Anda di halaman 1dari 14

BAB 6

PERSEPSI
TUJUAN
Setelah membaca Bab 6 ini,diharapkan anda:

1. Memahami pengertian dari dan proses persepsi

2. Dapat menerangkan macam-macam persepsi

3. Dapat menjelaskan proses terjadinya persepsi

4. Dapat menjelaskan faktor-faktor dan syarat-syarat agar   individu dapat mengadakan

persepsi

5. Dapat menyebutkan penyebab dan macam-macam   gangguan persepsi

PENDAHULUAN
Manusia selain memiliki kemampuan menerima rangsang melalui proses
sensorik akan meneruskan pada proses yang lebih berarti yaitu proses persepsi.
Dimana manusia akan meyadari dunia dan membentuk pemahaman-pemahaman
sebagai dasar seseorang berperilaku.

Melalui Persepsi individu menyadari dapat memahami tentang keadaan


lingkungan yang ada di sekitarnya maupun yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan.Bagaimana proses persepsi yang tidak dapat dipisahkan dari proses
sensasi dan atensi ? mengapa juga persepsi undividu yang satu dengan individu yang
lain bisa berbeda, bahkan sering kali kita salah dalam mempersepsi sebuah realita.

Pemaparan tentang persepsi akan bermanfaat bagi perawat untuk dapat


memahami perbedaan perceptual individual dan memudahkan memberikan pengertian
tentang kaidah-kaidah perawatan pengobatan melalui pemberian persepsi yang benar
pada pasien.

URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN PERSEPSI
Apakah yang dimaksu dengan persepsi ?
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di antaranya

adalah:

a. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap

stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan

merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu ( Davidoff ).

b. Dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian,yaitu bagaimana seseorang

memandang atau mengartikan sesuatu ( Leavitt,1978)

c.  Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap

lingkungan oleh individu (Gibson).

d. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi

sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang

yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain

yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada

dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain

sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka

terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967).

Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang

menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek

tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut

dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan

penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap

obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera,

mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek


sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial

yang ada di lingkungannya. Branca (1965) Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah

bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa

harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Sedangkan menurut Wagito

(1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari

penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian

terhadasuatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan

sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi

yang tertentu pula (Polak, 1976).

Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,

penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi

yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat

mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia

dengan segala kejadian-kejadiannya. (Meider, 1958). Dengan persepsi kita dapat

berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia..

B. Macam - Macam Persepsi

Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan

fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut

persepsi sosial.

a) Persepsi terhadap lingkungan fisik

Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-

beda., karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

• Latar belakang pengalaman


• Latar belakang budaya

• Latar belakang psikologis

• Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan

• Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada

orang itu adalah lewat pintu itu

b) Persepsi terhadap manusia


Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.
Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya.
Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
lingkungan sosialnya.
Persepsi bila dilihat dari pengetahuan dan tanggapannya terbagi menjadi dua

macam yaitu

a.Persepsi positif. Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu

tidaknya     atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan upaya

pemanfaatannya.

b. Persepsi negatif. Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan ( tahu

tidaknya  atau kenal tidaknya ) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek

yang    dipersepsi.

C. PROSES TERJADINYA PERSEPSI


Proses terjadinya persepsi menurut Widayatun (1999: 111) karena adanya obyek atau
stimulus yang merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi dibawa ke
otak. Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau jawaban ( respon ) adanya stimulus, berupa pesan
atau respon yang dibalikan ke indera kembali berupa “ tanggapan “ atau persepsi atau hasil
kerja indera berupa pengalaman hasil pengelolaaan otak.
Bagan proses terjadinya persepsi (Widayatun, 1999).

Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena, dan yang terpenting fenomena dari persepsi ini

adalah “perhatian” atau “attention”. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu konsep yang

diberikan pada proses persepsi menyeleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam

suatu pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu. Perhatian sendiri

mempunyai ciri khusus yaitu terfokus dan margin serta berubah-ubah.

Proses persepsi lainnya dikemukakan oleh Walgito (2004, 90-91) yang menjelaskan terjadinya

proses persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau

reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera

dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian

terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan

reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam

otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf

terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat

indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi

yang sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam

berbagai-bagai macam bentuk.Dalam proses persepsi individu tidak hanya menerima satu
stimulus saja, tetapi individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari

lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu

mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian.

Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan

memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI


Persepsi adalah proses aktif dalam diri indidvidu maka terdapat banyak dan kompleksitas

dari factor-faktor ( determinat ) yang mempengaruhi persepsi seseorang.

Beberapa faktor di kelompokkan menjadi

a. Faktor tekhnis seperti kejelasan stimulus misalnya suara yang jernih,gambar yang

jelas,kekayaan sumber stimulus misalnya media multi-chanel seperti audio visual

b. Faktor psikologis  factor ini bahkan terkadang lebih menentukan bagaimana

informasi/stimulus dipersepsikan oleh individu. Factor yang paling dominan adalah factor

ekspektansi dari individu. Ekspetasi ini membentuk kerangka berpikir atau mental set

tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu ketersediaan informasi

sebelumnya,kebutuhan dan pengalaman masa lalu.

