Anda di halaman 1dari 8

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PERPAJAKAN

Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis

Temu 4

Kelompok 9

Anggota Kelompok:

1. Ni Kadek Ayu Sasmita Cahyani (24)

2. Putu Lovy Wilona Amaris (25)

3. Ni Putu Puspita Dewi (26)

Program Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

Denpasar

2020
PEMBAHASAN

A. Relativitas Moral Dalam Bisnis


Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut :
1. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang berlaku di negara
tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa
tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal yang berlaku di semua negara dan
masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku di suatu negara berbeda dengan
yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu, menurut pandangan ini norma dan nilai
moral bersifat relatif. Ini tidak benar, karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan
menipu dimanapun juga akan dikecam dan dianggap tidak etis.
2. Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam arti
tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya norma dan nilai
moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di negara sendiri harus
diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun
pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa
moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu
sejauh manusia adalah manusia, dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu
akan tetap berlaku.
3. Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada
norma moral yang perlu diikuti sama sekali
Dalam persaingan global, semua perusahaan harus bersaing berdasarkan prinsip – prinsip etika.
Persoalannya adalah etika siapa yang diikuti mengingat bisnis global tidak mengenal batas negara.
Beberapa pandangan yang ada pada masyarakat bahwa norma etis berbeda di satu tempat dengan
tempat yang lain dan norma pada negara sendirilah yang paling tepat menunjukkan bahwa norma
atau moral bersifat relatif dan tidak universal. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tindakan mencuri,
berbohong, dan menipu dimana pun pasti dikecam karena tidak etis. Sehingga yang lebih tepat
adalah apabila perusahaan tunduk pada hukum yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut
beroperasi.
B. Tanggung Jawab Moral dan Sosial Bisnis
Tanggung jawab perusahaan adalah tindakan dan kebijakan perusahaan dalam berinteraksi
yang didasarkan pada etika. secara umum etika dipahami sebagai aturan tentang prinsip dan nilai
moral yang mengarahkan perilaku sesorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk
dalam pengambilan keputusan. Menurut Jones, etika berkaitan dengan nilai-nilai internal yang
merupakan bagia dari budaya perusahaan dan membentuk keputusan yang berhubungan dengan
tanggung jawab social.
Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab social:
a. pendekatan moral yaitu tindakan yang didasrkanpada prinsip kesatuan
b. pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakanmoral harus didasarkan pada
standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab
c. kebijakan bermanfaat adalh tanggup jawab social yang didasarkan pada nilai apa
yang dilakukan perusahaan menghasilakn manfaat besar bagi pihak berkepentuingan
secara adil.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan
dalam segala aspek operasional perusahaan.
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara
finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan
berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan
dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan
community development.
Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good CSR) memadukan empat
prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan
responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut
(Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih
memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.
a. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
- Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
- Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
- Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu

b. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
- Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena hanya berdasarkan hukum
- Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
c. Lingkup Tanggung jawab Sosial
- Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas
- Keuntungan ekonomis
d. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
- Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
- Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
- Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial
- Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
e. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
- Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
- Terbatasnya Sumber Daya Alam
- Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
- Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya,
- Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
- Keuntungan Jangka Panjang
f. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
- Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa
struktur mengikuti strategi
- Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi
perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup
nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial

C. Kode Etik Perusahaan


Kode Etik Perusahaan merupakan pedoman internal yang berlaku mengikat di lingkungan
Perseroan yang berisikan seperangkat nilai, etika bisnis, etika kerja, dan norma-norma terkait
kepatutan dan kepatuhan terhadap kebijakan dan ketentuan yang telah dibakukan oleh perusahaan
maupun aturan perundang-undangan di Indonesia. Kode etik menyangkut apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan dalam pelaksanaan suatu profesi. Kode etik berisi tuntutan keahlian, komitmen
moral, dan perilaku yang diinginkan dari orang yang melakukan profesi tersebut. Kode etik khusus
untuk perusahaan mencuat pada tahun 1970-an akibat terjadinya berbagai skandal korupsi di
kalangan pebisnis. Kode etik perusahaan oleh Patrict Murphy disebut ethic statement dibedakan
dalam tiga macam (Baterns, 2000:381):
1. Value Statement (Pernyataan Nilai), yaitu melukiskan apa yang dilihat oleh perusahaan
sebagai misinya dan mengandung nilai – nilai yang dijunjung tinggi perusahaan, misalnya
pentingnya integritas, kerja tim, kredibilitas, dan keterbukaan dalam komunikasi.
2. Corporate Credo (Kredo Perusahaan), yaitu tanggungjawab perusahaan terhadap para
stakeholder.
3. Code of Conduct/Code of Ethical Conduct (Kode Etik), yaitu menyangkut kesulitan yang
bisa timbul seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok,
sumbangan kepada pihak lain, dan sebagainya.
Adapun manfaat kode etik bagi perusahaan dapat disebutkan sebagai berikut (Bertens, 2000:382):
1. Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan. Dengan adanya kode etik,
secara intern pegawai terikat dengan standar etis yang sama dan secara ekstern para pihak
yang berkepentingan akan memaklumi apa yang bisa diharapkan dari perusahaan tersebut.
2. Kode etik dapat membantu menghilangkan kawasan abu – abu di bidang etika.
3. Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
4. Kode etik menyediakan regulasi sendiri (self regulation) dan dalam batas tertentu tidak
perlu campur tangan pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan bisnis.

