ITS Undergraduate 14281 Paper 972094 PDF
ITS Undergraduate 14281 Paper 972094 PDF
Dosen Pembimbing :
Prof.Dr.Ir. I.G.P Raka, M.Sc
Dr.Techn. Pujo Aji, ST,.MT
0
PERENCANAAN JEMBATAN PRATEKAN PADA SIMPANG SUSUN AKSES TOL
SURABAYA-MOJOKERTO DI SISI MOJOKERTO DENGAN BALOK MENERUS I
GIRDER
ABSTRAK
Dalam tugas akhir ini dilakukan perencanaan jembatan pada akses tol Surabaya-Mojokerto disisi Mojokerto
dengan I girder sebagai struktur utamanya. Panjang sungai yang menjadi rintangan ini mencapai 80 meter. Lebar
jembatan yang direncanakan 2 lajur 1 arah, dengan lebar per arah 3,5 meter. Disisi kanan kiri jalan terdapat
concrete barrier dengan lebar 0,6 meter.
Perencanaan ini dimulai dengan pengumpulan data-data teknis yang diperlukan dalam perencanaan. Kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan jembatan, perumusan tujuan perencanaan,
pembahasan, dan dasar-dasar perencanaan yang mengacu pada peraturan perencanaan jembatan RSNI T-02-
2005, SNI T-12-2004, dan ASTM A-416. setelah itu barulah dilakukan preliminary design dengan menentukan
dimensi-dimensi utama jembatan. Pada tahap awal perencanaan dilakukan perhitungan terhadap struktur
sekunder jembatan seperti : pagar pembatas dan lantai kendaraan yang nantinya akan digunakan untuk analisa
beban yang terjadi. Analisa beban yang terjadi seperti : analisa berat sendiri, beban mati tambahan, beban lalu
lintas, dan analisa pengaruh waktu seperti creep dan kehilangan gaya prategang. Kemudian dari hasil analisa
tersebut dilakukan kontrol tegangan yang terjadi pada struktur. Tahap yang terakhir dari perencanaan ini adalah
perencanaan perletakan.
Akhir dari perencanaan ini adalah didapat bentuk dan dimensi penampang I girder yang mampu menahan
beban-beban yang bekerja pada jembatan, sehingga didapat suatu struktur jembatan yang aman.
1
melalui proses stressing sebelum dibebani. 3. Teknik pelaksanaan dibahas hanya secara
Ternyata teknik tersebut cukup efektif karena selain umum.
beton dapat memikul beban yang lebih besar dari 1.4 Tujuan
sebelumnya dan dapat memperkecil berat Adapun tujuan utama yang ingin dicapai,
sendirinya dan ukuran penampangnya. Hal ini jelas yaitu dapat merencanakan sebuah jembatan batang
sangat menguntungkan dunia konstruksi karena menerus dengan tiga tumpuan yang sesuai dengan
volume bahan dapat dikurangi sehingga berat profil SNI T-12-2004 dan RSNI T-02-2005
menjadi lebih ringan dan beban struktur atas yang 1.5 Manfaat
dipikulkan ke pondasi juga menjadi lebih kecil. Adapun manfaat dari tugas akhir ini yaitu
Pada jembatan akses tol ini menggunakan :
struktur beton pratekan tipe I statis tak tentu. Terhubungnya akses jalan tol disisi
Struktur beton pratekan lebih ekonomis, karena Mojokerto yang melewati rintangan
pada beban dan bentang yang sama dapat sungai dengan jembatan I girder
digunakan profil girder yang lebih kecil. Hal ini prestressed dengan system batang
karena pada beton pratekan memanfaatkan momen menerus.
sekunder akibat gaya prategang untuk 1.6 Lokasi
mengimbangi momen yang ditimbulkan akibat Adapun lokasi yang akan dijadikan tempat
beban luar. Penggunaan struktur statis tak tentu studi adalah sebagai berikut :
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan
dibanding struktur statis tertentu. Kelebihan
tersebut diantaranya adalah momen lentur yang
dihasilkan lebih kecil sehingga defleksinya
berkurang dan penampang juga jauh lebih kecil.
Penggunaan profil I Girder karena dianggap mudah
dalam proses pembuatan dan pelaksanaan di
lapangan. Jadi pemilihan alternatif struktur bagian
atas jembatan tol tersebut dengan menggunakan
beton pratekan I statis tak tentu karena dianggap
lebih efisien dan mudah dalam pelaksanaannya di
lapangan.
I.2 Permasalahan
Merujuk pada latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya, permasalahan yang
Gambar 1.1 Lokasi Proyek
dapat dikemukakan :
1. Bagaimana menentukan skema
BAB II
pembebanan terhadap struktur jembatan ?
TINJAUAN PUSTAKA
2. Bagaimana analisa perhitungan kekuatan
profil untuk menahan gaya-gaya yang
2.1 Jembatan
bekerja ?
2.1.1 Umum
3. Bagaimana menganalisa kehilangan gaya
Jembatan adalah bagian jalan yang
prategang yang terjadi pada balok I girder
berfungsi untuk menghubungkan antara dua jalan
prestressed ?
yang terpisah karena suatu rintangan seperti sungai,
4. Bagimana mengontrol desain balok
lembah, laut, jalan raya, dan rel kereta api.
pratekan tipe I terhadap kekuatan dan
Jembatan sangat vital fungsinya terhadap
kestabilan struktur ?
kehidupan manusia, dan mempunyai arti penting
5. Bagaimana menuangkan hasil desain dan
bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat
analisa ke dalam bentuk gambar teknik ?
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang,
6. Bagaimana dengan metode pelaksanaan
sehingga akan menjadi suatu bahan studi yang
dari I girder prestressed dengan system
menarik (Bambang supriyadi,2007)
balok menerus?
7.
2.1.2 Tipe Jembatan
1.3 Batasan masalah
Konstruksi jembatan busur.
Lingkup bahasan dan pengerjaan dibatasi
Konstruksi jembatan perletakan sederhana
pada :
Konstruksi jembatan baja.
1. Jembatan yang diperhitungkan bangunan
Konstruksi jembatan cable stayed
atas (struktur primer dan sekunder) dan
Konstruksi jembatan beton prategang.
bawah.
Konstruksi jembatan balok menerus.
2. Tidak merencanakan tebal perkerasan dan
Konstruksi jembatan gantung.
design jalan pendekat jembatan.
Konstruksi jembatan Box Girder.
