Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTERMI PADA ANAK

OLEH :

SAMANTHA OIVIA WARDANI

17090479

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama sirkadian.
Mengenai batasan“normal”, terdapat beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,10C atau
lebih rendah pada dini hari sampai 37,40 C pada sore hari.
            Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,20 C dan suhu normal
maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,20 C pada pagi
hari dan > 37,70 C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al, 1998; Andreoli, et al, 1993;
Lardo, 1999). Sebaliknya Bennet & Plum (1996) mengatakan, demam (hipertemi) bila suhu >
37,2 0 C.Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang lebih
0,5-0,60C,serta suhu rektal biasanya lebih tinggi
            Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan
bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut
hypothalamus thermal set point (Busto, et al, 1987; Lukmanto, 1990; Lardo,
1999).Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan
demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi
pengeluaran panas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud  dengan hipertemi?
2. Apa saja tanda dan gejala yang terjadi terhadap hipertemi?
3. Apa saja penyebab dan etiologi dari hipertemi?
4. Bagaimana patofisologis terhadap hipertemi?
5. Apa saja termasuk dalam klasifikasi hipertemi?
6. Apa komplikasi yang terjadi pada hipertemi?
7. Bagaimana penatalaksaan terhadap hipertemi?
8. Bagaimana pencegahan yang dapat di lakukan pada hipertemi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertemi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala terhadap hipertemi
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab dan etiologi pada hipertemi
4. Untuk mengetahui patofisologis terhadap hipertemi
5. Untuk mengetahui apa saja bagian dari hipertemi
6. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada hipertemi
7. Untuk mengetahui penatalaksaan terhadap hipertemi
8. Untuk mengetahui apa saja pencegahan terhadap hipertemi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
            Hipertamia adalah suhu tubuh yang tinggi dan bukan disebabkan oleh mekanisme
pengaturan panas hipotalamus
            Hipertamia adalah peningkatan suhu tubuh diatas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu ( oleh obat atau penyakit) atau dipengaruhi oleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
            Hipertamia adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau bersiko mengalami
peningkatan suhu tubuh terus menerus 37,8oc peroral atau 38,8oc per-rectal, karena peningkatan
terhadap faktor faktor eksternal.

B. Tanda dan gejala


 Suhu tubuh > 37,5oc
 Tanda dehidrasi ( elastilitas kulit turun, mata dandan ubun-ubun besar cekung, lidah dan
membran mukosa kering)
 Malas minum
 Frekuensi nafas > 60 kali/menit
 Denyut jantung > 160 kali/menit
 Letargi
 Kedinginan dan lemas
 Bisa di sertai kejang
 Gejala hipertamia : suhu badannya tinggi, terasa kehausan, kedinginan, lemas, anoneksia
(tidak selera makan) nadi cepat, dan pernafasan tidak teratur.
C. Penyebab / etiologi
 Bayi berada di lingkungan yang panas
 Terpapar sinar matahari
 Berada di inkubator atau dibawah pemancar panas
            Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan
gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu.  Zat
yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan
protein  dan zat lain , terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan
sakit.

                                                                                                4
D. Patofisiologi Hipertermi
            Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh normal
dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan panas yang
tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homeostatik.
Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan panas berhubungan dengan
penyakit dan perubahan fisiologis.

E. Klasifikasi Hipertemi
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini
merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.    
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik
intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan
lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban
lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan
pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada
anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan
dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma,
insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan
dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).

2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga     kehidupan bisa
disebabkan oleh:
1. Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu
kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab
kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara
 kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi
biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang
tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan 
prematur/resiko infeksi.
                                                                                                                                               
2. Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar            matahari
langsung dalam waktu yang lama.
3. Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul   pada 24%dari bayi yang lahir
dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi   bisa juga menetap dan menimbulkan
komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar       hipertermia pada neonatus termasuk
menurunkan suhu bayi secara cepat dengan             melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C
dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan     suhu tubuh mencapai 370C.

4. Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau  lebih rendah, kulit teraba kering dan
panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia,   aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan
pada saluran cerna terjadi mual,      muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi antara lain
DIC, lisis eritrosit,             trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran
EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan    suhu tubuh
38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu          dibungkus dengan
selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
                                   
F. Komplikasi berkelanjutan dari Hipertermi
            Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan normal/sehat
jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan karakter jaringan dapat menimbulkan
perbedaan suhu atau efek samping pada jaringan tubuh yang berbeda-beda.Hal yang sering
terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi cairan, tidak nyaman, bahkan sakit.
            Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,
perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat sementara.
Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius –tetapi
jarang terjadi– seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek samping yang muncul
malah diare, mual, atau muntah.

G. Penatalaksaan
Apabila tidak cepat ditangani, bayi dapat mengalami dehidrasi ,
1. Jauhkan anak dari sumber panas, dan dibandingkan udara ruangan, apabila sedang
dibawah terik matahari, segeralah berteduh, apabila sedang di dalam mobil yang tak
berpendingin udara, ajak anak keluar dari kendaraan.   
2. Lepaskan selimut anak, juga sebaiknya bayi tidak dibedong, di takutkan karena bayi
terbiasa di bedong maka bila akan mengigil. Apabila hal itu terjadi maka waspadalah
kemungkinan suhu yang meningkat itu demam.
3. Pakailah baju bayi yang sesuai dengan iklim tropis, seperti katun atau bahan lain yang
menyerap keringat.
4. Setelah itu atur suhu  anak dengan termometer apabila hasilnya menunjukan angka 36-
36,7oc itu berarti ia masih normal jika lebih dari 37,5oc berarti dia sudah demam tinggi
apbila jika sampai 49oc lebih, berarti dia megalami hipertemi. 
5. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26°C- 28°C
6. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal (jangan menggunakan es
atau alcohol)
7. Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi teratas.
8. Antibiotic diberikan apabila ada infeksi

