Anda di halaman 1dari 14

Alur Data dan Informasi Indikator, Informasi yang Dihasilkan

“ DINAS PROVINSI “

Dosen pembimbing :

Ns. Sarwan, S.Kep, M.Kep

Dibuat Oleh : KELOMPOK 4

YANA LAJALI (1901020)

HENDRA AYUBA (1901005)

SARI ISTIFAR RIANI (1901010)

MAHARANI DESTIA PUTRI (1901030)

NURFITRININGSI MUHAMMAD (1901015)

MUHAMAD FAJRIN PUTRA LUNETO (1901025)

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2020-2021

0
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Alur Data dan Informasi Indikator, Informasi yang Dihasilkan “DINAS
PROVINSI” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Sarwan selaku Dosen mata kuliah Sistem Informasi
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Alur Data dan Informasi Indikator, Informasi yang
Dihasilkan “DINAS PROVINSI“. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Manado, 02 Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
SAMPUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah ................................................................ 4


2.2 Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI” ............................................ 5
2.3 Informasi Indikator “DINAS PROVINSI” ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 12


1.2 Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua


komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber
daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan
hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan dilakukan secara
berjenjang di pusat dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi
fungsional di bidang kesehatan.

Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan informasi dalam menunjang pengambilan
keputusan pada setiap tingkat administrasi kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota,
bahkan sampai unit pelaksana teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas. Sistem
Infomasi Kesehatan (SIK) adalah Kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan
bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan
dengan manajemen pelayanan kesehatan di setiap tingkatnya (Siregar cit. Barsasella, 2012).
Menurut WHO (2004) definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah Sebuah sistem yang
mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan penggunaan informasi
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan melalui manajemen yang
lebih baik pada semua jenjang kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah mencakup subsistem informasi yang
dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek Swasta,
Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem
informasi untuk Dinas Kesehatan Propinsi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Jelaskan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah ?
2) Jelaskan Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI” ?
3) Jelaskan Informasi Indikator “DINAS PROVINSI” ?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah
2) Untuk mengatahui Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI”
3) Untuk mengetahui Informasi Indikator “DINAS PROVINSI”

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi
sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara
online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu
milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
dan Kementerian Kesehatan. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan
ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen kesehatan melalui pemanfaatan
teknologi informasi komunikasi. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan sudah dimulai sejak dekade delapan puluhan. Pada masa itu
Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Data Kesehatan (PUSDAKES) memanfaatkan
teknologi informasi dengan system Electronic Data Processing (EDP) namun hal ini baru
diterapkan di tingkat pusat. Komitmen bersama antar pemimpin birokrasi bidang kesehatan
untuk mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi, dan pusat menemui berbagai
kendala dan hambatan termasuk kurangnya dana dan tidak adanya payung hukum (PP)
membuat SIK kurang optimal dan belum berdaya guna. Pada era sembilan puluhan
Departemen Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Puskesmas (SP2TP),

Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA)”. Sistem Informasi Kesehatan


Daerah (SIKDA) di Kabupaten/kota adalah sebagai bagian sub sistem SIKDA yang ada di
provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKDA seharusnya bertujuan untuk mendukung SIKNAS,
namun dengan terjadinya desentralisasi sektor kesehatan ternyata mempunyai dampak
negatif.

Sistem kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat sebagai


berikut:

1. Tingkat Kabupaten/Kota Terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lainnya,


dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota, rumah sakit
kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya.
2. Tingkat Provinsi Terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi, dan
pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya.
3. Tingkat Pusat Terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan Pelayanan
kesehatan rujukan tersier lainnya.

4
2.2 Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI”

a. Ketersediaan Data

Upaya pemantauan dan evaluasi keberhasilan terhadap tujuan pembangunan telah


banyak dilakukan oleh pusat yang terlihat antara lain dari adanya lampiran daftar indikator
kinerja pada Undang-undang No 25 tahun 1999 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas). Indikator tersebut dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan program pembangunan
yang dilakukan pemerintah.

 Menurunkan angka kematian anak

Perkiraan angka kematian anak meliputi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian
balita (Akaba), Sumber data yang dapat dipakai adalah Sensus Penduduk (SP), Kor Susenas,
dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Di samping itu dari survei yang dilakukan BPS
bersama BKKBN, dan Depkes, yaitu Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) juga dapat
digunakan untuk menghitung AKB dan Akaba.