2
Aksi ini terbagi beberapa kelompok menurut
2.1.3 Pemilihan Tipe Jembatan sumber, yaitu :
Aspek-aspek pemilihan tipe jembatan ( Arie 1. Beban Lalu-lintas :
Irianto dan Reza Febriano, 2008) : • Beban Lajur D
Kekuatan dan stabilitas struktur. • Beban Truk T
Ekonomis. • Gaya Rem
Kenyamanan. • Beban Tumbukan
Durabilitas ( keawetan dan kelayakan 2. Aksi Lingkungan
jangka panjang). • Beban Angin
Hemat pemeliharaan. • Pengaruh Gempa
Estetika.
• Pengaruh Temperatur
Dampak lingkungan pada tingkat yang
• Tekanan Hidrostatis dan Gaya
wajar/minimal.
Apung
Kemudahan dan kecepatan pelaksanaan
• Aliran Air, Benda Hanyutan
• Penurunan
Bentang (m) Tipe Jembatan 3. AksiAksi-aksi lainnya
5-25 Gelagar • Gesekan pada Perletakan
15-40 Gelagar Prestressed I • Pengaruh Getaran
30-60 Gelagar Box Prismatic Section • Beban pelaksanaan
60-200 Box Free Cantilever
2.5 Beton Prategang
50-250 Pelengkung Beton pratekan adalah beton yang
40-400 Rangka mengalami tegangan internal dengan besar (akibat
100-250 Cable-Stayed stressing) dan distribusi sedemikian rupa sehingga
100-2000 Gantung dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
1500-3500 Hybrid ( Gantung plus Cable-Stayed) yang terjadi akibat beban eksternal. (T.Y Lin).
Tabel 2.1 Tabel type jembatan
2.5.1 Jenis Beton Prategang
2.2 Peraturan Desain Struktur Jembatan Sistem Pratarik ( Pretension ).
1. Standard Pembebanan untuk jembatan, Metode sistem prategang dimana tendon-
RSNI 2005 Bina Marga Dep. PU. tendon ditarik sebelum beton di cor.
2. Perencanaan Struktur Beton Untuk Sistem Pascatarik ( Posttension).
Jembatan, SNI T-12-2004 Badan Sistem prategang dimana kabel ditarik setelah
Standardisasi Nasional beton mengeras. Metode ini dapat dipakai pada
3. Spesifikasi ASTM A-416 elemen-elemen baik beton pracetak(precast)
atau beton yang dicetak di tempat (cast in situ).
2.3 Sifat dan Karakteristik Baja prategang
Di dalam perencanaan (konstruksi), kita 2.5.2 Gaya Prategang
perlu mengetahui sifat – sifat material yang akan MT
F=T=
digunakan (baja), sehingga dapat dihasilkan 0 ,65h
perencanaan yang optimum Dimana : MT = Momen total.
h = tinggi balok.
2.4 Spesifikasi Pembebanan Pada Struktur
Utama Jembatan 2.5.3 Metode Sistem Prategang
Turunnya curah hujan pada suatu areal lahan Sistem Pratarik ( Pretension ), metode sistem
a. Aksi Tetap prategang dimana strand ditarik sebelum
Aksi yang bekerja sepanjang waktu dan beton di cor.
bersumber pada sifat bahan jembatan, cara Sistem Pascatarik ( Posttension), Sistem
jembatan dibangun dan bangunan lain yang prategang dimana strand ditarik setelah beton
mungkin menempel pada jembatan. Yang mengeras. Metode ini dapat dipakai pada
termasuk aksi ini adalah : elemen-elemen baik beton pracetak(precast)
• Beban sendiri atau beton yang dicetak di tempat (cast in
• Beban mati situ).
• Pengaruh prategang
• Pengaruh susut dan rangkak 2.5.4 Kehilangan Gaya Prategang
• Tekanan tanah Kehilangan gaya prategang dapat
b. Aksi Transient disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
Aksi ini bekerja dengan waktu yang (Edward G.Nawy) :
pendek, walaupun mungkin terjadi seringkali. - Perpendekan elastis beton.
3
- Rangkak. Desain jembatan menggunakan struktur beton
- Susut. prategang sebagai struktur utamanya dengan
- Relaksasi tendon. bentang 2x40 meter.
- Friksi.
- Pengangkeran. 3.3 Perencanaa Struktur Atas Jembatan
3.3.1 Pelat Lantai Kendaraan
BAB III Beban yang digunakan dalam perencanaan
METODOLOGI lantai kendaraan, antara lain :
Beban lajur ”D”
3.1 Flowchart pengerjaan Tugas Akhir Beban truk “T” = 100 kN.
Sedangkan untuk faktor beban dinamis
Berikut adalah diagram alir dari pengerjaan
(DLA) untuk
tugas akhir ini :
pembebanan truk = 0,3
Start Tebal aspal (d4) ≥ 5-8
Dipakai tebal aspal (d4) = 7 cm.
PENGUMPULAN DATA Tebal pelat beton (d3)
ambil yang
PERENCANAAN dan
STUDI LITERATUR Persyaratan : d3 ≥ 200 mm
d3 ≥ 100 + 40 (b1) mm
terbesar
DESAIN AWAL Faktor beban yang digunakan dalam
JEMBATAN perencanaan ini mengacu pada peraturan
RSNI T-02-2005
PERENCANAAN
STRUKTUR ATAS
Faktor beban berat sendiri KuMS (beton
pracetak)= 1,2 (RSNI T-02-2005 pasal 5.2).
5
PERENCANAAN
STRUKTUR BAWAH Faktor beban KuTT (muatan Truk) = 1,8
(RSNI T-02-2005
DESAIN PERLETAKAN pasal 6.4).
a. Perhitungan Momen Arah Melintang
NOT OK (Mx)
Akibat beban mati
KONTROL
DESAIN
OK
Akibat beban hidup
b. Penulangan Pada Arah Melintang
DESAIN AKHIR
ρ min < ρ perlu < ρ max
JEMBATAN AS = ρ × b × d mm2
METODE PELAKSANAAN c. Kontrol Geser Pons
Berdasarkan peraturan perencanaan
teknik jembatan (SNI T-12-2004 pasal
GAMBAR KERJA
5.6-2) dan (SNI T-12-2004 pasal 5.6-4).
Menentukan gaya
Komponen Horizontal, sebagai reaksi akibat
gaya rem kendaraan.
a. Beban lajur ”D”
Beban lajur ”D” terdiri dari beban tersebar
merata (UDL) yang digabung dengan beban
garis (KEL)
Beban terbagi rata (UDL) mempunyai intensitas
q kpa, dimana besarnya q tergantung pada
panjang total yang dibebani (L) seperti berikut :
L ≤ 30 m ; q = 8 Kpa
15
L > 30 m ; q = 8 0,5 + Kpa.