H.    Pencegahan Terhadap  Hipertermia


            1.   Kesehatan lingkungan.
            2.   penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
            3.   Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
            4.   Pemberantasan lalat.
            5.   Pembuangan sampah pada tempatnya.                                      
            6.    Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
            7.   Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
            8.    Makan makana yang bersih dan sehat
            9.   Jangan biasakan anak jajan diluar
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang ibu berinisial Ny. T membawa anak laki-lakinya yang berusia 2tahun 8bulan ke
rs dengan riwayat demam 39’c ,panas sempat turun sore hari tetapi pada saat pagi hari meningkat
dan ibu mengatakan belum pernah terjadi penyakit seperti ini, dan keluarga tidak tau mengenai
penyakit anaknya . dan pada ekstremitas bawah (sinistra) terpasang infus line WIDA 2A
Kesadaran Compos Metris Tanda-tanda vital: Suhu 39c, Nadi 110x/menit,Respirasi rate
32x/menit, Tekanan darah 110/80 mmHg

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai normal

HB 12,2 Gr% L : 13 - 16
Leukosit 13.200 mm3 4.000 - 11.000
Trombosit 324.000 mm3 150.000 - 400.000
Hemaktrokit 36%
40 - 45
Pengobatan / therapy
WIDA 2A 16 tpm
Paracetamol 3 x 1 via oral
Diazepam 2,7 mg via IV digunakan bila anak kejang
Cefotaxime 2 x 66 mg via IV
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 2 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Diagnasa medis : Demam
Tanggal masuk : 16 Juni 2014 pukul 15.06 Wib
Tanggal di kaji : 17 Juni 2014

Identitas orangtua/penanggung jawab


Nama : Ny. T
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam

2. Keluhan Utama
Ibu klien mengeluhkan anaknya panas tinggi (39C)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya panas tinggi, suhu badan pada saat pertama dirawat
39C, panas turun pada saat pagi hari dan meningkat pada sore dan malam. Pada saat
panas tinggi diserti dengan kejang-kejang dengan waktu kurang lebih 5 menit.
b. Riwayat penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya blum pernah memiliki riwayat penyakit
yang sama dan belum pernah dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada
yang memiliki riwayat yang sama dengan klien, baik penyakit bawaan ataupun
turunan.
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Purtumbuhan dan perkembangan klien sesuia dengan umurnya.
e. Riwayat imunisasi
Pada saat lahir klien imunisasi HB1 kali, DPT 2 kali pada usia 2, 3, 4 bulan, HB 2 dan
3 pada usia 2, 3 bulan, BCG 1 kali pada usia 1 bulan, polio 4 kali pada usia 1, 2, 3, dan
4 bulan, dancampak pada usia 9 bulan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum : pada ekstremitas bawah (sinistra) terpasang infus line
WIDA 2A
Kesadaran : Compos Metris
Tanda-tanda vital : Suhu 39c
Nadi 110x/menit
Respirasi rate 32x/menit
Tekanan darah 110/80 mmHg
b. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
c. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva an anemis, sclera putih, distribusi bulu mata dan
alis mata merata, pupil mengecil pada saat diberi cahaya, kelopak mata tidak cekung.
d. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peradangan.
e. Mulut dan tenggorokan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab, lidah bersih tidak kotor.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat nyeri, gerakan bebas.
g. Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, dapat mendengar saat perawat atau keluarga
memanggil, tes wiber dan rinne (+), tidak ada nyeri tekan, telinga bersih.
h. Dada/thorak
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola nafas teratur, pergerakan dada
simetris kiri dan kanan, S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada kembung, tidak terdapat nyeri tekan, kebersihan
kulit terjaga, turgor kulit < 3 detik, bising usus 12x/menit.
j. Genitourania
Berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri.
k. Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, CRT < 2 detik, terdapat refleks
plantar, kekuatan otot ektremitas atas 5/5, ekstremitas nawah 5/5.

5. Data psikologi anak


Klien dapat memberikan respon tersenyum atau menangis kepada perawat atau
keluarganya.

6. Pemeriksaan penunjang
Tanggal/hari Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Senin, 16/6/2014 HB 12,2 Gr% L : 13 - 16
Leukosit 13.200 mm3 4.000 - 11.000
Trombosit 324.000 mm3 150.000 - 400.000
Hemaktrokit 36% 40 - 45

7. Pengobatan / therapy
WIDA 2A 16 tpm
Paracetamol 3 x 1 via oral
Diazepam 2,7 mg via IV digunakan bila anak kejang
Cefotaxime 2 x 66 mg via IV

B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Ibu klien mengatakan Proses infeksi Hipertermi
anaknya panas tinggi 
DO : Teraba panas, suhu 39c Merangsang hipotalamus

Penagturan suhu tubuh
terganggu

Penaikan suhu tubuh

C. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi

D. INTERVENSI

MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)

1. Observasi

 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan


incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine

2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu

3. Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan:          
            Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas
eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu
lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang
terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga kesehatan
lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora manusia pada
tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada tempatnya, pendidikan kesehatan
pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap pada bayi,makan-makanam yang bersih dan
sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.
B.  Saran
            Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan  dengan tulisan makalah ini sebagai berikut
:
            Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi merupakan salah satu
penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada bayi.Untuk itu di sini bidan harus tanggap
terhadap gejala dan keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak
segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian khususnya pada bayi.
Selain itu bidan harus turun tangan untuk  memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
hipertermi mulai dari gejala maupun tanda  kemudian cara mengatasinya serta pencegahan
terhadap hipertermi.  

Anda mungkin juga menyukai