“ DINAS PROVINSI “
Dosen pembimbing :
0
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Alur Data dan Informasi Indikator, Informasi yang Dihasilkan “DINAS
PROVINSI” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Sarwan selaku Dosen mata kuliah Sistem Informasi
Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Alur Data dan Informasi Indikator, Informasi yang
Dihasilkan “DINAS PROVINSI“. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
SAMPUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Infomasi Kesehatan (SIK) merupakan Susbsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang mempunyai fungsi untuk memberikan informasi dalam menunjang pengambilan
keputusan pada setiap tingkat administrasi kesehataan, baik pusat, propinsi, kabupaten/ kota,
bahkan sampai unit pelaksana teknis seperti Rumah Sakit maupun Puskesmas. Sistem
Infomasi Kesehatan (SIK) adalah Kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan
bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan
dengan manajemen pelayanan kesehatan di setiap tingkatnya (Siregar cit. Barsasella, 2012).
Menurut WHO (2004) definisi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah Sebuah sistem yang
mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan penggunaan informasi
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan melalui manajemen yang
lebih baik pada semua jenjang kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) adalah mencakup subsistem informasi yang
dikembangkan di unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek Swasta,
Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem
informasi untuk Dinas Kesehatan Propinsi.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah
2) Untuk mengatahui Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI”
3) Untuk mengetahui Informasi Indikator “DINAS PROVINSI”
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah
Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi
sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara
online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu
milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
dan Kementerian Kesehatan. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan
ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen kesehatan melalui pemanfaatan
teknologi informasi komunikasi. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan sudah dimulai sejak dekade delapan puluhan. Pada masa itu
Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Data Kesehatan (PUSDAKES) memanfaatkan
teknologi informasi dengan system Electronic Data Processing (EDP) namun hal ini baru
diterapkan di tingkat pusat. Komitmen bersama antar pemimpin birokrasi bidang kesehatan
untuk mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan, baik di kabupaten/kota, provinsi, dan pusat menemui berbagai
kendala dan hambatan termasuk kurangnya dana dan tidak adanya payung hukum (PP)
membuat SIK kurang optimal dan belum berdaya guna. Pada era sembilan puluhan
Departemen Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Puskesmas (SP2TP),
4
2.2 Alur Data Informasi yang Dihasilkan “DINAS PROVINSI”
a. Ketersediaan Data
Perkiraan angka kematian anak meliputi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian
balita (Akaba), Sumber data yang dapat dipakai adalah Sensus Penduduk (SP), Kor Susenas,
dan Survei Penduduk Antar Sensus (Supas). Di samping itu dari survei yang dilakukan BPS
bersama BKKBN, dan Depkes, yaitu Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) juga dapat
digunakan untuk menghitung AKB dan Akaba.
Depkes Profil Kesehatan Indonesia merupakan sumber data yang lengkap yang
pengumpulan datanya dilakukan melalui catatan administrasi yang diperoleh secara
berjenjang dari Puskesmas. Di tingkat pusat data ini digabungkan dengan data dari unit lain
di Depkes yang diperoleh dari rumah sakit pemerintah dan swasta. Jenis data yang
dikumpulkan dari sumber ini antara lain penyakit, kematian, dan pelayanan kesehatan seperti
imunisasi.
Upaya menghitung indikator Angka Kematian Ibu (AKI) pada masa kehamilan,
persalinan, dan nifas untuk memantau kesehatan ibu tidak mudah dilakukan.
Sumber data untuk menghitung AKI yang penghitungannya melalui dua pendekatan yaitu
secara langsung dan tidak langsung diantaranya metode sisterhood adalah Susenas Modul
Kesehatan, Supas, dan SDKI. Sumber data ini hanya mampu menghasilkan indikator tingkat
provinsi. Ada sumber data lain yaitu Surkesnas (Depkes), namun hanya menghasilkan
indikator tingkat kawasan.