L
b. Beban truk ”T”
c. Faktor beban dinamis
Faktor beban dinamis untuk KEL pada beban
lajur ”D” tergantung pada panjang bentang,
sebagai berikut :
- Bentang (L) ≤ 50 m ; DLA = 0,4
- 50 ≤ bentang (L) ≤ 90 m ; DLA =
0,525 – 0,0025 L
- Bentang (L) ≥ 90 m ; DLA = 0,3
Faktor beban dinamis untuk beban truk ”T”,
DLA diambil 0,3. Penyebaran beban lajur ”D”
harus disusun sedemikian rupa sehingga
diperoleh momen maksimum.
d. Gaya rem
Panjang (L) ≤ 80 m ; Gaya rem = 250 kN
Gambar 3.2 Flowchart prosedur pengerjaan 80 ≤ panjang (L) ≤ 180 m ; Gaya rem = 2,5 L
balok memanjang + 50
Panjang (L) ≥ 180 m; Gaya rem = 500 kN
3.4 Pembebanan
Pembebanan berdasarkan pada muatan dan 3.4.3 Aksi Lingkungan
aksi-aksi yang terjadi pada jembatan berdasarkan a. Penurunan
peraturan yang ada dalam BMS tahun 1992. Alsi- b. Beban angin
aksi ( beban,perpindahan dan pengaruh lainnya) TEW = 0,0006 × Cw × (VW)2 × Ab (Satuan dalam
dikelompokan menurut sumbernya kedalam kN ).
beberapa kelompok, yaitu : c Beban Gempa
Aksi tetap. TEQ = Kh × I × WT
Beban lalu-lintas.
Aksi lingkungan ( angin, hujan, gempa, dsb.) Dimana : Kh = C × S
Aksi-aksi lainnya.
Berdasarkan lamanya bekerja, aksi dibedakan 3.5 Perencanaan Perletakan
menjadi 2, yaitu : Pemilihan ukuran perletakan bisa
Aksi tetap : aksi yang bekerja sepanjang didapatkan dari Tabel K8 pada BMS 1992 yaitu
waktu atau pada jangka waktu yang lama. hal K8-18
Aksi transient : aksi yang bekerja dalam
jangka waktu yang pendek. 3.5.1 Kontrol Perletakan
Perletakan yang dipakai untuk perencanaan
3.4.1 Aksi dan Beban Tetap harus memenuhi semua kontrol sesuai perumusan
a. Berat sendiri dan beban mati tambahan. BMS BDM hal 7-17 sebagai berikut :
b. Pengaruh penyusutan dan rangkak. 1. Faktor bentuk berada 4 ≤ s ≤ 12
c. Pengaruh prategang S= Ar
d. Pengaruh tetap pelaksanaan P * te
2. Jumlah tegangan tekan, perputaran, dan
3.4.2 Beban Lalu Lintas geser
Komponen vertikal, sebagai reaksi dari berat Esc + Est + Esh = Et ≤ 2,6
kendaraan. √6
3. Pembatasan regangan geser
5
Esh = 0,7 bila Aeff ≥ 0.9 A 4.1 Data Teknis Perencanaan
Esh = 2. Aeff _ 1,1 bila 0,9 A ≥ Aeff ≥ 4.1.1 Data-data jembatan :
A 0,8 A • Bentang jembatan : 2 x 40 m
4. Luas tumpuan eff min Aeff ≥ 0,8 A • Lantai kendaraan :
5. Mencegah lelah khusus pada jembatan - 2 lajur 1 arah
Escl ≤ 1,4 √ 0,69 - lebar lajur lalu lintas 2 x 3,5 m
G - lebar bahu luar 2,5 m
6. Stabilitas perletakan dalam tekan - lebar bahu dalam 1 m
Vmax = 2bGs • Concrete barier : 2 x 0.5 m (1 m)
Aeff 3t • Lebar melintang jembatan:
7. Tebal minimum ts dari pelat baja yang (2x3,5)+2,5+1+(2x0,5) = 11,5 m
tertanam dalam perletakan • Perencanaan dimensi girder sesuai dengan
te ≤ 3 Vmax t1 tabel WIKA :
Ar . fy o Panjang girde : 40 m
8.Tahanan gesekan tidak cukup dan tahanan o Jarak balok melintang : 1,85 m
mekanis gesekan diperlukan bila : o Dimensi girder berdasarkan tabel
H ≥ 0,1 (Vmax + Aeff x 103) untuk semua WIKA dengan H210 class B
kombinasi beban
- Beda angin
- Pengaruh susut dan suhu
Qijin = 1 x 40 x N x Ab + N x As
5
Efisiensi tiang dalam kelompok
Eff = 1 – θ (m-1)n + (n-1)m B a lo k p ra te g a n g
P ie r H e a d
90.m.n
Beban maksimum tiang pancang
P = V ± Mx .y ± My.x ≤ Qijin 1 tiang kel Gambar 4.3 Tata letak untuk balok menerus
n ∑ y2 ∑ x2 sebagian
BAB IV 4.1.2 Data-data Bahan
PRELIMINARY DESIGN 4.1.2.1 Beton
• Kuat tekan beton pratekan (f’c) = 40 Mpa
6
• Kuat tekan beton untuk bangunan bawah = 100 x 106 Mpa
(f’c) = 30 Mpa Dalam perencanaan concrete barrier momen
• Kuat tekan beton untuk struktur sekunder nominal(Mn) didapat dari :
(f’c) = 30 Mpa Mu ≤ φ Mn
4.1.2.2 Baja 100 x 106 ≤ 0.8 Mn
• Mutu baja pratekan yang digunakan kabel
jenis strand seven wires stress relieved (7 100 × 106
Mn = = 125 x106 Mpa
kawat untaian), grade 270, Astrand = 98,71 0,8
mm2. Data-data :
• Mutu baja yang digunakan untuk • Bw=1500 mm (segmen barrier 1,5 m)
penulangan bangunan bawah adalah baja
• h = 500 mm
dengan mutu (fy) = 290 Mpa.
