KELOMPOK 2 :
1. ARDYANSYAH, SKM
2. BAMBANG WARAS R, S.Pd
3. DIAN PRIHATININGTIAS E, S.Si
4. IRFAN NURROSYID, S.T
5. RURIL RUDIANTO, S.Pd
PENYELENGGARA
PT AJISAKA NUSA ILMU
YOGYAKARTA, 01 AGUSTUS 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................2
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................................................3
C. Ruang Lingkup....................................................................................................................3
D. Dasar Hukum.......................................................................................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................30
B. Saran..................................................................................................................................30
BAB V LAMPIRAN.............................................................................................................31
Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses
pencapaian tujuan perusahaan. Lingkungan pekerjaan merupakan keseluruhan sarana dan
prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksaan pekerjaan meliputi tempat kerja, fasilitas, kebersihan, pencahayaan,
ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat kerja.
1
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni lingkungan kerja fisika
dan lingkungan kerja non fisika. Lingkungan kerja fisika adalah tempat kerja melakukan
aktivitas. Lingkungan kerja mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-
faktor fisika ini mencakup suhu udara, luas ruangan, kebisingan, kepadatan dan kesesakan
ditempat kerja. Faktor-faktor fisika ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusi. Menurut
Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisika adalah semua keadaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja
ataupun dengan bawahan. Pengertian lingkungan non fisika sejalan dengan yang menyatakan
perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat
atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang
hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian
diri.
Kondisi lingkungan kerja yang baik ditandai oleh sirkulasi udara yang cukup, penerangan
lampu yang terang dan jauh dari kebisaingan suara yang mengganggu kosentrasi kerja, tata ruang
yang baik dan kebersihan yang terjaga sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak nyaman dapat mengakibatkan timbulnya penyakit
akibat kerja.
Pencegahan dan penanggulangan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh lingkungan kerja maka diperlukan pengendalian, pembinaan dan pengawasan
K3. Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf (g) tentang keselamatan
kerja bahwa syarat keselamatan kerja untuk mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi,
2
suara dan getaran.
PC. GKBI (Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia) Medari Yogyakarta
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur yang memproduksi berbagai jenis
tekstil, fokus utamanya yaitu pembuatan berbagai jenis kain khususnya kain batik.
C. Ruang Lingkup
Lingkungan kerja dan bahan kimia berbahaya.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.05/Men/2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.08/Men/VII/2010 Tentang
Alat Pelindung Diri (APD)
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Tabel 3.1 Hasil Temuan Positif Lingkungan Kerja dan Bahan Kimia
17
e. binatang berbisa
f. binatang buas
g. produk binatang dan
tumbuhan yang
berbahaya
No. Temuan Dokumentasi Potensi Peluang Konsukuensi Rating Ratio Dampak Saran Rekomendasi Peraturan
Bahaya
1 Ruang N/A Tidak 10 7 70 Jika terlalu Diberika masker Permenakertrans No.
Produksi memakai sering yang sesuai Per.08/Men/VII/2010
perlu tindakan
APD yang menghirup standart/ masker pasal 2 ayat 1 dan 2
perbaikan
sesuai partikel sekali pakai dan menyatakan bahwa
debu akan dilakukan
1. Pengusaha wajib
mengakibat pengawasan
menyediakan APD bagi
kan PAK terhadap
pekerja/buruh di tempat
penggunaannya.
kerja
2. APD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
harus sesuai standar
Nasional Indonesia
(SNI) atau standar yang
berlaku.
2 Ruang N/A Ada 10 7 70 substansi Menimbu Mewajibkan Permenaker No.
produksi pekerja perlu lkan pekerja/orang 05/MEN/2018 pasal 10
yang tidak tindakan kurangnya lain memakai ayat 2 menayatakan
menggunak perbaikan konsentra APD seperti tempat kerja yang
an ear plug si kerja, ear plug yang memiliki sumber
gangguan standart dan bahaya kebisingan
pendengar dilakukan sebagaimana dimaksud
an. pengawasan. pada ayat 1 merupakan
tempat kerja yang
terdapat sumber
kebisingan terus-
menerus, terputus-
putus, implus, implus
berulang.
3 Gudang N/A Pertukaran 6 3 18 (resiko Ketidakn Dilakukan Permenaker No.
udara sedang), yamanan penambahan 05/MEN/2018 pasal 9
kurang perlu pekerja exhaust. ayat 1 dan 2
efektif tindakan dalam menyatakan 1.
perbaikan bekerja Pengukuran dan
namun dapat kurang, pengendalian iklim
dijadwalkan. tidak ada kerja sebagaimana
pertukara dimaksud dalam pasal
n udara, 8 ayat 1 harus
iklim dilakukan pada tempat
kerja kerja yang memiliki
panas dan sumber bahaya tekanan
mengakib panas dan dingin. 2.
atkan Temapat kerja yang
pekerja memiliki sumber
dehidrasi. bahaya tekanan panas
sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 merupakan
tempat kerja yang
terdapat sumber panas
dan atau memiliki
ventilasi yang tidak
memadai.