Depkes Profil Kesehatan Indonesia merupakan sumber data yang lengkap yang
pengumpulan datanya dilakukan melalui catatan administrasi yang diperoleh secara
berjenjang dari Puskesmas. Di tingkat pusat data ini digabungkan dengan data dari unit lain
di Depkes yang diperoleh dari rumah sakit pemerintah dan swasta. Jenis data yang
dikumpulkan dari sumber ini antara lain penyakit, kematian, dan pelayanan kesehatan seperti
imunisasi.

 Meningkatkan kesehatan ibu

Upaya menghitung indikator Angka Kematian Ibu (AKI) pada masa kehamilan,
persalinan, dan nifas untuk memantau kesehatan ibu tidak mudah dilakukan.

Sumber data untuk menghitung AKI yang penghitungannya melalui dua pendekatan yaitu
secara langsung dan tidak langsung diantaranya metode sisterhood adalah Susenas Modul
Kesehatan, Supas, dan SDKI. Sumber data ini hanya mampu menghasilkan indikator tingkat
provinsi. Ada sumber data lain yaitu Surkesnas (Depkes), namun hanya menghasilkan
indikator tingkat kawasan.

 Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya

Depkes Data tentang penyakit menular disajikan dalam Profil Kesehatan Indonesia yang
memuat jumlah kasus dan kematian karena penyakit malaria dan beberapa macam penyakit
menular seperti HIV/AIDS, malaria, dan TBC. Data ini berasal dari laporan seluruh
Puskesmas yang berada di wilayah kantor dinas kesehatan kabupaten/kota yang kemudian
diolah dan diteruskan ke provinsi dan pusat. Masalah utama yang terjadi adalah
keterlambatan pengiriman sehingga time-lag antara tahun rujukan data dan tahun penerbitan
publikasi menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.

5
b. Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan
Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu:
 Pengelolaan SIK manual
Pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau
paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus,
mulai dari proses pendaftaran sampai denganpembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena
adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada.
Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses
pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan.
 Pengelolaan SIK komputerisasi offline

Pada jenis ini, pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya


sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik
biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional.

 Pengelolaan SIK komputerisasi online

Pada jenis ini, pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya


sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk
memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data. Dalam proses pengelolaan
data/informasi kesehatan di Indonesia, standar-standar yang dibutuhkan, baik standar
proses pengelolaan informasi kesehatan maupun teknologi yang digunakan, belum
memadai. Akses dan sumber daya kesehatan juga tidak merata, lebih banyak dimiliki oleh
daerah-daerah tertentu, terutama di pulau Jawa. Akibatnya setiap institusi kesehatan mulai
dari puskesmas, rumah sakit, hingga ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi
menerapkan sistem informasi menurut kebutuhan masing-masing. Hal ini menjadikan sistem
yang digunakan berbeda-beda dan sulit untuk disatukan. Selain itu, kepemilikan dan
keamanan data yang dipertukarkan menjadi penghalang untuk menyediakan data yang bisa
diakses oleh pihak yang membutuhkan.

c. Tahap pelaksanaan SIKDA Generik

SIKDA Generik mulai dipikirkan pengembangannya pada saat dirasakan adanya


kebutuhan suatu sistem yang memenuhi kebutuhan pengelolaan data dan informasi yang
standar, dapat terintegrasi secara nasional dan dapat diterapkan di wilayah dengan sumber
daya yang terbatas. Hal ini terealisasi dengan adanya bantuan teknis dari GIZ (The Deutsche
Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) untuk Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan. Pengembangan SIKDA Generik mulai terlihat hasilnya dengan
selesainya modul SIM Puskesmas berupa prototype testing di Pusdatin dan prototype testing
untuk puskesmas per tanggal 31 Agustus 2011. Sesuai dengan rencana, per 30 September

6
2011 akan selesai. Modul Bank Data dan SIM Dinkes (uji coba). Bank data di Pusdatin (uji
coba), di Dinkes dengan

menjalankan prototype puskesmas dan per 30 oktober 2011 diharapkan Modul Konektivitas
(Sistem Komunikasi Data) selesai dan membuat “Connectathon”, dimulai dengan 3 – 5
sistem yang sudah jadi. (Connectathon untuk menguji dan memilih vendor). Integrasi dengan
aplikasi- aplikasi di rumah sakit, instalasi farmasi/apotek dan fasilitas penunjang lain akan
mulai dilaksanakan tahun 2012.