• d’ = 30 mm
• Mutu baja yang digunakan untuk
• d = 470 mm
penulangan bangunan sekunder adalah baja
dengan mutu (fy) = 250 Mpa • fy = 250 Mpa
• f’c = 30 Mpa
4.1.3 Peraturan struktur : • D Tulangan = 16 mm, As’
• Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 200,96 mm2
RSNI T-02-2005 • D Sengkang =` 10 mm, As’’
• Peraturan Struktur Beton Untuk Jembatan 78,5 mm2
SNI T-12-2004
• ASTM A-416
Perhitungan :
S la b
Mu 100×10 6
Rn = = =
φ ×b× d 2
0,8 ×1500× 4702
Gambar 4.4 Rencana dimensi concrete barrier
0,377 Mpa
P ult = 100 kN fy 250
m = = = 9,8
0,85 fc' 0,85 × 30
ρ min = 1, 4 = 1,4 = 0,0056
fy 250
P ult = 100 kN ρbalance = 0 ,85 × fc' × β1 × 600
fy 600 + fy
Gambar 4.5 Asumsi beban P (RSNI T-02-
2005 Ps. 6.10) 0,85 × 30 × 0,85 600
= ×
250 600 + 250
P ult = 100 kN = 0,061
H = 1,00 m
Momen ultimate (Mu) =P ult x H
ρ max = 0,75 × ρbalance
=100 x 1,00 = 0,75 × 0,061= 0,046
= 100 kNm
7
•
ρ perlu 1 2 × m × Rn Berat aspal
= 1 − 1 − • Berat lantai kendaraan.
m fy
• Berat concrete barrier.
= • Berat alat penyambung dan utilitas
sebesar 10% dari beban mati jembatan
1 2 × 9,8 × 0,377
1 − 1 − = 0,00152
9,8 250
bahu luar lajur lalu lintas lajur lalu lintas
bahu dalam
As = ρmin × b × d
barrier
slab
= 0,0056 × 1500 × 470 diafragma
25
25 /2
45 20
25 /2
25/2 50 25/2
8
Lebar jalan : -aspal = 10.5 m
-lantai kendaraan = 11.5 m
• Beban Angin
Type Bangunan Atas V V
Masif Koef. Cw
b/d = 1 2.1
b/d = 2 1.5
b/d = 6 1.25 IV IV
9
No Elemen Berat Jenis Volume (m3) Berat (kg) Berdasarkan RSNI T-02-2005 ps.6.4.1 gambar
(kg/m3) 7 dinyatakan beban truk adalah sebesar 112,5
1 I Girder (1girder) 2500 30.54 76350 kN/roda yang setara dengan truk semi trailer
2 Balok melintang 2400 4x(1.65x0.2x1.6) 5068.8 dimana jarak antara 2 as belakang truk dapat
3 Utilitas 10% ∑(1) 7635 diubah-ubah antara 4 – 9 m, guna mendapatkan
4 Air hujan 1000 0.05 x 1.85x40 3700 pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.
5 Aspal 2200 1.85 x 0.05x40 8140 DLA = 40% (truk)
6 Lantai Kendaraan 2400 1.85 x 0.25x40 44400
Beban Mati = 169165
5.2.2.4 Beban Rem
Tabel 5.3 Perhitungan beban mati
Berdasarkan RSNI T-02-2005 ps.6.7 gambar 9
Beban 1-3 dianalisa sebagai berat sendiri yaitu (qd1) diperoleh untuk bentang 40 m, maka gaya rem
= 89054 kg =890.54 kN = 22.3 kN/m , sedangkan yang terjadi sebesar 100 kN.
beban 6 di inputkan sebagai beban terbagi rata
(qd2) = 44400 kg = 444 kN = 11.1 kN/m 5.2.3 Beban Angin
5.2.3.1 Beban Angin pada I girder
5.2.2 Beban Hidup Gaya nominal dan gaya layan jembatan sangat
5.2.2.1 Beban beban terbagi rata (BTR) dari bergantung kepada kecepatan angin rencana
beban D sebagai berikut:
Beban terbagi rata UDL mempunyai intensitas (kN)
q kPa. Dimana besarnya q tergantung pada panjang (RSNI T-02-2005pasal 7.6.2)
total yang dibebani. Untuk bentang jembatan yang Dimana :
lebih dari 30 m besarnya q adalah sebagai berikut : Vw =30 m/s > 5 km dari pantai (ultimate)
Cw = b/d = 11,5/(2,1 + 1) = 3.6 < 6
q=9 kPa (RSNI T-02-2005 ps 6.3.1.2) Maka Cw dapat diinterpolasi linier. Dari tabel 5.1
didapat
Karena bentang jembatan yang direncanakan
Cw = 1,4
sepanjang 80 m, maka nilai q adalah :
Ab = (2,1 + 1) x 80 = 248 m2
q=9 kPa TEW = 0.0006 x 1.4 x 302 x 248 = 187,488 kN
q = 6.1875 kPa = 6.1875 kN/m2 5.2.3.2 Beban Angin tambahan akibat
Kendaraan pada Jembatan
Lebar lajur pada jembatan ini adalah 2@3,5 m Beban angin tambahan akibat kendaraan pada
per arah, ditambah dengan bahu dalam dan bahu jembatan di hitung berdasarkan rumus 2.7 pada
luar secara berturut-turut lebarnya 1m dan 2.5m. BMS 92’:
jembatan ini terpisah menjadi 2 jembatan yang Tew = 0,0012 Cw (Vw)2 kN/m (RSNI T-02-
berbeda. Jadi dalam perencanaan ini tidak ada 2005pasal 7.6.4)
median jalan yang digunakan. Dimana, nilai Cw dan Vw sama dengan diatas
maka:
5.2.2.2 Beban garis (BGT) dari beban D Tew = 0,0012 x 1,4 x 302
Besar beban garis yang direncanakan Tew = 1,512 kN/m
berdasarkan RSNI T-02-2005 6.3.1.3 adalah 49
kN/m. jembatan terdiri dari 2 jalur, setiap jalur 5.2.4 Beban Gempa
memiliki lebar 2@3,5 m, jadi besarnya beban P • Beban Gempa (RSNI T-02-2005 ps.7.7.1)
