Anda di halaman 1dari 7

Take Home UTS

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Muhammad Salisul Khakim, S.IP.,M.Sc 

Disusun oleh :

Nama : Intan Vindi Ceylia

Nim/Kelas : 1810105119/B

Prodi DIII Kebidanan Jenjang Diploma

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas’Aisiyiyah Yogyakarta

Th 2020
1. Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahda

Pandangan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah,


berangkat dari tiga latar belakang utama :
Pertama, adanya kelompok-kelompok atau beberapa elemen masyarakat,
terutama masyarakat muslim yang masih mempersoalkan relasi antara Islam dengan
negara, dan mempersoalkan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Kedua, adanya realitas bahwa sebagai bangsa ini secara ideologis belum
merumuskan dengan sangat eksplisit dan membuat satu penjelasan akademik
mengenai negara Pancasila itu.
Ketiga, ada sebuah realitas dimana masyarakat Islam dianggap sebagai
ancaman terhadap negara Pancasila itu (Mu'ti, 2015). Terkait dengan tiga realitas
inilah kemudian Muhammadiyah perlu membuat suatu pernyataan bahwa secara
organisasi Muhammadiyah menerima Pancasila sebagai bentuk ideal, baik yang
bersifat filosofi maupun ideologis. Bahkan juga secara konstitusional dalam hal
berbangsa dan bernegara.
Darul Ahdi dimaknai sebagai negara kesepakatan. Dalam hal ini,
Muhammadiyah menegaskan bahwa adanya negara Pancasila itu merupakan satu
produk dari kesepakatan atau satu kompromi dari para tokoh pendiri bangsa. Sehingga
adanya Indonesia ini merupakan satu hasil dari gentlemen agreement dari para pendiri
bangsa, terutama mereka yang secara langsung terlibat dalam proses-proses
penyusunan dasar negara dan undang-undang dasar, baik dalam lembaga BPUPKI
maupun lembaga PPKI. Dan kesepakatan itulah yang melahirkan Indonesia seperti
sekarang ini.Oleh karena itu, Muhammadiyah dan warganya sebagai bagian dari
masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki komitmen untuk tetap menjaga agreement
itu. Tetap patuh terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh para pendiri
bangsa dalam hubungannya dengan bentuk negara kita yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sedangkan konsep darus syahadah(negara persaksian) dipahami Mu’ti (2015)
dalam tiga pandangan :
Pertama, Muhammadiyah dengan karakteristiknya yang ada berusaha untuk
menjadikan dirinya sebagai uswah atau sebagai model yang bisa menjadi referensi
bagi masyarakat. Dengan penegasan Indonesia sebagai darus syahadah atau negara
yang disaksikan, Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa dengan ajaran
Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah bisa menggiringnya ke dalam negara
Indonesia yang berkemajuan. Islam merupakan faktor determinan yang menentukan
karakter ke-Indonesia-an, karena mayoritas bangsa Indonesia ini adalah umat Islam.
Kedua, bahwa karakter umat Islam dan aktivitas dari ormas-ormas Islam itu
ditentukan oleh bagaimana mereka memahami ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena
itu, maka langkah awal untuk menjadikan Indonesia itu sebagai Darus Syahadah
dimulai dari upaya membangun mindset berpikir yang berkemajuan. Mindset itu akan
sangat berpengaruh pada karakter kepribadian yang berkemajuan, yang secara kultural
akan memiliki implikasi sosiologis yang luas terhadap terbentuknya komunitas di
tengah masyarakat yang berkemajuan.
Ketiga, selain yang sifatnya kultural, Muhammadiyah juga ingin terlibat dalam
proses-proses yang berkaitan dengan penyusunan undang-undang atau pelaksanaan
dari undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata
kelola penyelenggaraan negara maupun yang berhubungan dengan pembangunan
moral atau karakter bangsa.
Peran Mahasiswa : Belajar dan ikut andil dalam organisasi Muhammadiyah minimal
mengerti dan ikut berpartisipasi tentang kegiatan Muhammadiyah serta ikut
mengamalkan nilai-nilai islam.

2. Hubungan Filosofi Pancasila dalam menyelesaikan masalah Covid 19

 Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa

Antisipasi corona dengan mengisolasi sebagian daerah atau kampung adalah cara
umum yang sudah diterapkan oleh berbagai negara yang lebih dahulu terkena corona,
seperti negara Cina dan beberapa negara lainnya. Pengisolasian adalah salah satu cara
untuk antisipasi corona, namun kita sebagai negara yang memiliki asas yang kuat dan
luar biasa jangan sampai melupakan butir panca sila, sila pertama ketuhanan yang
maha esa. Sila pertama mengisyaratkan kepada rakyat Indonesia untuk selalu
menggantungkan segala keadaan dan aktivitasnya kepada tuhan yang maha pencipta.
Semua anak bangsa Indonesia adalah masyarakat yang beragama, baik Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan Kongwuchu. Semua masyarakat Indonesia mengakui
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa, tentu kita
mengakui kebesaranNya, dan apabila kita menghadapi masalah, selain kita berupaya
melakukan usaha – usaha mengatasinya, dengan kesadaran kita akan meminta
pertolongan Tuhan. Dan dengan kesadaran itu pula mari kita semua meminta
pertolongan kepada Tuhan YME melalui doa sesuai agamanya masing-masing,
supaya wabah Virus Corona / covid19 ini cepat teratasi dan tidak ada lagi dampak
yang ditimbulkan, Negara kita Indonesia cepat terbebas dari Virus corona / covid19.

 Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Virus corona / covid19 dalam penyebarannya “terlihat seperti adil”. Tidak melihat
status sosial masyarakat, tidak melihat strata pendidikan dan tidak melihat agama
yang dianut. Virus ini hanya menyerang manusia, tidak menyerang tumbuhan atau
hewan, walupun menurut beberapa ilmuwan kesehatan mengatakan sumbernya dari
hewan. Semua manusia dibelahan bumi dibuatnya “kalang kabut”, bahkan negara
super power seperti amerika pun dibuatnya tidak berkutik, begitu juga Negara maju
seperti Italia dan spanyol diluluhlantahkannya. Kita seperti diajarkan oleh virus ini
untuk berbuat Adil. Virus ini mengingatkan kita manusia yang mengaku beradab
untuk berbuat adil. Keadilan tentu letaknya ditangan penguasa. Penguasa yang bisa
memberikan keadilan dan rasa adil kepada masyarakatnya. Kita tidak perlu saling
mencari kesalahan, tidak menuding si A dan si B. Kita mesti meletakkan faktor
keadilan pada kemanusian, “Meskipun langit runtuh, keadilan harus tetapditegakkan”.
Apabila keadilan sudah bisa ditegakkan, maka keberadaban akan lahir dengan
sendirinya. sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang Adil dan beradab.

 Sila Ketiga :Persatuan Indonesia.

Seluruh negara – negara dunia menghimbau dan mengajak untuk bersatu melawan
virus corona/covid19. Presiden kita juga mengajak dan menginstruksikan seluruh
komponen bangsa untuk bersatu padu dalam menghadapi wabah virus corona ini.
Dengan Persatuan kekuatan akan terbentuk dengan persatuanlah beban berat akan
terasa ringan. Kita telah memiliki azas itu, dan bahkan sejarah telah membuktikan
dengan persatuan kita dapat mengusir penjajahan untuk kita bisa merdeka. Rasanya
virus ini pasti dapat kita kalahkan dengan persatuan seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan akan melahirkan Optimisme yang kuat.

 Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratyan/perwakilan.

Kepatuhan rakyat kepada pemimpin menjadi langkah yang baik dalam menghadapi
dan melawan virus corona. Perintah sosial distanching, lockdown dan sebagainya
adalah salah satu bentuk kepedulian pemimpin kepada rakyatnya. Langkah tersebut
adalah langkah yang efektif dalam pemutusan mata rantai penularan virus tersebut.
Partisipasi dan kepatuhan masyarakat adalah bagian dari perjuangan dalam melawan
wabah corona ini. Pemerintah diharapkan bijakasana dalam menghadapi wabah ini,
termasuk efek yang timbul oleh akibatnya, bisa dipastikan masyarakat banyak yang
kehilangan pendapatan bahkan bisa menimbulkan kelaparan.

 Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Semestinya virus corona / covid19 tidak perlu mengajarkan atau mengingatkan kita
tentang keadilan apalagi keadilan sosial kalau kita tidak lupa pada Pancasila yang
sudah kita sepakati sebagai azas negara.

Pelaksanakan sila kelima ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi wabah ini. Jangan
menonjolkan peran dalam menghadapi situasi ini, baik secara status sosial maupun
status-status lainnya. Situasi ini akan bisa kita hadapi dengan menimbulkan rasa yang
sama sebagai anak bangsa. Menonjolkan perbedaan status akan membuat
ketimpangan dan menjadikan kita lemah. Tidak akan ada pemimpin kalau tidak ada
rakyat, tidak akan ada kelompok kaya kalau tidak ada kelompok miskin.
Kebersamaan dalam situasi ini harus dilakukan. Pemimpin memperhatikan
masyarakatnya dan masyarakat patuh dan mendukung pemimpinnya. Kelompok kaya
dan kelompok miskin saling bantu membantu dengan rasa saling mencintai sebagai
saudara sebangsa se tanah air.
3. Upaya Pencegahan Korupsi di Tengah Wabah covid 19 :

Ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah praktik korupsi dana
bantuan bencana, termasuk dalam dana bantuan untuk penanganan virus corona yang
akan segera dikucurkan pemerintah ;

Pertama, pemerintah dan lembaga penegak hukum perlu memberikan peringatan


disertai sanksi tegas kepada pejabat yang melakukan korupsi dana bantuan bencana.
Strategi ini diharapkan dapat menekan niat korupsi dana bantuan bencana.

Kedua, pengelolaan dana bencana harus transparan dan akuntabel. Tiap instansi
yang terlibat dalam penanganan bencana harus mengumumkan secara terbuka
penggunaan anggaran dan bersedia diaudit secara berkala. Hal ini penting untuk
menghindari kecurigaan sekaligus menutup celah korupsi selama proyek dijalankan.

Ketiga, membuat suatu gugus tugas yang akan menerima pengaduan dari
masyarakat dan mengawasi penggunaan dana khusus bencana. KPK dan kepolisian
dapat saja membentuk tim gabungan untuk mengawasi penggunaan dana bencana
penanganan virus corona. Jika ditemukan korupsi, gugus tugas ini dapat langsung
melakukan proses penyelidikan untuk memberikan efek jera kepada koruptor dana
bencana, yang nantinya harus dituntut dan divonis dengan hukuman seberat-beratnya.
Daftar Pustaka

Http://Journal.uny.ac.id Jurnal Civics Volume 14 Nomor 2, Oktober 2017


https://www.swarnanews.co.id
https://kolom.tempo.co

Anda mungkin juga menyukai