Dalam penerapan SIKDA Generik ada beberapa hal yang harus ada dan dipersiapkan
yaitu pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja. Dari ketiga hal tersebut, dua
yang pertama yaitu pelatihan dan pendampingan sudah diakomodir oleh Pusdatin Kemenkes
dan sudah disiapkan anggarannya. Sedangkan yang nomor tiga yaitu kesiapan dan kemauan
para pengguna sendiri, merupakan tantangan tersendiri bagi terlaksananya penerapan SIKDA
Generik, akan tetapi ini pun pasti bisa diintervensi mungkin dengan berbagai cara seperti
pelatihan, workshop dan pendampingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan data, publikasi
pemanfaatan data, pemberian penghargaan dan publikasi bagi daerah dengan pengelolaan
SIKDA terbaik.

 Level Dinas Kesehatan Provinsi

Pengelolaan jaringan komputer di level Provinsi dilakukan agar dalam pelaksanaannya


dapat tercapai sasaran berikut :

a) Tersedianya infrastrukur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Provinsi yang


terhubung dengan jaringan internet.
b) Terlaksananya pemeliharaan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan
Provinsi serta koneksinya ke jaringan internet.
c) Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan
Provinsi.
d) Optimalisasi Pemanfaatan jaringan internet di Dinas Kesehatan Provinsi

2.3 Informasi Indikator “DINAS PROVINSI”

a. Konsep SIKDA Generik

Ketersediaan informasi kesehatan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan upaya


kesehatan yang efektif dan efisien. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
dijelaskan mengenai tanggung jawab pemerintah dalam ketersediaan akses terhadap
informasi, edukasi & fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Informasi kesehatan ini dapat diperoleh
melalui Sistem Informasi Kesehatan atau SIK. Dengan berlakunya sistem otonomi daerah,
maka pengelolaan SIK merupakan tanggung jawab dan wewenang masing-masing
pemerintah daerah:

7
a) Pemerintah pusat/Kementerian Kesehatan, bertanggung jawab dalam
pengembangan system informasi kesehatan skala nasional dan fasilitasi
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah.
b) Pemerintah daerah provinsi/dinas kesehatan provinsi, bertanggung jawab
dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala provinsi.
c) Pemerintah daerah kabupaten/kota / dinas kesehatan kab/kota, bertanggung jawab
dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala kabupaten/kota.

Dampak dari otonomi daerah tersebut, setiap pemerintah daerah melakukan


pengelolaan dan pengembangan SIK berbasis teknologi informasi yang berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Sehingga saat ini terdapat berbagai jenis SIK yang
berbeda-beda di tiap daerah, baik itu berbeda dari sisi sistem operasi, bahasa pemrograman
maupun data basenya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa:

a) SIK di Indonesia belum terintegrasi satu dengan lainnya. Informasi kesehatan masih
terfragmentasi dan belum mampu mendukung penetapan kebijakan serta kebutuhan
pemangku kebijakan.
b) Menindak lanjuti permasalahan tersebut maka Pemerintah wajib mengembangkan sistem
informasi kesehatan yang dapat mengintegrasikan dan memfasilitasi proses pengumpulan
dan pengolahan data, serta komunikasi data antar pelaksana pelayanan kesehatan mulai
dari fasilitas pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat pusat, sehingga dapat
meningkatkan kualitas informasi yang diperoleh. Pada saat bersamaan juga memperbaiki
proses pengolahan informasi yang terjadi di daerah, yang pada akhirnya dapat
mendukung pemerintah dalam penguatan sistem kesehatan di Indonesia.

b. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes)