untuk setiap jalur adalah : Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada
P = (49 x 5,5) + (50% x 49 x 1,5) = 306,25 keadaan batas ultimate. Dan untuk beban rencana
kN/jalur gempa minimum diperoleh dari rumus berikut :
Untuk bentang menerus, panjang bentang T’EQ = Kh . I . WT
ekivalen diberikan: Dan
(RSNI T-02- Kh = C . S
Dimana :
2005 pasal 6.6.3)
T’EQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang
m ditinjau (kN)
Dari gambar 6.3 RSNI T-02-2005 6.3.1.3 Kh= Koefisien beban gempa horizontal
diperoleh DLA sebesar 40%, jadi beban KEL total C= Koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan
adalah : kondisi setempat yang sesuai (RSNI T-02-2005
P = 1,4 x 306,25 = 428,75 kN/jalur gambar 14)
I= Faktor kepentingan (RSNI T-02-2005 tabel 32)
5.2.2.3 Beban Truk S= Faktor tipe bangunan (RSNI T-02-2005 tabel
33)
10
WT= Berat total nominal bangunan yang • Akibat beban hidup (beban terbagi rata dan
mempengaruhi percepatan gempa diambil sebagai beban garis terpusat) kombinasi 2
beban mati ditambah beban mati tambahan ( kN ) P = 428.75kN
Spesifikasi lokasi sebagai berikut : ql= 9.1475 kN/m
- Jembatan Akses tol Surabaya Mojokerto
termasuk pada zona 2. RA L=40m RB RC
- Tanah sedang (medium soil)
- Periode waktu getar ”T” = 1 detik Gambar 5.11 Gambar beban akibat beban hidup
- Sehingga kombinasi 2
- C = 0,1 Titik A B B C
Batang AB BA BC CB
- I = 1,2 Faktor distribusi -1 -0.5 -0.5 -1
- S = 3 (type C, fully prestressed) Faktor induksi 0.5 0.5 0.5 0.5
- Kh = C x S Momen primer 336.345 -336.345 121.97 -121.97
Momen distribusi -336.345 107.18 107.18 121.97
= 0,1 x 3 = 0,3 Momen induksi 53.6 -168.17 60.98 53.6
- Teq = Kh x I x Wt Momen distribusi -53.6 53.6 53.6 -53.6
= 0,3 x 1,2 x 1691,65 Momen induksi 26.8 -26.8 -26.8 26.8
= 609 kN Momen distribusi -26.8 26.8 26.8 -26.8
Momen induksi 13.4 -13.4 -13.4 13.4
Momen distribusi -13.4 13.4 13.4 -13.4
5.3 Perhitungan Momen Momen akhir 0 -343.73 343.73 0
5.3.1 Perhitungan Momen Simple Beam
• Akibat berat sendiri gelagar(beban girder dan Tabel 5.5 Perhitungan momen akhir akibat beban
diafragma hidup kombinasi 2
qdl=22.3 kN/m
• Akibat beban hidup (beban terbagi rata dan
beban garis terpusat) kombinasi 3
RA L=40m RB P = 428.75kN
ql= 9.1475 kN/m
11
• Karakteristik profil yang digunakan sesudah
komposit
V V
IV IV
(b)
Gambar 5.18 Desain balok memanjang sesudah
komposit pada tengah bentang
Yb = = = 148.67 cm
Wb = = = 570846.71 cm3
Ka = = = 46.09 cm
Ya = = = 86.33
Wa = = = 983069.54
(c) Kb = = = 79.38 cm
Grafik 5.3 Momen envelope (a)kombinasi 1,
(b)kombinasi 2, (c)kombinasi 3. 5.5 Menentukan Gaya Prategang yang Terjadi
a. Saat transfer/ jacking
5.4 Analisa penampang Tarik :
• Karakteristik profil yang digunakan
sebelum komposit fct = 0,33 x (SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.1.2)
fct = 0,33 x = 2.087 Mpa = -20.87 kg/cm2
Tekan :
fcc = 0,6 x f’c (SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.1.3)
fcc= 0,6 x 40 = 24 Mpa = 240 kg/cm2
V V
b. Saat service
Tekan :
fcc = 0,45 x f’c (SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.2.1)
= 0,45 x 40 = 18 Mpa = 180 kg/cm2
Tarik :
IV IV
fct = 0,5 x (SNI T-12-2004 pasal 4.4.1.2.3)
fct = 0,5 x = 3,16 Mpa = 31.6 kg/cm2
Ya = = = 107.3 -20.87 = – +
Wa = = = 326854.2 -20.87 = 0.000131 Fo – 0.00028 Fo + 136.45
Fo = 1030696 kg = 10307 kN
Ka = = = 44.69 cm
12
- Tegangan pada serat bawah - Fpe = 70% x Fpu
fb = + - = 70% x 18600
= 13020 kg/cm2 = 130.2 kN/cm2
240 = + - Aps = = = 70.1 cm2
+ + + + = + < OK!
+ - - + (a) (b) + -
Gambar 5.25 Jenis angker hidup (a) dan angker
120.59 250.11 130.7 65.05 174.95 240 mati (b) yang digunakan
Gambar 5.20 Diagram tegangan akibat berat
sendiri gelagar + beban mati (kg/cm2) 5.9 Kehilangan gaya prategang
5.9.1 Kehilangan pratekan akibat perpendekan
- Saat beban layan (Mg+Md+Ml) elastis
49.39 49.39 180 -Kehilangan gaya prategang dapat dihitung dengan
102.5 221.95 136.45 67.92 + + 120 127.84 rumus : n × Fo
- + + + ∆. fs = + +
+ + + + + = + < OK..! Ac
(Lyn, T.Y., Burns, Ned H., Desain Struktur Beton
+ - - - - Prategang, Jilid I, Edisi ketiga, halaman
- 98)
102.5 212.59 130. 65.05 85.06 34.28 31.6 102.5 212.59 130.7 65.
