Anda di halaman 1dari 6

MEMO INTERNAL

Kepada : AAH
Dari : RS
Tanggal : 15 Oktober 2019
Perihal : Pengertian dan Pengaturan Pialang Berjangka dan Perdagangan Berjangka di Indonesia

Dengan Hormat,

Dengan ini saya sampaikan memo mengenai perihal di atas:

I. Dokumen Yang Menjadi Rujukan


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (“UU Perdagangan
Berjangka”);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi

II. Pengertian

1. Perdagangan Berjangka
Pasal 1 angka 1 UU Perdagangan Berjangka:

“Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka adalah


segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan Margin dan
dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.”

Berdasarkan pengertian tersebut, Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang


berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak
Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka.

2. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)


Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan,
pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka.
Kewenangan Bappebti diatur secara lengkap pada Pasal 6 UU Perdagangan Berjangka
diantaranya:
a. membuat pedoman teknis mengenai mekanisme Perdagangan Berjangka;
b. memberikan:
1) izin usaha, sertifikasi dan persetujuan kepada Bursa Berjangka, Pedagang Berjangka,
Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, kantor cabang Pialang Berjangka ,
Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka;
2) izin kepada orang perseorangan untuk menjadi Wakil Pialang Berjangka, Wakil
Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka;
3) sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka;
4) persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat
Nasabah dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri;
5) persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan
dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi
Kontrak Berjangka;
6) persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar
fisik komoditi terorganisasi;
7) persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan
8) persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan Pialang Berjangka untuk melakukan
kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif
Syariah dalam penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif.

3. Pialang Berjangka
Pasal 1 angka 17 UU Perdagangan Berjangka:

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik
sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi
tersebut.”

Kegiatan usaha sebagai Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka
yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha Pialang Berjangka dari
Bappebti (Pasal 31 Ayat 1 UU Perdagangan Berjangka).

4. Wakil Pialang Berjangka


Wakil Pialang Berjangka adalah orang atau perseorangan yang melaksanakan kegiatan usaha
Pialang Berjangka tempat ia bekerja pada Pialang Berjangka.
Persetujuan Izin Wakil Pialang Berjangka diberikan setelah lulus Ujian Profesi Wakil Pialang
Berjangka yang diselenggarakan oleh Bappebti. Izin tersebut hanya berlaku selama Wakil
Pialang Berjangka tersebut bekerja pada perusahaan Pialang Berjangka yang bersangkutan dan
berakhir ketika orang tersebut tidak lagi bekerja pada perusahaan Pialang Berjangka yang
dimaksud.
5. Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang
selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak
melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya. (Pasal 1 Angka 21)

Perizinan dan Bentuk Hukum Pasal 11 Izin usaha untuk menyelenggarakan Bursa Berjangka hanya
dapat diberikan oleh Bappebti kepada badan usaha berbentuk perseroan terbatas.

Bursa Berjangka merupakan perseroan terbatas yang didirikan oleh sejumlah badan usaha
berbentuk perseroan terbatas yang satu dengan lainnya tidak terafiliasi. (2) Pendiri Bursa Berjangka
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi Anggota Bursa Berjangka. (3) Pemegang saham
Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas orang perseorangan dan/atau
badan hukum Indonesia. (4) Bursa Berjangka dikelola oleh tenaga ahli di bidang Perdagangan
Berjangka secara profesional.

BAB IV PIALANG BERJANGKA DAN PENASIHAT BERJANGKA Bagian Kesatu Pialang Berjangka Pasal 31
(1) Kegiatan usaha sebagai Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka
yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha Pialang Berjangka dari
Bappebti. (2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya diberikan kepada Anggota
Bursa Berjangka yang memiliki integritas keuangan, reputasi bisnis yang baik, dan kecakapan
profesi. (3) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang
perseorangan yang telah memperoleh izin Wakil Pialang Berjangka dari Bappebti.

III. Pasal 3 Komoditi yang dapat dijadikan subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
IV. Pasar Perdagangan Berjangka

Pasar Perdagangan Berjangka di Indonesia ada 2, yaitu:


1. PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (Indonesia Commodity & Derivative Exchange);
2. PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange)

Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa dilaksanakan oleh panitia pengadaan atau pejabat
pengadaan, atau lembaga profesional ditunjuk Perkumpulan, dengan menandatangani Pakta
Integritas (letter of undertaking) untuk setiap penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa.
Pengadaan Barang dan Jasa dapat dilakukan dengan cara:

1. Pelelangan terbuka, atau seleksi terbuka untuk jasa konsultan, yaitu diumumkan secara luas
melalui media massa guna memberi kesempatan kepada Penyedia Barang dan Jasa yang
memenuhi kualifikasi untuk mengikuti pelelangan

Dalam proses pelelangan terbuka dan pemilihan langsung yang memerlukan Term Of Reference
(TOR) atau dokumen pengadaan/pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa, Perkumpulan wajib
membuat kriteria dan/atau persyaratan yang adil dan wajar sesuai dengan kebutuhan
Perkumpulan dan tidak mengarah untuk memenangkan pihak tertentu.