Aplikasi ini berfungsi untuk menangani pencatatan dan pengelolaan data yang berasal
dari:
a) Pengelolaan data puskesmas, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual dari
puskesmas yang ada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat.
b) Pengelolaan data rumah sakit tingkat kabupaten/kota, berfungsi untuk mengentri data
manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada
dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota yang bersifat agregat.
c) Pengelolaan data rumah sakit tingkat provinsi, berfungsi untuk mengentri data manual
yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, yang berada dalam
wilayah kerja dinkes provinsi yang bersifat agregat.
d) Pengelolaan data apotek/instalasi farmasi, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data
manual yang berasal dari apotek/instalasi farmasi baik pemerintah maupun swasta,
yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota, yang bersifat agregat.
e) Pengelolaan data penunjang, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data manual,
yang bersifat agregat, yang berasal dari laboratorium/radiologi/fasilitas penunjang
lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta yang berada dalam wilayah kerja
dinkes kabupaten/kota. f. Pengelolaan data kesehatan lainnya, yang berfungsi untuk
mencatat dan mengelola data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan selain

8
puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan laboratorium penunjang, yang
berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan, misalnya dari lembaga lintas sektor
(institusi non kesehatan), praktik dokter dan klinik, lembaga survei, dan organisasi
kesehatan lainnya, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan.
f) Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data SDM
h. kesehatan di kabupaten/kota/provinsi.
g) Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data aset pada dinkes
kabupaten/kota dan dinkes Provinsi. Pada SIM Dinkes, data yang dientri bersifat
agregat.

 Sistem Informasi Eksekutif

Sistem Informasi Eksekutif, berfungsi untuk menampilkan profil kesehatan daerah, yang di
dalamnya berisi indikator kesehatan daerah yang merupakan rangkuman dari data- data
puskesmas, rumah sakit, dan gudang farmasi kabupaten/kota. Informasi disajikan secara
ringkas dalam bentuk grafik, tabel, maupun statistik, yang dapat diakses oleh jajaran
pimpinan misalnya bupati, gubernur, kepala dinas kesehatan, dan pemangku kepentingan
lainnya.

 Sistem Komunikasi Data Kesehatan

Sistem Komunikasi Data Kesehatan, berfungsi untuk menangani proses sinkronisasi/ migrasi
data yang berbentuk soft copy yang berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas,
rumah sakit, laboratorium, apotek/farmasi, dan institusi kesehatan lainnya yang telah
menggunakan perangkat komputer, aplikasi sistem informasi manajemen dan telah terhubung
secara online melalui jaringan internet ke database SIKDA Generik dalam proses pengelolaan
data. Jenis data yang dikomunikasikan adalah sebagai berikut :

1) Data umum fasilitas pelayanan kesehatan


2) Data pasien baru
3) Data kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan
4) Data morbiditas 5. Data pengelolaan obat dan alat kesehatan
5) Data pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan
6) Data pengelolaan tenaga kesehatan dan non kesehatan
7) Data statistik daerah

c. Penggunaan Standar dan Pedoman

Standar Kode Data Penggunaan standar kode data mutlak diperlukan apabila format data
yang akan diintegrasikan berupa data indiviual. Standar konten data kesehatan yang sudah
dimiliki oleh Kementerian Kesehatan saat ini sebagai berikut :

1) Standar kodefikasi penyakit/diagnosis dengan berpedoman pada International


Classification of Diseases Revisi ke-10 sebagaimana telah ditetapkan dalam
keputusan Menteri Kesehatan Nomor 50/Menkes/SK/1/1998.
2) Standar Kodefikasi Wilayah

9
3) Standar Kodefikasi Puskesmas
4) Standar Kodefikasi Rumah Sakit
5) Standar Kodefikasi Apotik
6) Standar Kodefikasi Obat
7) Standar Kodefikasi Unit Kerja
8) Standar Kodefikasi Pendidikan
9) Standar Kodefikasi Pelatihan
10) Standar Kodefikasi Peralatan/Barang Inventaris

 Standar Dataset Pertukaran Data

Pertukaran data antar sistem memerlukan dataset yang perlu distandarisasi. Pertukaran
data pada sistem informasi kesehatan daerah terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : a) Dataset
Individual Konten dataset individual ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis pertukaran
data. b) Dataset Agregat. Konten dataset agregat ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis
pertukaran data.