Gambar 5.21 Gambar diagram tegangan pada saat maka kehilangan prategang yang terjadi :
beban layan (kg/cm2) fpu = 18600 kg/cm2
Dari kontrol tegangan dapat digunakan Fo = fpe = 0.7 x 18600 = 13020 kg/cm2
920689 kg = 9206.89 kN 284.4
Es = x100% = 2.1%
13020
5.8 Perhitungan tendon
5.9.2 Kehilangan pratekan akibat rangkak
5.8.1 Perencanaan banyaknya tendon
beton
Pada perencanaan balok beton pratekan, jenis dan
Persamaan yang digunakan :
karakteristik kabel yang digunakan adalah sebagai
⋅ ( fcir − fcds )
Es
berikut : CR = KCR ⋅
- Uncoated seven wire stress relieved strand grade Ec
270 ASTM A416 (Lyn, T.Y., Burns, Ned H., Desain Struktur Beton
- Diameter nominal = 12.7 mm Prategang, Jilid I, Edisi ketiga, halaman 107)
- Luas penampang nominal (AI) = 100 mm2 jadi presentase kehilangan pratekan akibat
- Modulus elastisitas (Es) = 1.9E6 kg/cm2 creep :
- Tegangan putus baja =18600 kg/cm2 %CR = x 100% = 10.4 %
- Besar gaya pratekan untuk 1 kabel(fpe) adalah
70% dari tegangan putus baja
13
5.9.3 Kehilangan pratekan akibat susut beton 5.11.1 Kontrol terhadap momen batas (Mu)
persamaan yang digunakan yaitu : Syarat balok untuk dapat mencapai keadaan aman
SH = εSH ⋅ KSH ⋅ Es apabila :
Mn > Mu
(Lyn, T.Y., Burns, Ned H., Desain Struktur Beton Dimana :
Prategang, Jilid I, Edisi ketiga, halaman 108) = Faktor reduksi
dimana : Mn = Momen nominal
v
εSH = 8.2 ⋅106 ⋅ 1 − 0.06 ⋅ ⋅ (100 − RH ) Mu = Momen batas = 1.2 MD + 1.6 ML
s Aps = 70 cm2
(0.06 digunakan apabila v/s dalam satuan inchi d = 210 – 20 – (0.5x8.4) = 185.8 cm
jika dalam cm dikali 0.0236) Aps 70
jadi presentase kehilangan pratekan : ρp = = = 0.001982
%SH = x 100% = 1.6 %
bxd 190 x185.8
fpu
fps = fpu ⋅ 1 − 0.5 ⋅ ρp ⋅
5.9.4 Kehilangan pratekan akibat relaksasi f ' c 18600
Persamaan yang digunakan : fps = 18600 ⋅ 1 − 0 . 5 ⋅ 0 . 001982 ⋅ = 17742 . 5 kg / cm
RE = [K RE − J ⋅ (SH + CR + ES )]⋅ C 400
ρp ⋅ fps 0.001882.17742.5
(Lyn, T.Y., Burns, Ned H., Desain Struktur Beton ωp = = = 0.09 < 0.3
Prategang, Jilid I, Edisi ketiga, halaman 110)
f .....
' OK !
c 400
• Jadi presentase kehilangan pratekan :
%RE = x 100% = 6.13 % (Lyn, T.Y., Burns, Ned H., Desain Struktur Beton
Prategang, Jilid I, Edisi ketiga, halaman 162)
Sehingga total kehilangan pratekan dari kondisi
transfer sampai kondisi beban bekerja, yaitu : • Daerah tekan beton (Lyn, T.Y., Burns, Ned H.,
• Di tengah bentang Desain Struktur Beton Prategang, Jilid I, Edisi
∆ = ΕS + CR + SH + RE ketiga, halaman 162)
= 2.18% + 10.4% + 1.6% + 6.13% T ' = Aps ⋅ fps = 70.17742.5 = 1241974kg
= 20.31 %
5.10.5 Perhitungan tulangan geser C ' = 0.85 ⋅ f ' c ⋅b ⋅ a = 0.85.400.190.a
Rumus penulangan geser yang digunakan yaitu: Disubtitusi antara persamaan T’=C’ maka
didapat: Aps ⋅ fps 1241974
Av ⋅ fy ⋅ d a= = = 19.23
S= (SNI T-12-2004 pasal 6.8.10.3.a) 0.85 ⋅ f ' c ⋅b 0.85.400.190
Vs
Dimana : S = Jarak sengkang
Av = Luas sengkang
fy = tegangan leleh tulangan a < t plat ≈ 19.23 cm < 25 cm ….OK !!
d = tinggi balok • Momen nominal
Vs = Vn – Vc, Vn = Vu/ • Momen nominal pada flens
Vc =Vcw atau Vci a
(lapangan) Mn flens = Apw × fps × d −
Digunakan diameter tulangan = 22 mm Dimana : 2
Av = 0.25 x x d2 = 0.25 x x 222 = 3.7994
cm2 Apw = Aps − Apf
fy = 2900 kg/cm2 0.85× f 'c ×(b − bw) × hf 0.85× 400× (80− 20) × 25
d = 2100 mm Apf = =
Tulangan pada tengah bentang fps 17742.5
- Tulangan lapangan
Dari tabel 5.27 (Vu/jarak 20m didapat Apf = 22.99cm2
650.4471 kN. Dari perhitungan Vci 20 m didapat
Apw = 70 − 22 .99 = 47 .01cm 2
762.5 kN
Vu luas flens precast
Vs = − Vci = 650.447 − 762.5 = −112.05kN a = hf +
φ lebar flens precast
Karena kekuatan beton melebihi kekuatan geser (( 20 × 80 ) + ( 2 ( 0 .5 × 30 × 12 ))
maka tidak diperlukan tulangan geser. a = 25 +
20
5.11 Perhitungan Momen batas dan Momen a = 46 cm
46
retak Mn flens = 47 .01 × 17742 .5 × 185 .8 − = 135771118 kg .cm
2
14
Ab = (26.5 x 26,5)-(0.25 x 3.14 x 8.42) = 646.83
cm2
Ab’ = 27 x 70 = 1890 cm2
• Momen nominal pada pelat/slab • Saat jacking
hf
Mn slab = 0 . 85 × fc '× (b − bw ) × hf × d − Ab' 1890
2 Fcp = 0.8 ⋅ fci − 0.20 = 0.8 × (0.65× 40). − 0.2 = 34.32Mpa
Ab 646.83
Mn slab = 0 . 85 × 400 × (80 − 20 ) × 20 × 185 . 8 −
25
Fcp = 1.25 fci = 32.5 Mpa
2
Fcp yang digunakan = 32.5 Mpa
Mn slab = 71726400 kgcm - Kontrol
• Momen Nominal total Fo/Ab = 12489850 / 763500 = 16.36 Mpa
Fo/Ab < Fcp...OK!!
Mn total = Mn flens + Mn slab • Saat service
16
1.51 N/mm2 ≤ 15 N/mm2…..OK
d. Persyaratan stabilitas perletakan (BMS
pasal 8.3.6.5)
Perletakan Laminasi, 4 < S < 12
≤
≤ 3≥
3 ≥ 0.023 ..... OK
≤ f. Persyaratan penahan perletakan (BMS
1.6996 N/mm2 ≤ 46.53 N/mm2 ….OK pasal 8.3.6.7)
e. Persyaratan tebal minimum pelat baja (BMS - Kombinasi beban
pasal 8.3.6.6) H < 0.1 (Vmax + 3 x Aeff x 0.001)
Tebal pelat baja (ts) = 5 mm dengan BJ 44 dan 190.3 < 0.1 (334.2 + 3 x 310954 x 0.001 )
fy = 2800 MPa 190.3 < 191.43 …OK
ts ≤ te = 3 - Beban permanen
5 ≤ 3 jadi yang menentukan adalah te = 3
≥ 2 Mpa
te ≥ 2.54 ≥ 2 Mpa ... OK
Jadi elastomer berukuran 600x600 mm2 dapat
3≥ digunakan.
