA membawa asam amino dalam bentuk yang di
aktifkan ke dalam ribosom untuk pembentukan ikatan peptida dalam suatu
urutan yang ditentukan oleh mRNA sebagai cetakan.
2. Ribosomal RNA (rRNA) merupakan salah satu komponen utama
Ribosom dan merupakan tipe RNA yang jumlahnya paling melimpah
dalam sel serta menyusun sekitar 80% dari total RNA pada bakteri yang
sedang aktif membelah. molekul ini merupakan struktur tempat
berlangsungnya sintesis protein. Eukariot mempunyai tipe non-coding
RNA lain yang distribusinya lebih terbatas, dan RNA non-codingnya
pendek. tipe RNA non-coding ini biasanya di bagi dalam 3 kategori sesuai
dengan lokasi utamanya di dalam sel yaitu : ·Small nuclear RNA
(snRNA), disebut juga U-RNA karena kaya akan nukleotida uridin yang
terlibat dalam pemrosesan mRNA. ·Small nucleolar RNA (snoRNA), yang
berperan penting dalam pemrosesan molekul rRNA.
Small cytoplasmic RNA (scRNA), merupakan kelompok molekul
yang sebagian fungsinya sudah diketahui dan sebagian lagi masih misteri.
Perbedaan antara coding RNA dan non-coding RNA adalah :
1. Pada coding RNA terdiri dari transkripton dan hanya terdiri dari dari
satu kelas molekul yaitu : Messenger RNA (mRNAs) sedangkan pada non-
coding RNA baik pada prokariot maupun eukariot terdapat dua tipe yaitu:
Ribosomal RNA (rRNA) dan Transfer RNA (tRNA).
2. mRNA, tRNA maupun rRNA sama-sama berperan dalam proses
translasi tetapi hanya mRNA yang diterjemahkan dalam protein.
3. mRNA berfungsi sebagai cetakan sintesis protein, dan tRNA berfungsi
sebagai pembawa asam amino ke ribosom untuk dirangakai dengan urutan
yang sesuai dengan sekuens nukleotida pada mRNA yang sedang di
translasi, sedangkan rRNA merupakan komponen penyusun ribosom yang
merupakan struktur tempat berlangsungnya sintesis protein.
4. pada RNA non-coding yang lebih terbatas distribusinya di bagi menjadi
3 kategori sesuai dengan lokasi utamanya dalam sel yaitu: small nuclear
RNA (snRNA), small nukeolar RNA (snoRNA), small cytoplasmic RNA
(scRNA) (Brown, 2000).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sentral Dogma adalah proses penyimpanan dan pemindahan
informasi genetik melalui 3 tahap yaitu replikasi, transkripsi dan
translasi.
2. Replikasi adalah proses pengkopian rangkaian molekul bahan
genetik (DNA atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan
yang sangat identik.
3. Tahapan proses replikasi diantaranya adalah denaturasi
(pemisahan) untaian DNA induk, inisiasi (sintesis DNA),
pemanjangan untaian DNA, ligasi fragmen-fragmen DNA dan
terminasi (sintesis DNA)
4. Transkripsi adalah proses sintesis protein dimana DNA
diterjemahkan menjadi kode-kode dalam bentuk basa nitrogen
membentuk rantai RNA yang bersifat single strain.
5. Tahapan dalam proses transkripsi diantaranya adalah inisiasi,
elongasi dan terminasi.
6. Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada
pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang
menyusun suatu polipeptida atau protein.
7. Tahapan dalam proses translasi diantaranya adalah inisiasi,
elongasi dan terminasi.
8. Dalam pembagian berdasarkan fungsinya terdapat 2 pembagian
utama yaitu coding RNA dan non-coding RNA. Coding RNA
terdiri dari transkripton dan hanya terdiri dari satu kelas molekul
yaitu messenger RNA (mRNAs), sedangkan non coding RNA
terdiri dari tRNA dan rRNA.
3.2 Saran
Adapun saran untuk makalah ini adalah sebaiknya penjelasan
mengenai Sentral Dogma lebih diperbanyak kembali dan uraian tahapan
tahapan dalam sentral dogma yang lebih diperjelas.
DAFTAR PUSTAKA

Bettelheim, F.A., & Landesberg, J. 1984. Laboratory Experiments for


General, Organic, & Biochemistry. (edisi keempat). John Wiley & Sons
Inc. New Jersey.
Brown, T. A. 2000. Genomes. 2nd edition. Department of Biomolecular
Sciences, UMIST. Manchester. UK
Greenspan, F.S dan Baxter, J.D. 1994. Basic and Clinical Endocrinology.
Appleton and Lange. USA.
Kusnaidi. 2010. Substansi Genetika. Direktori FPMIPA UPI. Bandung.
Lucinus, J. 2003. Induksi Genetika Molekular Virus. JKM vol. 3 No. 1.
UK. Maranatha. Bandung.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes and V.W. Rodwell. 2000.
Biokimia Harper. Edisi 25. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Soedigdo, P. 1973. Tinjauan Ulang Mengenai Biokimia DNA Dan RNA
Serta Biosintesa Protein. Proceedings ITB Vol. 7, No. 2. ITB. Bandung.
Yuwono. 2013. Bioinformatika: Sebuah Pengantar. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Palembang.
Yuwono, Tribowo. 2005. Biologi Molekular. Erlangga. Jakarta.
Warianto, C. 2011. Transkripsi pada Prokaryotik. Repository Unair.
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai