Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap
pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan
(Green & Thorogood, 1998).
Kebijakan-kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta.
Kebijakan merupakan produk pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan
cenderung dilakukan secara swasta, dikontrakkan atau melalui suatu
kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di mana keputusannya
mempertimbangkan juga aspek politik (Buse dkk., 2005). Kebijakan
kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan
implementasi kebijakan kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung
jawab Departemen Kesehatan (World Health Organisation, 2000).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola
pencegahan, pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan,
pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley,
1999).
Kebijakan di bidang kesehatan sangat erat kaitannya dengan
kejadian kesakitan, keselamatan, dan kematian atau dengan kata lain
kebijakan kesehatan melibatkan persoalan hidup dengan mati manusia.
Pembangunan di bidang kesehatan dipengaruhi oleh berbagai kebijakan
yang kadangkala secara sepintas tidak ada kaitannya dengan kesehatan,
misalnya kemiskinan yang mempengaruhi akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, polusi udara yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit saluran pernapasan, sanitasi buruk yang dapat menjadi media
penularan berbagai penyakit, ketahanan pangan yang berdampak pada status
gizi masyarakat, gaya hidup dan pola makan yang erat kaitannya dengan
meningkatnya penyakit degeneratif, dan lain sebagainya (Dachi, 2017).
Pendekatan pengembangan kebijakan oleh pembuat kebijakan
biasanya berdasarkan hal-hal yang masuk akal dan mempertimbangkan
informasi-informasi yang relevan. Namun demikian apabila pada
implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan, kesalahan sering kali
bukan pada kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen
implementasi yang tidak mendukung (Juma & Clark, 1995). Sebagai
contoh, kegagalan dari implementasi kebijakan bisa disebabkan oleh karena
tidak adanya dukungan politik, managemen yang tidak sesuai atau
sedikitnya sumber daya pendukung yang tersedia (Sutton, 1999).
Perlindungan risiko sosial dan keuangan bagi penduduk miskin dan
rentan merupakan masalah pembangunan dan kebijakan utama di seluruh
dunia. Perlindungan risiko sosial dan keuangan dapat diberikan melalui
program dan tindakan yang berakar pada peraturan perundang-undangan.
Kurangnya perlindungan risiko sosial dan keuangan menyebabkan tingginya
tingkat kemiskinan, kerentanan dan ketidaksetaraan dalam kesehatan.
Ketika mayoritas penduduk suatu negara menghadapi masalah yang
disebutkan di atas, pemerintah harus responsif dan merancang program yang
berakar pada undang-undang. Tetapi, di beberapa negara masih memiliki
keterbatasan hukum untuk perlindungan sosial. Seperti di Nigeria.
Berdasarkan uraian di atas, yang melatarbelakangi pembuatan
makalah ini adalah untuk menemukan solusi dari masalah kesehatan di
benua Afrika, terutama di Nigeria.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu administrasi dan manajemen?
2. Apa itu kebijakan kesehatan?
3. Bagaimana sistem asuransi di benua Afrika?
4. Apa saja masalah kebijakan kesehatan di Nigeria dan bagaimana solusi
mengatasinya?
I.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu administrasi dan manajemen.
2. Untuk mengetahui apa itu kebijakan kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem asuransi di benua Afrika.
4. Untuk mengetahui masalah kebijakan kesehatan di Nigeria dan
bagaimana solusi mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Administrasi dan Manajemen


Jika menyebutkan perkataan Administrasi Kesehatan ada dua
pengertian yang terkandung di dalamnya, yakni pengertian administrasi di
satu pihak serta pengertian kesehatan di pihak lain.
Administrasi berasal dari kata administrare (latin; ad = pada,
ministrare = melayani) dengan demikian jika ditinjau dari asal kata
administrasi berarti memberikan pelayanan kepada masyarakat (Azwar,
1993).
Pada saat ini adminisrasi telah berkembang menjadi suatu cabang
ilmu tersendiri, untuk itu banayak pengertian administrasi yang telah
dikenal salah satu diantaranya ialah :
“Administrasi adalah upaya mencapai tujuan yang diinginkan dengan
menciptakan lingkungan kerja yang menguntungkan (Koontz
O’Donnel).” (Azwar, 1993)
Administrasi merupakan wadah dan proses yang menentukan
kebijakan dimana organisasi dan manjemen dipakai sebagai sarana untuk
menentukan kebijakan umum, dengan memanfaatkan organisasi dan proses
manjemen dalam usahanya untuk mencapai tujuan.
Dalam membahas tentang administrasi sering dikaitkan dengan
manajemen yang berasal dari kata managie (latin; manus = tangan, agree =
melakukan, melaksanakan) yang berarti melakukan dengan tangan.
Manajemen dan administrasi sering dipersamakan, namun yang jelas
memang tidak dapat dipisahkan. Perlu dibedakan pengertian Administrasi
dalam arti sempit (Tata usaha, pekerjaan Perkantoran–office work) dan
Administrasi dalam arti luas (manajemen keseluruhan : Asas manajemen,
proses manajemen, fungsi manajemen dan kelembagaan (Suarli & Yayan,
2009)
Manajemen adalah proses untuk mendefenisikan tujuan dan
membuatnya efektif melalui organisasi untuk mencapai satu tujuan.
Berdasarkan pengertian, peranan dan fungsinya administrasi sering di
samakan dengan manjemen, karena manajemen memiliki peranan dan
fungsi yang tidak jauh berbeda dari administrasi.
Administrasi atau manajemen dalam dunia kesehatan sangat
diperlukan agar dalam pelaksanaan program kesehatan dapat berjalan
dengan efisien dan efektif. Administrasi pada dasarnya merupakan usaha
tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Para penyedia ataupun tenaga kesehatan dalam mempergunakan
administrasi kesehatan memerlukan persiapan baik dalam teori maupun
praktek. Mengenai manajemen hendaknya disadari bahwa ilmu ini adalah
alat dan bukan tujuan organisasi; sekaligus dalam alam pikiran kita tertera
antara lain fungsi manajemen, unsur manajemen, asap/prinsip organisasi
(manajemen), teknik manajemen, dan berkaitan dengan kepemimpinan
(managerial atau leadership). Dengan memahami perkembangan konsep
manajemen, pengertian manajemen, organisasi dan kepemimpinan seorang
manajer dengan kepemimpinannya diharapkan dapat mencapai hasil
kegiatan secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.
(Azwar, 1993).
Beberapa pengertian manajemen menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
1. Lawrence A. Appley, dan Mary Parker Folett membatasi pengertian
manajemen sebagai berikut: “The art getting thing done trough people”
(seni memperoleh sesuatu/hasil melalui orang lain).
2. Menurut G.R Terry, dalam bukunya principles of management,
Manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Dari pengertian tentang manajemen tersebut, ada 4 hal penting yang
perlu diketahui :
1. Manajemen adalah ilmu terapan.
2. Manajemen selalu berkaitan dengan kehidupan organisasi.
3. Keberhasilan organisasi akan tercermin dari kemahiran manajerial dan
keterampilan teknis operasional seorang manajer.
4. Dalam organisasi yang mempunyai jumlah SDM yang besar, ada
sekelompok staf yang mempunyai ruang lingkup kegiatan yang berbeda
dengan kelompok staf yang lain (Muninjaya, 2005).
Untuk itu ada dua pendapat yang ditemukan, yakni :
1. Administrasi berbeda dengan manajemen
Pendapat pertama membedakan administrasi dengan manajemen. Untuk
itu ada dua pendapat pula yang ditemukan, yakni :
a. Administrasi lebih rendah dari manajemen
b. Administrasi lebih tinggi dari manajemen
2. Administrasi dengan manajemen
Pendapat kedua tidak membedakan administrasi dengan manajemen ,
menurut pendapat terakhir ini, kedua istilah tersebut sering dipakai secara
bergantian untuk macam kegiatan yang sama (Azwar, 1993).
Manajemen akan selalu berhubungan dengan administrasi (Suarli &
Yayan, 2009). Pendapat yang dianut dalam buku AKK adalah pendapat yang
kedua yaitu tidak membedakan antara kedua istilah yang dimaksud (Azwar,
1993). Sama halnya dengan administrasi, maka pengertian kesehatan
banyak pula macamnya diantaranya adalah :
1. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental,dan
sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan
saja (WHO 1947 dan UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960).
2. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi
secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dipunyainya (WHO 1957).
3. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif scara sosial dan ekonomis
(UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992) (Azwar, 1993)
Administrasi kebijakan kesehatan adalah  administrasi yang
diterapkan pada upaya kesehatan demi terciptanya suatu keadaan yang
sehat.
II.2 Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari
kebijakan publik dapat diartikan sebagai adanya suatu negara yang kokoh
dan memiliki kewenangan serta legitimasi, di mana mewakili suatu
masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang
berkompeten terhadap keuangan dan implementasi dalam mengatur
kebijakan. Kebijakan adalah suatu konsensus atau kesepakatan terhadap
suatu persoalan, di mana sasaran dan tujuannya diarahkan pada suatu
prioritas yang bertujuan, dan memiliki petunjuk utama untuk mencapainya
(Evans & Manning, 2003). Tanpa ada kesepakatan dan tidak ada koordinasi
akan mengakibatkan hasil yang diharapkan sia-sia belaka. Definisi
kebijakan kesehatan bervariasi, yaitu :
1. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai suatu cara atau tindakan yang
berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi, pelayanan
kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).
2. Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan
(Bornemisza & Sondorp, 2002).
3. Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi,
manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995).
4. Kebijakan kesehatan bertujuan untuk mendisain program-program di
tingkat pusat dan lokal, agar dapat dilakukan perubahan terhadap
determinan-determinan kesehatan (Davies, 2001; Milio, 2001); termasuk
kebijakan kesehatan internasional (Hunter, 2005; Labonte, 1998;
Mohindra, 2007).
Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap
pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan.
Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang
saling berhubungan, yang pada prakteknya peduli kepada pelayanan
kesehatan masyarakat (Green & Thorogood, 1998).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola
pencegahan, pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan,
pengobatan penyakit dan perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley,
1999). Kebijakan kesehatan juga peduli terhadap dampak dari lingkungan
dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter dkk., 1999). Kebijakan
kesehatan dapat bertujuan banyak terhadap masyarakat. Untuk kebanyakan
orang kebijakan kesehatan itu hanya peduli kepada konten saja. Contohnya,
pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta atau kebijakan dalam hal
pemantapan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan berpihak pada hal-hal yang dianggap penting
dalam suatu institusi dan masyarakat, bertujuan jangka panjang untuk
mencapai sasaran, menyediakan rekomendasi yang praktis untuk keputusan-
keputusan penting (World Health Organisation, 2000).
Kebijakan kesehatan dapat bermanifestasi dalam berbagai hal dan
tidak selalu dalam bentuk dokumendokumen (Ritsatakis, 1987). Kebijakan
kesehatan diekspresikan dalam bentuk suatu konstitusi, undang-undang dan
peraturan-peraturan termasuk juga platform dari partai-partai politik atau
kertas-kertas kebijakan (Ritsatakis dkk., 2000).
Kebijakan kesehatan tidak saja terdiri dari dokumen-dokumen
strategi dalam suatu negara, tetapi juga bagaimana kebijakan itu
diimplementasi oleh pengambil keputusan dan pemegang program
kesehatan, dan bagaimana melakukannya secara praktis pada masing-
masing tingkatan pemerintahan (Massie, 2009).
II.3 Sistem Asuransi di Benua Afrika
Sumber-sumber pendanaan kesehatan setiap negara berbeda-beda
sesuai dengan kebijakan yang diatur oleh negara masing-masing. Faktor
situasional, struktural, kultural, dan lingkungan bisa mempengaruhi
kebujakan publik. Beberapa sumber pendanaan yang dipengaruhi oleh
ideologi negara adalah :
1. Sosialis (welfare state).
Negara bertanggung jawab dan memberikan kebebasan biaya
pada seluruh masyarakat. Aspek kesehatan warga ditanggung penuh oleh
negara dan hal tersebut tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini tidak
melihat kelas ekonomi warga, masyarakat dari kalangan ekonomi rendah
sampai dengan kalangan ekonomi tinggi dapat merasakannya. Tetapi hal
tersebut memberi konsekuensi bahwa biaya kesehatan negara tersebut
menjadi tinggi. Contoh : Eropa barat, Amerika Serikat, Australia.
2. Liberal-kapitalis
Negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pendanaan
kesehatan.  Negara menyerahkan harga pembiayaan kesehatan tergantung
pasar sehingga bisa disebut juga profit-oriented, dimana pembiayaan
tidak dilihat dari status ekonomi masyarakat sehingga penyedia
pelayanan kesehatan dapat mengambil untung sebesar-besarnya. Contoh :
Mesir, Senegal Afrika Selatan.
3. Kombinasi
Kombinasi yang berarti perpaduan antara pendanaan dari
pemerintah, swasta dan masyarakat. Hal ini dimaksudnya jika ketika
pemerintah tidak mampu ikut andil dalam pembiayaan kesehatan, maka
dapat dibantu oleh  biaya dari masyarakat atau swasta. Contoh : Jerman,
Belanda, dan Perancis.
II.4 Masalah Kebijakan Kesehatan di Nigeria
Sejak kemerdekaan pada tahun 1960, Nigeria memiliki cakupan
cakupan hukum yang sangat terbatas untuk perlindungan sosial (ILO, 2014).
Selain itu lebih dari 90% populasi Nigeria tidak memiliki cakupan asuransi
kesehatan (Onwujekwe dkk., 2012). Sistem kesehatan Nigeria telah
berkembang selama bertahun-tahun melalui reformasi perawatan kesehatan
yang bertujuan untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang
dihadapi (Scott-Emuakpor, 2010). Ini termasuk:
1. Skema Asuransi Kesehatan Nasional (NHIS),
2. Skema Cakupan Imunisasi Nasional (NICS),
3. Skema Pelayanan Bidan (SPM),
4. Nigeria Pay for Performance skema (P4P).
Meski begitu, ketidakmampuan untuk secara efektif mengatasi
berbagai tantangan kesehatan masyarakat negara telah berkontribusi pada
tingginya tingkat kemiskinan dan kelemahan sistem kesehatan.
Ketidakstabilan politik, korupsi, kapasitas kelembagaan yang terbatas dan
ekonomi yang tidak stabil merupakan faktor utama yang menyebabkan
buruknya pembangunan layanan kesehatan di Nigeria. Rumah tangga dan
individu di Nigeria menanggung beban sistem kesehatan yang tidak
berfungsi dan tidak adil - menunda atau harus membayar sendiri untuk
layanan perawatan kesehatan yang tidak terjangkau.
Setelah banyak upaya untuk mengimplementasikan peraturan
perundang-undangan tentang jaminan kesehatan sejak tahun 1960, NHIS,
meskipun didirikan pada tahun 1999, akhirnya baru diluncurkan pada tahun
2005. Tujuan dari NHIS adalah untuk:
1. Memastikan akses ke layanan perawatan kesehatan yang berkualitas
2. Memberikan perlindungan risiko keuangan
3. Mengurangi kenaikan biaya layanan perawatan kesehatan dan
memastikan efisiensi dalam perawatan kesehatan melalui program
seperti: Program Jaminan Kesehatan Sosial Sektor Formal (FSSHIP),
Kesehatan Seluler, Program Asuransi Kesehatan Sosial Kontributor
Sukarela (VCSHIP), Program Asuransi Kesehatan Sosial Perguruan
Tinggi (TISHIP), Program Jaminan Kesehatan Sosial Berbasis
Masyarakat (CBSHIP), Program Jaminan Kesehatan Sosial Murid Dasar
Masyarakat (PPPSHIP), dan penyediaan layanan perawatan kesehatan
untuk anak di bawah 5 tahun, narapidana, penyandang cacat, pensiunan
dan orang tua.
NHIS diharapkan dapat memberikan perlindungan risiko sosial dan
finansial dengan mengurangi biaya perawatan kesehatan dan memberikan
akses yang adil terhadap layanan kesehatan dasar. Populasi paling rentan di
Nigeria termasuk anak-anak, wanita hamil, penyandang disabilitas, lansia,
terlantar, pengangguran, pensiunan dan orang sakit. Meskipun kelompok
rentan ini kadang-kadang mendapat manfaat dari layanan perawatan
kesehatan gratis dan mekanisme pembebasan, mereka sebagian besar harus
membayar layanan perawatan kesehatan. Layanan perawatan kesehatan
gratis dan mekanisme pembebasan seringkali bermotif politik, tidak
dilaksanakan dengan baik, tidak dapat dioperasikan sepenuhnya, dan
terkadang hanya berlangsung beberapa tahun.
Negara-negara seperti Osun, Niger, Kaduna, Kano, Ekiti, Lagos,
Ondo, Enugu dan Jigawa diketahui telah memberikan beberapa kebijakan
kesehatan gratis pada satu atau lain hal sejak kembalinya demokrasi pada
tahun 1999. Layanan perawatan kesehatan gratis dan Mekanisme
pembebasan diharapkan dapat memberikan perlindungan risiko finansial
bagi populasi yang paling rentan tetapi bukti menunjukkan bahwa
mekanisme tersebut tidak efektif dan gagal mencapai tujuan ini (Onoka
dkk., 2010).
Layanan perawatan kesehatan gratis dan mekanisme pembebasan
seringkali muncul sebagai janji kampanye para aktor politik kepada para
pemilih dan gagal memenuhi kebutuhan kesehatan dari populasi yang paling
rentan. Solusi untuk mengatasi maslah ini, yaitu :
1. Pembuat kebijakan dan aktor politik perlu merancang reformasi
perawatan kesehatan untuk mengatasi kurangnya perlindungan sosial dan
finansial bagi masyarakat miskin dan rentan. Bagian dari reformasi ini
adalah perluasan NHIS. Negara harus diberi mandat untuk memberikan
perlindungan asuransi kesehatan kepada semua penduduk. Menjadikan
asuransi kesehatan opsional untuk negara bagian selama bertahun-tahun
telah memengaruhi kemampuan NHIS untuk meningkatkan tingkat
pertanggungan bagi masyarakat.
2. Asuransi kesehatan swasta yang didanai negara. Pemerintah negara
bagian harus mendaftarkan penduduk miskin ke dalam rencana asuransi
kesehatan swasta dan bertanggung jawab membayar premi bulanan per
orang kepada Organisasi Pemeliharaan Kesehatan (HMO). Tidaklah
cukup hanya memiliki polis asuransi kesehatan nasional, penting untuk
memastikan bahwa jaminan asuransi kesehatan diberikan kepada
masyarakat miskin dan paling rentan sebagai hak asasi manusia atas
kesehatan.
3. Perawatan Kesehatan Universal. Cara lain untuk memberikan
perlindungan risiko sosial dan finansial bagi penduduk miskin dan rentan
adalah dengan membentuk kerangka legislatif untuk skema UHC dan
menyisihkan dana untuk skema tersebut. Bukti dari Thailand telah
menunjukkan pengaruh skema UHC melalui Puskesmas terhadap
perluasan akses ke layanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan rentan
(Tangcharoensathien dkk., 2013). Skema UHC juga telah terbukti
meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan dan status kesehatan.
4. Pembiayaan dan Pertanggungan. Pelaku politik, pembuat kebijakan dan
