Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbal secara alamiah terdapat dalam jumlah kecil pada batu-batuan,

penguapan lava,  tanah dan tumbuhan.  Timbal komersial dihasilkan melalui

penambangan, peleburan, pengilangan dan pengolahan ulang sekunder.

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan

logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke

alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung

berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna

kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan

titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer.  (Slamet, 2004)

Timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk murninya, selalu bergabung

dengan logam lain.Timbal terdapat dalam 2 bentuk yaitu bentuk inorganik

dan organik. Dalam bentuk inorganik timbal dipakai dalam industri baterai

(digunakan persenyawaan Pb-Bi) untuk kabel telepon digunakan

persenyawaan timbal yang mengandung 1% stibium (Sb) untuk kabel listrik

digunakan persenyawan timbal dengan As, Sn dan Bi:  percetakan, gelas,

polivinil, plastik dan mainan anak-anak.  Disamping itu bentuk-bentuk  lain

dari persenyawaan timbal juga banyak digunakan dalam konstruksi pabrik-

pabrik kimia,  kontainer dan alat-alat lainnya. Persenyawaan timbal  dengan

atom N (nitrogen) digunakan sebagai detonator (bahan peledak). Selain itu

timbal juga digunakan untuk   industri cat (PbCrO4), pengkilap keramik (Pb-

Silikat), insektisida (Pb arsenat), pembangkit tenaga listrik  ( Pb-telurium).


Penggunaan persenya-waan timbal ini karena kemampuannya yang sangat

tinggi untuk tidak mengalami korosi. (Slamet, 2004)

Yang melatar belakangi praktikum kali yaitu untuk mengetahui kandungan

zat plumbum pada suatu sampel yang akan di analisis.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengetahui unsur kimia Plumbum (Pb2+) atau timbal pada

suatu sampel yang dianalisis?

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari pemeriksaan plumbum yaitu untuk mengetahui cara

mengidentifikasi plumbum dalam sampel dan mengetahui dampak plumbum

bagi kesehatan.

1.4 Manfaat Praktikum

Agar mahasiswa dapat mngetahui dari pemeriksaan plumbum yaitu untuk

mengetahui cara mengidentifikasi plumbum dalam sampel dan mengetahui

dampak plumbum bagi kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definiai Plumbum (Pb)

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan

dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh

fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat

berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat

bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau

kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam

berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi

kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).

Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam

konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai

sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb

(timbal). Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun

yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat

diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah

dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para

alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan

dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa

ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan

timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan

IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82
dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu

kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu

550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara

membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal

(II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan

mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air

asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat

pekat (Moch Solikin, 2013)

2.2 Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak

berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah

dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk

melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain

akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah

dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik

didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan

berat atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada

tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot

atau berat atom (BA) 207,2 (Vanessa, 2013).

Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis

lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke

dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan

sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme (Vanessa, 2013).


Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus

seperti berikut :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan

menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan

mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat,

sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-

logam, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan pengantar listrik yang baik.

2.3 Sumber Pencemaran Timbal (Pb)

1. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan

sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat

dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100

mg/kg.

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di

air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami

timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air

telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar

timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan

terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan

Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara
alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 -

0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian

dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar

antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari

tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4

(anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal

dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut

bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni

sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.

2. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah

semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun

bahan penolong, misalnya:

a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal

konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari

potongan logam (scrap).

b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb)

terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl

lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik

industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber

pencemaran timbal (Pb).

d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi

kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang,
walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik

yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.

e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini

seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah

jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna

merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning

dipakai lead chromate (Palar,H.2004.).

3. Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar

terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem

pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb)

dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.

Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak

sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL),

selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas

dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup

terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb)

dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas

timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal

(Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan

1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk

meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya

(Palar,H.2004.).
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan

bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik.

Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan

bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat

timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya

(Palar,H.2004.).

2.4 Timbal (Pb) di Lingkungan

Menurut Wardhana, A.W.2004. Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan

hidup kita adalah :

1. Udara

Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan

alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar

0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan

California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008

mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.

2. Air

Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar

antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama

pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter.

Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di

air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb) menunjukkan

kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air

adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal

nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO)


timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1

mg/liter.

3. Tanah

Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–

25 mg/kg.

4. Batuan

Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut

studyWeaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan

sekitar 10 – 20 mg/kg.

5. Tumbuhan

Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut

Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5

mg/kg berat daun kering.

6. Makanan

Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam

prosesprocecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras,

gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50

mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).

 2.5  Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan

Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran

bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan

PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin,

karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok)

yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya.
Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida

(Wardhana, A.W.2004).

Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang

bakar bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam

minyak atau lemak (Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk

mendapatkan tingkat oktan yang lebih tinggi, agar pemakaian bahan bakar

bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan

dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke udara,

dimana sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1 mikron.

Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat

diserap melalui pernafasan. Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan

bahan bakar bensin, dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan

letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin.

Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL atau TML.

Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses

pembakaran. Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan

menghalangi terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan

bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya dikeluarkan

melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel yang mengandung

Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya

pencemaran udara oleh Pb ((Wardhana, A.W.2004)).

Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke

udara. Sebagian di antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas

dengan unsur–unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan


diserap oleh daun tumbuh – tumbuhan yang ada di sepanjang jalan. Timbal

yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara

dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di

suatu kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya

terdapat logam – logam berat, salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam

dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah,

tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan

spesies tanaman ((Wardhana, A.W.2004)).

Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang,

akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam

akar dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman

kangkung. Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam

akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat

kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung

yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg

sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini

menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat

pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam tanaman kangkung yang

berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak melebihi ambang

batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen kangkung

pada umur tidak lebih dari 3 minggu. Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman

tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK (Kemampuan Tukar Kation).

Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah,

kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam
berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas

pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya,

maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi dalam

Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu

masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran.

Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh

tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-

ion Ca2+ bersaing dengan timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran

pada akar dan permukaan tanah. Pencemaran tanah oleh timbal selain

disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan dari air yang tercemar Pb,

kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui konsentrasi

alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm (Wardhana, A.W.2004).

2.6 Metabolisme Timbal

1.     Absorbsi

Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara,

lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb).

Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan

minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui saluran

pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan

timbal (Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari

dan 20 mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan

partikel dari udara lingkungan kota yang polutif. Timah hitam dan

senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan

dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil


sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb)

tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10

mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar

mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui

saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi,

pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di

nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung

pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut.

Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian

atas dibanding partikel yang lebih kecil. Pembersihan mukosiliar

membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring

kemudian di telan (Darmono,2009).

Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan

sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar,

1994). Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa partikel ke

ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju

kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di

absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah.

Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel

daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994).

2.      Distribusi dan penyimpanan

Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh

sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian

timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan
dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya dibagi

menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal,

hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi

dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak

dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu

pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein

& Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas

keracunan timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan

dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan

lunak bersifat toksik (Darmono,2009).

3.      Ekskresi

Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah

melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine

sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu,

keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui

saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva,

pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan

ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal

adalah melalui filtrasiglomerulus (Darmono,2009).

2.7 Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Menurut Darmono,2009. Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat

menyebabkan gangguan sebagai berikut :


1.      Gangguan Neurologi

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal

(Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-

anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.

2.      Gangguan terhadap fungsi ginjal.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya

tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus

atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan

aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat

terjadi nefritis kronis.

3.      Gangguan terhadap sistem reproduksi.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem

reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam

berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat

menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap

paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang

rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.

4.      Gangguan terhadap sistem hemopoitik.

Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia

akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya

penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi

disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic

Acid) urine. Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam

darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem


hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan

CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia

merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia.

Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap

terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif

yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.

5.      Gangguan terhadap sistem syaraf.

Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada

anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang

timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor,

halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya

kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80

μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum

tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada

lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah

tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa

bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada

profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada

umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa

hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada

anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.8 Upaya – upaya penanggulangan pencemaran oleh Pb

Lebih baik mencegah dari pada mengobati merupakan suatu motto yang

tetap diakui hingga saat ini.Untukitu, sebelum terjadi kasus yang lebih parah
perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan. Menurut Umar Fahmi Achmad

menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari gas buang

kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang

mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan perawatan,

kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi,  dll. Untuk itu perlu dilakukan

bebera papendekatan (Darmono,2009), antara lain :

1.      PendekatanTeknis

Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat

halus,  adanya polutan timbal (Pb)  karena dalam bensin diberikan bahan

tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra EthilLead (TEL) sebagai upaya

untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman

pangan,  dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat

menyebabkan keracunan. Untuk menghilangkan polutan Pb dapat

dilakukan secara teknik,  yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang

akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak

mengandung  Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang

banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas

(BBG). Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling

tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak,

melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik

bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual

pada pasar mobil.


2.      Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum

Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam upaya

pengendalian pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota

dan rambu   lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan

lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan sanksi atas

pengendara yang melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor

akhir juni 1996 di Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan

brmotor telah melampaui baku mutu emisi. Hukum sebagai salah satu

sarana dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi akibat dari emisi

gas kendaraan bermotor karena di undang-undang telah disebutkan syarat

– syarat kendaraan bermotor.

