Anda di halaman 1dari 11

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Peneltian ini dilakakukan di pemukiman Kelurahan Garegeh

Kecamatan Mandiangan Koto Selayan Kota Bukittinggi, memiliki luas

12,18 Km2. Dengan batas wilayah sebelah seletan yaitu Kelurahan Koto

Selayan, sebelah timur yaitu dengan kecamatan IV Angkat Kabupaten

Agam, dan sebelah barat yaitu Kelurahan Manggis Ganting dan Pulai

Anak Air.

2. Gambaran penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen, dimana sampah organik

mendapat perlakuan untuk mengetahui Perbedaan Efektivitas Pengolahan

Sampah Organik menjadi Pupuk menggunakan Aktivator Mol Tapai

dengan Variasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, dan Aktivator EM4

Sampah Organik dikumpulkan dari tempat pembuangan sampah

dan dipotong kecil-kecil agar mudah terurai. Setelah itu dilakukan

pembuatan MOL pada tanggal 1 Juli – 5 Juli 2020. Setelah itu melakukan

pengomposan dengan EM4 dan MOL Tapai dengan konsentrasi 150ml,

250ml, 350ml dan 500ml.dan dilakukan pengukuran dengan parameter

suhu, pH, serta dilihat dari warna dan Bau.

39
40

B. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi masing-

masing variabel penelitian.

1. Hasil Pengukuran Parameter Suhu pada Proses Pengomposan


Sampah Organik dengan Menggunakan Aktivator MOL dengan
konsentrasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan yang Tidak
Menggunakan Aktivator

Hasil pengukuran parameter suhu pada proses pengomposan

sampah organik dengan menggunakan aktivator MOL dengan konsentrasi

150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan yang tidak menggunakan

aktivator dapat dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Rerata Suhu pada Proses Pengomposan Sampah Organik


dengan Menggunakan Aktivator MOL dengan
konsentrasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan yang
Tidak Menggunakan Aktivator (oC)
Pengukuran Parameter Suhu (oC)

No Aktivator Waktu pengomposan


(Hari)
2 4 6 8 10 12 14 Rata-
rata
1. MOL 150ml 23 23 24 24 27 30 33 26
2. MOL 250ml 23 23 24 24 27 30 33 26
3. MOL 350ml 23 23 24 24 27 30 33 26
4. MOL 500ml 23 23 24 24 27 30 33 26
5. Aktivaor EM4 24 24 25 25 27 32 34 27
6. Tanpa Aktivator 19 19 20 20 21 24 26 21

Berdasarkan tabel 5.1 diatas terlihat bahwa suhu pada kompos

yang menggunakan Aktivator MOL dengan variasi(150ml, 250ml,

350ml, 500ml) yaitu sekitar 23-330C, dengan rata-rata waktu pembuatan

kompos yaitu tinggi suhu sebesar 23oC pada pematangan kompos dalam

waktu 2 hari, pada hari ke-4 tinggi suhu sebesar 23 oC, pada hari ke-6

tinggi suhu sebesar 24oC, pada hari ke-8 tinggi suhu sebesar 24oC, pada
41

hari ke-10 tinggi suhu sebesar 27oC, pada hari ke-12 tinggi suhu sebesar

30oC, dan pada hari ke-14 tinggi suhu sebesar 33 oC. Pada proses

pembuatan pupuk kompos dari sampah organik dengan menggunakan

aktivator EM4 diketahui hasil pengukuran suhu antara 24-34 oC, dengan

rata-rata waktu pembuatan kompos yaitu tinggi suhu sebesar 24oC pada

pematangan kompos dalam waktu 2 hari, pada hari ke-4 tinggi suhu

sebesar 24oC, pada hari ke-6 tinggi suhu sebesar 25 oC, pada hari ke-8

tinggi suhu sebesar 25oC, pada hari ke-10 tinggi suhu sebesar 27oC, pada

hari ke-12 tinggi suhu sebesar 32oC, dan pada hari ke-14 tinggi suhu

sebesar 34oC. Pada kompos yang tidak menggunakan aktivator yaitu

antara 19-26oC, dengan rata-rata waktu pembuatan kompos yaitu tinggi

suhu sebesar 19oC pada pematangan kompos dalam waktu 2 hari, pada

hari ke-4 tinggi suhu sebesar 19oC, pada hari ke-6 tinggi suhu sebesar

20oC, pada hari ke-8 tinggi suhu sebesar 20oC, pada hari ke-10 tinggi

suhu sebesar 21oC, pada hari ke-12 tinggi suhu sebesar 24 oC, dan pada

hari ke-14 tinggi suhu sebesar 26oC.

