Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ISPA
OLEH :
NUR ANNISA
19.04.063
Cl Lahan Cl Institusi
(.........................................) (............................................)
2020
BAB I
KONSEP MEDIS
a. Definisi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada
saat melakukan pernafasan,
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami
jalan nafas dalam menghadapi organisme asing
b. Etiologi
1. Virus Utama :
a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
b. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza,
Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah
: Mycoplasma pneumonia.
Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah
sebagai berikut:
1. Faktor host (diri)
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut
b. Jenis kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian
yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis
kelamin tertentu.
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana
angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di
negara Denmark
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama
dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu
merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun
dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang
terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama
dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.
d. Status imunisasi
ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA
walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang
mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang
cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA
e. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan,
reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang
mengalami diferensiasi.
f. Pemberian air susu ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi
tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya
beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis.
ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-
sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat
berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan
sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).
Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi
menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark
b. Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA
berat.
c. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang
rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi
status keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden
ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA
berat dengan rendahnya status sosioekonomi
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa
episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok
e. Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar
rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia untuk
mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan saluran pernafasan
pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang
tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di
wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak
ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau
gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran
udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda
dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi
tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan saluran
pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak
c. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering, Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk, Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada
saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut,Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan
adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan
gangguan gizi akut pada bayi dan anak Virus yang menyerang saluran nafas atas
dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat
menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas
yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik
pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan
limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa.
d. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau
minum
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya
infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan.
e. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah
1. Meningitis
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia, dan
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
g. Penatalaksanaan
1. ISPA Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur
infus , di beri oksigen dan sebagainya
2. ISPA ringan : diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya
Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin,
Penisilin, Ampisilin
3. ISPA ringan : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk
lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan
obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek
bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama
10 hari.
Perawatan Dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
1. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapai 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang
yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian
ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lainnya
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan
hidung , yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat
tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
h. pencegahan
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik
Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan
yang paling baik untuk bayi.
Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu
mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.
Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein
misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau
jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral
dari sayuran,dan buah-buahan.
Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui
apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada
penyakit yang menghambat pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)
2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan
imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya
dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah
infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries, 2001).
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Makanan/Cairan
buruk,Penampilan kakeksia(malnutrisi)
5. Neurosensori
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala , Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada
7. Pernafasan
bronkhial
8. Keamanan
Tanda :
Berkeringat
Menggigil berulang, gementar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau
varisela
9. Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda :
B. Diagnosa Keperawatan
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,
cairan
inadekuat
kurang informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN EVALUASI
pola nafas Pola nafas kembali efektif cyanosis, serta pola, kedalaman
saluran pernafasan, normal dan meningkatnya 2. Berikan posisi yang nyaman pada
memperbaiki ventilasi
ventilasi
aspirasi
Kolaborasi
1. Pemberian oksigen
kebutuhan oksigen
2. Nebulizer
sekret
3. Pemberian obat bronchodilator
saluran pernapasan
bersihan jalan Bebasnya jalan nafas dari Rasional : Sebagai indicator dalam
mekanik dari jalan Jalan nafas yang bersih Rasional : Ronchi menandakan
nafas oleh sekret, dan patent, meningkatnya adanya sekret pada jaan nafas
lying position).
secret
hangat
Rasional: membantu
Kolaborasi
1. Pemberian ekspectorant
2. Pemberian antibiotic
produksi sekret
tenggorokan
Rasional: meningkatkan
Kolaborasi
1. Pemberian antibiotik
2. Pemberian ekspectoran
Rasional :Memudahkan
yang efektif
4. Anjurkan kepada keluarga agar
Rasional:Peningkatan pengetahuan
mengurangi kecemasan
5 Peningkatan suhu Tujuan : Tidak terjadi 1. Kaji peningkatan suhu tubuh yang
perkembangan perawatan
selanjutnya.
ketiak
Rasional: Dengan memberikan
meningkat.
keringat.
Rasional :Peningkatan
pengetahuan mengembangkan
tindakan keperawatan
parenteral
7. Gangguan pola Tujuan : Pola tidur 1. Kaji gangguan pola tidur yang
bersih
Rasional : meningkatkan
kenyamanan
Kolaborasi
istirahat
2. Pemberian antibiotic
keadaan hangat
Rasional : Peningkatan
pengetahuan mengembangkan
pemberian tindakan
6. Kolaborasi dengan bagian gizi
kebutuhan
pengetahuan orang orang tua klien tentang klien tentang proses penyakit
sesuai
keluarga
Rasional: Menghindari
oleh keluarga
D. EVALUASI
1. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan
2. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang bersih
ditandai dengan orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi
dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
5. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma,
6. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab, TTV dalam batas normal
7. Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur,
8. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang
9. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang
penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses
perawatan
PATWAY ISPA
Abses peritonsilar
Virus/ bakteri/ pathogen dalam debu
merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosasaluran pernapasan
Rasiko infeksi
Reaksi peradangan
- Catzel, Pincus & Ian robets. (1918). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh
- Whalley & wong. (1916). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
- DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
- Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1917). Beberapa Masalah Perawatan Intensif