semua pemangku kepentingan di sektor kesehatan harus membentuk
skema perlindungan risiko sosial dan keuangan yang didanai pemerintah
melalui sistem pembiayaan pajak umum untuk masyarakat miskin dan
rentan, dan berinvestasi dalam infrastruktur dasar untuk perawatan
kesehatan di daerah pedesaan untuk perawatan kesehatan yang
berkualitas. pengiriman layanan. Skema UHC penting untuk mengatasi
masalah cakupan yang buruk, akses yang terbatas ke perawatan
kesehatan, dan kualitas layanan perawatan kesehatan yang buruk.
5. Hukum. Nigeria belum mengadopsi cara-cara inovatif untuk melindungi
penduduk miskin dan rentan dari risiko keuangan akibat kesehatan yang
buruk. Penting untuk menjamin oleh hukum hak atas perawatan
kesehatan semua warga negara di Nigeria. Meskipun Undang-Undang
Kesehatan Nasional (NHA) yang ditandatangani menjadi undang-undang
pada tahun 2014 menyatakan bahwa semua warga Nigeria berhak atas
paket minimum layanan kesehatan dasar, tidak jelas apakah ketentuan
yang dibuat dalam NHA mampu mencapai UHC di Nigeria. Selain itu,
NHA belum diterapkan selama dua tahun setelah penandaannya menjadi
undang-undang.
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Administrasi merupakan wadah dan proses yang menentukan kebijakan
dimana organisasi dan manjemen dipakai sebagai sarana untuk
menentukan kebijakan umum, dengan memanfaatkan organisasi dan
proses manjemen dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Manajemen
adalah proses untuk mendefenisikan tujuan dan membuatnya efektif
melalui organisasi untuk mencapai satu tujuan. Berdasarkan pengertian,
peranan dan fungsinya administrasi sering di samakan dengan
manjemen, karena manajemen memiliki peranan dan fungsi yang tidak
jauh berbeda dari administrasi.
2. Kebijakan kesehatan merupakan kebijakan publik. Konsep dari
kebijakan publik dapat diartikan sebagai adanya suatu negara yang
kokoh dan memiliki kewenangan serta legitimasi, di mana mewakili
suatu masyarakat dengan menggunakan administrasi dan teknik yang
berkompeten terhadap keuangan dan implementasi dalam mengatur
kebijakan.
3. Sumber alokasi dana asuransi kesehatan yang diperoleh di Negara
Ghana dan Zimbabwe brasal dari pajak masyarakat. Pajak yang
dialokasikan untuk menciptakan ruang fiskal untuk kesehatan adalah
dari Ghana dan Zimbabwe. Di Ghana, tambahan 2,5 persen PPN (lihat
Kotak 6-1) dilaksanakan untuk membantu membayar program asuransi
kesehatan nasional. Demikian pula, Zimbabwe memperkenalkan
pungutan 3 persen tambahan atas penghasilan pribadi dan pajak
perusahaan untuk membantu membiayai intervensi terkait AIDS.
Meskipun pajak yang dialokasikan dapat membantu menambah ruang
fiskal, namun tetap dapat memindahkan dana yang ada dan dengan
demikian akhirnya tidak memiliki dampak bersih yang signifikan pada
sumber daya keseluruhan untuk kesehatan. Pajak ini juga dapat
berkontribusi untuk mengurangi fleksibilitas anggaran belanja dan
faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan ketika mempertimbangkan
pelaksanaan pajak yang diperuntukkan pada apapun.
4. NHIS diharapkan dapat memberikan perlindungan risiko sosial dan
finansial dengan mengurangi biaya perawatan kesehatan dan
memberikan akses yang adil terhadap layanan kesehatan dasar. Populasi
paling rentan di Nigeria termasuk anak-anak, wanita hamil, penyandang
disabilitas, lansia, terlantar, pengangguran, pensiunan dan orang sakit.
Meskipun kelompok rentan ini kadang-kadang mendapat manfaat dari
layanan perawatan kesehatan gratis dan mekanisme pembebasan,
mereka sebagian besar harus membayar layanan perawatan kesehatan.
Layanan perawatan kesehatan gratis dan mekanisme pembebasan
seringkali bermotif politik, tidak dilaksanakan dengan baik, tidak dapat
dioperasikan sepenuhnya, dan terkadang hanya berlangsung beberapa
tahun.