Suhu kompos dari sampah organik yang paling tinggi diantara

aktivator MOL dengan variasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, dan EM4

yaitu pada pupuk kompos dari sampah organik yang menggunakan

aktivator EM4 dengan rata-rata suhu sebesar 27oC.

2. Hasil Pengukuran Parameter pH pada Proses Pengomposan Sampah


Organik Menggunakan Aktivator MOL dengan konsentrasi 150ml,
250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan yang Tidak Menggunakan Aktivator
42

Hasil pengukuran parameter pH pada proses pengomposan

sampah organik dengan menggunakan aktivator MOL dengan

konsentrasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan yang tidak

menggunakan aktivator dapat dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut

Tabel 5.2 Rerata pH pada Proses Pengomposan Limbah Jeruk


dengan Menggunakan Aktivator MOL/EM4 dan
yang Tidak Menggunakan Aktivator
Pengukuran Parameter pH

No Aktivator Waktu pengomposan


(Hari)
2 4 6 8 10 12 14 Rata-
rata
1. MOL 150ml 2,0 2,7 3,0 3,4 3,7 4,4 5,6 3,5
2. MOL 250ml 2,0 2,7 3,0 3,4 3,7 4,4 5,6 3,5
3. MOL 350ml 2,0 2,7 3,0 3,4 3,7 4,4 5,6 3,5
4. MOL 500ml 2,0 2,7 3,0 3,4 3,7 4,4 5,6 3,5
5. Aktivaor EM4 2,2 2,8 3,1 3,5 3,8 4,6 5,8 3,6
6. Tanpa Aktivator 1,8 2,0 2,3 2,5 2,9 3,1 3,8 2,6

Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa pH pada kompos yang

menggunakan aktivator MOL dengan variasi(150ml, 250ml, 350ml,

500ml) yaitu sekitar 2,0 – 5,6, dengan rata-rata waktu pembuatan kompos

yaitu nilai pH sebesar 2,0 pada pematangan kompos dalam waktu 2 hari,

pada hari ke-4 nilai pH sebesar 2,7, pada hari ke-6 nilai pH sebesar 3,0,

pada hari ke-8 nilai pH sebesar 3,4, pada hari ke-10 nilai pH sebesar 3,7,

pada hari ke-12 nilai pH sebesar 4,4, dan pada hari ke-14 nilai pH sebesar

5,6. Pada proses pembuatan kompos dari sampah organik dengan

menggunakan aktivator EM4 diketahui hasil pengukuran pH antara 2,2 –

5,8, dengan rata-rata waktu pembuatan kompos yaitu nilai pH sebesar 2,2

pada pematangan kompos dalam waktu 2 hari, pada hari ke-4 nilai pH
43

sebesar 2,8, pada hari ke-6 nilai pH sebesar 3,1, pada hari ke-8 nilai pH

sebesar 3,5, pada hari ke-10 nilai pH sebesar 3,8, pada hari ke-12 nilai

pH sebesar 4,6, dan pada hari ke-14 nilai pH sebesar 5,8. Pada kompos

yang tidak menggunakan aktivator hasil pengukuran nilai pH yaitu antara

1,8 – 3,8, dengan rata-rata waktu pembuatan kompos yaitu nilai pH

sebesar 1,8, pada pematangan kompos dalam waktu 2 hari, pada hari ke-4

nilai pH sebesar 2,0, pada hari ke-6 nilai pH sebesar 2,3, pada hari ke-8

nilai pH sebesar 2,5, pada hari ke-10 nilai pH sebesar 2,9, pada hari ke-

12 nilai pH sebesar 3,1, dan pada hari ke-14 nilai pH sebesar 3,8.

pH kompos dari sampah organik yang paling tinggi diantara

aktivator MOL dengan variasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, dan EM4

yaitu pada pupuk kompos dari sampah organik yang menggunakan

aktivator EM4 dengan rata-rata pH sebesar 3,6.

