Temu 4
Kelompok 9
Anggota Kelompok:
Universitas Udayana
Denpasar
2020
PEMBAHASAN
b. Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
- Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena hanya berdasarkan hukum
- Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
c. Lingkup Tanggung jawab Sosial
- Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas
- Keuntungan ekonomis
d. Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
- Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
- Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
- Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab sosial
- Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
e. Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
- Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
- Terbatasnya Sumber Daya Alam
- Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
- Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya,
- Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
- Keuntungan Jangka Panjang
f. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
- Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa
struktur mengikuti strategi
- Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi
perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup
nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial
Namun disamping itu, ada juga kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan, yaitu:
1. Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka untuk membuat pihak luar kagum, padahal
belum tentu dijalankan dengan baik.
2. Kode etik dirumuskan terlalu umum dan tetap memerlukan keputusan pimpinan dalam
berbagai persoalan etis.
3. Jarang ada penegakan kode etis dengan memberi sanksi untuk pelanggaran.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, suatu kode etik hendaknya:
1. Dirumuskan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam organisasi
2. Tidak memuat hal – hal yang kurang berguna dan tidak mempunyai dampak nyata
3. Direvisi sewaktu – waktu agar sesuai dengan perkembangan jaman
4. Ditegakkan dengan seperangkat sanksi agar setiap permasalahan terselesaikan dengan
baik.
D. Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika
Leonard Brooks menyebutkan 6 alasan mengapa dunia bisnsi makin meningkatkan perhatian
terhadap etika bisnis yaitu :
1. Krisis publik tentang kepercayaan.
Pada umumnya, publik kurang percaya terhadap kredibilitas dan kontribusi perusahaan
kepada masyarakat. Skandal demi skandal telah terjadi, sehingga memudarkan
kepercayaan publik. Dewasa ini makin banyak pemimpin puncak merumuskan standar
etika perusahaan untuk mengontrol perilaku yg curang dan memperbaiki daya saing.
2. Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja.
Kekuatan pendorong kedua yg membangkitakn kesadaran terhadap etika bisnis adalah
meningkatnya nilai nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja atau quality of works life
(QWL). Hal ini tampak pada felksibilitas waktu kerja, penekanan pada kebugaran dan
kesehatan, pengasuhan anak di perusahaan, dan lain-lain.
3. Hukuman terhadap tindakan yg tidak etis.
Hukuman secara yudiris dan ekonomis di kenakan pada perusahaan-perusahaan yg
melakukan tindakan ilegal seperti, diskriminasi pekerjaan, pelanggaran standar polusi,
keamanan dan kesehatan kondisi kerja, dan lain-lain. Pemrintah di negara-negara maju
telah menyatakan tekad untuk menegakkan hukum guna melindungi lingkungan alam dan
pegawai dari praktek manajemen yg sewenang-wenang.
4. Kekuatan kelompok pemerhati khusus.
Kelompok kelompok pemerhati khusus (Lembaga Swadaya Masyarakat) senantiasa
menjadikan korporasi yg mengancam kesejahteraan publik sebagai sasaran media masa.
Lembaga perlindungan konsumen, akan meyampaikan kritik yg bisa berdampak negatif
pada kepercayaan konsumen apabila ditemukan adanya penyimpangan yg dilakukan
korporasi.
5. Peran media dan publisitas.
Publisitas melalui peningkatan perhatian media massa juga menjadi kepedulia korporasi
dewasa ini. Media massa sebagi pihak berkepentingan sangat berpengaruh dalam
membentuk opini publik tentang krporasi. Oleh karena itu, korporasi senantiasa membina
hubungan dengan media massa dan responsif tehadap media massa.
6. Mengubah format organisasi dan etika perusahaan.
Bagi korporasi yg berkembang dengan jaringan usaha yg luas dan terpencar secara
geografis, mempunyai aliansi, mitra usaha, pusat keuntungan yg independen, timbul
masalah etis yg menyangkut opersaional korporasi. Sruktur organisasi,hubungan
tanggungjawab antar unit dan jaringa korporasi senantiasa perlu dikaji ulang dari sudut
efisiensi, efektivitas, dan nilai-nilai pedoman aplikasinya untuk tagihan organisasi maupun
individu.
E. Kendala – Kendala Pelaksanaan Etika
Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara pelaku
bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan
campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi
laporan keuangan.
2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara
nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat sebuah badan independen yang
berfungsi sebagai badan register akreditasi perusahaan, yaitu American Society for
Quality Control (ASQC)
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Denpasar. Udayana
University Press
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/teori-etika-bisnis-dan-pengertian/
https://id.scribd.com/doc/228395860/Relativitas-Moral-Dalam-Bisnis
http://anacahyaningrum.blogspot.com/2019/05/gambaran-umum-profesi-bisnis-pada.html
http://indomobilmultijasa.com/id/gcg/etique-
code#:~:text=Kode%20Etik%20Perusahaan%20merupakan%20pedoman,aturan%20perundang-
undangan%20di%20Indonesia.
https://www.academia.edu/14728450/ETIKA_DALAM_BISNIS#:~:text=2.%20Etika%20bisnis
%20berfungsi%20menggugah,etis%20tidaknya%20suatu%20praktek%20bisnis.&text=Tindakan
%20mencuri%2C%20berbohong%2C%20dan%20menipu,pasti%20dikecam%20karena%20tida
k%20etis.
https://fiolitaramadhan12.wordpress.com/2019/03/29/penerapan-etika-dalam-bisnis-beserta-
kendalanya/