Depkes Data tentang penyakit menular disajikan dalam Profil Kesehatan Indonesia yang
memuat jumlah kasus dan kematian karena penyakit malaria dan beberapa macam penyakit
menular seperti HIV/AIDS, malaria, dan TBC. Data ini berasal dari laporan seluruh
Puskesmas yang berada di wilayah kantor dinas kesehatan kabupaten/kota yang kemudian
diolah dan diteruskan ke provinsi dan pusat. Masalah utama yang terjadi adalah
keterlambatan pengiriman sehingga time-lag antara tahun rujukan data dan tahun penerbitan
publikasi menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum dilaksanakannya otonomi daerah.
5
b. Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan
Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu:
Pengelolaan SIK manual
Pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau
paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus,
mulai dari proses pendaftaran sampai denganpembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena
adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada.
Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses
pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan.
Pengelolaan SIK komputerisasi offline
6
2011 akan selesai. Modul Bank Data dan SIM Dinkes (uji coba). Bank data di Pusdatin (uji
coba), di Dinkes dengan
menjalankan prototype puskesmas dan per 30 oktober 2011 diharapkan Modul Konektivitas
(Sistem Komunikasi Data) selesai dan membuat “Connectathon”, dimulai dengan 3 – 5
sistem yang sudah jadi. (Connectathon untuk menguji dan memilih vendor). Integrasi dengan
aplikasi- aplikasi di rumah sakit, instalasi farmasi/apotek dan fasilitas penunjang lain akan
mulai dilaksanakan tahun 2012.
Dalam penerapan SIKDA Generik ada beberapa hal yang harus ada dan dipersiapkan
yaitu pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja. Dari ketiga hal tersebut, dua
yang pertama yaitu pelatihan dan pendampingan sudah diakomodir oleh Pusdatin Kemenkes
dan sudah disiapkan anggarannya. Sedangkan yang nomor tiga yaitu kesiapan dan kemauan
para pengguna sendiri, merupakan tantangan tersendiri bagi terlaksananya penerapan SIKDA
Generik, akan tetapi ini pun pasti bisa diintervensi mungkin dengan berbagai cara seperti
pelatihan, workshop dan pendampingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan data, publikasi
pemanfaatan data, pemberian penghargaan dan publikasi bagi daerah dengan pengelolaan
SIKDA terbaik.
7
a) Pemerintah pusat/Kementerian Kesehatan, bertanggung jawab dalam
pengembangan system informasi kesehatan skala nasional dan fasilitasi
pengembangan sistem informasi kesehatan daerah.
b) Pemerintah daerah provinsi/dinas kesehatan provinsi, bertanggung jawab
dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala provinsi.
c) Pemerintah daerah kabupaten/kota / dinas kesehatan kab/kota, bertanggung jawab
dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala kabupaten/kota.
a) SIK di Indonesia belum terintegrasi satu dengan lainnya. Informasi kesehatan masih
terfragmentasi dan belum mampu mendukung penetapan kebijakan serta kebutuhan
pemangku kebijakan.
b) Menindak lanjuti permasalahan tersebut maka Pemerintah wajib mengembangkan sistem
informasi kesehatan yang dapat mengintegrasikan dan memfasilitasi proses pengumpulan
dan pengolahan data, serta komunikasi data antar pelaksana pelayanan kesehatan mulai
dari fasilitas pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat pusat, sehingga dapat
meningkatkan kualitas informasi yang diperoleh. Pada saat bersamaan juga memperbaiki
proses pengolahan informasi yang terjadi di daerah, yang pada akhirnya dapat
mendukung pemerintah dalam penguatan sistem kesehatan di Indonesia.
8
puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan laboratorium penunjang, yang
berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan, misalnya dari lembaga lintas sektor
(institusi non kesehatan), praktik dokter dan klinik, lembaga survei, dan organisasi
kesehatan lainnya, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan.
f) Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data SDM
h. kesehatan di kabupaten/kota/provinsi.
g) Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data aset pada dinkes
kabupaten/kota dan dinkes Provinsi. Pada SIM Dinkes, data yang dientri bersifat
agregat.