4 Ruang N/A Tidak ada 2 7 14 (resiko Ketika Dibuatkan lampu Permenaker No.
Produksi pencahayaa sedang), perlu terjadi darurat di jalur 05/MEN/2018 pasal 19
n di jalur tindakan keadaan evakuasi ayat 2 menyatakan
evakuasi perbaikan darurat, sarana pencahayaan
namun dapat pekerja darurat sebagaiamana
dijadwalkan. tidak tahu harus memenuhi syarat:
arah a. Bekerja secara
menuju titik otomatis. b.
kumpul Mempunayai intensitas
pencahayaan yang cukup
untuk melakukan
evakuasi dan atau
penyelematan yang
aman. c. Dipasang pada
jalur evakuasi atau akses
jalan keluar.
5 Tempat N/A Tempat 3 3 9( resiko Sampah Dibuatkan tempat Permenaker No.
sampah sampah rendah) tercampur sampah terpisah 05/MEN/2018 pasal 43
tidak menjadi antara organik, ayat 2 butir a
dibedakan satu tidak anorganik, dan b3. menayatakan
sesuai memisahkan alat,
jenisnya perkakas,dan bahan yang
diperlukan atau
digunakan.
6 Toilet N/A Antara laki- 3 3 9 resiko Kebersihan Pembersihan Permenaker No.
laki dan rendah kurang dilakukan secara 05/MEN/2018 pasal 34
perempuan sehingga rutin, toilet laki- ayat 3 menayatakan
sama menimbulk laki dan bahwa penempatan toilet
an sarang perempuan harus terpisah antara
penyakit. dibedakan. laki-laki, perempuan,
dan penuandang cacat,
serta diberikan tanda
yang jelas.
7 Ruang N/A Selokan 3 3 9 resiko Tempat Ditutup dan Permenaker No.
Produksi tidak rendah berkemban dirapikan 05/MEN/2018 pasal 27
tertutup gbiak ayat 2 menyatakan
nyamuk bahwa jika terdapat
dan saluran air pembuangan
serangga pada halaman, maka
penyebab saluran air harus tertutup
penyakit. dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat serta air
buangan harus mengalir
dan tidak boleh
tergenang.
8 Ruang N/A Lantai 3 3 9 (resiko Dapat Diratakan dan Permenaker No.
Produksi ruang rendah) terjatuh dan diperbaiki lubang 05/MEN/2018 pasal 30
produksi terkilir dilantai menyatakan lantai harus:
rusak, tidak a. terbuat dari bahan
rata dan yang keras, tahan air,
berlubang tahan bahan kimia yang
merusak. b. Datar tidak
licin dan mudah
dibersihkan. c. mudah
dibersihkan secara
teratur.
9 Office N/A Tidak 10 7 70 substansi Penangana Harus ada petugas Kep. 187/MEN/1999
memiliki perlu tindakan n dan khusus kimia dan pasal 17 ayat 1
petugas perbaikan pemantaun diawasi menyatakan bahwa
kimia tidak penggunaannya. perusahaan yang
terkontrol dikategorikan
dg baik. mempunyai potensi
bahaya menengah wajib
mempunyai petugas K3
kimia untuk sistem kerja
non shif sekurang-
kurangnya 1 dan untuk
shift sekurang-
kurangnya 3 orang.
10 RuangPro N/A Tidak ada 10 7 70 substansial Pekerja Disediakan LDKB Kep. 187/MEN/1999
duksi LDKB perlu tindakan tidak untuk setiap bahan pasal 4 tentang lembar
ditempat perbaikan mengetahui kimia dan di data keselamatan bahan
penggunaan sifat dan tempel. dan pasal 5 terkait label
bahan karakteristi untuk bahan kimia yang
kimia. k dari berbahaya.
bahan
kimia yang
digunakan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di peroleh dari hasil
praktek kerja lapangan pada PC.GKBI di
antaranya:
1. Masih ada beberapa aspek k3 yang belum di
terapkan dengan baik terutama pada
lingkungan kerja dan bahan kimia berbahaya,
2. Banyak aspek k3 yang belum dilakukan
pemeriksaan berkala terutama di tempat kerja
3. Perusahaan belum memliki petugas kimia,
4. Pekerja masi banyak yang belum memakai
APD (Alat Pelindung Diri) dan kurangnya
pengawasan dari perusahaan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat di berikan kedapa
perusahaan yaitu :
LAMPIRAN