3 ≥ 0.024 ..... OK
f. Persyaratan penahan perletakan (BMS 6.2 Perencanaan Abutmen
pasal 8.3.6.7) 6.2.1 Data umum perencanaan
- Kombinasi beban Panjang bentang : 80 m
H < 0.1 (Vmax + 3 x Aeff x 0.001) Lebar jalan : 10.5 m
120.3 < 0.1 (528.5 + 3 x 310954 x 0.001 ) Tebal lantai beton : 0.25 m
120.3 < 124 …OK Tebal lapisan aspal : 0.05 m
- Beban permanen Lebar concrete barrier : 0.5 m
Lebar Jembatan Total : 11.5 m
≥ 2 Mpa Mutu baja : BJ 37 ( fy =
2.1675 ≥ 2 Mpa ... OK 240 Mpa, fu = 370 Mpa )
Jadi elastomer berukuran 500x500 mm2 dapat Mutu beton : fc’ = 30 Mpa ,
digunakan fy = 320 Mpa
Zone gempa : 2
6.1.3.2 Kontrol elastomer pada pilar Kekuatan angin : > 5 km dari
a. Faktor bentuk (Berdasarkan BMS pasal 8.3.5) pantai
6.2.2 Dimensi Abutment
Dalam perencanaan abutment atau kepala
jembatan digunakan tipe pilecap untuk tumpuan A
Perletakan Laminasi, 4 < S < 12 dan C. Karena jarak bentang simetris maka beban
yang dipikul abutment akan sama, sehingga hanya
dihitung satu sisi saja.
4 <10.18 < 12…..Ok1!
Persyaratan tegangan tekan rata-rata
(BMS pasal 8.3.6.2)
≤ 15 N/mm2
17
b. Beban horisontal
18
- Gaya geser
6
7 ΣEa-Ep = (239,2095 - 7,612192 ) =
5 4 231.597308 ton (←)
- Gaya penahan
[ (ΣW) Tg ό] = (2051,868 ) Tg (2/3 Ø)
3
6.2.5 Penulangan
Gambar 6.6 Perhitungan Momen Penahan 6.2.5.1 Penulangan kaki abutmen
dan Momen Guling
19
dari hasil perhitungan dapat digambar b = 1000 mm
sebagai berikut : Dicari m (perbandingan tegangan).....CHU –
tulangan lapangan arah x yang dipakai KIA WANG & CHARLES G. SALMON;
tulangan D25 – 100 mm ( As = 4548 Disain Beton Bertulang jilid 1 (3.8.4a)
mm2).Untuk lebih detailnya lihat gambar 6.8
Mn 239.44.10 7
Rn= = = 2.66 N/mm2
b × dx 2
1000 x947,5 2
= 1 1 − 1 − 2 × Rn × m
m fy
Gambar 6.8 Detail tulangan pelat arah x
= 1 2 × 2.66 × 11.37 = 0.0097
1 − 1 −
tulangan lapangan arah y yang dipakai
11.37 290
tulangan D25 – 100 mm ( As = 4417.866 As perlu = b.d
mm2) .Untuk lebih detailnya lihat gambar 6.9 = 0.0097. 1000 . 947,5 = 9190.75 mm2
1 1
As = xπxd 2 = xπx(25) 2 = 490,874mm 2
4 4
As perlu 9190.75
n= = = 18.72 ≈ 19 buah
As 490.874
Jadi tulangan tumpuan arah x yang dipakai
Gambar 6.9 Detail tulangan pelat arah y tulangan 19 D25 ( As = 9326.6 mm2)
20
Gambar 6.11 Momen terhadap titik A Ns = 20.725
Qp = qp . Ap = (Np . k) Ap
segment W (ton) X terhadap A Momen di A = (45.8 . 25) 0.19625 = 224.7 t
1 165.6 3.75 621
2 211.14 3.75 791.775
Qs = qs . As = (Ns/3 + 1)As
3 66.24 5.1 337.824 = (20.725/3+1)34.54 = 273.15 t
4 16.56 5.1 84.456 Ql = Qp + Qs
5 7.452 4.35 32.4162 = 224.7 t + 273.15 t = 497.85 t
6 23.184 4 92.736
7 12.98063 3.312 42.99183 Qu = QL/SF = QL/3
8 144.9 6.6 956.34 = 497.85/3 = 165.95 t
9 13.8 5.1 70.38 N = Q/Qu = 3019.61/165.95
10 48.3 5.1 246.33
Ea1 59.4405 4.3 255.59415
= 18.19 ≈ 18 tiang pancang.
Ea2 10.2 0.4 4.08 Jumlah Tiang pancang yang dipakai = 18
Ea3 124.825 3.13 390.70225 tiang pancang pada kedalaman 22 m
Ea4 42.84 0.4 17.136
Ea5 1.904 0.2667 0.5077968
6.2.6.3 Kontrol tiang pancang abutment
3944.269227 tm Beban maksimum tiang pancang :
Tabel 6.5 Perhitungan momen di titik A
abutment ∑ P Mx ∗ y max My ∗ x max
p max = + +
Menghitung gaya geser n ∑ y 2
∑ x2
Wt = berat pilar = 41.28 t Data perencanaan tiang pancang
Gaya geser Total Arah Memanjang n = 18
Σx2 = 2(6(2,75)2) = 90.75
Σy2= 2(3(0.952)+3(2.852)+ 3(4.752)) = 94.7625
Xmax = 2.75 m ; Ymax= 4.75 m
Diameter = 0.5 m = 50 cm
Gaya Geser Total Arah Melintang
21
6.3 Perencanaan Pilar
6.3.1 Umum
1
4 4
22
6.3.3.2 Penulangan dinding pilar
Dimensi Poer : b (panjang poer) = 11.5 m
t (tebal poer) = 1
Kontrol penampang :
Dimensi Poer : b (panjang poer) = 11.5 m h/b ≥ 0.3 (adalah sebagai balok)
t (tebal poer) = 1.2 m h/b ≤ 0.3 (adalah sebagai pelat)
Kontrol penampang 1 /11.5 = 0.087 (analisa sebagai pelat)
h/b ≥ 0.3 (adalah sebagai balok) Mutu beton f’c = 30 Mpa
h/b ≤ 0.3 (adalah sebagai pelat) Mutu baja tulangan fy = 290 Mpa
1.2/11.5 = 0.104 (analisa sebagai pelat)
Mutu beton f’c = 30 Mpa
Mutu baja tulangan fy = 290 Mpa
23
1 1 Mu 5 .02 .10 7
As= xπxd 2 = xπx(25) 2 = 490,874mm 2 Mn = = = 6.275.107 Nmm
4 4 φ 0 ,8
Jumlah tulangan yang dibutuhkan Mn 6 . 275 . 10 7 = 0.07 N/mm2
As perlu 4548 Rn= =
n = = = 9 . 27 ≈ 10 buah b × dx 2
1000 x 947 . 5 2
As 490 . 874
Jadi tulangan tumpuan arah x yang dipakai = 1 1 − 1 − 2 × Rn × m
m fy
tulangan D25 – 100 mm ( As = 4548 mm2)
1 2 × 0 . 07 × 11 . 37
= 1 − 1 −
- Lapangan 11 . 37 290
ly 11.5
= = 2.09 ≈ 2,1 , X =63 = 0.00024
lx 5.5 As perlu = b.d
Mtx = - 0,001 q. lx2. X = 0,0048 . 1000 . 947,5 = 4548 mm2
= - 0,001.16.59. 5.52. 63 = - 31.61 tm 1 1
Mu = 31.61 tm = 31.61x107 Nmm As= xπxd 2 = xπx(25) 2 = 490,874mm 2
4 4
Mu 31.61 . 10 7 7
Mn = = = 39.51x10 Nmm Jumlah tulangan yang dibutuhkan
φ 0 ,8
As perlu 4548
Mn 7 n = = = 9 . 26 ≈ 10 buah
Rn= = 3 9 . 51 x10 =0.44 N/mm2 As 490 . 874
b × dx 2
1000 x 947 . 5 2 Jadi tulangan lapangan arah y yang dipakai
= 1 1 − 1 − 2 × Rn × m tulangan D25 – 100 mm ( As = 4417.866
m fy
mm2) .Untuk lebih detailnya lihat gambar
6.19.