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah

a. Emosi, akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi

karena dalam keadaan emosi yang menjadi objek adalah cerminan/energy dari

emosinya.

b. Impresi penghayatan akan lebih terfokus pada stimulus yang menonjol dan lebih

dahulu mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Konteks, konteks bisa secara social,budaya atau lingkungan fisik.

Konteks memberikan latar belakang yang sangat menentukan bagaimana objek


dipandang. objek yang sama,tetapi dalam latar belakang yang berbeda,mungkin akan

memberikan makna yang berbeda.

Muhyadi ( 1989) mengemukakan ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi   seseorang yaitu
1. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern   (kebutuhan,
kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa  lalu dan kepribadian )

2. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang,  proses dan lain-lain),

3. Stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu,   suasana (sedih,
gembira dan lain-lain )

E. GANGGUAN PERSEPSI

Pengertian Gangguan Persepsi atau istilah lainnya Dispersepsi kesalahan atau gangguan

persepsi karena ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul

dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus

eksternal.

Penyebabnya adalah adanya gangguan pada otak karena kerusakan otak, keracunan , obat
halusinogenik, gangguan jiwa seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi
Klasifikasi gangguan persepsi
Gangguan persepsi dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu,
1. Distorsi sensorik (sensory distortion) -keadaan dimana salah tafsirpancaindera akibat
penyimpangan (distorsi) dalam menangkap rangsangan sensorik.Bentuk distorsi
sensorik adalah berupa
a. Perubahan intensitas
 hiperestesia: merasakan suatu rangsangan sensorik secara berlebih
 hipestesia: rangsangan sensorik dirasakan kurang
b. Perubahan kualitas
c. Kualitas penilaian terhadap rangsangan sensorik berubah
 kloropsia: semua tampak hijau
 xantopsia: semua tampak kuning
 eritropsia: semua tampak merah
d. Perubahan bentuk (dismegalopsia)
 mikropsia: benda – benda yang dilihat menjadi lebih kecil
 makropsia: benda – benda yang dilihat menjadi lebih besar

2. Desepsi sensorik (sensory deception) - munculnya persepsi baru dengan atau tanpa
objek luar. Munculnya persepsi baru dengan objek luar disebut sebagai ilusi, sedang
apabila tanpa objek luar disebut halusinasi.

Ilusi

Ilusi adalah persepsi yang salah (misperception) atau interpretasi persepsi yang salah
(misinterpretation) terhadap suatu stimulus sensorik eksternal yang nyata. Dalam arti lainnya,
ilusi adalah suatu persepsi pancaindera yang disebabkan adanya rangsangan pancaindera yang
ditafsirkan secara salah. Ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada
pancaindera.
Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan
suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat
terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang
disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam
bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik
(pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).
Halusinasi

Halusinasi adalah munculnya persepsi baru (false perception) tanpa obyek luar. Halusinasi
adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimuli eksternal yang nyata;
mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman
halusinasi.Misalnya, mendengar suara atau bisikan orang, tanpa ada orang yang berbicara
(sumber bunyi). Halusinasi juga dipengaruhi oleh mental image yang kemudian diprojeksikan
ke luar sehingga seolah – olah datangnya dari luar dirinya. Halusinasi merupakan gejala
psikopatologi yang cukup serius, dapat ditemukan pada gangguan jiwa yang organik dan
terutama gangguan jiwa yang fungsional.3
Jenis – jenis halusinasi, seperti
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur;
biasanya dianggap sebagai fenomena yang tidak patologis.
b. Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur;
biasanya dianggap tidak patologis.
c. Halusinasi dengar (auditorik): persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara     tetapi
dapat juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan halusinasi      yang paling
sering pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai
contohnya, kilatan cahaya); paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasi cium (olfaktoris): persepsi membau yang palsu; paling sering pada
gangguan organik.

f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang
tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh kejang; paling sering pada gangguan organik.

g. Halusinasi raba (taktil; haptik): persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan,
seperti sensasi dari suatu tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan
pada kulit atau di bawah kulit (formication).

h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam tubuh
atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari organ visceral, juga dikenal sebagai
cenesthesic hallucination).

i. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu di mana benda-benda tampak lebih kecil ukurannya
(juga dikenal sebagai mikropsia).

j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (moodcongruent hallucination): halusinasi di mana isi
halusinasi adalah konsisten dengan mood yang depresi atau manik (sebagai contohnya, pasien
yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang
jahat; seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga
diri, kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi).

k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination): halusinasi di


mana isinya tidak konsisten dengan mood yang depresi atau manik (sebagai contohnya, pada
depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema tersebut seperti rasa bersalah, penghukuman
yang layak diterima, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengandung tema-
tema tersebut seperti harga diri atau kekuasaan yang tinggi).

l. Halusinosis: halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan dengan
penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih, berbeda dengan
delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang
berkabut.
m. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (sebagai
contohnya, suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi
visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar).

n.  Trailing phenomenon: kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen


dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

o.   Command hallucination: persepsi perintah yang palsu di mana seseorang dapat
merasa patuh terhadap perintah atau tidak mampu untuk menolak / menentang.