3. Hasil Pengamatan Parameter Fisik (Warna, dan Bau) pada Proses


Pengomposan Sampah Organik dengan Menggunakan Aktivator
MOL dengan Konsentrasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan
Tanpa Aktivator

Hasil pengamatan parameter fisik pada kompos Sampah

organik dengan menggunakan aktivator, MOL dengan Konsentrasi 150ml,

250ml, 350ml, 500ml, EM4 dan Tanpa Aktivator dapat dilihat pada tebel

dibawah berikut :

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Parameter Fisik pada Kompos


Sampah Organik dengan Menggunakan Aktivator MOL
dengan Konsentrasi 150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4
dan tanpa Aktivator
44

Hari Aktivator MOL 150ml, 250ml, 350ml, 500ml


ke Warna Bau Keterangan

2 Mulai Tericum aroma Kompos belum


kecoklatatan khas Tapai matang

4 Mulai tercium Kompos belum


Kecoklatan
aroma bsuuk matang

6 Busuk Kompos belum


Kecoklatan
matang

8 Busuk Kompos belum


Kecoklatan
matang

10 Busuk Kompos belum


Kecoklatan
matang

12 Busuk Kompos belum


Cokelat Kehitaman
matang

14
Hari Mulai tercium
Aktivator EM4 Kompos belum
Cokelat Kehitaman
ke Warna aroma tanah
Bau matang
Keterangan

2 Hitam kecoklatan Tercium aroma Kompos belum


EM4 matang

4 Hitam kecoklatan Mulai tercium Kompos belum


aroma bsuuk matang
Hari Tanpa Aktivator
ke Warna Bau Keterangan
6 Hitam kecoklatan Busuk Kompos belum
2 Masih terlihat Berbau sampah matang
Kompos belum
bening organik matang
8 Hitam Kecoklatan Busuk Kompos belum
matang
4 Masih terlihat Berbau sampah Kompos belum
bening organik matang
10 Hitam Kecoklatan Busuk Kompos belum
matang
6 Mulai kecoklatan Mulai tercium Kompos belum
aroma busuk matang
12 Hitam Mulai tercium Kompos belum
aroma tanah matang
8 Kecoklatan Busuk Kompos belum
matang
14 Hitam Tanah Kompos sudah
matang
10 Kecoklatan Busuk Kompos belum
matang

12 Kecoklatan Busuk Kompos belum


matang

14 Kecoklatan Busuk Kompos belum


matang
45

Berdasarkan tabel 5.3 diatas deketahui bahwa pada hari ke 2

sampah organik yang digunakan untuk pembuatan pupus kompos dengan

menggunakan aktivator MOL dengan variasi(150ml, 250ml, 350ml,

500ml) bahan dasar kompos yaitu sampah organik sudah mulai

kecoklatan, dan masih tercium aroma khas tapai, hal ini terjadi pada

seluruh ember plastik yang dijadikan tempat pembuatan dan pematangan

kompos yang menggunakan aktivator MOL dengan variasi(150ml,

250ml, 350ml, 500ml). Pada hari ke-4 kompos yang menggunakan

aktivator MOL dengan variasi(150ml, 250ml, 350ml, 500ml) mulai

terlihat warna kecoklatan dan mulai berbau busuk, pada hari ke-6 mulai

warna yang tampak yaitu kecoklatan dan berbau busuk, dan begitu

seterusnya sampai hari ke-10, pada hari ke 12 warna kompos mulai

terlihat cokelat kehitaman dan bau yang dihasilkan tetap busuk, pada hari

ke-14 warna yang tampak yaitu cokelat kehitaman dan mulai tercium

aroma khas tanah.


46

Berdasarkan tabel tersebut juga diketahui bahwa pada hari ke 2

sampah organik yang digunakan untuk pembuatan pupus kompos dengan

menggunakan aktivator EM4 sudah berwarna hitam kecoklatan dan

masih berbau khas EM4, pada hari ke-4 warna yang tampak adalah hitam

kecoklatan dan mulai berbau busuk, pada hari ke-6 sampai hari ke-10

warna yang tampak yaitu hitam kecoklatan dan berbau busuk, pada hari

ke-12 warna mulai terlihat hitam dan mulai berbau khas tanah, dan hari

ke-14 warna yang tampak pada kompos yaitu warna hitam dan berbau

tanah, yang menandakan kompos sudah jadi.