Sistem Informasi Eksekutif, berfungsi untuk menampilkan profil kesehatan daerah, yang di
dalamnya berisi indikator kesehatan daerah yang merupakan rangkuman dari data- data
puskesmas, rumah sakit, dan gudang farmasi kabupaten/kota. Informasi disajikan secara
ringkas dalam bentuk grafik, tabel, maupun statistik, yang dapat diakses oleh jajaran
pimpinan misalnya bupati, gubernur, kepala dinas kesehatan, dan pemangku kepentingan
lainnya.
Sistem Komunikasi Data Kesehatan, berfungsi untuk menangani proses sinkronisasi/ migrasi
data yang berbentuk soft copy yang berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas,
rumah sakit, laboratorium, apotek/farmasi, dan institusi kesehatan lainnya yang telah
menggunakan perangkat komputer, aplikasi sistem informasi manajemen dan telah terhubung
secara online melalui jaringan internet ke database SIKDA Generik dalam proses pengelolaan
data. Jenis data yang dikomunikasikan adalah sebagai berikut :
Standar Kode Data Penggunaan standar kode data mutlak diperlukan apabila format data
yang akan diintegrasikan berupa data indiviual. Standar konten data kesehatan yang sudah
dimiliki oleh Kementerian Kesehatan saat ini sebagai berikut :
9
3) Standar Kodefikasi Puskesmas
4) Standar Kodefikasi Rumah Sakit
5) Standar Kodefikasi Apotik
6) Standar Kodefikasi Obat
7) Standar Kodefikasi Unit Kerja
8) Standar Kodefikasi Pendidikan
9) Standar Kodefikasi Pelatihan
10) Standar Kodefikasi Peralatan/Barang Inventaris
Pertukaran data antar sistem memerlukan dataset yang perlu distandarisasi. Pertukaran
data pada sistem informasi kesehatan daerah terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : a) Dataset
Individual Konten dataset individual ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis pertukaran
data. b) Dataset Agregat. Konten dataset agregat ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis
pertukaran data.
a) Manual. Dataset dalam format sofcopy dikirimkan secara manual ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas tidak memiliki
koneksi internet.
b) Email. Dataset dalam format softcopy dikirim melalui email ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, namun aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
tidak bisa diakses melalui koneksi internet (offline).
c) Entry langsung via aplikasi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
bisa diakses melalui koneksi internet (online). Tidak ada persyaratan penggunaan SIMPUS
elektronik ataupun manual di Puskesmas untuk menerapkan metode ini.
d) Upload dataset. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi
internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi bisa
diakses melalui koneksi internet (online). Apabila Puskesmas sudah menerapkan SIMPUS
elektronik yang sudah dapat menghasilkan output dataset standar, maka metode ini dapat
dilakukan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengiriman dataset.
e) Protokol pertukaran data. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki
koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi
10
bisa diakses melalui koneksi internet (online). Dengan menerapkan metode ini, pertukaran
data berjalan secara otomatis tanpa melibatkan operator di tingkat Puskesmas.
Informasi adalah data yang sudah melewati proses pengolahan. Upaya yang dilakukan
agar diperoleh informasi yang berkualitas di antaranya adalah sebagai berikut :
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Daerah Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi
sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara
online dan terintegrasi seluruh puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu
milik pemerintah maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi,
dan Kementerian Kesehatan.
Upaya pemantauan dan evaluasi keberhasilan terhadap tujuan pembangunan telah banyak
dilakukan oleh pusat yang terlihat antara lain dari adanya lampiran daftar indikator kinerja
pada Undang-undang No 25 tahun 1999 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas).
Indikator tersebut dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan program pembangunan yang
dilakukan pemerintah.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata SEMPURNA dan masih banyak
kekurangan dalam hal materi yang disampaikan maupun dalam pengetikan.Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif.Untuk
kedepannya saya dapat menyempurnakan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional, 2012, Pemerintah Republik Indonesia
13