 Standar Teknologi Pengiriman Data

Pengiriman data dilakukan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengiriman data ke Dinas
Kesehatan Provinsi. Teknologi yang dapat digunakan pada pengiriman data adalah sebagai
berikut :

a) Manual. Dataset dalam format sofcopy dikirimkan secara manual ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas tidak memiliki
koneksi internet.

b) Email. Dataset dalam format softcopy dikirim melalui email ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, namun aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
tidak bisa diakses melalui koneksi internet (offline).

c) Entry langsung via aplikasi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
bisa diakses melalui koneksi internet (online). Tidak ada persyaratan penggunaan SIMPUS
elektronik ataupun manual di Puskesmas untuk menerapkan metode ini.

d) Upload dataset. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi
internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi bisa
diakses melalui koneksi internet (online). Apabila Puskesmas sudah menerapkan SIMPUS
elektronik yang sudah dapat menghasilkan output dataset standar, maka metode ini dapat
dilakukan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengiriman dataset.

e) Protokol pertukaran data. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi

10
bisa diakses melalui koneksi internet (online). Dengan menerapkan metode ini, pertukaran
data berjalan secara otomatis tanpa melibatkan operator di tingkat Puskesmas.

c. Peningkatan Kualitas Informasi

Informasi adalah data yang sudah melewati proses pengolahan. Upaya yang dilakukan
agar diperoleh informasi yang berkualitas di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Tersedia data mentah yang berkualitas.


2) Dilakukan analisa data yang relevan dengan tema informasi yang disajikan.
3) Produk informasi yang lebih variatif menyesuaikan dengan kebutuhan/tema informasi.
4) Penyajian data menggunakan visualisasi data yang sesuai (tabel, grafik, narasi, atau
peta). e. Penggunaan media yang sesuai.
5) Kemudahan memperoleh informasi.
6) Diseminasi informasi yang lebih efektif.

d. Peningkatan Pengelolaan SIKDA

Peningkatan pengelolaan SIKDA meliputi:

1) Peningkatan Pembiayaan SIKDA.


2) Peningkatan Koordinasi.
3) Peningkatan Monitoring dan evaluasi dengan menyusun instrumen monitoring dan
evaluasi.
4) Penguatan sumber daya manusia di bidang sistem informasi kesehatan dengan Melalui
pelatihan dan transfer knowledge.
5) Maintenance untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan.
6) Pendampingan yang intensif pada saat inisiasi penggunaan sistem baru.
7) Bimbingan Teknis.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi
sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara
online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu
milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
dan Kementerian Kesehatan.

Upaya pemantauan dan evaluasi keberhasilan terhadap tujuan pembangunan telah banyak
dilakukan oleh pusat yang terlihat antara lain dari adanya lampiran daftar indikator kinerja
pada Undang-undang No 25 tahun 1999 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas).
Indikator tersebut dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan program pembangunan yang
dilakukan pemerintah.

SIKDA Generik mulai dipikirkan pengembangannya pada saat dirasakan adanya


kebutuhan suatu sistem yang memenuhi kebutuhan pengelolaan data dan informasi yang
standar, dapat terintegrasi secara nasional dan dapat diterapkan di wilayah dengan sumber
daya yang terbatas.

Level Dinas Kesehatan Provinsi

Pengelolaan jaringan komputer di level Provinsi dilakukan agar dalam pelaksanaannya


dapat tercapai sasaran berikut :

e) Tersedianya infrastrukur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Provinsi yang


terhubung dengan jaringan internet.
f) Terlaksananya pemeliharaan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan
Provinsi serta koneksinya ke jaringan internet.
g) Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan
Provinsi.
h) Optimalisasi Pemanfaatan jaringan internet di Dinas Kesehatan Provinsi

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata SEMPURNA dan masih banyak
kekurangan dalam hal materi yang disampaikan maupun dalam pengetikan.Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif.Untuk
kedepannya saya dapat menyempurnakan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


2009, Pemerintah Republik Indonesia

Anonim, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional, 2012, Pemerintah Republik Indonesia

Anonim, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, 2009,


Departemen Kesehatan RI

Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511/MENKES/SK/V/2002 tentang


Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS),
2002, Departemen Kesehatan RI

Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang


Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, 2004, Departemen Kesehatan

Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837/MENKES/SK/VII/2007 tentang


Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS
ONLINE), 2007, Departemen Kesehatan RI

Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932/MENKES/SK/VII/2002 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota,
2002, Departemen Kesehatan RI

13

Anda mungkin juga menyukai