Namun disamping itu, ada juga kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan, yaitu:
1. Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka untuk membuat pihak luar kagum, padahal
belum tentu dijalankan dengan baik.
2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan pimpinan dalam
berbagai persoalan etis.
3. Jarang ada penegakan kode etis dengan memberi sanksi untuk pelanggaran.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya:
1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi
2. Tidak memuat hal – hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai dampak nyata
3. Direvisi sewaktu – waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman
4. Ditegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan terselesaikan dengan
baik.
D. Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika
Leonard Brooks menyebutkan 6 alasan mengapa dunia bisnsi makin meningkatkan perhatian
terhadap etika bisnis yaitu :
1. Krisis publik tentang kepercayaan.
Pada umumnya, publik kurang percaya terhadap kredibilitas dan kontribusi perusahaan
kepada masyarakat. Skandal demi skandal telah terjadi, sehingga memudarkan
kepercayaan publik. Dewasa ini makin banyak pemimpin puncak merumuskan standar
etika perusahaan untuk mengontrol perilaku yg curang dan memperbaiki daya saing.
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja.
Kekuatan pendorong kedua yg membangkitakn kesadaran terhadap etika bisnis adalah
meningkatnya nilai nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja atau quality of works life
(QWL). Hal ini tampak pada felksibilitas waktu kerja, penekanan pada kebugaran dan
kesehatan, pengasuhan anak di perusahaan, dan lain-lain.
3. Hukuman terhadap tindakan yg tidak etis.
Hukuman secara yudiris dan ekonomis di kenakan pada perusahaan-perusahaan yg
melakukan tindakan ilegal seperti, diskriminasi pekerjaan, pelanggaran standar polusi,
keamanan dan kesehatan kondisi kerja, dan lain-lain. Pemrintah di negara-negara maju
telah menyatakan tekad untuk menegakkan hukum guna melindungi lingkungan alam dan
pegawai dari praktek manajemen yg sewenang-wenang.
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus.
Kelompok kelompok pemerhati khusus (Lembaga Swadaya Masyarakat) senantiasa
menjadikan korporasi yg mengancam kesejahteraan publik sebagai sasaran media masa.
Lembaga perlindungan konsumen, akan meyampaikan kritik yg bisa berdampak negatif
pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan adanya penyimpangan yg dilakukan
korporasi.
5. Peran media dan publisitas.
Publisitas melalui peningkatan perhatian media massa juga menjadi kepedulia korporasi
dewasa ini. Media massa sebagi pihak berkepentingan sangat berpengaruh dalam
membentuk opini publik tentang krporasi. Oleh karena itu, korporasi senantiasa membina
hubungan dengan media massa dan responsif tehadap media massa.
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan.
Bagi korporasi yg berkembang dengan jaringan usaha yg luas dan terpencar secara
geografis, mempunyai aliansi, mitra usaha, pusat keuntungan yg independen, timbul
masalah etis yg menyangkut opersaional korporasi. Sruktur organisasi,hubungan
tanggungjawab antar unit dan jaringa korporasi senantiasa perlu dikaji ulang dari sudut
efisiensi, efektivitas, dan nilai-nilai pedoman aplikasinya untuk tagihan organisasi maupun
individu.
E. Kendala – Kendala Pelaksanaan Etika
Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:

1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara
nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat sebuah badan independen yang
berfungsi sebagai badan register akreditasi perusahaan, yaitu American Society for
Quality Control (ASQC)
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Denpasar. Udayana
University Press
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/teori-etika-bisnis-dan-pengertian/
https://id.scribd.com/doc/228395860/Relativitas-Moral-Dalam-Bisnis
http://anacahyaningrum.blogspot.com/2019/05/gambaran-umum-profesi-bisnis-pada.html
http://indomobilmultijasa.com/id/gcg/etique-
code#:~:text=Kode%20Etik%20Perusahaan%20merupakan%20pedoman,aturan%20perundang-
undangan%20di%20Indonesia.
https://www.academia.edu/14728450/ETIKA_DALAM_BISNIS#:~:text=2.%20Etika%20bisnis
%20berfungsi%20menggugah,etis%20tidaknya%20suatu%20praktek%20bisnis.&text=Tindakan
%20mencuri%2C%20berbohong%2C%20dan%20menipu,pasti%20dikecam%20karena%20tida
k%20etis.
https://fiolitaramadhan12.wordpress.com/2019/03/29/penerapan-etika-dalam-bisnis-beserta-
kendalanya/

Anda mungkin juga menyukai