III. 2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (1993). Pengantar Administrasi Kesehatan (3 ed.). Binapura Aksara.

Bornemisza, O., & Sondorp, E. (2002). Health Policy Formulation In Complex Political

Emergencies and Post-Conflict Countries. A literatur Preview London School of

Hygiene & Tropical Medicine University of London. Department of Public Health

and Policy, Health Policy Unit.

Buse, K., May, N., & Walt, G. (2005). Making Health Policy. Open University Press

McGraw – Hill House.

Cassels, A. (1995). Health sector reform: Key issues in less developed countries. Journal

of international health development, 7(3), 329–349.


Dachi, R. A. (2017). Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan (Suatu Pendekatan

Konseptual). Penerbit Deepublish.

Davies, JK. (2001). Back to the Future? Prospects for healthy public policy. Public Health

Medicine, 3(2), 62–66.

Evans, G., & Manning, N. (2003). Helping Governments Keep Their Promises Making

Ministers and Governments More Reliable Through Improved Policy

Management Report No. IDP-187 South Asia Region- Internal Discussion Paper.

Gormley, K. (1999). Social Policy and Health Care. Churchill Livingstone.

Green, J., & Thorogood, N. (1998). Analysing Health Policy. Addision Wesley Longman

Ltd.

Hunter, DJ. (2005). Choosing or losing health? Journal of Epidemiology and Community

Health, 59(12), 1010–1013.

ILO. (2014). World Social Protection Report 2014/15: Building economic recovery,

inclusive development and social justice. International Labour Office-Geneva.

Juma, C., & Clark, N. (1995). Policy research in sub-Saharan Africa: An Emploration.

Public Administration and Development, 15, 121–137.

Labonte, R. (1998). Healthy public policy and the World Trade Organization a proposal for

an international health presence in future world trade/investment talks. Health

Promotion International, 13(3), 245–256.

Massie, R. G. A. (2009). KEBIJAKAN KESEHATAN: PROSES, IMPLEMENTASI, ANALISIS DAN

PENELITIAN. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 12(4), 409–417.

Milio, N. (2001). Glossary: Healthy public policy. Journal of Epidemiology and Community

Health, 55(9), 622–623.


Mohindra, KS. (2007). Healthy public policy in poor countries: Tackling macro-economic

policies. Health Promotion International, 22(2), 163–169.

Muninjaya, A. A. (2005). Manajemen Kesehatan. EGC.

Onoka, C. A., Onwujekwe, O. E., & Uzochukwu, B. (2010). Challenges in actual

implementation of health policies: A review of payment exemption in Nigeria.

International Journal of Medicine & Health Development, 15(2).

Onwujekwe, O., Hanson, K., & Uzochukwu, B. (2012). Examining inequities in incidence

of catastrophic health expenditures on different healthcare services and health

facilities in Nigeria. PLoS One.

Poter, J., Ogden, J., & Pronyk, P. (1999). Infectious disease policy: Towards the production

of health. Health Policy and Planning, 14(4), 322–328.

Ritsatakis, A. (1987). Framework for the analysis of country (HFA) policies. WHO Regional

Service for Europe.

Ritsatakis, A., Barnes, R., Dekker, E., Harrington, P., Kokko, S., & Makara, P. (2000).

Exploring health policy development in Europe. European series; No. 86.

Copenhagen Denmark. WHO regional publications.

Scott-Emuakpor, A. (2010). The evolution of health care systems in Nigeria: Which way

forward in the twenty-first century. Niger Med J, 51, 53–65.

Suarli, S., & Yayan, B. (2009). Manajemen Keperawatan. Erlangga.

Sutton, R. (1999). The Policy Process: An Overview. Overseas Development Institute

Portland House Stag Place.

Tangcharoensathien, V., Patcharanarumol, W., Pitayarangsarit, S. W., Prakongsai, P.,

Sumalee, H., Tosanguan, J., & Mills, A. (2013). Promoting universal financial
protection: How the Thai universal coverage scheme was designed to ensure

equity. Health Research Policy and Systems, 11, 25.

Walt, G. (1994). Health policy: An introduction to process and power. Zed Books.

World Health Organisation, (WHO). (2000). The World Health Report: Health System:

Improving Perfomance.

Anda mungkin juga menyukai