= 1 2 × 0 . 44 × 11 . 37
1 − 1 −
11 . 37 290
= 0.0015
As perlu = b.d
= 0,0048 . 1000 . 947,5
Gambar 6.19 Detail tulangan pelat arah y
= 4548 mm2
6.3.4 Perencanaan pondasi pilar
1 1
As= xπxd 2 = xπx(25) 2 = 490,874mm 2 6.3.4.1 Cek pondasi dangkal pilar
4 4 • Daya dukung tanah
Jumlah tulangan yang dibutuhkan qult = (1 – 0.2(B/L) γ B/2 Nγ + (1 + 0.2(B/L)
As perlu 4548 C Nc + γ D Nq
n = = = 9 . 27 ≈ 10 buah
As 490 . 874 = (1-0.2(5.5/11,5) (1,4) (5.5/2) (3.3) +
Jadi tulangan tumpuan arah x yang dipakai (1+0.2(5.5/11,5)
tulangan D25 – 100 mm ( As = 4548 (0,067) (14,4) + (1,4) (2) (6,14)
mm2).Untuk lebih detailnya lihat gambar = 11.49 + 1,05 + 17.192
6.18 = 29.732 ton/m2
• Menghitung momen terhadap titik O :
● Penulangan arah y
- Lapangan
ly 11.5
= = 2.09 ≈ 2.1 , X =10
2
lx 5.5
Mlx = + 0,001 q. lx2. X
= + 0,001.16.59. 5.52.10 = 5.02 tm
Mu = 5.02 tm = 5.02x107 Nmm
3
A
24
= 266.115 t
segmen γ(t/m3) t(m) l(m) A W Yo Mo A x Yo Qu = QL/SF = QL/3
1 2.4 0.8 2 1.6 3.84 9.6 36.864 15.36 = 266.115/3 = 88.705 t
2 2.4 8.8 1 8.8 21.12 5.2 109.82 45.76 N = Q/Qu = 1349.75/88.705
3 2.4 1.2 5.5 6.6 15.84 0.6 9.504 3.96 = 15.21 ≈ 16 tiang pancang.
4 2.4 0.4 0.5 0.2 0.48 9 4.32 1.8 Jumlah Tiang pancang yang dipakai = 16
Σ 17.2 41.28 160.51 66.88
tiang pancang pada kedalaman 10 m
Tabel 6.7 Perhitungan momen di titik A pilar
6.3.4.3 Kontrol tiang pancang pilar
Menghitung gaya geser
Wt = berat girder = 83.985 t
Gaya geser Total Arah Memanjang
25
7.2 Metode pelaksanaan struktur utama BAB VIII
RINGKASAN dan SARAN
Pemasanga
n Tul. 8.1 Ringkasan
geser Dari hasil perhitungan dan perencanaan
Balok Pengecoran
pratekan balok
jembatan akses tol Surabaya-Mojokerto dengan
dicetak pratekan beton pratekan tipe I diperoleh hasil-hasil sebagai
Pemasanga berikut :
n stell duct 1. Panjang total jembatan 80m dibagi menjadi 2
Jacking bentang masing-masing 40m+40m dengan
Fo lebar total jembatan 11.5 m
=9206KN (7m+2.5m+1m+1m).
Gelagar 2. Gelagar utama direncanakan sebanyak 6 buah
diletakkan Pengangkatan dengan jarak as ke as 1.85m.
di atas dengan 2 3. Concrete barrier dari beton dengan tulangan
bridge mobile crane
launching
14Ø16 dengan tinggi 1 m.
4. Pelat lantai kendaraan digunakan tebal 25 cm
5. Diafragma digunakan dimensi 165 x 127.5 x
Pemasanga 20cm3.
n 6. Gelagar utama L=40m, Fo = 9206.89kN
Diafragma
mengalami kehilangan prategang total sebesar
20.31% dengan jumlah strand 70 buah
Pemasangan slab- Dilakukan dipasang pada 4 tendon masing-masing
slab beton, pengecoran pada terdapat 18 strand.
Penulangan, struktur Sekunder
Pengecoran pelat jembatan 7. Lendutan total yang terjadi sebesar 1.05cm ( )
8. Dimensi elastomer bearing pad 500x500x105
mm3 untuk abutmen, sedangkan untuk pilar
berdimensi 600x600x105 mm3
9. Abutment direncanakan setinggi 7.8 m
ditumpu pondasi tiang pancang Ø 50 cm
sebanyak 18 tiang dengan kedalaman 22 m
10. Pilar direncanakan setinggi 10 m ditumpu
pondasi tiang pancang Ø 50 cm sebanyak 16
tiang dengan kedalaman 10 m
DAFTAR PUSTAKA
ASTM A-416
26
27