Berdasarkan tabel tersebut juga diketahui bahwa pada hari ke 2

sampah organik yang digunakan untuk membuat bahan kompos tanpa

menggunakan aktivator masih terlihat bening(belum ada perubahan) dan

bau masih beraroma khas sampah organik, pada hari ke-4 warna yang

tampak masih terlihat bening dan masih berbau sampah organik, pada

hari ke-6 warna yang tampak mulai terlihat kecoklatan dan mulai berbau

busuk, pada hari ke-8 sampai hari ke-14 tidak ada perubahan yang

signifikan warna yang terlihat kecoklatan dan berbau busuk. Pupuk

kompos tanpa aktivator belum matang selama 14 hari.

C. Analisi Bivariat

1. Uji Normalitas
47

Langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas

pengolahan sampah organik menggunakan MOL dengan konsentrasi

150ml, 250ml, 350ml, 500ml, EM4 adalah uji anova. Uji Anova

melakukan uji normalitas untuk melihat apakah data hasil penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan Mol dengan 4

variasi konsentrasi dan EM4, sehingga uji normalitas yang digunakan

adalah Shapiro-Wilk. Hasil pengolahan datanya disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Pengolahan Sampah Organik


Menggunakan MOL dengan Konsentrasi 150ml, 250ml,
350ml, 500ml, EM4
Kelompok Shapiro-Wilk Kesimpulan
Statistic df Sig.

pH MOL Tapai 150ml .972 7 .913

MOL Tapai 250ml .972 7 .913

MOL Tapai 350ml .972 7 .913

MOL Tapai 500ml .972 7 .913

EM4 .960 7 .815 Data

Kontrol .964 7 .849 Berdsitribusi

Suhu MOL Tapai 150ml .842 7 .104 Tidak

Normal
MOL Tapai 250ml .842 7 .104

MOL Tapai 350ml .842 7 .104

MOL Tapai 500ml .842 7 .104

EM4 .803 7 .044

Kontrol .834 7 .087


48

` Berdasarkan Tabel 5.4 diatas, menggambarkan hasil uji

normalitas yang telah dilakukan, dimana hasil uji normalitas menyatakan

beberapa data p<0,05 yang menandakan bahwa distribusi data tidak

normal. Ini berarti bahwa pengolahan data menggunakan anova tidak

bisa dilakukan karena tidak memenuhi salah satu syarat wajib untuk

menggunakaan anova yaitu data harus berdistribusi normal. Sehingga uji

anova diganti dengan uji Kruskal-Wallis sebagai alternatif pengolahan

data jika data tidak berdistribusi normal.

2. Efektifitas Pengolahan Sampah Organik

Tabel 5.7
Uji Kruskal-Wallis Test

Chi-Squre 10.458

Suhu Df 5

Pvalue 0.063

Berdasarkan

Tabel 5.7 diatas, hasil pengujian data hasil penelitian menggunakan uji

kruskal-wallis didapatkan bahwa p>0,05 yang berarti tidak terdapat

perbedaan pemberian aktivator MOL dengan Konsentrasi 150ml, 250ml,

350ml, 500ml, EM4 pada pengolahan sampah organik menjadi pupuk

kompos.

Tabel 5.8
Uji Kruskal-Wallis Test

Chi-Squre 4.613

pH Df 5

Pvalue 0.465
49

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas, hasil pengujian data hasil penelitian

menggunakan uji kruskal-wallis didapatkan bahwa p>0,05 yang berarti

tidak terdapat perbedaan pemberian aktivator MOL dengan Konsentrasi

150ml, 250ml, 350ml, 500ml, dengan EM4 pada pengolahan sampah

organik menjadi pupuk kompos. Dari hasil uji ini dinyatakan tidak

terdapat perbedaan pengolahan sampah organik menggunakan variasi

aktivator MOL Tapai(150ml, 250ml, 350ml, 500ml) dengan Aktivator

EM4.

Anda mungkin juga menyukai