Schroder menyatakan bahwa halusinasi dapat muncul dalam 4 sindrom pokok,  yaitu

1. Halusinasi konfusional - Pada sindrom ini kesadaran adalah berkabut dan halusinasi
visual tampak prominen. Halusinasi auditorik biasanya hanya berupa suara musik,
bising, kata – kata aneh, kadang – kadang juga kalimat.

a. Halusinasi self –reference - Pasien mendengar suara  – suara yang berbicara kepadanya.
Biasanya pasien tidak dapat menirukan kembali suaru yang didengar kata demi kata namun
pasien hanya menceritakan garis besarnya saja. Suara – suara itu biasanya membicarakan
pasien, dan pasien menyatakan bahwa suara – suara itu datang dari orang – orang di
sekitarnya. Sangat sukar untuk memastikan apakah pasien memang benar – benar ada
halusinasi atau salah dengar saja dari pembicaraan orang – orang yang memang sebenarnya
ada.

b. Halusinasi verbal - Dalam hal ini pasien mendengar suara – suara yang jelas yang
berbicara tentang dirinya dan ia dapat mengulang kembali kata – kata itu dengan
tepat. Suara – suara itu bisa berasal dari orang – orang yang memang secara nyata
ada atau hanya imaginasi saja atau dari sebuah mesin.
c. Halusinasi fantastik - Dalam hal ini semua jenis halusinasi bisa muncul. Pasien
menjelaskan pengalamannya yang fantastik yang didasari oleh adanya halusinasi
visual atau somatik. Kadang – kadang sindrom halusinasi ini tentang pengalaman
mimpinya seolah – olah hal yang riel terjadi. Biasanya pada pasien ini ada halusinasi
massa, yaitu pasien mendengar atau melihat banyak orang terbunuh atau teraniaya.4

4 tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU


Tahap I - Mengalami ansietas, - Tersenyum, tertawa
- Memberi rasa kesepian, rasa bersalah sendiri
nyaman tingkat dan ketakutan. - Menggerakkan bibir
ansietas sedang - Mencoba berfokus tanpa suara
secara umum, pada pikiran yang dapat - Pergerakkan mata yang
halusinasi menghilangkan ansietas cepat
merupakan suatu - Fikiran dan - Respon verbal yang
kesenangan. pengalaman sensoris lambat
masih ada dalam kontol - Diam dan berkonsentrasi
kesadaran, nonpsikotik.

Tahap II - Pengalaman sensoris - Terjadi peningkatan


- Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
- Tingkat kecemasan - Merasa dilecehkan pernafasan dan tekanan
berat secara umum oleh pengalaman darah
halusinasi sensori tersebut - Perhatian dengan
menyebabkan - Mulai merasa lingkungan berkurang
perasaan antipati kehilangan kontrol - Konsentrasi terhadap
- Menarik diri dari pengalaman sensori kerja
orang lain non psikotik - Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas

Tahap III - Pasien menyerah dan - Perintah halusinasi


- Mengontrol menerima pengalaman ditaati
- Tingkat kecemasan sensori (halusinasi) - Sulit berhubungan
berat - Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
- Pengalaman atraktif - Perhatian terhadap
halusinasi tidak dapat - Kesepian bila lingkungan berkurang
ditolak lagi pengalaman sensoris hanya beberapa detik
berakhir psikotik - Tidak mampu mengikuti
perintah, tremor dan
berkeringat

Tahap IV Pengalaman sensoris - Perilaku panik


- Pasien sudah mungkin menakutkan - Resiko tinggi
dikuasai oleh jika individu tidak mencederai
halusinasi mengikuti perintah - Agitasi
- Pasien panik halusinasi, bisa - Tidak mampu
berlangsung dalam berespon terhadap
beberapa jam atau hari lingkungan
apabila tidak ada
intervensi terapeutik.

RANGKUMAN
 Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap

obyek tertentu. Sedangkan menurut Wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi

merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari

kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir.

 Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,

penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan

informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi

kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda

serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. (Meider, 1958). Dengan

persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar

manusia.

 Macam – macam Persepsi terbagi menjadi dua yaitu; a. Persepsi terhadap

lingkungan fisik; b Persepsi terhadap manusia

 Persepsi bila dilihat dari pengetahuan dan tanggapannya terbagi menjadi dua

macam yaitu ; a. Persepsi positif; b. Persepsi negatif.

 Proses terjadinya persepsi dimuali dari adanya obyek atau stimulus yang

merangsang untuk ditangkap panca indera kemudian stimulus tadi dibawa ke otak.

Dari otak terjadi adanya “ pesan “ atau jawaban ( respon ) adanya stimulus, berupa
pesan atau respon yang dibalikan ke indera kembali berupa “ tanggapan “ atau

persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengelolaaan otak.

 Pengertian Gangguan Persepsi atau istilah lainnya Dispersepsi kesalahan atau


gangguan persepsi karena ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara
rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi
somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
Klasifikasi gangguan persepsi :
Gangguan persepsi dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu,
1. Distorsi sensorik (sensory distortion) -
Desepsi sensorik (sensory deception) selain itu ada juga ilusi dan halusinasi

Anda mungkin juga menyukai