3.      Pendekatan Edukasi

Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja,

melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan

dngan cara :

a.    Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang

dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan  ,serta bagaimana cara

mengatasinya.  Dengan mengetahui dampak  tersebut diharapkan

timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya

mengatasinya.

b.    Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial

menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb, seperti

pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang

melakukan perawatan kendaraan


2.9 Tanaman Penyerap Partikel Timbal (Pb)

Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di

dalam mesin kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL

(tetra ethyl lead), yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara.

Penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber utama

timbal (Pb) di lingkungan. Umasda 1989 dalam Soemarno mengklasifikasikan

kemampuan jenis pohon dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara

(Vanessa, 2013) sbb:

1.  Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu,

ketapang, dan bungur.

2.   Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga,

cemara gunung, angsana.

3.   Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu,

kersen, kenangakere payung, karet munding, kenari, akasia, dadap.


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat pratikum

Pelaksanaan praktikum Toksikologi dilaksanakan pada hari selasa, tanggal

02 April 2019. Bertempat dilaboratorium Kimia STIKES Bina Mandiri

Gorontalo

3.2 Pra Analitik

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum percobaan

Plumbum (Pb2+) yaitu tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, bunsen, hot plate,

labu ukur, oven, sampel daging dan sampel laboratorium, NaOH 10%, HNO 3

10%, KI 10%, asam asetat, amoniak, aquades.

3.3 Analitik

3.3.1 Ekstraksi sampel daging

1. Daging yang masih basah di oven dengan suhu 105°C sampai

mengering

2. Timbang sebanyak 5 gram

3. Tambahkan 10 ml HNO3 dan 5 ml H2SO4

4. Destruksi diatas hot palte dengan suhu 115°C

5. Saring dengan whatman dan di dapat filtrat jernih

6. Simpan kedalam labu volumetric dan tambahkan aquades 10 ml lalu

pindahkan kedalam tabung

3.3.2 Identifikasi Plumbum dengan K2CrO4

1. Pipet sampel A dan B 2 ml kedalam tabung reaksi

2. Tambahkan 2-3 tetes K2CrO4 pada kedua sampel


3. Jika terdapat endapan kuning, tiap 2 sampel dibagi menjadi 2 tabung

4. Pada tiap sampel tabung I ditambahkan asam asetat atau amoniak

amati perubahan

5. Pada tiap sampel tabung II ditambahkan HNO3 atau NaOH amati

perubahan

3.3.3 Uji reaksi KI

1. 1 ml sampel A dan B dalam tabung reaksi ditambahkan larutan KI

akan membentuk endapan kuning

2. Ambil sebagian endapan pada sampe A dan B masukan kedalam

tabung reaksi, tambahkan aquades kemudian panaskan sampai larut

3. Setelah dingin terjadi endapan yang berbentuk kristal lempeng segi

enam warna kuning keemasan dibawah mikroskop

3.4 Pasca Analitik

3.4.1 Negatif

Sampel tidak mengandung plumbum (Pb2+) jika tidak terdapat

endapan kuning yang tidak larut dalam asam asetat dan amoniak

tetapi larut dalam NaOH dan HNO3

3.4.2 Positif

Sampel yang mengandung plumbum (Pb2+) jika terdapat

endapan kuning yang tidak larut dalam asam asetat dan amoniak

tetapi larut dalam NaOH dan HNO3


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan plumbum (Pb) dapat

disimpulkan bahwa sampel A (daging) tidak mengandung plumbum (Pb) atau

tidak terjadi endapan kunig yang tidak larut dalam asam asetat dan amoniak

tetapi larut dalam NaOH dan HNO3. Sedangkan pada sampel B atau sampel

laboratorium mengandung plumbum (Pb) terjadi endapan kuning yang tidak

larut dalam asam asetat dan amoniak tetapi larut dalam NaOH dan HNO3.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yakni

mahasiswa lebih memperhatikan pada saat proses pengeringan agar hasil

yang diinginkan bisa dicapai.


DAFTAR PUSTAKA

Darmono,2009,Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Presss)

Moch Solikin, 2013. Dampak dan Upaya Pengendalian Gas Buang Kendaraan

Bermotor, Cakrawala Pendidikan No.3, Tahu XVI, Nov 1997.

Palar,H.2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.jakarta.PT Rineka Cipta

Slamet, 2004, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: UGM press.

Vanessa, 2013. Penentuan kadar air dan kadar abu dari gliserin yang diproduksi

PT. Sinar Oleochemical international medan. FakultasMatematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam [KTI]. Universitas Sumatera Utara.

Wardhana, A.W.2004.Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit

Andi

Anda mungkin juga menyukai