2. Pemilihan langsung, atau seleksi langsung untuk pengadaan jasa konsultan, yaitu pengadaan
barang dan jasa yang ditawarkan kepada beberapa pihak terbatas sekurang-kurangnya 2 (dua)
penawaran

3. Penunjukan langsung, yaitu pengadaan baran dan jasa yang dilakukan secara langsung dengan
menunjuk satu atau lebih penyedia barang dan jasa

Penunjukan langsung dapat dilakukan apabila memenuhi minimal salah satu dari persyaratan
sebagai berikut :

a. Barang dan jasa yang dibutuhkan bagi kinerja utama Perkumpulan dan tidak dapat ditunda
keberadaannya (business critical asset);
b. Penyedia Barang dan Jasa dimaksud hanya satu-satunya (barang spesifik);
c. Barang dan jasa yang bersifat knowledge intensive dimana untuk menggunakan dan
memelihara produk tersebut membutuhkan kelangsungan pengetahuan dari Penyedia
Barang dan Jasa;
d. Bila pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa dengan menggunakan cara pelelangan atau
pemilihan langsung tidak memenuhi kriteria atau tidak ada pihak yang mengikuti
pelelangan atau pemilihan langsung, sekalipun ketentuan dan syarat-syarat telah
memenuhi kewajaran;
e. Barang dan jasa yang dimiliki oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau
yang memiliki jaminan (warranty) dari Original Equipment Manufacture;
f. Penanganan darurat untuk keamanan keselamatan Perkumpulan, dan aset strategis
Perkumpulan;
g. Barang dan jasa yang merupakan pembelian berulang (repeat order) sepanjang harga yang
ditawarkan menguntungkan dengan tidak mengorbankan kualitas barang dan jasa;
h. Penanganan darurat akibat bencana alam, balk yang bersifat lokal maupun nasional;
i. Barang dan jasa lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak
dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
4. Pembelian langsung, yaitu pembelian terhadap barang yang terdapat di pasar, dengan
demikian nilainya berdasarkan harga pasar.

Perkumpulan wajib membuat dafar dan rekam jejak track record Penyedia Barang dan Jasa,
sehingga:
a. Pengadaan Barang dan Jasa dapat menggunakan daftar tersebut untuk memprioritaskan
Penyedia Barang dan Jasa yang telah memiliki rekam jejak (track record) teruji; dan
b. Perkumpulan dapat memanfaatkan rekam jejak untuk menghindari penggunaan kembali
Penyedia Barang dan Jasa yang masuk ke dalam blacklist.

V. Pengadaan Barang dan Jasa Jangka Panjang

Untuk pekerjaan yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun atau multi-year, maka Perkumpulan
dapat melakukan Pengadaan Barang dan Jasa 1 kali untuk jangka waktu lebih dari 1tahun yang
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan.

Perkumpulan perlu membuat formula penyesuaian harga tertentu (price adjustment) balk untuk
kenaikan maupun penurunan yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan best practice yang
berlaku.

VI. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Kontrak antara Perkumpulan dan Penyedia Barang dan Jasa dilakukan dengan memperhatikan
sekurang-kurangnya aspek-aspek sebagai berikut:
a. Identitas yang meliputi nama, jabatan, alamat badan usaha masing-masing dan ditandatangani
oleh pihak yang bersangkutan;
b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai Jenis dan Jumlah
barang dan jasa yang diperjanjikan;
c. hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian;
d. nilai atau harga pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran;
e. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;
f. keluaran atau hasil (output) dari pengadaan barang dan jasa;
g. jadwal pelaksanaan dan kondisi serah terima;
h. jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelayakan;
i. cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya;
j. pemutusan kontrak secara sepihak;
k. keadaan memaksa (force majeure);
l. penyelesaian sengketa yang mengutamakan penyelesaian melalui musyawarah dan alternatif
penyelesaian sengketa;
m. jangka waktu berlakunya kontrak;
n. Pakta Integritas (letter of undertaking) yang ditandatangani oleh Penyedia Barang dan Jasa;
o. kepastian adanya jaminan trhadap barang dan/atau jasa yang diperjanjikan.

Demikian memo ini saya sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

RS

Anda mungkin juga menyukai